Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Getaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Terhadap Penguasaan Konsep Mahasiswa Pada Perkuliahan Listrik Magnet Topik Muatan Listrik Dan Hukum Coulomb

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) SETTING KOOPERATIF TIPE NHT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Bandar

DAFTAR ISI BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED, PENGUASAAN KONSEP KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN, DAN SIKAP ILMIAH SISWA...

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

ISSN Indikhiro Awalani Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

PF-07: EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY- INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Dwi Ratnaningdyah. Universitas PGRI Palembang, Palembang. ABSTRAK

Penggunaan Inquiry Lab dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dede Trie Kurniawan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

Ilham Baharuddin Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar. Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung. Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen berdasarkan baik buruknya eksperimen, yaitu pra experimental dan

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar

Peningkatan Kemampuan Kognitif Peserta didik Melalui Penerapan Pembelajaran Inquiry Dengan Reading Infusion

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALJABAR DENGAN MODEL ELABORASI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Penerapan pembelajaran fisika dengan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar kognitif

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI MA Alkhairaat Kalangkangan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei semester genap tahun pelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 29

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

Pengaruh Model Pembelajaran Predict, Observe And Explain terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Balaesang

BAB III METODE PENELITIAN. Sintaks model pembelajaran fisika konsep kapasitor keping sejajar

MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL KOLB

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRI SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS X MA KHAS KEMPEK CIREBON

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian adalah SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2011 di SMP Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Perintis 1

DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 2

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu model

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi laju reaksi untuk SMA

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung. Penentuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Nana (2009: 52) metode penelitian merupakan rangkaian cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diteliti untuk menarik kesimpulan. Model yang digunakan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

DAFTAR ISI Mochamad Yuniardi, 2014 Efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Transkripsi:

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Getaran untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Dindin Nasrudin1,a), Herni Yuniarti Suhendi1,b), Asep Sutiadi2,c) dan Iyon Suyana2,d) 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jl. A. H. Nasution No. 105 Bandung, Indonesia, 40416 2 Program Studi Pendidikan Fisika, Departemen Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Setiabudi no. 229 Bandung, Indonesia, 40154 a) dindin.nasrudin@uinsgd.ac.id (corresponding author) b) herni.suhendi@uinsgd.ac.id Abstrak Pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran yang tidak utuh menjadi salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat dijadikan salah satu solusi untuk diterapkan, karena dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menjalani setiap proses pembelajaran dengan masalah sebagai starting point-nya. Berdasarkan pengalaman belajar tersebut diharapkan pemahaman konsep siswa akan menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman (comprehension) berdasarkan taxonomi Bloom yang meliputi kemampuan translasi (menterjemahkan), interpretasi (menafsirkan), dan ekstrapolasi (meramalkan). Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest time series design. Sampel penelitian adalah 32 siswa kelas VIII C salah satu SMP swasta di kota Bandung. Instrumen yang digunakan berupa tes pemahaman konsep. Hasil rerata indeks gain ternormalisasi pada seri I = 0.42, seri II = 0.47, dan seri III = 0,65. Hal ini menunjukkan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah secara efektif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.. Kata-kata kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Pemahaman Konsep PENDAHULUAN Sebagai sebuah ilmu pengetahuan, IPA memiliki tiga unsur utama, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Ketiga unsur itu adalah sikap ilmiah, proses atau metodologi, dan hasil atau produk [1] Ketiga unsur ini sering disebut hakikat IPA. Sebagai sebuah proses, pembelajaran IPA di tingkat SMP ditekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam di sekitar mereka secara ilmiah. Atas dasar itu, dalam setiap proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman dan mengembangkan pengetahuan tersebut supaya dapat berguna dalam kehidupan mereka sehari-hari. 458

Berdasarkan studi pendahuluan pada salah satu SMP swasta di Bandung, diperoleh data rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPA (materi fisika) untuk kelas VIII adalah 48,83 dalam skala 1100 dan jumlah siswa yang nilainya mencapai SKBM tidak lebih dari 12 persen. Menurut hasil wawancara dengan guru bidang studi, rendahnya nilai hasil belajar ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya masih banyak siswa yang belum memahami materi yang diajarkan. Di lain pihak, metode mengajar yang selama ini digunakan oleh guru masih didominasi dengan ceramah, sesekali dengan diskusi dan pemberian tugas. Dari angket yang disebarkan kepada siswa mengenai pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan, 71.4 persen menyatakan tidak memahami apa yang sudah mereka pelajari. Ketidakpahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar kognitif siswa. Merujuk pada taxonomi Bloom domain kognitif, fenomena yang terungkap dari hasil studi pendahuluan menunjukkan masih rendahnya tingkat pemahaman siswa (C2) terhadap materi yang dipelajari. Padahal, pemahaman akan konsep dasar merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai kemampuan kognitif berikutnya. Lebih penting lagi, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang antara konsep satu dan lainnya saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Kalau satu konsep IPA tidak dipahami maka konsep yang lainnya, besar kemungkinan tidak bisa dipahami. Kemampuan memahami konsep yang telah dipelajari merupakan modal awal bagi siswa untuk memahami materi yang akan dipelajari kemudian. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat menumbuhkan pemahaman konsep adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pembelajaran tersebut akan lebih menarik bagi siswa karena proses pembelajarannya lebih terasa dan kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dituntut mengalami secara penuh apa yang ia pelajari. Melalui pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa dapat memahami konsep yang disajikan dalam permasalahan. Sintak dari model pembelajaran berbasis masalah adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah [2]. METODE Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui peningkatan pemahaman siswa setelah diterapkannya model PBM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest time series design yang digambarkan secara bagan sebagai berikut : Tabel 1. Desain Penelitian Keterangan : T1, T2, T3 X T 1, T 2, T 3 Pretest (T) Treatment (X) Posttest (T ) T 1, T 2, T 3 X T 1, T 2, T 3 : tes awal (pretes) sebelum diberikan pembelajaran : treatment (perlakuan) berupa pembelajaran dengan model PBM : tes akhir (postes) setelah diberikan pembelajaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung yang terbagi dalam empat kelas. Sementara sampel penelitiannya adalah kelas VIII-C yang berjumlah 32 orang. Peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep Getaran setelah mendapatkan pembelajaran dengan model PBM dapat dinyatakan dengan nilai rata-rata gain ternormalisasi yang dirumuskan oleh: < g >= T ' T Tmax T (1) dengan <g> adalah nilai rata-rata gain ternormalisasi, T adalah skor posttest, T adalah skor pretest dan T max adalah skor maksimum [3].Besar gain ternormalisasi ini diinterpretasikan sebagai efektivitas pembelajaran PBM dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa. Adapun kriteria efektivitasnya dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. 459

Tabel 2. Kriteria Gain Ternormalisasi <g> 0,71 1,00 0,30 0,70 0,01 0,30 Kriteria Rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep Getaran setelah dilakukan pembelajaran berbasis masalah, dapat dilihat dari nilai rata-rata gain ternormalisasi (N-gain) tiap seri pembelajaran. Pada Seri I, rata-rata N-Gain yang dicapai oleh seluruh siswa adalah 0,42. Artinya, model PBM secara efektif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kategori sedang. Profil kategori pencapaian NGain siswa pada seri I dapat dilihat pada gambar 1. [CATEGOR Y NAME] [PERCEN Rendah 28% 69% Gambar 1. Profil N-Gain Pemahaman Konsep Siswa pada Seri I Berdasarkan gambar 1 di atas, bila diuraikan dalam tiga kategori, maka N-Gain pemahaman siswa pada kategori tinggi hanya mencapai 3 persen. Sementara yang berkategori rendah mencapai 28 persen. Sisanya (kategori sedang) berjumlah 69 persen. Pada fase ini terjadi proses perubahan gaya belajar pada siswa (masa adaftasi). Dalam proses pembelajaran, masih banyak siswa yang belum terbiasa dengan model belajar baru sehingga penerapan model PBM belum sepenuhnya terlaksana terutama pada fase ke-2 dan ke-3 yakni mengorganisasikan siswa untuk belajar dan membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Padahal fase 2 dan fase 3 dari model PBM memiliki peranan yang sangat penting. Di fase 2, terjadi proses yang sangat penting yakni melibatkan siswa seutuhnya dalam proses pembelajaran berdasarkan masalah yang diberikan. Bila fase ini kurang optimal, maka difase berikutnya kemungkinan besar tidak akan optimal. Kurang optimalnya proses belajar di fase ke 2 dapat dipahami karena selama ini proses belajar masih bersifat satu arah. Guru memberikan materi (transfer knowledge), sementara siswa menerima informasi dari guru. Jarang sekali siswa menemukan dan membentuk konsep sendiri melalui penemuan. Padahal pemahan konsep yang berlangsung lama (long term memory) harus diawali dari proses penemuan konsep. Pada seri II, rata-rata N-Gain pemahan konsep siswa meningkat menjadi 0,47 (kategori sedang), walaupun tidak terlalu signifikan. Hanya saja ada pergeseran rata-rata N-Gain untuk setiap kategori. Untuk kategori rendah berkurang menjadi 9 persen dari 28 persen di seri I. Untuk kategori sedang bertambah dari 69 persen menjadi 75 persen. kan kategori tinggi meningkat enjadi 16 persen. Secara umum, ada perubahan pemahaman siswa ke arah lebih baik. Salah satu penyebabnya adalah siswa sudah mulai terbiasa dengan gaya belajar yang baru. Di pertemuan ke dua ini, siswa sudah mulai beradaftasi, mulai dapat menimati proses pembelajaran walaupun belum sepenuhnya optimal. Paling tidak di seri ke dua, sudah mulai ditenukan banyaknya siswa yang aktif dalam proses pembelajaran, mau mengemukakan pendapat dan antusias dalam menyajikan hasil karyanya. Profil N-Gain dari seri II dapat dilihat di gambar 2. 16% [CATEGO RY NAME] 75% Gambar 2. Profil N-Gain Pemahaman Konsep Siswa pada Seri II 460

Pada seri III, hampir semua siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran baru. Ada antusiasme yang sangat tinggi pada diri mereka. Hal ini dapat dilihat dari respon mereka pada setiap proses pembelajaran. Bila pada seri sebelumnya, dominasi guru dalam pembelajaran masih kentara, lain hal nya pada seri III ini. Guru hanya mengarahkan seperlunya, Siswa sudah memahami apa yang harus mereka lakukan. Rata-rata N-gain dari pemahaman konsep mereka meningkat menjadi 0,65. Walaupun masih kategori sedang, ada peningkatan yang cukup besar dari sebelumnya. Profil pemahaman siswa terhadap konsep Getaran di seri III dapat dilihat pada gambar 3. Renda h 6% 44% 50% Gambar 3. Profil N-Gain Pemahaman Konsep Siswa pada Seri III Dari gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa ada proses pergeseran nilai N-Gain dari kategori rendah dan sedang ke kategori tinggi. Kategori tinggi meningkat dari 16 persen ke 44 persen. Data ini menunjukkan bahwa banyak siswa yang semula memiliki tingkat pemahaman sedang beralih menjadi kategori tinggi. Hal ini dissbabkan proses pembelajaran PBM sudah mulai dijiwai dan diterapkan oleh mereka. Apabila model PBM ini terus diterapkan, maka pemahaman mereka dapat terus meningkat sampai kategori tinggi. Adapun perbandingan N-Gain pemahaman siswa dari seri I, II dan ke III dapat dilihat pada gambar 4. 0.7 0.6 0.5 0.4 Gain Ternormalisasi 0.3 0.2 0.1 0 Seri I Seri II Seri III Gambar 4. Peningkatan N-Gain Perolehan N-Gain yang terus meningkat dari seri I, ke seri II dan ke seri III menunjukkan bahwa model pembelajaran PBM dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi Getaran. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yakni Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, yakni Mulkayatiyah (2005) [4]. dan Abdullah (2007) [5]. yang menunjukkan bahwa dengan pembelajaran berbasis masalah, siswa dapat memiliki penguasan konsep IPA lebih baik daripada pembelajaran konvensional. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik adalah Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan Getaran. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai gain pretes-postes tiap seri dan peningkatan gain dari seri satu ke 461

seri selanjutnya Pembelajaran Berbasis Masalah yang dilakukan pada penelitian sudah berjalan efektif pada tiap seri dan cenderung mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan nilai gain ternormalisasi yang berada dalam rentang 0,30-0,70 yakni, seri I = 0,42 seri II = 0,47 dan seri III = 0,65. REFERENSI 1. 2. 3. 4. 5. Amien. Muhammad, Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan metode Discovery-Inquiry, Depdikbud, Jakarta (1987) Ibrahim, M. dan Nur. M, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, UNESA University Press, Surabaya (2004) Hake. R.R, Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/hake [17 Juni 2000] (1998) Mulkayatiah, Diah. 2005. Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan Gelombang dan Optika untuk meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa kelas I SMA. Bandung : UPI Abdullah, Muhtadi. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah pada Topik Wujud Zat dan Perubahannya untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Bandung:UPI 462