BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

Bab I. Pendahuluan UKDW. Usaha Milik Negara (BUMN) untuk go public. Salah satu perusahaan BUMN. yang melakukan go public adalah Garuda Indonesia.

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan tujuan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan dari pemberian ijin oleh pemerintah untuk memberikan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdampak di wilayah Asia, diantaranya Asia Tenggara yaitu Indonesia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Variabel bebas atau independent variabel dalam penelitian ini yaitu beban

Nilai Transaksi* Jml. Transaksi** Harga Terakhir Kapitalisasi Pasar***

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan dan kemudahan dalam pembelian tiket pesawat (Restuti et al, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. daya saing. Oleh karena itu, pengendalian sebagai tahap terakhir dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu subsektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Tidak hanya berpengaruh terhadap perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. The International Air Transport Association (IATA) (2012) merilis

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak penyedia dana (investor) dan penerima dana (perusahaan). Sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter adalah krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah ketika diberlakukannya Kawasan Perdagangan Bebas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan asset yang sangat penting bagi perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, setiap negara dituntut untuk semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

GARUDA DIMILIKI PUBLIK By : Berton Manurung

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan mempunyai tujuan utama yaitu untuk menghasilkan laba agar

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi. Inflasi sendiri merupakan kenaikan harga secara bersamaan atau

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masroulina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Dari dana tersebut dapat diubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi dunia yang dimulai dari krisis harga minyak global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dewasa ini menuntut agar setiap perusahaan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. swasta maupun pemerintah didorong dalam peningkatan efisien dan efektifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan sistem perekonomian dari tradisional ke modern memberi

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik terhadap perusahaan. Meskipun instrumen-instrumen yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Dari informasi laporan keuangan inilah umumnya para. investor mempertimbangkan kinerja perusahaan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Daya tarik (attractiveness) industri penerbangan cukup besar dan menjanjikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT. RIMAU MULTI PUTRA PRATAMA, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. meraih keuntungan (profit). Dan keuntungan itu akan dapat diraih apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Kondisi ini didukung

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin bertahan dan lebih maju perlu mengembangkan strategi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia yang masih bisa dikatakan belum stabil, terlihat dengan inflasi yang rendah,

BAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh kalangan masyarakat, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Aset tidak berwujud yang paling dasar adalah Human Capital atau sumber

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Disamping itu, kondisi ekonomi Indonesia yang belum stabil

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ketersediaan maskapai penerbangan di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara salah satunya ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PENERBANGAN DI INDONESIA. Soekarno-Hatta yakni 17,49 juta orang. Berdasarkan data dari Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Indonesia (Persero) Tbk dengan menggunakan laporan keuangan tahun 2008 hingga

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini sektor perekonomian dan industri mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, apa pun jenis bisnisnya. Pertumbuhan laba secara pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi pada industri penerbangan di Indonesia berkaitan

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 2012,seperti yang tercantum pada theglobal-review.com menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Pertumbuhan ini dipicu oleh tingginya konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah juga kenaikan besarnya investasi dan volume ekspor-impor. Kondisi perekonomian domestik diperkirakan meningkat tahun ini dibandingkan tahun 2011 yang lalu, namun industri penerbangan dunia 2012 diprediksi lesu sebagai imbas dari melemahnya perekonomian Eropa dan Amerika yang masih belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, serta naiknya harga bahan bakar (sumber:bisnis.com- diakses 26 januari 2012). Hal tersebut adalah kesimpulan International Air Transport Association atau Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional ( IATA), melihat banyaknya maskapai penerbangan dunia yang menutup tahun 2011 dengan penurunan pendapatan. IATA menurunkan prediksi laba 6,9-3,5 miliar dollar AS turun 49 % tahun ini. Sejalan dengan perkembangan ekonomi di Indonesia, dunia bisnis telah mengalami kemajuan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai macam perubahan, baik di lingkungan perusahaan sendiri maupun di luar lingkungan perusahaan, khususnya perusahaan dan pelaku bisnis yang ada di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil tentunya akan berdampak pada kemajuan perusahaan.

2 Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan usahanya agar mencapai tujuan perusahaan dan menjaga kelangsungan hidup (going concern). Selain itu perusahaan juga harus bisa menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien sehingga dapat memberikan keputusan yang tepat supaya dapat mencapai tujuan perusahaannya. Perusahaan adalah suatu unit kegiatan ekonomi yang diorganisasi dan dijalankan sebagai organisasi produksi yang tujuannya untuk menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi dengan tujuan untuk menyediakan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap perusahaan memiliki unsur-unsur penting seperti organisasi, produksi, sumber ekonomi, kebutuhan konsumen dan perolehan laba atau keuntungan. PT Garuda Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang transportasi. PT Garuda Indonesia Tbk yang lebih dikenal Garuda Indonesia Airways adalah perusahaan penerbangan nasional yang sudah menyediakan layanan transportasi udara sejak tahun 1949 sampai sekarang ini. Garuda Indonesia telah menerima berbagai penghargaan dari luar maupun dari dalam negeri atas prestasinya dibidang transportasi dan pelayanan. Pada bulan November tahun 2010 Garuda Indonesia bergabung dengan aliansi maskapai penerbangan global SkyTeam. Garuda Indonesia termasuk pada Skytrax bintang empat yaitu kategori maskapai yang mempunyai pelayanan bagus, mampu memberikan pelayanan

3 yang bagus, mengkombinasikan produk dan kualitas. Skytrax bintang 4 merupakan penghargaan yang tertinggi yang diberikan kepada maskapai yang memberikan pelayanan baik onboard di dalam pesawat dan di airport dengan memuaskan, kualitas produk yang bagus dan kenyamanan yang baik. Selain survei,skytrax juga memiliki forum maskapai penerbangan tempat penumpang pesawat dapat memberikan ulasan untuk di lihat calon penumpang lain. Skytrax juga di kenal dengan penghargaan maskapai dunia dan bandara udara dunia tahunan. Berdasarkan survei Skytrax, Garuda telah mencapai empat bintang, yang artinya satu kelas dengan 29 maskapai lainnya, seperti British Airways dan Qantas. Selain itu Garuda Indonesia sendiri merupakan peringkat pertama dalam ranking maskapai penerbangan menurut Dephub pada tahun 2008, tahun terakhir diumumkannya peringkat maskapai penerbangan Indonesia, disusul oleh Air Asia dan Sriwijaya Air. Semua perusahaan memiliki satu tujuan yang sama yakni mencari keuntungan. Begitu pula dengan Garuda Indonesia yang berupaya untuk mencari keuntungan dari kegiatan usahanya yaitu dengan memperbesar jumlah pendapatan dan meminimalkan biaya yang dikeluarkan. Sebagai maskapai penerbangan terbesar di Indonesia, Garuda Indonesia sebisa mungkin memperlihatkan kelebihannya dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain, kelebihan tersebut bisa dilihat dari pendapatan yang diterima yang dapat dilihat dalam laporan keuangan, hal ini dapat menarik minat investor karena penilaian suatu perusahaan terdapat pada laporan keuangannya.

4 Investor menilai baik atau buruknya suatu perusahaan dengan menilai kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan yang baik dan terus meningkat dapat meningkatkan kepercayaan calon investor untuk berinvestasi di perusahaan. Salah satu unsur yang dilihat dalam laporan keuangan adalah besarnya pendapatan perusahaan, semakin besar pendapatan perusahaan maka semakin besar pula keuntungan yang akan diterima investor. Efisiensi biaya dan beban operasional dibutuhkan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Semakin efisien perusahaan mengendalikan pengeluaran biayanya, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Simamora (2000:528) : Profit Margin merupakan suatu ukuran persentase dari setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih (net income). Hubungan laba bersih dan penjualan kerap kali di pakai untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengendalikan biaya dan beban yang berkaitan dengan penjualan. Jadi untuk melihat seberapa besar efisiensi biaya dalam perusahaan dapat di lihat dari net profit margin atau persentase pencapaian laba bersih dari pendapatan perusahaan. Berikut adalah gambar fluktuasi net profit margin Garuda Indonesia pada tahun 2004-2011:

5 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% 2009 2010 2011 NPM 6% 2,80% 2,60% Sumber: Annual Report PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. GAMBAR 1.1 PERKEMBANGAN NET PROFIT MARGIN PT. GARUDA INDONESIA TAHUN 2009-2011 Berdasarkan gambar 1.2 Perkembangan net profit margin mengalami penurunan. Meskipun pendapatan yang di raih oleh Garuda Indonesia cukup tinggi namun tidak sebanding dengan perolehan laba bersihnya, pada tahun 2008 dan tahun 2009 perusahaan memasuki masa turnaround dimana di tahun 2008 perusahaan sudah memulai proses privatisasi dimana perusahaan sudah tidak tergantung lagi kepada pemerintah mengenai pendanaan untuk operasionalnya,terbukti dengan meningkatnya pendapatan pada tahun 2008 dan tahun 2009. Hal yang sama dikemukakan artikel dalam www.indonesiafinancetoday.com bahwa Laba bersih PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) turun 49,3% dari Rp 1,01 triliun pada 2009 menjadi Rp

6 515,52 miliar pada 2010. Penurunan laba bersih didorong oleh peningkatan beban operasional perseroan yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan pendapatan dan penurunan ini masih terjadi sampai dengan kuartal ketiga pada tahun 2011." Perolehan laba bersih yang berfluktuasi akan mempengaruhi kepercayaan investor yang akan menanamkan modalnya pada perusahaan. Untuk itu perusahaan sebaiknya menjaga kinerja keuangannya dan meningkatkan kinerja keuangan yang sudah baik. Investor pasti melakukan tinjauan dahulu sebelum memutuskan berinvestasi pada sebuah perusahaan. Keuntungan yang di dapatkan suatu perusahaan bisa di jadikan acuan untuk mengambil keputusan. Karena biasanya semakin besar keuntungan yang di hasilkan perusahaan maka keuntungan yang di dapatkan investor pun akan besar pula. Pada tahun 2011 Garuda Indonesia mengeluarkan penawaran saham perdana ke publik, namun harga saham yang di tawarkan ke publik dianggap terlalu mahal. Sehingga saham Garuda Indonesia kurang diminati oleh para investor, walapun saham perusahaan BUMN sebenarnya dianggap cukup menjanjikan. Kurang diminatinya saham Garuda juga menyebabkan penurunan pendapatan pada tahun 2010 sampai dengan pertengahan tahun 2011. Selain itu naiknya beban asuransi, beban gaji dan tunjangan pilot juga terjadi. Dalam kegiatan usahanya, setiap perusahaan pasti tidak terlepas dari peningkatan beban dan biaya yang dialami untuk memperoleh keuntungan dan memperpanjang keberlangsungan perusahaan. Perusahaan yang baik dapat menyiasati kenaikan beban usaha perusahaan dengan berbagai cara agar dapat

7 menarik keuntungan di akhir periodenya, namun jika perusahaan tersebut tidak dapat mengatasi kenaikan beban maka perusahaan tersebut bisa merugi. Beban operasional merupakan biaya berkelanjutan untuk menjalankan suatu usaha. Berikut merupakan data mengenai beban operasional Garuda Indonesia tahun 2009-2011: TABEL 1.1 PERKEMBANGAN BEBAN OPERASIONAL PT GARUDA INDONESIA TBK TAHUN 2009-2011 Tahun Jumlah Beban Persentase Operasional Kenaikan/ penurunan 1 2009 15.983.271.860.677-5,4% 2 2010 18.569.548.960.868 16% 3 2011 24.735.430.971.579 33% Sumber: laporan laba rugi perusahaan Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa beban operasional Garuda Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya. Beban operasional meliputi biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan. Jika peningkatan beban operasional ini terus terjadi maka bisa berakibat kerugian pada perusahaan, meskipun kinerja perusahaan dianggap sudah baik. Beban operasional penerbangan meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan beban bahan bakar avtur, Beban operasional penerbangan tercatat sebesar Rp15.849 miliar di tahun 2011, meningkat sebesar 60,6% dibandingkan dengan Rp 11.513 miliar di tahun 2010 akibat peningkatan beban bahan bakar

8 sebesar 57,6% dari Rp 6.325 miliar di tahun 2010 menjadi Rp 9.967 miliar di tahun 2011. Menurut Jumingan (2006: 165) faktor yang berpengaruh pada perolehan laba adalah: 1). Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit; 2). Naik turunnya harga pokok penjualan; 3). Naik turunnya beban operasional yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi perusahaan; 4). Adanya perubahan dalam metode akuntansi. Selama tahun 2011 porsi penjualan melalui travel agent merupakan penyumbang terbesar dibandingkan seluruh channel distribusi, dengan jumlah agen aktif sebanyak 618 IATA agent di seluruh Indonesia. Sedangkan jumlah member Garuda Online System (GOS/ badan usaha selain travel agent/sub agent) mencapai 3.804, meningkat 69% dari tahun sebelumnya. Tiket penumpang ratarata per kilometer domestik mengalami peningkatan dari USc 10,9 di tahun 2010 menjadi USc 11,8 di tahun 2011, demikian halnya dengan yield penumpang untuk pasar internasional yang juga meningkat dari USc 7,2 di tahun 2010 menjadi USc 8,2 di tahun 2011. Secara total, yield meningkat dari USc 8,6 di tahun 2010 menjadi USc 9,6 di tahun 2011. Peningkatan yield ini di samping disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar di tahun tersebut namun juga merupakan hasil dari penerapan strategi revenue management. Sementara itu frekuensi penerbangan internasional tercatat sebanyak 21.662 kali atau meningkat 23,2% dari tahun sebelumnya. Pada akhir tahun 2011, Garuda Indonesia mengelola 16 buah pesawat (Airbus 330-300, Airbus 330-200, dan Boeing 747-400) atau 21% dari jumlah armada pesawat penerbangan mainbrand yang

9 sebanyak 78 buah untuk melayani 25 rute internasional.penyesuaian harga dilakukan melalui peningkatan Fuel Surcharge untuk penerbangan Internasional dan kenaikan harga di penerbangan domestik. Di samping perbaikan kinerja operasional perusahaan, beban operasional pun ikut mengalami kenaikan. Beban operasional penerbangan tercatat sebesar Rp15.849 miliar di tahun 2011, meningkat sebesar 60,6% dibandingkan dengan Rp 11.513 miliar di tahun lalu akibat peningkatan beban bahan bakar sebesar 57,6% dari Rp 6.325 miliar di tahun 2010 menjadi Rp 9.967 miliar di tahun 2011. Peningkatan bahan bakar ini sejalan dengan peningkatan harga rata-rata avtur dari USc 65,9/liter di tahun 2010 menjadi USc 89,7/liter di tahun 2011. Beban bahan bakar merupakan penyumbang terbesar dari beban operasional penerbangan, yaitu mencakup 62,9% dari total beban operasional penerbangan di tahun 2011. Sementara itu, beban sewa dan charter pesawat yang merupakan penyumbang terbesar kedua yaitu 22,4% dari total beban operasional penerbangan mengalami peningkatan sebesar 31,6% menjadi Rp 3.545 miliar di tahun 2011 sebagai akibat dari penambahan armada yang dilakukan selama tahun 2011. Berdasarkan faktor-faktor di atas diketahui bahwa beban operasional merupakan salah satu faktor yang berpengaruh negatif terhadap laba, Menurut David Maguire (2008) Operational Expense is an ongoing cost for running a product, business, or system. Beban operasional merupakan biaya berkelanjutan untuk menjalankan sebuah produk, bisnis ataupun sistem. Meskipun perolehan laba bersih perusahaan yang meningkat dan jumlah pendapatan dari penerbangan berjadwal mengalami peningkatan namun tidak

10 sebanding dengan kenaikan beban operasional perusahaan. Selain itu perolehan net profit margin yang cenderung menurun. Berdasarkan fenomena tersebut maka perlu diadakan penelitian mengenai Pengaruh Beban Operasional terhadap Net Profit Margin pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. 1.2 Identifikasi Masalah Kondisi perekonomian suatu negara dapat membawa pengaruh terhadap kegiatan suatu perusahaan. Hal ini menyebabkan suatu perusahaan harus berupaya keras untuk menjaga keberlangsungan hidup perusahaannya. Tujuan perusahaan baik yang besar ataupun yang kecil adalah untuk memperoleh laba atau keuntungan yang optimal dalam rangka mempertahankan kelangsungan perusahaan. Besar atau kecilnya laba perusahaan menjadi ukuran dalam menilai kesuksesan perusahaan. Besarnya laba yang di peroleh dapat dilihat dari bagaimana sebuah perusahaan melakukan strategi untuk mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan. Hal ini dapat dilihat dari perolehan Net Profit Margin Perusahaan. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk merupakan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia. Sebagai maskapai penerbangan yang sudah lama bergerak dibidang transportasi udara, Garuda Indonesia sudah memiliki kepercayaan di masyarakat. Kendati demikian, tak dapat dipungkiri bahwa persaingan bisnis di dalam industri penerbangan di Indonesia tetap berlangsung, baik persaingan antara sesama operator nasional. Selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 Garuda Indonesia mengalami fluktuasi laba bersih, meskipun laba bersih

11 mengalami peningkatan namun tidak sebanding dengan peningkatan beban operasionalnya. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi tema sentral dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: Selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 laba bersih yang di peroleh perusahaan berfluktuatif dan sempat mengalami rugi bersih. meskipun pada tahun 2011 laba bersih mengalami peningkatan namun tidak sebanding dengan peningkatan beban operasional yang berdampak menurunnya Net Profit Margin. Beban operasional penerbangan meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan beban bahan bakar, kenaikan beban sewa dan charter pesawat dan beban gaji serta tunjangan pegawai. Bila hal ini terus terjadi maka dapat mempengaruhi perolehan laba bersih dan mengurangi kepercayaan investor untuk berinvestasi di perusahaan yang baru go publik. Untuk mencegah hal tersebut maka perlu dilakukan pengelolaan beban operasional secara profesional agar beban operasional yang dikeluarkan menjadi lebih efektif dan tidak mengganggu jalannya kegiatan usaha. 1.3 Rumusan Masalah Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran beban operasional pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2004-2011.

12 2. Bagaimana gambaran Net Profit Margin pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2004-2011. 3. Bagaimana pengaruh beban operasional terhadap Net Profit Margin pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2004-2011. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh hasil temuan mengenai: 1. Gambaran beban operasional pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2004-2011. 2. Gambaran Net Profit Margin pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2004-2011. 3. Gambaran pengaruh beban operasional terhadap Net Profit Margin bersih pada PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2004-2011. 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian mengenai ilmu ekonomi khususnya ilmu manajemen keuangan. Serta dapat memberikan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu manajemen keuangan internasional. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dan wawasan kepada peneliti lain yang tertarik mengkaji lebih lanjut mengenai berbagai perusahaan.

13 2. Kegunaan Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen Garuda Indonesia atau perusahaan sejenis dalam menentukan kebijakan khususnya untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan apabila dianggap perlu.