DASAR-DASAR KOPERASI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

III KERANGKA PEMIKIRAN

Koperasi 1

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

Pentingnya Koperasi bagi

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

PENGERTIAN KOPERASI, KONSEP, NILAI, PRINSIP, PENDEKATAN, dan PERAN KOPERASI PENGERTIAN KOPERASI.

sejarah timbulnya Koperasi, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

MEMPERTANYAKAN IMPLEMENTASI JATIDIRI KOPERASI 1

PENINGKATAN KAPASITAS KOPERASI MELALUI JARINGAN PENGEMBANGAN SDM. Orientasi oleh Rajiv I.D. Mehta, ICA AP

BAGAIMANA MENGELOLA KOPERASI YANG PRODUKTIF?

TUGAS AKHIR MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

3. Masalah ekonomi modern adalah barang dan jasa apa yang akan diproduksi, bagaimana cara memproduksi dan.

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

MODUL PEMBELAJARAN EKONOMI X SMA EKONOMI KELAS X SMA RETVIAN PUTRI IRMI

SISTEM EKONOMI INDONESIA DAN DEMOKRASI EKONOMI P 5

INTERNATIONAL LABOUR CONFERENCE (Konferensi Buruh Internasional, ILO)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

Mohammad Hatta: Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dibidang

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI KOPDIT

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S.

Bentuk-Bentuk Kepemilikan Bisnis

Secara umum, organisasi ekonomi ini memiliki karakteristika (ciri-ciri) sebagai berikut:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

BUPATI BANYUMAS PROVINSIJAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

URAIAN MATERI. A. Pengertian Koperasi

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

BAB III. Pelaksanaan Kerja Praktek. Koperasi sebagai salah satu pilar penyangga perekonomian nasional memiliki ketentuanketentuan

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB I KEBUTUHAN MANUSIA, KELANGKAAN, DAN SISTEM EKONOMI

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

KOPERASI.

ANAJEMEN KOPERASI PENGERTIAN DASAR MANAJEMEN DAN ORGANISASI KOPERASI. New Version 2014 PENGERTIAN DASAR MANAJEMEN PENGERTIAN RGANISASI KOPERASI

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

MANAJEMEN KOPERASI Oleh: Annisa Ratna Sari, M.S.Ed

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR KOPERASI TRISAKTI BHAKTI PERTIWI

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

KONSEP DASAR EKONOMI M. SETIO N 2008

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Tugas Resume Hubungan Industrial

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

I. DASAR SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM.

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dan bertahan hidup tentunya dengan caranya sendiri-sendiri.

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Bandung, 04 Maret Pertemuan ke - 2

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2003 SERI E

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung) 1.

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. LANDASAN TEORI Sejarah Koperasi Internasional

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

Transkripsi:

DASAR-DASAR KOPERASI Bab 1 dari Buku Dasar-Dasar Manajemen Koperasi Kredit (Credit Union) Disalin dan ditata letak oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna www.puskopditbag.org

sumber : blog.binadarma.ac.id DASAR-DASAR KOPERASI Koperasi dikenal di Indonesia sebagai salah satu pelaku ekonomi di samping BUMN dan swasta. Sebagai pelaku ekonomi, koperasi diharapkan memberi kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan nasional. Pada kenyataannya peran koperasi masih sangat jauh dari yang diharapkan. Namun kenyataan itu hendaknya tidak menjadi halangan untuk mengenal lebih mendalam mengenai koperasi. Khususnya bagi Anggota, Pengurus, Pengawas, Manajemen dan Pemerhati Koperasi yang akan terlibat lebih jauh dalam Koperasi, mereka perlu mencermati ciri-ciri yang membedakannya dari dua pelaku ekonomi lain. Tetapi sebelum kita melihat ciri-ciri koperasi yang tertuang dalam prinsip-prinsip koperasi, sebaiknya kita perlu mengetahui mengapa koperasi timbul dalam sejarah. Koperasi berasal dari Cooperation yang artinya kerjasama. Ini sudah memberi ciri bentuk usaha itu sendiri yang didasarkan atas kerjasama insan-insan di dalamnya sebagai pemilik. Pokok bahasan ini diberikan dengan tujuan agar pesertanya memahami landasan usaha koperasi dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Setiap insan manusia pada dasarnya ingin bekerjasama. Sebagai mahluk sosial ia didorong oleh nalurinya untuk berhubungan dengan mahluk sesamanya. Dan karena setiap manusia memiliki akal dan budi, maka ia disadarkan akan keterbatasannya di dalam ruang dan waktu sehingga ia membutuhkan pertolongan sesama untuk dapat mempertahankan hidup. Insan manusia juga sangat bergantung pada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok ekonominya. Hanya dengan jalan kerjasama pula ia akan mampu mengembangkan dirinya baik dalam aspek fisiologis, intelektualitas maupun potensi spiritualnya. Kerjasama sudah dikenal sejak dari permulaan sejarah hidup manusia. Kerjasama merupakan koordinasi dari daya-daya individual melalui usaha-usaha kelompok guna memenuhi kebutuhan sosial maupun ekonominya. Perusahaan dagang, klub olah raga, organisasi profesional, partai-partai politik, perkumpulan socio cultural atau religius merupakan bentuk-bentuk kerjasama yang dibangun orang untuk dapat mengekspresikan naluri kerjasamanya. Singkatnya, KERJASAMA dengan semangat saling membantu memang dapat ditemukan baik dalam pemikiran maupun kehidupan manusia di manapun juga. Kerjasama merupakan koordinasi dari daya-daya individual melalui usaha-usaha kelompok guna memenuhi kebutuhan sosial maupun ekonominya.

Sebelum tumbuhnya iklim ekonomi pasar (market economy), orang masih hidup dalam suasana ekonomi yang swasembada di masyarakat pedesaan. Keluarga tani dalam subsistem memproduksi hasil taninya melalui kerjasama gotong royong. Selama panen tidak gagal, masyarakat tersebut akan terus swasembada (di bidang pangan mereka). Standar kehidupan masyarakat masih rendah dan mereka bergantung sepenuhnya kepada kemurahan alam. Tapi dengan munculnya ekonomi pasar, orientasi yang pada awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, diubah menjadi orientasi produksi yang diarahkan kepada pasar di tingkat nasional maupun internasional. Celakanya, sarana produksi dan distribusi hanya dikuasai oleh segelintir orang kaya saja. Melalui sistem ekonomi pasar ini banyak masyarakat tani didorong ke arah spesialisasi dan pembagianpembagian kerja. Sumber-sumber alam dan manusia dimanfaatkan secara rasional dan teknik-teknik efisien dipakai untuk mencapai produksi masal. Peningkatan produksi berarti juga meningkatnya kekayaan masyarakat dan negara. Hanya disayangkan bahwa daya dorong sistem kapitalis ini hanya mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya dan keuntungan tidak terbagi secara merata antara majikan dan buruh. Sebagian kecil anggota masyarakat menjadi kaya-raya, tetapi sebagian besarnya lagi kian bertambah miskin. Sejarah telah merekam berbagai bentuk kerjasama yang tumbuh dalam banyak negara dan waktu yang berbeda-beda, dalam kaitannya dengan kebutuhan orang-orang dalam tahap perkembangan sosial ekonomi mereka masing-masing. Kerjasama dan partisipasi masyarakat dalam peristiwa-peristiwa sosial religius seperti di dalam kelahiran, perkawinan, penderita penyakit, kematian dan pemakaman masih nampak dengan jelas dalam adat istiadat masyarakat pedesaan. Pada masyarakat yang masih primitif maka pengumpulan makanan, berburu, menangkap ikan masih merupakan kegiatan yang komunal. Di dalam masyarakat tani subsistem di pedesaan, maka kegiatan ekonomi berupa pembangunan rumah, pembuatan jalan, pemetikan panen, penggembalaan ternak, dan sebagainya masih dilakukan secara gotongroyong oleh sekelompok rukun tetangga. Malahan dalam kegiatan di masyarakat umum dikenal beberapa istilah untuk bentuk kerjasama gotong-royong seperti mapalus di Sulawesi Utara dan Subak di Bali. Pada abad pertengahan, orang eropa membangun saluran air dan membuat sistem irigasi secara kooperatif, sebut saja fruiters di Perancis, zagudras di Yugoslavia, ayllus di Peru, Ejidos di Meksiko, Fads di India. Kesemuanya merupakan bentuk kerjasama pertanian yang dilakukan secara tradisional pada abad-abad yang lampau. Menjelang pertengahan abad ke-19 muncullah berbagai organisasi buruh untuk menentang ketidakadilan yang dilahirkan oleh sistem kapitalis ini. Serikat-serikat buruh memberi corak kerjasama tersendiri. Lalu sekelompok konsumen di Inggris merasa bahwa mereka bisa meningkatkan kerjasama tradisional menjadi kerjasama terarah sehingga untuk pertama kalinya muncul sebuah koperasi dalam bentuk yang masih klasikal di kota Rochdale. Sekelompok konsumen yang merasa dirugikan kemudian merintis terbentuknya koperasi konsumsi pada tahun 1844. Mereka mendirikan perkumpulan koperasi ini untuk dapat membeli barang-barang kebutuhan mereka dan kemudian menjualnya kepada para anggota secara langsung, sehingga dengan demikian harganya bisa jauh lebih murah.

Seperti telah dikemukakan di atas, para konsumen yang ingin memperolah barang dengan harga relatif murah bersama-sama membentuk koperasi. Ada dua faktor utama yang mendorong konsumen miskin di kota Rochdale membentuk usaha koperasi: 5.1. Mutu barang yang amat jelek pada waktu itu (misalnya: gula dan garam dicampur pasir, makanan kaleng banyak yang busuk) 5.2. Harga barang yang amat tinggi yang menyebabkan si miskin harus berhutang terus menerus. Kebobrokan situasi yang ada waktu itu telah memaksa mereka untuk bertindak lalu mencetuskan sebuah revolusi yang sama sekali tidak terduga. Mereka kemudian menemukan prinsip-prinsip (Rochdale principles) yang menjadi dasar gerakan Koperasi yang sekarang berkembang ke seluruh dunia. Adapun prinsip-prinsip (pola dasar) yang mereka temukan itu adalah sebagai berikut: Kepada anggota yang berjasa dibayarkan uang jasa Bunga dibatasi Jual dengan harga pasaran dan selalu dengan pembayaran kontan Perkembangan terus menerus Penyelenggaran secara demokratis; satu anggota, satu suara, tanpa perwakilan suara Keanggotaan terbuka Netral dalam agama dan politik Pendidikan terus menerus Pada bulan September 1995, dalam sidang ICA memperingati 100 tahun Koperasi, yang diadakan di Manchester, ICA merumuskan kembali prinsip-prinsip koperasi. Dalam sidang tersebut, ICA merumuskan identitas, nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut: 6.1. Definisi Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orangorang yang bergabung secara suka rela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan diawasi secara demokratis. 6.2. Nilai-nilai Koperasi berlandaskan nilai-nilai menolong diri sendiri, bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokrasi, kesetaraan, keadilan dan solidaritas. Berdasarkan tradisi para pendirinya, para anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etis; kejujuran, keterbukaan tanggung jawab sosial dan peduli pada orang lain.

Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik Koperasi dapat digolongkan menurut jenisnya. Dalam UU No. 25/1992 tentang perkoperasian, diatur tentang penjelasan koperasi. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktifitas seperti koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi pemasaran, koperasi jasa. Prinsip ke-1 : Keanggotaan yang sukarela dan terbuka Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menerima jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaannya, tanpa membedakan jenis kelamin (gender), latar belakang sosial, ras, politik atau agama. Prinsip ke-2 :Pengawasan demokratis oleh anggota Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan wanita yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggung jawab kepada rapat anggota. Dalam koperasi primer, para anggota memiliki hak suara sama (satu angota satu suara) dan koperasi di tingkat-tingkat lainnya juga dikelola secara demokratis. Prinsip ke-3 : Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi Para anggotanya memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis. Setidak-tidaknya sebagia dari modal itu adalah miik bersama koperasi. Apabila ada, para anggota biasanya menerima kompensasi yang terbatas atas modal yang diisyaratkan untuk menjadi anggota. Prinsip ke-4 : Otonomi dan kemandirian Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi lain, termasuk pemerintah, atau memupuk modal dari sumber luar, koperasi melakukannya berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para anggotanya dan mempertahankan otonomi mereka. Prinsip ke-5 : Pendidikan, pelatihan dan penerangan Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manajer dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. Mereka memberikan penerangan kepada masyarakat umum, khususnya pemuda dan para pembawa opini di masyarakat, tentang hakekat perkoperasian dan manfaat berkoperasi. Prinsip ke-6 : Kerjasama antar koperasi Koperasi melayani para anggotanya secara efektif dan memperkuat gerakan koperasi dengan kerjasama melalui struktur lokal, nasional, regional dan internasional. Prinsip ke-7 : Kepedulian terhadap masyarakat Koperasi melakukan kegiatan untuk pengembangan masyarakat secara berkelanjutan, melalui kebijakankebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota. Dalam perkembangannya ke depan koperasi juga perlu merealisasikan perannya dalam bentuk tanggung jawab sosial koperasi atau cooperative social responsibillity. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi harus dapat dibedakan dari badan usaha lain. Untuk itu perlu diperhatikan ciri khas koperasi sebagai berikut : 8.1.Dari sudut pemiliknya: Perusahaan perseorangan dimiliki perorangan, Perusahaan negara dimiliki oleh negara Koperasi dimiliki oleh anggota-anggotanya secara bersama 8.2.Dari segi tujuannya : Perusahaan perseorangan bertujuan menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemiliknya. Perusahaan negara mengabdi kepentingan negara Koperasi mengabdi kepentingan anggotanya untuk kesejahteraan sebesar-besarnya bagi anggotanya. 8.3.Dari segi penyelenggaraannya : Perusahaan perorangan dikendalikan oleh pemilik modal. Perusahaan negara dikendalikan oleh negara dan diselenggarakan oleh pegawai negeri. Koperasi dikendalikan dan diawasi oleh anggotanya secara demokratis dan diselenggarakan oleh mereka sendiri. 8.4.Dari segi sikap dan kecenderungan sebagai kekuatan ekonomi Perusahaan perseorangan bersikap agresif dan bertendensi untuk bersaing. Perusahaan negara bersikap defensif dan cenderung untuk mendirikan monopoli Koperasi bersikap kerja sama dan cenderung untuk mengoordinir kegiatan-kegiatannya agar mampu menghadapi persaingan.