UNSAFE ACTION or CONDITION?

dokumen-dokumen yang mirip
Dewi Hardiningtyas, ST., MT., MBA. Name of chairman

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

MENERAPKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan aset terpenting bagi organisasi, terlebih saat ini setiap organisasi mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

PT. Pacific Lubritama Indonesia SAFETY PLAN

BAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

KOMITMENT EHS Semua Cedera dapat dicegah. Lingkungan Dapat Dilindungi. Keterlibatan setiap pekerja adalah sangat Penting

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dunia perindustrian di era globalisasi mengalami perkembangan yang semakin pesat. Hal

RISIKO KERUSAKAN PROPERTY & KEWAJIBAN (LIABILITY)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

1 Universitas Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR :1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN PELAPORAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

Bagian Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

landasan tempat kerja dan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkatan tertentu, dan hal

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

c. Tidak mampu bekerja seperti semula. e. Kehilangan nafkah dan masa depan. f. Tidak dapat menikmati kehidupan yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Lemahnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam


BAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih

ILMU SAINS DALAM BIDANG TRANSPORTASI DAN TEKNIK NAVIGASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT MDM DASAR DASAR K3

Tujuan penggunaan ambulance

Transkripsi:

1

UNSAFE ACTION or CONDITION? 2

UNSAFE ACTION or CONDITION? 3

UNSAFE ACTION or CONDITION? 4

UNSAFE ACTION or CONDITION? 5

UNSAFE ACTION or CONDITION? 6

UNSAFE ACTION or CONDITION? 7

UNSAFE ACTION or CONDITION? 8

UNSAFE ACTION or CONDITION? 9

UNSAFE ACTION or CONDITION? 10

UNSAFE ACTION or CONDITION? Sudahkah Kita Berperilaku AMAN sehari-hari 11

UNSAFE ACTION or CONDITION? 12

B U D A Y A K 3 Merupakan nilai-nilai yang ada pada diri pribadi dan atau kelompok yang senantiasa mempengaruhi sikap mental dan perilaku dari setiap orang maupun kelompok dalam melakukan kegiatan/pekerjaan selalu peduli terhadap K3. Individu Keluarga Masyarakat sekitar / Lingkungan terdekat Industri / masyarakat umum Masyarakat Indonesia Memahami pentingnya K3 Peduli K3 K3 Jadi Kebutuhan Berbudaya K3 (perilaku & sikap mental) 13

Ciri-Ciri Berbudaya K3 Mempunyai keinginan kuat untuk selalu melaksanakan K3 Mempunyai motivasi untuk selalu melaksanakan K3 Mempunyai pengetahuan, kemampuan dan kemauan untuk beraktivitas/bekerja secara selamat dan sehat Selalu peduli terhadap K3 dilingkungannya Bertanggung jawab atas K3 14

AKIBAT KECELAKAAN Cedera merupakan akibat dari terjadinya kecelakaan (sebab). Tidak semua kecelakaan bisa berakibat cedera. Cedera merupakan puncak dari sebuah gunung es. Bila jumlah kecelakaan (kejadian yang tidak direncanakan) bisa dihilangkan/ dikurangi, maka kecenderungan terjadinya cedera juga akan bisa ditekan.. 15

Work Injuries by Type of Accident Overexertion (pekerjaan yang terlalu keras) 31% Impact accident pekerja yang terbentur. Falls terjatuh Bodily reaction (to chemical) reaksi tubuh terhadap bahan kimia Motor vehicle accident kecelakaan akibat kendaraan bermotor Exposure to radiation paparan radiasi (termasuk bahan kimia) Radiasi cahaya Bahan yang membakar kulit Rubbing or abrasions Gosokan atau luka lecet Exposure to extreme temperatures 16 16

10 Kecelakaan dengan Kerugian Terbesar 1. Chernobyl = $200 Billion, 26 April 1986, Chernobyl meledak, menewaskan 125000 orang dan biaya pembersihan, transmigrasi, dan kompensasi kepada para korban diperkirakan telah menjadi sekitar $ 200 bio. 2. Space Shuttle Columbia = $13 Billion, Space Shuttle Columbia hancur saat masuk kembali melalui Texas pada tanggal 1 Februari 2003 3. Prestige Oil Spill = $12 Billion, 13 November 2002, Kapal Tanker minyak membawa 77.000 ton BBM, membuang 20 juta galon minyak ke laut 4. Challenger Explosion = $5.5 Billion, Space Shuttle Challenger hancur 73 detik setelah takeoff pada 28 Januari 1986 karena adanya cacat O-ring. 17

10 Kecelakaan dengan Kerugian Terbesar 5. Piper Alpha Oil Rig = $3.4 Billion, 6 Juli 1988, Ada 1 katup dari lebih 100 katup yang luput dari pemeriksaan & penggantian, ketika menggerakkan pompa cair dan gas api menyambar lebih dari jarak 300 kaki, merobohkan seluruh isi bangunan menewaskan 167 pekerja dan mengakibatkan kerugian $ 3,4 Miliar. 6. Exxon Valdez = $2.5 Billion, (4 Maret 1989) 10,8 juta galon minyak tumpah dari kapal utama, menelan dana $ 2,5 bio untuk total biaya pembersihan di lokasi pribadi milik Prince William (hanya dapat diakses oleh helikopter dan kapal). 7. B-2 Bomber Crash = $1.4 Billion, pesawat B-2 stealth bomber jatuh setelah lepas landas dari sebuah pangkalan udara Guam (23 Februari 2008) 18

10 Kecelakaan dengan Kerugian Terbesar 8. MetroLink Crash = $500 Million, (12 September 2008) 25 orang tewas ketika sebuah kereta api Metrolink mengalami kecelakaan di Los Angeles California kereta tetap melaju meski sinyal merah untuk berhenti (konduktor yang sedang sibuk pesan teks.. 9. Tanker Truck vs Bridge = $358 Million, 26 Agustus 2004, sebuah truk tangki berisi 32.000 liter bahan bakar oleng di Jembatan Wiehltal di Jerman. 10. Titanic = $150 Million, Kapal Titanic tenggelam 15.04.1912 dan lebih dari 1.500 orang kehilangan nyawa 19

Fakta K3 di Indonesia Tahun 2007, Jamsostek mencatat 65.474 kecelakaan (dengan kompensasi kecelakaan dari jamsostek 165,95 miliar) yang mengakibatkan : 1.451 orang meninggal 5.326 orang cacat tetap 58.697 orang cedera Data tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek (jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau 10% dari seluruh pekerja Indonesia) sekitar 930 kejadian per 100.000 pekerja / thn. Menurut World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja (Soehatman, 2010). 20

Fakta K3 di Indonesia 21

Fakta K3 di Indonesia 22 (Updated 2011)

Fakta K3 di Indonesia Hasil survey World Economic Forum tentang keterkaitan daya saing suatu negara dengan tingkat keselamatan Indonesia (daya saing dibawah 3,5 dgn kematian 17-18 per pekerja) peringkat ketiga dari bawah diatas Zimbabwe dan Rusia Kurangnya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya K3 di kalangan usaha di Indonesia - Larangan maskapai Indonesia memasuki Uni Eropa dampak pada industri, pariwisata dll - Negara tujuan ekspor Indonesia mengeluarkan aturan ketat 23

Fakta K3 di Indonesia PT 1% SMA 37% SMP 44% Lainnya 0% SD 18% Violated K3 Regulations Received verbal warnings Received strong warning letters (ILO, July 2012) 3843 7468 1472 (ILO, July 2012) Of the 30 million formal workers, only 9 million are registered in Jamsostek. 24

Fakta K3 di Indonesia Apa penyebab tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia? Kelelahan kerja Mengabaikan prosedur keselamatan Kurangnya penggunaan APD Keracunan 25

Fakta K3 di Indonesia Ancaman terhadap K3 di Indonesia masih sangat tinggi. K3 tidak hanya memakan korban pekerja, tetapi juga masyarakat lingkungan sekitar. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang diberikan oleh pemerintah masih sangat terbatas dan diskriminasi. Keanggotaan di Jamsostek tidak bersifat wajib. Banyak perusahaan yang tidak mendaftarkan karyawannya kepada Jamsostek. Pengawasan terhadap Sistem K3 oleh pemerintah belum dilaksanakan secara optimal. Lemahnya kekuatan hukum terhadap pelanggaran K3. 26

Fakta K3 di Indonesia Indonesia akan menjadi tuan rumah Asia-Pasific Occupational Safety and Health Organization Conference ke-28 pada Oktober 2013. 2015 : Indonesia Berbudaya K3 27

GUNUNG ES - BIAYA KECELAKAAN $1 BIAYA YANG DIASURANSIKAN $5 HINGGA $50 (BIAYA YANG TAK DIASURANSIKAN) $1 HINGGA $3 BIAYA LAIN YANG TAK DIASURANSIKAN Kerusakan produk dan material Terlambat dan ganguan produksi Biaya legal hukum Pengeluaran biaya untuk penyediaan fasilitas dan peralatan gawat darurat Sewa peralatan Waktu untuk penyelidikan Gaji terusdibayar untuk waktu yang hilang Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/ atau biaya melatih Upah lembur Ekstra waktu untuk kerja administrasi Menurunnya hasil kerja korban Hilangnya bisnis dan nama baik Biaya Training

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Bagi Industri/Perusahaan KERUGIAN LANGSUNG kerugian akibat kecelakaan yg langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi KERUGIAN LANGSUNG 1. Kompensasi 2. Medical 3. Legal & Reputasi 4. Kerusakan sarana produksi 29 29

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja Bagi Industri/Perusahaan KERUGIAN TIDAK LANGSUNG Kerugian yang tidak terlihat (hidden) indirect cost KERUGIAN TIDAK LANGSUNG 1. Machine down-time 2. Training & Replacement 3. Material waste 4. Proses produksi berhenti / kerugian jam kerja(produktivitas turun) 5. Kerugian sosial 6. Citra dan kepercayaan konsumen 30 30

TAKE : One minute to write safety rule One hour to hold a safety meeting One week to plan a safety program One month to put it in operating One year to win a safety award One life time to make a safe worker But it takes only One second to destroy it all with an accident 31

32