TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI REPRODUKSI MENUNJANG PROGRAM PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DOMBA PETERNAK DOMBA DI KAWASAN PERKEBUNAN TEBU PG JATITUJUH MAJALENGKA

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

POLA PEMBESARAN SAPI PEDET Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol di Kab. Boyolali ada 3 sistem yaitu : (1) pembesaran secara tradisional, (2) pem

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

TINJAUAN PUSTAKA. Hewan Qurban

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA Domba garut Domba Ekor Tipis

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMANFAATAN DAN ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KELINCI DI PEDESAAN

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

MATERI DAN METODE. Materi

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

Transkripsi:

Dukungan Teknologi Uhtuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA HASTONO Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Ciawi - Bogor Jawa Barat -Indonesia ABSTRAK Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis pada ternak domba adalah melalui program penggemukan. Melalui program ini diharapkan pertambahan bobot hidup meningkat, sehingga akan memberikan nilai ekonomi yang memadai, dan pada akhirnya akan memberikan tambahan pendapatan bagi pemeliharanya baik itu petemak maupun pengusaha. Diketahui bahwa produktivitas domba dipengaruhi oleh faktor internal/genetis dan eksternal/lingkungan. Faktor ekstemal dimaksud salah satu diantaranya adalah tatalaksana pemberian pakan. Potensi kemampuan produksi domba dapat diekspresikan dalam bentuk bobot hidup pada umur tertentu, dan bobot karkas. Untuk memperoleh bobot hidup yang diharapkan, maka perlu diperhatikan langkah-iangkah program penggemukan sebagai berikut : 1) Pemilihan Bangsa ; 2) Menentukan umur domba untuk digemukan ; 3) Kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan ; 4) Jenis kelamin dan 5) Tipe kelahiran. Kata kunci : Domba, penggemukan, pemberian pakan PENDAHULUAN Pembangunan peternakan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong deversifikasi pangan dan perbaikan mutu gizi masyarakat serta pengembangan ekspor. Dari populasi ternak domba yang ada di Indonesia yakni sekitar 7.641.000 ekor pada tahun 2002 meningkat menjadi 8.133.000 ekor pada tahun berikutnya, demikian juga jumlah pemotongan domba meningkat dari 1.983.523 ekor menjadi 2.039.924 ekor, dan pengeluaran domba di Jawa Barat meningkatdari 104.899ekormanjadi 125.494 ekor (DITJEN PETERNAKAN, 2003). Meningkatnya jumlah populasi, jumlah pemotongan, dan jumlah pengeluaran domba menandakan bahwa peluang pasar cukup tersedia untuk usaha ternak domba. Ternak domba sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat, komposisi ternak domba hampir seluruhnya adalah merupakan ternak ash diantarnya adalah domba lokal yang terdiri dari domba ekor tipis, domba ekor gemuk, dan domba Garut banyak diusahakan oleh petani di pedesaan karena sistem pemeliharaanya yang relatif mudah yakni cukup digembalakan dan dapat diusahakan tanpa pakan tambahan sehingga dapat menghemat tenaga kerja dan biaya pakan. Alasan pokok dalam pemeliharaan domba tersebut adalah untuk tabungan. Dari populasi domba di Indonesia pengelolaan usaha ternak domba hampir seluruhnya berupa usaha peternakan rakyat dengan sekala penguasaan ternak relatif kecil yakni sekitar 3-8 ekor setiap kepala keluarga (HANVEwI et al., 1996). Umur jual ternak domba di pedesaan sekitar 9 sampai 15 bulan (PAMUNGKAS et al., 1996). Tingkat produktivitas ternak domba lokal Indonesia, cukup rendah dan belum sesuai dengan potensi genetik TILMAN, disitasi MATHIvs et al. (1998). Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis pada ternak domba adalah melalui program penggemukan dengan jalan pemberian pakan yang berkualitas tinggi serta jumlah yang memadai. Melalui program ini diharapkan pertambahan bobot hidup meningkat, sehingga akan memberikan nilai ekonomi yang memadai, dan pada akhirnya akan memberikan tambahan pendapatan bagi pemeliharanya baik itu petemak maupun pengusaha. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai istilah pembesaran atau penggemukan sertatahapan-tahapanpenggemukan pada ternak domba. Informasi yang diberikan dapat dimanfaatkan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang 262

pakan ternak; sebagai sumber data bagi pengambil kebijakan, pengusaha, peternak, para peneliti, dan para ilmuwan; serta teknologi dapat diaplikasikan di lapangan. Permasalahan Pemeliharaan ternak domba masih bersifat tradisional dengan pemberian pakan seadanya tanpa memperhatikan kualitas dan jumlah yang memadai, sehinga pertumbuhan ternakpun rendah. Upaya meningkatkan bobot hidup ternak domba adalah melalui penggemukan, sedangkan istilah penggemukan pada ternak domba masih dipertanyakan. Diketahui bahwa penggemukan memberikan gambaran seolah - olah ternak domba pada umur tertentu yang beratnya X kg akan ditingkatkan menjadi X + Y kg, sedangkan menurut SOEBANDRIYO et al. (2000) bahwa pertumbuhan ternak domba menurun seiring dengan bertambahnya umur. Disisi lain dalam program penggemukan ternak domba belum ada standarisasi tahapan - tahan penggemukan, disamping sulitnya mencari ternak bakalan yang seragam bila penggemukan dilakukan dalam sekala besar dan mahalnya sarana produksi. Berdasarkan alasan tersebut, maka perlu dilakukan suatu ulasan mengenai teknologi penggemukan ternak domba yang tepat guna. PEMECAHAN MASALAH Pemecahan non teknis Disepakati bahwa istilah pembesaran adalah pola pemeliharaan oleh peternak tanpa perlakuan khusus yang bertujuan untuk memproduksi anak yang dibesarkan sampai umur siap jual. Sedangkan penggemukan adalah pola pembesaran yang diberi pakan khusus untuk mencapai bobot tertentu sesuai dengan permintaan pasar. Untuk memperoleh ternak bakalan yang seragam dalam jumlah besar maka dapat ditempuh melalui beberapa cara : Diperoleh dari usaha sendiri atau berasal dari luar (pedagang pengumpul dan petani). Bila diperoleh dari usaha sendiri, maka modal yang diperlukan cukup besar terutama dalam penyediaan lahan dan harus ditunjang dengan manejemen yang profesional yaitu manejemen pemuliaan dan reproduksi serta tatalaksana pemeliharaan ternak. 'Sedangkan bila melalui pedagang pengumpul harga akan lebih mahal dan ternak yang seragam baik umur maupun bobot hidup jumlahnya terbatas. Yang paling baik adalah melalui petani, selain kita melakukan pembinaan juga ikut membantu dalam meningkatkan pendapatan dalam usaha ternaknya. Sebagai contoh disuatu kawasan pedesaan dibina empat kelompok tani yang masing-masing memelihara 25 ekor induk dengan 2 ekor pejantan, dengan sistem pemiliharaan secara intensif menggunakan pakan yang tersedia diwilayah tersebut. Tujuan pembinaan ini adalah menghasilkan ternak bakalan yang berumur 7-8 sebanyak 100 ekor /bulan. (KARYANTo dan PRIYANTI, 1997). Guna mengurangi biaya investasi maupun produksi dalam usaha penggemukan skala besar, maka inovasi teknologi serta dukungan dari Pemerintah mutlak diperlukan terutama dalam penyediaan lahan. Diketahui bahwa harga tanah saat ini cukup mahal, maka cara yang terbaik adalah adanya regulasi mengenai pemilikan lahan, misalnya diberikannya fasilitas penggunaan lahan bagi pengusaha petemakan melalui hak guna usaha jangka panjang 20-30 tahun. Kemudian untuk menekan biaya produksi, terutama biaya pemberian pakan, hendaknya dilakukan inovasi teknologi seperti pemberian jerami padi fermentasi atau pakan murah yang berkualitas. Pemecahan secara teknis Melakukan tahapan teknologi penggemukan tepat guna terdiri dari : Pemilihan ternak berdasarkan bentuk luar, bangsa. umur, jenis kelamin dan tipe kelahiran. Penentuan jenis pakan Penentuan lama waktu penggemukan Diketahui bahwa produktivitas domba dipengaruhi oleh faktor internal/genetis dan eksternal/lingkungan. Faktor eksternal dimaksud salah satu diantaranya adalah tatalaksana pemberian pakan. Potensi kemampuan produksi domba dapat diekspresikan dalam bentuk bobot hidup pada umur tertentu, dan bobot karkas. 263

Dukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangdn Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat Penggemukan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah mengupayakan bobot hidup temak domba sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya melalui pemeliharaan yang intensif. Untuk memperoleh bobot hidup yang diharapkan, maka perlu dilakukan tahapan- tahapan program penggemukan dan pemilihan ternak domba bakalan berdasarkan kriteria sebagai berikut : Bentuk tubuh Dipilih ternak yang berpunggung lurus serta memiliki panjang tubuh yang tidak buntet. Temak dengan ciri-ciri tersebut akan memberikan bobot hidup yang berat dibandingkan dengan ternak yang berpunggung melengkung dan buntet. Pada dasarnya adalah pilih ternak-ternak yang berbadan sedang atau gemuk, jangan ternak yang kurus, karena akan membutuhkan waktu penggemukan lebih lama untuk memperoleh bobot hidup yang ditetapkan sesuai dengan permintaan pasar. Bangsa domba Pemilihan bangsa domba disesuaikan dengan kemudahan memperoleh bengsa domba dilapangan, walaupun kita mengenal ada 3 bangsa yakni lokal, import dan persilangan. Bila kita memilih domba lokal, maka pilihlah domba Garut, karena domba ini termasuk bangsa domba yang memiliki tingkat kedewasaan lebih awal, jarak beranak pendek dan pada domba jantan memiliki libido tinggi, bobot hidup jantan dan betina dewasa masing-masing mencapai 40-85 kg dan 34-59 kg (DAMAYANTI et al., 2001). Umur domba Domba yang digemukan hendaknya berumur muda, karena secara ekonomis domba yang masih muda banyak dicari oleh pedagang sate di Purwokerto karena dagingnya lebih empuk dan disukai oleh konsumen (RISMANIAH et al., 1988). Domba muda masih dalam proses pertumbuhan, pertumbuhan pra sapih dari lahir sampai umur sekitar 90 ± 14 hari ternyata lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan pra-sapih antara umur 76 sampai dengan 104 hari. Keadaan ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan mulai menurun dengan bertambahnya umur (SuBANDruyo, 1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin domba persilangan antara domba Lokal Sumatera dengan domba Rambut tidak berbeda nyata terhadap bobot hidup pasca -sapih umur 4 sampai 7 bulan, tetapi ber-pengaruh nyata pada umur 8-9 bulan, (P<0,01) (SUBANDRIYO et al., 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pertumbuhan sampai umur 9 bulan masih dipengaruhi oleh tipe kelahiran. Jenis kelamin Bobot hidup ternak jantan lebih berat dari pada bobot hidup ternak betina (P < 0,01) (SUBANDRIYO et al., 1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa domba hasil persilangan antara domba Lokal Sumatera dengan domba Rambut, bobot hidup jantan pra-sapih 0-11% lebih berat dari domba betina, dan 8-13% lebih berat pada masa pascasapih (SUBANDRIYO et al., 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa bobot hidup domba jantan umur 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 bulan, masing-masing seberat 11,43 ; 13,86 ; 16,12 ; 17,51 ; 18,10 ; clan 19,94 kg. Tipe kelahiran Pilihlah ternak domba dengan tipe kelahiran tunggal, karena ternak yang dilahirkan kembar pertumbuhannya lebih lambat bila dibanding dengan kelahiran tunggal (TIESNAMURTI, disitasi SUBANDRIYO et al., 1998). Domba lahir tunggal 16-28% lebih berat dari yang dilahirkan kembar dua pasca-sapih (SUBANDRIYO et al., 2000). PENENTUAN PAKAN YANG DIBERIKAN Pada penggemukan ternak domba tidak sepopuler penggemukan pada temak sapi, seperti penggemukan dengan sistem tradisional, padang penggembalaan, feedlot dan kombinasi antara penggembalaan dengan feedlot. Namun demikian penggemukan pada domba dapat dilakukan dengan sistem kombinasi pemberian pakan yaitu : rumput dan konsentrat, kemudian kita tentukan per-bandingan antara rumput dengan konsentrat yakni dapat 50 : 50, 40 : 60 atau 30 : 70. 264

Dari hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan adalah penggemukan menggunakan domba lokal lepas sapih dengan bobot hidup antara 8,9-10 1 8 kg, pakan yang diberikan berupa rumput lapang segar, diberikan secara adlibitum dan penberian konsentrat berupa pelet sebanyak 3,5 persen dari bobot hidup, memberikan pertambahan bobot hidup harian sebesar 106 gram/hari dengan bobot potong 20 kg (HERMAN, 1988). Pertambahan bobot hidup harian domba ekor gemuk (DEG) jantan umur 4 bulan antara 82-85 gram/hari, dengan pemberian pakan berupa rumput Gajah sebanyak 20 persen, dan konsentrat sebanyak 3 persen dari bobot hidup (PAMUNGKAS at al., 1995). Hasil penelitian yang dilakukan oleh MATHIUS et al. (1996) menunjukkan bahwa ternak domba Ekor Tipis lepas sapih yang mendapat perlakuan pakan dengan tingkat protein kasar rendah sebesar 15% (BK) dan energi tinggi sebesar 16,5 MJ/kg, memberikan kenaikan bobot hidup harian untuk domba jantan seberat 78 gram/ hari. KARYANTO dan PRIYANTI (1997) melakukan usaha penggemukan domba dengan menggunakan domba yang berasal dari pasar yang berbobot hidup ratarata 20, pakan yang diberikan beruka hijauan segar sebanyak 2 kg/ekor/hari, serta konsentrat dengan kandungan protein 16% sebanyak 0,5 kg/ekor/ hari, kemudian pengemukan dilakukan selama 45 hari menghasilkan pertambahan bobot hidup 120 gram/ekor/hari. Penetuan lama waktu penggemukan Penentuan lama waktu penggemukan tergantung dari tujuan yang akan dicapai, apakah untuk ekspor atau untuk memenuhi kebutuhan hari raya Idul Adha, atau dijual kepasar untu kebutuhan daging domba harian. Yang jelas semakin lama periode penggemukan dilakukan, maka akan semakin besar resiko yang akan dihadapi oleh petemak, terutama resiko ongkos produksi atau resiko lainnya yang tidak terduga seperti kematian ternak. Lama penggemukan domba adalah 45-60 hari, seperti yang dilakukan KARYANTO dan PRIYANTI (1997) yang melakukan penggemukan selama 45 hari. Karkas Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot karkas domba jantan lebih berat dibanding dengan domba betina (OBST at al., 1982). Lebih lanjut dinyatakan bahwa bobot karkas antara 45-50 persen dari bobot hidup, dan dapat di tingkatkan melalui perbaikan pakan, kemudian untuk meningkatkan pendapatan dari penjualan karkas yaitu dengan menjual : kepala, kaki, kulit, dan jeroan (usus besar, usus halus, hati, jantung, paru-paru, limpa, ginjal, dan jaringan lemak), karena beratnya dapat mencapai 63 persen dari bobot hidup. Sedangkan berat karkas ternak domba hasil penggemukan yang dilakukan KARYANTo dan PIUYANTi (1997) adalah 48,5% dari bobot hidup. Penilaian karkas dinyatakan dalam satuan bobot atau dalam persentase, dipengaruhi oleh umur dan bobot hidup (R1sMANIAH et al., 1988). Menurut HERMAN (1988) bahwa karkas dibagi menjadi 7 bagian yaitu : 1) otot, 2) tulang, 3) lemak bawah kulit, 4) lemak antar otot, 5) lemak ginjal, 6) lemak pelvis, dan 7) jaringan. KESIMPULAN DAN SARAN Untuk mendapatkan bobot hidup yang optimum, maka pada program pengemukan ternak domba harus melalui tahapan - tahapan penggemukan dengan sistem pemeliharaan intensifdan disarankan menggunakan bangsa Garut atau persilangan yang berumur 8-9 bulan dengan tipe kelahiran tunggal. DAFTAR PUSTAKA DAMAYANTI, T. L., D. C. BUDINURYANTO dan K. HIDAYAT. 2001. Performa produksi dan reproduksi dombaperiangan. Jurnal Pengembangan Petemakan Tropis. Edisi Spesial. Fakultas Oeternakan Universitas Dipenogoro, Semarang. DITJEN PETERNAKAN. 2003. Buku Statistik Peternakan 2003, Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. HANDEWI, P. S. RACHMAN, dan SUDARYANTO. 1996. Karakteristik usaha ternak domba di daerah lahan 2 6 5

kering (kasus dua desa di Kabupaten Semarang dan Boyolali Jawa Tengah). Prosiding Temu Ilmiah. Hasil - Hasil Penelitian Peternakan. Ciawi, Bogor, 9-11 Januari 1996. Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. 235-240. HERMAN, R. 1988. Kualitas karkas domba lokal hasil penggemukan. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminsia. Cisarua, Bogor 8-10 Nopember 1988. Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Hal. 228-233 KARYANTO. W., dan A. PRIYANTI. 1997. Kajian ekonomi usaha peternakan domba di Indonesia. Pros. Semnas. Peternakan dan Veteriner. 7-8 Januari 1997. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Deptan. Him. 144-152. MATHIUS, I - W., M. MARTAWIDJAJA, A. WILSON, dan T. MANURUNG. 1996. Studi strategi kebutuhan energi - protein untuk domba lokal fase pertumbuhan. JITV. 2 (2) : 84-91. MATHIUS, I - W., B. HARYANTO, dan I. W. R. SUSANA. 1998. Pengaruh pemberian protein dan energi terlindung terhadap konsumsi dan keceaan oleh domba muda. JITV. 3 (2) : 94-100. OBST, J. T., T. CHANIAGO, dan T. BOYES. 1982. Survey mengenai domba dan kambing yang dipotong di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Pros. Seminar Nasional Peternakan. Cisarua, 8-11 Pebruari 1982. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Hlm. 135-144. PAMUNGKAS, D., L. AFANDI, dan U. UMIYASIH. 1995. Pertumbuhan, libido dan kualitas semen domba Ekir Gemuk yang diberi pakan dengan kandungan gizi berbeda. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Cisarua, Bogor, 7-8 Nopember 1995. Jilid II. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Him. 453-464. PAMUNGKAS, D., L. AFANDI, D. B. WIJONO, dan K. MAKSUM. 1996. Karakteristik usaha pemeliharaan domba Ekor Gemuk di daerah sentra bibit pedesaan Jawa Timur. Prosiding Temu Ilmiah. Hasil - Hasil Penelitian Peternakan. Ciawi, Bogor, 9-11 Januari 1996. Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. 241-248. RISMANIAH, I., AMSAR, SOEDJADI, dan A. PRIYONO. 1988. Studi karkas murni kambing lokal. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminsia. Cisarua, Bogor 8-10 Nopember 1988. Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Him. 234-237. SUBANDRIYO. 1995. Penyesuaian bobot sapih domba Jawa terhadap standar umur sapih. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia. 2 : 18-21. SUBANDRIYO, B. SETIADI, M. RANGKUTI, K. DWIYANTO, M. DOLOKSARIBU, LEO. P. BATUBARA, ENDANG ROMJALI, SIMSON ELIASER, dan EKO HANDIWIRAWAN. 1998. Performa domba komposit basil persilangan antara domba lokal Sumatera dengan domba rambut generasi pertama dan kedua. JITV. 3 (2) : 78-86. SUBANDRIYO, B. SETIADI, EKO HANDIWIRAWAN, dan Anus SUPARYANTO. 2000. Performa domba komposit hasil persilangan antara domba lokal Sumatera dengan domba rambut pada kondisi di kandangkan. J!TV. 5 (2) :73-83. 266