IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

BAB III STUDI LITERATUR

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH PADAT KOTA BERDASARKAN KAJIAN ANALISIS PENGGUNAAN BIAYA ENERGI (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT)

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Mulai. Perumusan Masalah. Lengkap? Ya. Menentukan Tujuan Sistem. Identifikasi Output dan Evaluasi Aspek. Interpretasi Black Box Diagram.

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

1. Pendahuluan ABSTRAK:

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 2006

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA DI KABUPATEN BEKASI JAWA BARAT

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

Gambar 2.1 organik dan anorganik

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO

Untuk lebih jelasnya wilayah Kabupaten Karangasem dapat dilihat pada peta di bawah ini :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

EVALUASI METODE PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK UMUR LAYAN DI TPA PUTRI CEMPO

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan dan keindahan lingkungan haruslah diperhatikan oleh

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN MESIN PELEBUR SAMPAH (INCINERATOR) PROPOSAL. Mudah dalam pengoperasian. Tidak perlu lahan besar. Hemat energy.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk padat (Menteri Hukum dan HAM, 2008). Bertambahnya. sampah erat kaitannya dengan peningkatan aktivitas manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. KEBERSIHAN. Tempat Penampungan Sementara (TPS) saat ini yang ada berupa Container sebanyak 48. Depo/ Landasan Container sebanyak 11 unit; Profile

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah sampah ini bervariasi menurut waktu dan tempat yang berbeda. Sampah kota dalam jumlah besar dijumpai pada daerah dengan kepadataan penduduk tinggi (Beukens, 1975 di dalam Winarti, 1997). Sedangkan berdasarkan Status Lingkungan Hidup Daerah ( SLHD) Kota Bogor 2006, DLHK Kota Bogor, bahwa karakteristik dan kuantitas sampah yang dihasilkan oleh kegiatan perkotaan sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi dan karakteristik kota yang bersangkutan. Jumlah sampah di Kota Bogor terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Dari tahun 2005 timbulan sampah sebanyak 793,448 m 3 /tahun atau sekitar 2,204 m 3 /hari menjadi 800,640 m 3 /tahun atau sekitar 2,224 m 3 /hari pada tahun 2008. Berdasarkan Tabel 3 sumber sampah terbesar yaitu berasal dari rumah tangga atau pemukiman sebesar 63.1 persen, kemudian disusul sampah yang berasal dari pasar sebesar 13.3 persen. Secara lengkap persentase sampah dan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase sampah dan sumbernya di Kota Bogor No. Sumber Sampah Jumlah (%) 1 Rumah tangga atau pemukiman 63.1 2 Pasar 13.3 3 Sapuan jalan 7.5 4 Pertokoan atau restoran 7 5 Fasilitas umum 4.5 6 Industri 4.7 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (2005) Limbah padat organik di Kota Bogor memiliki persentase yang paling tinggi sebesar 72.88 persen. Komposisi sampah di Kota Bogor dapat

dilihat pada Tabel 4. Dari hasil pengukuran komposisi sampah di beberapa TPS pasar di Kota Bogor jenis sampah organik memiliki persentase yang tinggi yaitu rata-rata di atas 60 persen. Sampah di TPS pasar berasal dari sisasisa kegiatan pasar berupa sisa sayuran, sisa buah-buahan serta dari kemasan produk pangan (plastik, kertas, kayu dan lain-lain). Penentuan komposisi sampah di TPS pasar dilakukan dengan pengambilan sampel sampah di tiga titik yang berbeda untuk tiap TPS. Untuk di TPS pasar Jl. Dewi Sartika dilakukan pengambilan sampel sampah di enam titik yang berbeda karena terdapat dua TPS. Data hasil pengkomposisian sampah di TPS Pasar dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai Lampiran 4. Tingginya jumlah sampah organik yang dihasilkan di beberapa pasar di Kota Bogor sangat berpotensi untuk dilakukan pengolahan di sumbernya (TPS) untuk diolah menjadi kompos. Sehingga akan mengurangi biaya pengangkutan sampah ke TPA. Tabel 4. Komposisi sampah di Kota Bogor No. Jenis Sampah Jumlah (%) 1 Organik 72.88 2 Kertas 5.98 3 Plastik 11.11 4 Logam 1.74 5 Kaca atau gelas 2.07 6 Karet 1.65 7 Kain/tekstil 1.88 8 Kayu 1.18 9 Lain lain 1.51 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (2005) Tingginya sampah organik di pasar-pasar tradisional di Kota Bogor karena banyaknya sampah yang berasal dari sisa sayur-sayuran, buah-buahan dan sisa makanan yang terbuang. Sampah plastik biasanya berasal dari sisa pembungkus, begitu juga kertas. Sampah kain kebanyakan dari pedagang

tekstil, sedangkan sampah kaca, kayu, logam dan karet berasal dari sisa pedagang pecah belah, buah-buahan, sembako, elektronik dan lain-lain. 2. Sifat Kimia Sampah Untuk sifat kimia sampah Kota Bogor, DLHK Kota Bogor tidak secara langsung melakukan perhitungan sendiri terhadap sifat kimia sampah. Departemen Cipta Karya Jakarta pada Tahun 2006 melakukan penelitian terhadap sifat kimia sampah Kota Bogor mengenai Profil Kota Bogor 2006. Karakteristik timbulan sampah Kota Bogor berdasarkan sifat kimianya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sifat kimia sampah Kota Bogor Parameter Nilai Kadar Air 58.82 % Kadar Abu 7.75 % Kadar C- Organik 39.46 % Kadar N 0.97 % Kadar P 17,052.30 mg/kg C/N 40.68 Nilai Kalor 2,200 2,500 kkal/kg Sumber: Konsultan, Departemen Cipta Karya Jakarta (2006) B. SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA Dari limbah yang dihasilkan di beberapa daerah dapat dilakukan penanganan dengan beberapa kemungkinan yaitu didaur ulang menjadi bahan baku pada suatu proses produksi (kertas, karton, plastik, logam, botol dan sebagainya), diolah menjadi kompos (umumnya dari jenis sampah organik), ditumpuk di tempat pembuangan sampah akhir. Penanganan sampah yang tepat, selain dapat menjadi jalan keluar dari masalah keterbatasan lahan untuk penumpukan/pembuangan sampah, juga dapat memberikan manfaat atau nilai ekonomis.

Secara umum pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah Kota Bogor tetapi masyarakat bertanggung jawab untuk mengumpulkan atau menempatkan sampah rumah tangga pada tempat sampah sementara (TPS) individu, kemudian pengangkutan dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah Kota (DLHK). Secara garis besar tahap pertama di dalam penanganan sampah Kota Bogor ialah mengumpulkan sampah dari berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan, kemudian pengangkutan sampah ke TPA, kemudian mulai melakukan pengolahan sampah menjadi kompos di lokasi TPA Galuga, Kecamatan Cibungbulang. Di TPA Galuga yang diolah menjadi kompos pun hanya sampah yang berasal dari sampah pasar. Sampah organik dari sumber lain langsung dibuang di lahan TPA yang disediakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum sistem pengelolaan sampah di Kota Bogor masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang tanpa ada penanganan di lokasi sumber sampah. Menurut Clark (1977) di dalam Kurniawan (2006) banyak cara dapat ditempuh dalam pengelolaan sampah diantaranya yang dianggap terbaik hingga sekarang adalah sistem penimbunan atau pemadatan secara berlapis (Sanitary Landfill), sehingga sampah tidak terbuka lebih dari 24 jam. Di TPA Galuga pengelolaan sampah dengan metode controlled landfill yang sebenarnya hampir sama dengan metode open dumping, namun pada metode controlled landfill terdapat proses penanganan sampah lanjutan, seperti pengolahan menjadi kompos untuk sampah organik dan sampah tidak hanya dibuang ke tempat terbuka tanpa ada perlakuan. Sampah yang dibawa oleh truk sampah ke TPA Galuga memperhatikan lokasi pembuangan, dimana untuk tumpukan sampah dilakukan secara merata tidak hanya ditumpuk pada satu titik yang menyebabkan sampah menumpuk pada satu titik. Selain memperhatikan lokasi penumpukan sampah, metode controlled landfill juga telah dilengkapi dengan unit pengolahan air lindi.

Gambar 6. TPA Galuga (Kecamatan Cibungbulang) Pelayanan penanganan sampah belum sepenuhnya terjangkau oleh petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. Hal ini dapat disebabkan karena kesulitan menjangkau area pelayanan (seperti lingkungan perumahan yang padat, lokasi yang tidak bisa dilalui truk sampah) dan karena keterbatasan jumlah personil tenaga kebersihan. Untuk lokasi yang belum dapat terjangkau pelayanan kebersihan, masyarakat melakukan penanganan sampah sendiri, seperti membakar, membenamkan sampah dalam tanah dan sebagian membuang ke sungai. Untuk melaksanakan tugas, DLHK Kota Bogor memiliki petugas operasional Kebersihan (diluar 1 Kepala Bidang) dengan total jumlahnya sebanyak 563 orang. Secara lengkap petugas kebersihan DLHK Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Petugas kebersihan DLHK Kota Bogor Petugas Kebersihan Jumlah (orang) Kepala Dinas 1 Kepala Seksi 2 Pengawas Angkutan 2 Koord. Wilayah 9 Pengemudi Dump Truk 64 Pengemudi Arm Roll Truk 30 Crew Angkutan 185 Pengawas Penyapu 2 Pengendali 28 Penyapu 240 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (2007) Sarana operasional yang dimiliki DLHK Kota Bogor dalam upaya penanganan sampah meliputi alat pengangkut sampah dan prasarana pengelolaan sampah. Secara lengkap jenis dan jumlah secara operasional tersebut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Sarana operasional yang dimiliki DLHK Kota Bogor No. Sarana Operasional Jumlah(unit) 1 Alat Pengangkut Sampah - motor sampah 10 - dump truck 64 - arm roll 30 - kijang pick up 6 - minibus 2 - truk tangki air 1 - truk tinja 4 - sepeda motor 16 - container 100 - gerobak sampah 68 - bulldozer 3 - whell loader 2 - excavator 1 - track loader 1 - backhoe loader 2 2 Prasarana Pengelolaan Sampah - transfer depo 9 - TPS 967 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (2007) Pola operasional dalam pengelolaan sampah di Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 7. Pola operasional pengelolaan sampah pasar di Kota Bogor masih sangat sederhana, yaitu sampah yang berasal dari sumber sampah di dalam pasar disapu dan dikumpulkan oleh petugas dari dinas pasar atau dinas kebersihan kedalam tempat penampungan sementara (TPS). Kemudian sampah yang telah tertampung tersebut siap untuk diangkut oleh truk, dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan Cibungbulang. Dari sistem pengelolaan sampah yang ada di pasar-pasar Kota Bogor akan dilakukan analisis biaya pada tahap pengumpulan sampah ke TPS sampai

pengangkutan sampah ke TPA baik itu berupa tenaga manusia maupun dari segi konsumsi BBM. Sumber sampah pasar Penyapuan dan pengumpulan oleh petugas dari dinas kebersihan Tempat pemindahan (TPS) Pengumpulan dan pengangkutan dengan truk Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Gambar 7. Bagan Pola Operasional Pengelolaan Sampah Pasar di Kota Bogor Gambar 8. Pola Pengelolaan Sampah Di Kota Bogor C. ANALISIS BIAYA ENERGI PENGELOLAAN SAMPAH KOTA Analisis biaya energi diarahkan kepada sistem pengelolaan sampah kota khususnya sampah pasar secara konvensional tanpa adanya pengolahan di

sumber (TPS), dimana sampah langsung diangkut ke TPA dan sebagai alternatif yaitu sistem pengelolaan sampah kota khususnya sampah pasar secara modern dengan adanya sebagian sampah yang diolah di sumber (TPS). Untuk sistem pengelolaan sampah pasar secara konvensional dihitung energi pengangkutan mulai dari pengumpulan sampah dari sumber ke TPS sampai kepada pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Hitungan ini terdiri dari dua komponen pokok yaitu biaya personal (gaji/upah) dan biaya peralatan (bahan bakar, dan pemeliharaan). Dalam penelitian ini hanya biaya operasional (operasional cost) yang diperhitungkan. Biaya seperti yang ditampilkan pada Tabel 8 dihitung berdasarkan data Tabel Lampiran 5, dalam satuan waktu dengan asumsi 30 hari kerja per bulan. Tabel 8. Biaya Pengumpulan Sampah dari Sumber ke TPS dan Pengangkutan dari TPS ke TPA Pengangkutan sampah dari sumber sampai ke TPA Vol. Sampah terangkut (m 3 /hari) Biaya operasional (Rp/hari) Psr. Merdeka 12 569,470 Psr. Jl. Dewi Sartika 24 867,274 Psr. Bogor 48 2,645,142 Psr. Jambu Dua 9 507,857 Sumber: Hasil Analisis Data Tabel 8 menunjukkan biaya operasional pengelolaan sampah pasar secara konvensional per hari mulai dari pengumpulan sampai pengangkutan sampah ke TPA tanpa adanya sebagian sampah yang diolah di sumber (TPS) untuk pasar Merdeka adalah Rp 569,470 per hari atau sebesar Rp 47,456 per m 3 sampah pasar, pasar Jl. Dewi Sartika adalah Rp 867,274 per hari atau sebesar Rp 36,136 per m 3 sampah pasar, sedangkan untuk pasar Bogor adalah Rp 2,645,142. per hari atau sebesar Rp 55,107 per m 3 sampah pasar dan pasar Jambu Dua adalah Rp 507,857 per hari atau sebesar Rp 56,429 per m 3 sampah pasar.

Untuk sistem pengelolaan sampah pasar secara modern dihitung biaya operasional pembuatan pupuk kompos per hari untuk sebagian sampah pasar yang berupa sampah organik yang didasarkan atas perkiraan biaya pembuatan pupuk kompos sebanyak 4 m 3 sampah per hari (Lampiran 6). Hitungan ini terdiri dari biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing tahapan dalam pembuatan pupuk kompos. Biaya pembuatan pupuk kompos di tiap tempat penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 dihitung berdasarkan data Tabel Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9 dan Lampiran 10, dalam satuan waktu dengan asumsi 30 hari kerja per bulan. Tabel 9. Biaya Pembuatan Pupuk Kompos di Tiap Tempat Lokasi Vol. Sampah (m 3 /hari) Biaya operasional (Rp/hari) TPS Psr. Merdeka 12 373,000 TPS Psr. Jl. Dewi Sartika 24 720,000 TPS Psr. Bogor 48 1,131,000 TPS Psr. Jambu Dua 9 344,250 Sumber: Hasil Analisis Pada sistem pengelolaan sampah pasar secara modern selain dihitung biaya pembuatan pupuk kompos per hari untuk sampah organiknya, maka untuk sisa sampah yang berupa anorganik harus diangkut ke TPA. Untuk pengangkutan sampah anorganik ke TPA dibutuhkan biaya pengangkutan. Biaya yang dibutuhkan untuk mengangkut sampah anorganik per hari ke TPA ditampilkan pada Tabel 10 dihitung berdasarkan data Lampiran 12, dalam satuan waktu dengan asumsi 30 hari kerja per bulan.

Tabel 10. Biaya Pengangkutan Sampah Anorganik Ke TPA Pengangkutan sampah Vol. Sampah anorganik Biaya operasional anorganik dari sumber ke terangkut (m 3 /hari) (Rp/hari) TPA Psr. Merdeka 2.88 136,673 Psr. Jl. Dewi Sartika 0.24 8,673 Psr. Bogor 15.84 872,895 Psr. Jambu Dua 1.53 86,336 Sumber: Hasil Analisis Dari Tabel 9 dan 10 menunjukkan bahwa besarnya biaya energi yang harus dikeluarkan bila menggunakan sistem pengelolaan sampah pasar secara modern dengan adanya pengolahan sebagian sampah di lokasi sumber sampah (TPS) yaitu dari penjumlahan biaya untuk pembuatan pupuk kompos dan biaya pengangkutan sampah anorganik ke TPA untuk lokasi pasar Merdeka adalah Rp 509,673 per hari atau sebesar Rp 42,473 per m 3 sampah pasar, pasar Jl. Dewi Sartika adalah Rp 728,673 per hari atau sebesar Rp 30,361 per m 3 sampah pasar, sedangkan untuk pasar Bogor adalah Rp 2,003,895 per hari atau sebesar Rp 41,748 per m 3 sampah pasar dan pasar Jambu Dua adalah Rp 430,586 per hari atau sebesar Rp 47,843 per m 3 sampah pasar.

3000000 2.645.142 2500000 Biaya Operasional 2000000 1500000 1000000 500000 569.470 509.673 867.274 728.673 2.003.895 507.857 430.586 0 12 24 48 9 Psr. Merdeka Psr. Jl. Dew i Sartika Lokasi Psr. Bogor Psr. Jambu Dua Vol. Sampah terangkut (m3/hari) Sistem Konvensional Sistem Modern Gambar 9. Diagram Perbandingan Biaya Energi Sistem Pengelolaan Sampah Secara Konvensional dan Secara Modern D. ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH KOTA Pengelolaan sampah merupakan salah satu prioritas program pemerintah Kota Bogor pada tahun 2005-2009 dalam rangka pengelolaan kesehatan lingkungan masyarakat. Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengubah sampah menjadi bentuk yang tidak mengganggu, dan menekan volume sehingga mudah diatur. Selama ini alternatif pengelolaan sampah yang ada di Kota Bogor yaitu dimulai dengan melakukan pengumpulan sampah, pengangkutan sampah ke TPA Galuga, pembakaran sebagian sampah dengan insinerator dan pengolahan sampah di TPA Galuga dengan pengomposan. Di Kota Bogor

mempunyai 2 unit insinerator di Pasar Bogor dan 3 unit insinerator di DLHK Kota Bogor. Pengelolaan sampah dengan insinerator di kedua tempat tidak lagi beroperasi dikarenakan biaya operasional yang mahal. Jika sampah diangkut dan diolah menjadi kompos di TPA, masalah yang timbul adalah tidak semua sampah dapat terangkut dikarenakan banyak pemukiman warga yang susah dijangkau oleh mobil pengangkut sampah dan kebiasaan warga pinggir sungai yang membuang sampahnya ke sungai. Beberapa alternatif pengelolaan sampah adalah penumpukan, pengomposan, pembakaran, sanitary landfill, untuk pakan ternak serta untuk pembuatan biogas. Penumpukan memang cara yang sederhana dan murah, namun akan menimbulkan resiko berjangkitnya penyakit menular dan pencemaran yang berupa bau dan kekumuhan. Pembakaran akan menimbulkan pencemaran asap, bau dan kebakaran. Pembakaran dengan teknologi incineration yaitu sampah dibakar pada suhu yang sangat tinggi memang sampah akan terbakar habis, namun dibutuhkan biaya investasi dan operasional yang sangat tinggi dan suhu minimal agar sampah dapat terbakar habis seringkali tidak dapat dicapai sehingga pembakaran menghasilkan pencemaran. Sanitary landfill merupakan cara yang paling murah, tidak ada pemisahan sampah dan investasi masih rendah, namun memerlukan tanah yang luas, sehingga untuk kota besar tidak memungkinkan, selain itu pengoperasiannya harus sesuai dengan standar dan dapat menimbulkan gas metana yang berbahaya. Untuk pakan ternak merupakan cara yang paling efektif, namun ternak hanya menyukai jenis sampah tertentu, misalnya sampah sayuran yang masih segar. Pembuatan biogas dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang menguntungkan jika dibandingkan dengan bahan bakar tradisional (misalnya kayu), namun dibutuhkan biaya investasi yang tinggi dan cara yang tidak sederhana. Sehingga dalam waktu dekat pengomposan adalah alternatif yang paling mungkin diterapkan karena pengomposan hanya membutuhkan teknologi yang sederhana, dengan biaya penanganan yang relatif rendah, serta dapat menangani sampah dalam jumlah yang banyak. Seperti yang telah disinggung sebelumnya pada sub bahasan C, alternatif untuk sistem pengelolaan sampah kota khususnya sampah pasar

yaitu dengan pengolahan sampah mendekati sumbernya yaitu di lokasi TPS pasar sebagai sistem pengelolaan sampah pasar secara modern. Pengolahan sampah mendekati sumbernya dapat dilakukan dengan pengolahan sampah menjadi pupuk kompos. Pengomposan sampah kota khususnya sampah pasar yang kaya akan sampah organik merupakan kegiatan yang memberikan nilai ekonomis baik dilihat sebagai suatu unit produksi maupun sebagai subsistem dari keseluruhan operasional pengelolaan sampah. Manfaat ekonomi tersebut tidak hanya diperhitungkan dari selisih antara nilai penjualan dengan biaya produksi kompos, akan tetapi dapat dilihat dari nilai biaya pengangkutan dan pembuangan akhir sampah sebagai akibat dari terjadinya penurunan volume sampah yang harus dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. Kegiatan pengomposan yang dilakukan sebagai alternatif sistem pengelolaan sampah di Kota Bogor dapat dilakukan secara sederhana pada tiap-tiap pasar yaitu seperti dilukiskan dalam diagram pada Gambar 10. Pengangkutan sampah Pemilahan bahan organik dan anorganik Pencacahan Pengeringan & Pengemasan Pemantauan suhu dan kelembaban selama 2 minggu Proses fermentasi dan pencampuran dengan bioaktivator Gambar 10. Proses Pengolahan Kompos Pasar-pasar di Kota Bogor setiap harinya menghasilkan sampah organik yang rata-rata diatas 60 persen dari total sampah yang dihasilkan. Hal ini sangat berpotensi untuk diolah menjadi kompos. Sampah organik diasumsikan akan mengalami penyusutan sebesar 80 % setelah menjadi pupuk kompos. Besarnya biaya untuk mengolah sampah organik menjadi kompos

telah dibahas dalam sub bahasan C pada Tabel 9. Secara keseluruhan alternatif sistem pengelolaan sampah kota (sampah pasar) dapat dilihat pada Gambar 11. Sumber sampah (pasar) TPS anorganik Organik Angkut ke TPA Kompos jual Gambar 11. Alternatif Pengelolaan Sampah Kota (Sampah Pasar) E. POTENSI PUPUK KOMPOS Potensi pupuk kompos di masing-masing tempat penelitian dihitung berdasarkan harga jual pupuk ke masyarakat. Harga jual sekitar Rp 400/kg sampai Rp 1000/kg. Perhitungan potensi sampah organik untuk pupuk kompos di tiap tempat dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai potensi sampah organik untuk pupuk kompos di tiap tempat dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Potensi Pupuk Kompos di TPS Psr. Merdeka, TPS Psr. Jl. Dewi Sartika, TPS Psr. Bogor, TPS Psr. Jambu Dua No. Tempat Potensi (Rp/hari) 1 TPS Psr. Merdeka 393,400 2 TPS Psr. Jl. Dewi Sartika 994,700 3 TPS Psr. Bogor 1,414,000 4 TPS Psr. Jambu Dua 347,200 Sumber: Hasil Analisis Dari keempat tempat penelitian belum ada yang memanfaatkan sampah organik sebagai bahan baku pupuk kompos, sehingga dari nilai perhitungan potensi pupuk kompos diatas diharapkan menjadi pertimbangan untuk alternatif pengelolaan sampah di pasar Kota Bogor.