Pokok-Pokok Pikiran Robert Chambers

dokumen-dokumen yang mirip
PRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

Kerangka Kerja PRA dalam Program Pengembangan Masyarakat

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pelaku dan Praktek Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)

Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN EKONOMI RUMAH TANGGA. NGO services dalam ETESP di NAD dan Nias

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA

PRAKTEK PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT/BIAS BY. AGUS SURIDI

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

Alang-alang dan Manusia

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Participatory Rural Appraisal (PRA) SP 6102 Maret 2007 Wiwik D Pratiwi

Pengembangan Budaya memiliki empat Konteks: 2. Melestarikan dan menghargai budaya

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

PRA untuk Penjajakan Kebutuhan

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat

VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami

Membelajarkan dan Memberdayakan Masyarakat

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif. Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) Kemanakah Engkau? Masyarakat Miskin Membutuhkanmu

PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT. Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Peran khusus para animator

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PRA untuk Pendampingan Masyarakat

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

INSTRUMEN PENILAIAN KEPRIBADIAN DAN SOSIAL GURU MATA PELAJARAN/KELAS

Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

Merancang Strategi Komunikasi Memenangkan Pemilih Dan Kelompok - edit

Participatory Rural Appraisal. Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip

B. Maksud dan Tujuan Maksud

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

Brief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan

Rachel Slater Program Perlindungan Sosial. 30 Mei 2013

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB II CHYNE, O BRIEN DAN BELGRAVE: TEORI SOSIAL DEMOKRAT

1 Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : Juli 2009 Lokasi : Makassar

TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SECARA PARTISIPATIF

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BELAJAR SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN KUALITAS SDM PROF. IDA YUSTINA

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi 2017

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

TEORI ANOMI/KETEGANGAN (Robert K. Merton)

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

Ekosistem Mangrove, masyarakat dan konflik: mengembangkan pengetahuan berdasarkan pendekatan untuk menyelesaikan beragam kebutuhan

PRINSIP PARTISIPASI

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Pokok-Pokok Pikiran Robert Chambers KRITIK CHAMBERS TERHADAP ORANG LUAR YANG BEKERJA DI MASYARAKAT 1 Pemikiran Robert Chambers selaku promotor dan pengembang metodologi PRA, tentu perlu dipahami Robert Chambers, terutama dalam dua buku utama yang ditulisnya (Chambers, 1983 dan 1997), mengkritik orang luar yang bekerja di masyarakat, tetapi berperilaku tidak sensitif terhadap keadaan dan persoalan masyarakat (terutama yang paling miskin) Orang luar yang dimaksudkan oleh Chambers antara lain adalah peneliti, staf pemerintah, staf LSM, staf lembaga pelatihan, dsb yang bekerja dengan masyarakat Mengapa kritik Chambers ditujukan kepada mereka? Menurut Chambers, orang paling miskin dan marjinal adalah kelompok masyarakat yang paling tidak kelihatan (unseen) oleh orang luar yang bekerja di masyarakat Hal ini terjadi karena orang luar adalah orang-orang yang memiliki banyak bias dalam memahami masyarakat, akibat latarbelakang budayanya sendiri Orang luar mempunyai persepsi dan cara pandang tertentu terhadap masyarakat, serta mempunyai kepentingan dan hanya mau memberikan sedikit waktu untuk berada di tengah masyarakat Karena membatasi diri dengan cara pandangnya sendiri, orang luar seringkali gagal mengetahui tentang masyarakat yang paling marjinal Celakanya, orang luar tidak tahu apa yang tidak diketahuinya Menurut Chambers, ada sejumlah bias orang luar yang menyebabkan terjadinya hambatan mereka untuk memahami kemiskinan dan orang miskin, yaitu: Bias musim: datang pada saat musim kemarau/kering; atau pasca-panen; Bias tempat: datang hanya pada lokasi yang mudah dijangkau; Bias tokoh: hanya menemui kelompok elit masyarakat; Bias gender: hanya berbicara dengan kelompok laki-laki; Bias program: menggunakan program untuk pamer kesuksesan; Bias kesopanan: kecenderungan untuk menyembunyikan hal buruk dan basabasi Bias profesi: kecenderungan untuk memahami masyarakat dari aspek yang diminatinya saja (parsial) 1 Rural Development; Putting The Last First; Robert Chambers, 1983; Rural Appraisal: Rapid, Relaxed, and Participatory (199) dan Whose Voice Counts?; Putting The First Last, Robert Chambers, 1997 1

Seluruh orang luar itu dikategorikan menjadi oleh Chambers, yaitu: kalangan peneliti atau ilmuwan yang dikatakannya bersikap negatif, serta kalangan praktisi pembangunan yang dikatakannya bersifat positif Kelompok pertama, sibuk dengan pertanyaan mengenai apa dan mengapa keterbelakangan dan kemiskinan Sedangkan kelompok kedua, sibuk dengan melakukan bagaimana membantu mengatasi keterbelakangan Kemiskinan, kelemahan jasmani, peminggiran, kerentanaan, dan ketidakberdayaan, merupakan unsurunsur yang membentuk suatu matarantai yang disebut setan kemiskinan, sindrom kemiskinan, atau jebakan kemiskinan dan kemiskinan Kedua kelompok ini hampir jarang bertemu karena masing-masing mengembangkan budaya, norma, bahasa, pengalaman, dan komunitasnya sendiri Bagi kelompok pertama yang sinis, para praktisi adalah orang-orang yang merupakan para pejuang kerdil, pembaharu naif, dan seringkali menjadi bagian dari sistem pemerasan terhadap masyarakat miskin tanpa disadarinya Sebaliknya, bagi kelompok kedua, para peneliti atau ilmuwan sosial adalah orang-orang yang suka memuaskan dirinya sendiri dalam perdebatan berkepanjangan, suka bersungut-sungut, tidak menghayati dunia nyata, pandai mengkritik tetapi tidak berbuat sesuatu yang berguna bagi orang lain (masyarakat) Mereka suka menulis berpanjang-panjang, tidak bisa bicara singkat dan jelas, suka mencari-cari kesalahan dan kegagalan Menurut Chambers, kelompok praktisi yang bersikap positif (optimis dan percaya bahwa ada cara untuk memperbaiki kemiskinan) secara berlebihan, sama berbahayanya dengan kelompok pertama yang selalu negatif (pesimis) Kedua kelompok ini biasanya bisa bertemu dalam kegiatan perencanaan program yang membutuhkan informasi sebagai dasarnya Untuk kebutuhan ini biasanya digunakan metode survey untuk mengumpulkan informasi yang dianggap bisa mewakili gambaran suatu populasi tertentu yang disebut masyarakat miskin Inilah yang oleh Chambers disebut sebagai penyakit atau sesatnya pemahaman terhadap kemiskinan dan orang miskin karena orang luar menyusun pemahaman itu dari data-data statistik berdasarkan prasangka-prasangkanya sendiri Pertanyaannya adalah: sebenarnya siapa yang memiliki ilmupengetahuan tentang kemiskinan dan cara-cara orang miskin menghadapi kemiskinannya, caranya bertahan, atau ketidakberdayaannya, selain orang-orang miskin itu sendiri? Kalau begitu, mengapa tidak mencoba memahami ilmupengetahuan orang miskin itu agar kita bisa mengetahui bagaimana jebakan kemiskinan telah membuat mereka kehilangan daya hidupnya?

TANTANGAN CHAMBERS UNTUK PERUBAHAN SIKAP-PERILAKU ORANG LUAR Menurut Chambers, penelitian sosial dengan metode survey, bersifat ekstraktif, mahal, lama, dan hanya merupakan proses pengumpulan data yang kemudian dianalisa oleh orang luar tanpa keterlibatan pendapat masyarakat Seharusnya, dikembangkan suatu kegiatan penelitian yang bisa mengangkat prioritas dan strategi orang miskin itu Apa pun kegiatan orang luar, penelitian maupun program, seharusnya dilakukan dengan cara yang Tema utama dalam pemikiran Chambers adalah pembalikan (reversal) sikap dan perilaku orang luar yang bekerja di masyarakat, agar lebih peka dan memahami situasi dan persoalan masya-rakat, terutama masyarakat yang paling miskin menguntungkan dan bukan sebaliknya merugikan orang miskin Untuk itu, dibutuhkan adanya pembalikan (reversal) yang ditujukan kepada para orang luar tadi, antara lain meliputi: pembalikan sudut pandang yaitu dari ethic ke emik, pembalikan cara berfikir yaitu dari mengutamakan pengetahuan dan nilai orang luar ke pengetahuan dan nilai masyarakat, pembalikan perlakuan yaitu dari menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian menjadi fasilitator proses pembelajaran, pembalikan cara kerja orang luar yaitu dari tergesa-gesa, berjarak, dan sok tahu, menjadi melebur, duduk bersama, mendengarkan, dan belajar dari masyarakat Pembalikan (reversal) inilah yang menjadi tema utama pemikiran Chambers yang diaplikasikan dalam PRA PRA (semula RRA) adalah aplikasi pemikiran Chambers berupa proses pembelajaran masyarakat yang diharapkan mendorong masyarakat itu mengembangkan rencana tindakan Menurut Chambers, siapa sebenarnya yang seharusnya bertindak dalam mengatasi kemiskinan? Masyarakat itu sendiri tentu saja Tetapi, untuk memungkinkan masyarakat paling miskin bertindak, perlu ada fasilitator (yaitu para agen pembangunan) yang memiliki sumberdaya, kekuasaan, dan kemampuan untuk bertindak Sementara, masyarakat yang paling miskin, terjebak dalam situasi ketidakberdayaan yang terjadi karena kemiskinan (ekonomi dan sosial) yang ekstrim, sehingga seringkali menyempitkan bahkan membunuh kesadaran, melemahkan, mengisolir, dan merapuhkan mereka Karena itu, orang luar harus mengutamakan perhatiannya pada masyarakat yang paling miskin, paling tak berdaya, dan marjinal PRA menekankan pada sikap dan perilaku kita (orang luar) yang bekerja untuk menolong masyarakat dari ketidakberdayaannya akibat jebakan kemiskinan Jadi, PRA bukanlah PRA tanpa adanya pembalikan (reversal) sudut pandang, cara berfikir, serta sikap dan perilaku dari para agen pembangunan yang seharusnya Ibid: Chambers, 1983, 199 dan 1997 3

mendorong berkembangnya proses pemberdayaan masyarakat Metode PRA mensyaratkan adanya fasilitator yang baik, terjadinya proses saling belajar antara berbagai pihak (masyarakat, LSM, lembaga Pemerintah), dan tumbuhnya sikapperilaku yang mengkondisikan proses tersebut (saling mendengarkan, saling belajar, saling menghargai, serta adanya motivasi yang kuat bahwa setiap orang bisa belajar dan berbuat) Ini berarti merupakan proses pengembangan partisipasi secara bertahap, demokratisasi, dan pengelolaan konflik (Chambers, 1995) Dalam hal ini, metode PRA selalu menekankan pada usaha-usaha pihak luar untuk mendorong masyarakat yang paling marjinal (miskin, lemah) untuk mengembangkan proses pembelajarannya dan mendorong daya bertindak masyarakat Robert Chambers mengatakan, bahwa PRA sebenarnya mengangkat pertanyaan tentang manusia jenis apakah kita ini Penekanan Chambers mengenai perubahan sikap-perilaku individu (terutama orang luar) seringkali diperdebatkan atau menjadi bahan kritik: seolah-olah dengan PRA diharapkan terjadi pertobatan di kalangan yang berkecimpung dengan pengembangan masyarakat dan bekerja untuk isu kemiskinan Selain itu, Chambers dianggap sebagai penganut aliran cinta kasih yang naif dan tidak mengindahkan kenyataan bahwa kemiskinan merupakan persoalan ketimpangan struktural dan kelompok-kelompok yang kuat (powerfull) akan berusaha mempertahankan status quo Sulit membayangkan kalangan yang berkuasa dan/atau menindas melakukan pertobatan dan kemudian memiliki belaskasihan dan cintakasih kepada si lemah atau si miskin PANDANGAN CHAMBERS TENTANG KEKUASAAN (POWER) 3 Di dalam buku keduanya, Chambers mengatakan bahwa tantangan untuk berubah juga terjadi dalam level global, yaitu untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih baik Banyak orang yang beranggapan bahwa kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah terjadinya kesenjangan antara si kaya dan si miskin, si kuat dan si lemah Menurut Chambers, kalangan yang beranggapan bahwa keserakahan dan sifat mementingkan diri sendiri sebagai watak alamiah manusia yang tidak bisa diatasi, berarti menafikan kenyataan lain bahwa manusia juga memiliki watak alamiah untuk bersikap dermawan dan mempedulikan orang lain tanpa pamrih (altruistik) Karena itu, tantangan untuk berubah dan membentuk konsensus dalam tatanan hidup yang lebih baik, bukanlah sebuah cerita Cinderela pembangunan Pertanyaannya adalah, daya (power) apa yang bisa mendorong orang-orang (terutama si kuat) untuk mengutamakan si lemah dan si miskin? Chambers mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan, orang luar sebaiknya jangan hanya bekerja dengan orang-orang yang paling miskin atau marjinal, tetapi juga dengan orang-orang yang paling berkuasa untuk mendorong terjadinya interaksi, 3 Ibid: Chambers, 1997 4

hubungan dan pembelajaran dengan pihak lain Robert Chambers sendiri mengatakan bahwa orang/kelompok yang punya power memiliki ketidakmampuan untuk belajar karena mereka sulit untuk berbeda pendapat dan dikoreksi Robert Chambers menyebutkan orang-orang yang punya power itu termasuk orang luar (profesional), orang yang berpendidikan formal tinggi, kelas menengah atas, lakilaki (terhadap perempuan), dsb Orang-orang yang punya power ini, paling siap untuk mengembangkan aksi, dan cenderung menyalahkan kelompok lainnya sebagai kelompok yang tidak mampu berpandangan jauh Orang luar harus melakukan upaya mendorong kelompok yang lebih kuat (powerfull) untuk melakukan disempower dirinya Di dalam proses ini, kelompok dominan, kuat, dan berkuasa, merasakan dan melihat kepentingannya dalam suatu tatanan masyarakat yang lebih terbuka, maju dan harmonis Jadi, demokratisasi yang merupakan pembagian (sharing) kekuasaan di antara kelompok-kelompok yang berkepentingan, bukan merupakan derma atau belas kasihan pihak kuat kepada yang lemah Untuk mengembangkan sebuah proses perubahan, maka kelompok yang memiliki power ini perlu didorong untuk merubah dirinya sendiri Robert Chambers mengatakan bahwa disempower akan menjadi sebuah penjumlahan yang positif (positiv sum) bagi semua pihak, karena: (1) Efektivitas; Kelompok atas bisa melihat bahwa pemberdayaan masyarakat bisa meningkatkan efektivitas pembangunan dan kemajuan termasuk untuk kepentingan dirinya; () Pembebasan pikiran; Kelompok atas seringkali merasakan tekanan yang tinggi apabila mereka bersifat sentralistik dan sangat berkuasa karena adanya ketegangan yang tinggi antara kelompok atas dan bawah; Sementara itu, model hubungan yang partisipatif bisa mengembangkan kepercayaan, keterbukaan, dan pikiran yang lebih damai; (3) Pemenuhan kebutuhan dan kesenangan; Bahwa pada dasarnya memberdayakan pihak lain merupakan suatu kebutuhan dan kesenangan bagi kelompok atas Para praktisi PRA, ditantang Chambers untuk memulai perubahan dan upaya pembalikan kekuasaan (reversal of power) dengan cara menjangkau kelompokkelompok marjinal (termasuk perempuan) dalam proses pembelajaran dan aksi 5