BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melya Dwi Gardiantari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

Peningkatan Kemampuan Kognitif Peserta didik Melalui Penerapan Pembelajaran Inquiry Dengan Reading Infusion

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery-

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penelitian terdahulu dikemukakan bahwa prestasi belajar siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan aplikasi konsep menjadi salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi experiment) atau sering dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. permasalahannya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Konsep dan prinsip

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

2015 EFEKTIVITAS PEND EKATAN SAINTIFIK D ALAM MENINGKATKAN HASIL D AN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hermansyah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

Dwi Ratnaningdyah. Universitas PGRI Palembang, Palembang. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai susunan, struktur, sifat, perubahan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Henita Septiyani Pertiwi, 2013

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 3, pp September 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berhubungan dengan dua macam variabel, yaitu variabel bebas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran mata pelajaran fisika di SMA dimaksudkan sebagai sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Depdiknas (2006) yang menyatakan : Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil observasi di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, menunjukan bahwa selama proses pembelajaran siswa lebih banyak menerima informasi, mencatat penjelasan guru dan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Hal ini membuat siswa pasif dan kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga kemampuan berpikir siswa kurang tergali. Hasil wawancara menyebutkan bahwa

kegiatan eksperimen masih jarang dilakukan karena keterbatasan alat-alat yang dimliki sekolah sehingga siswa tidak ikut serta dalam membangun konsep. Hasil tes yang diambil dari nilai ulangan menunjukan nilai rata-rata siswa adalah 60,97 dan hanya 39,02% siswa yang telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 70. Ini menunjukan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini bisa terjadi karena siswa tidak memiliki pengetahuan awal sebelum pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa hanya 35% siswa suka membaca, 30% siswa suka membaca buku pelajaran dan 20% siswa membaca buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai. Ini menunjukan bahwa minat baca siswa terutama pada buku pelajaran dikatakan masih rendah, padahal membaca merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan belajar, karena dengan membaca akan diperoleh informasi, mencakup isi, memahami isi bacaan, yang akan membantu siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil uraian tersebut, siswa kurang terfasilitasi untuk melatihkan berbagai kemampuan sehingga berdampak pada prestasi belajar dan kemampuan berpikir siswa. Untuk itu diperlukan suatu proses belajar mengajar yang mampu memfasilitasi siswa untuk melatihkan kemampuan yang dimilikinya dan menjadi media untuk membangun sebuah konsep. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran problem solving. Problem solving adalah suatu penyajian materi pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa diharuskan

melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat referensi dan merumuskan kesimpulan (Hudojo: 2003). Dalam pembelajaran hendaknya siswa dibiasakan untuk selalu berhadapan dengan permasalahan, karena dengan adanya masalah, maka siswa akan berpikir kritis yang berarti mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati terhadap segala alternatif sebelum mengambil keputusan (Ennis, 2011). Pembelajaran problem solving secara tidak langsung dapat melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa. Ini sejalan dengan pemikiran Isaken dan Treffinger (dalam Aeniah, 2012) yang mengemukakan problem solving sangat potensial untuk membentuk keterampilan berpikir kreatif dan kritis. Problem solving merupakan bagian dari pembelajaran discovery (penemuan) yang menuntut siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya sehingga apa yang dipelajari siswa diharapkan akan lebih bermakna dan siswa tidak akan cepat untuk melupakannya. Ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Joycye et al (2009:426) secara keseluruhan semakin sering seseorang mempraktikan sebuah skill, maka akan semakin lama waktu yang dibutukan untuk melupakannya. Apabila pembelajaran yang diterima siswa bermakna, maka diharapkan prestasi belajar siswa bisa meningkat. Agar siswa memiliki pengetahuan awal sebelum proses pembelajaran berlangsung, maka diberikanlah kegiatan membaca atau reading infusion. Karena dengan membaca siswa akan mendapatkan suatu informasi dari apa yang

dibacanya. Blynn dan Muth (Tomo, 2003) siswa harus mempunyai kemampuan membaca untuk menilai informasi tekstual yang disajikan kepada mereka. Kemampuan tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cara dan proses berpikir siswa. Tetapi terkadang buku yang disajikan kepada siswa sering menjadi sumber kesulitan bagi kebanyakan siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fang et al yang berjudul Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion menyimpulkan bahwa siswa yang dalam pembelajarannya diterapkan Inquiry yang diikuti dengan kegiatan Reading Infusion secara intensif secara signifikan lebih unggul daripada siswa yang dalam pembelajarannya hanya diterapkan Inquiry saja. Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul The Effects Of Problem Solving Instruction On Physics Achievement,Problem Solving Performance And Strategy Use terdapat kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, kinerja problem solving dan penggunaan strategi (Selcuk et al, 2008). Hasil penelitian lain menyimpulkan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori baik setelah diterapkannya model problem solving (Aeniah, 2012) Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Strategi Problem Solving dengan Reading Infusion untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Karena penelitian ini merupakan penelitian awal, maka metode yang digunakan adalah metode pre-experimental dengan desain

one-group pretest-posttest design. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan strategi problem solving dengan reading infusion yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan menhkemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat memberikan gambaran mengenai peningkatan prestasi belajar dan mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion. Sehingga selanjutnya strategi ini diharapkan bisa menjadi suatu alternatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion dan profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA?. Agar penelitian lebih terarah, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMA pada ranah kognitif setelah diterapkan strategi problem solving dengan reading infusion? 2. Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA?

C. Batasan Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, maka diperlukan penjelaskan mengenai batasan masalah sebagai berikut: 1. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi menurut Hake (1998). Prestasi belajar yang diteliti adalah aspek kognitif yang dikemukakan oleh Bloom yang meliputi pengetahuan/hafalan(c1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). 2. Profil kemampuan berpikir kritis yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir kritis induksi yang dikembangkan oleh Robert H. Ennis, dan diteskan menggunakan tes standar Cornell Critical Thinking Test. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika setelah diterapkannya strategi problem solving dengan reading infusion dan mengetahui profil kemampuan berpikir kritis siswa. E. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran tentang penerapan strategi problem solving dengan reading infusion dalam meningkatkan prestasi belajar dan mengetahui profil

kemampuan berpikir kritis siswa yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat. F. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian terdiri terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi problem solving dengan reading infusion, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar dan keterampilan berpikir kritis siswa. Pemilihan variabel ini berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:162) G. Definisi Operasional 1. Strategi problem solving yang dimaksud adalah strategi problem solving yang dikemukakan oleh Heller dengan tahapan memvisualisasikan masalah, mendeskripsikan konsep fisika berdasarkan masalah, merencanakan solusi, melaksanakan rencana solusi, mengecek dan mengevaluasi. Keterlaksanaan pembelajaran ini dilihat dari lembar observasi. 2. Reading Infusion yang dimaksud adalah kegiatan membaca Artikel. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum treatment (strategi pembelajaran problem solving) dimulai. Selain memberikan artikel, siswa diberikan salah satu teknik membaca. Teknik yang diberikan adalah teknik membaca SQ3R. Teknik membaca SQ3R memiliki lima tahapan meliputi (1) survey: pengkajian awal pada judul, subjudul pada artikel dengan dibimbing guru, (2) question: membuat pertanyaan sendiri tentang isi bacaan, (3) read: membaca teks,

menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai pembimbing, memberi tanda (menggarisbawahi atau menandai) konsep yang dianggap penting dan konsep yang tidak dipahami, (4) recite: menjawab pertanyaan yang telah dibuat pada tahapan question dan membuat catatan, dan (5) review: membaca ulang bagian-bagian atau konsep yang dianggap sulit. Keterlaksanaan kegiatan ini dilihat dari lembar observasi. Lembar observasi berisi tentang tahapan-tahapan dalam kegiatan membaca. 3. Prestasi Belajar merupakan tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh siswa yang mencakup ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom. Jenjang dalam penelitian ini meliputi jenjang pengetahuan (C 1 ), pemahaman (C 2 ), penerapan (C 3 ), dan analisis (C 4 ). Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi. Tes prestasi belajar yang digunakan berbentuk tes pilihan ganda. 4. Kemampuan Berpikir Kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Robert H. Ennis pada sub kemampuan induksi. Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan menggunakan instrumen Cornell Critical Thinking Test Level X yang berbentuk pilihan ganda.