ketentuan Loan to Value meningkatkan aspek kehati-hatian bank dalam penyaluran

dokumen-dokumen yang mirip
LIST PERTANYAAN DAN JAWABAN TERKAIT PENERAPAN KETENTUAN LOAN TO VALUE

No. 15/40/DKMP Jakarta, 24 September Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 15/40/DKMP Jakarta, 24 September Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

2 Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tent

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BANK INDONESIA SEPTEMBER 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No.17/ 25 /DKMP Jakarta, 12 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM, BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 18/19/DKMP Jakarta, 6 September 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM, BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

Bank Konvensional Syariah Roda 2 20% 20% Roda 3 atau lebih non produktif 25% 25% Roda 3 atau lebih produktif 20% 20%

DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN LOAN TO VALUE (LTV) TERHADAP PERKEMBANGAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH Oleh Tim Riset SMF

No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

2 berkeinginan untuk membeli Properti maupun kendaraan bermotor. Langkah tersebut dilakukan bersamaan dengan pelonggaran Rasio Loan to Value atau Rasi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

No. 14/ 10 /DPNP Jakarta, 15 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Pedoman Penilaian dan Laporan Perkembangan Pembangunan Properti terkait LTV

Pedoman Penilaian dan Laporan Perkembangan Pembangunan Properti terkait LTV

BAB I PENDAHULUAN. perumahan sebagai kebutuhan dasar. Rumah merupakan kebutuhan dasar. manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan

Pilih produk PermataKPR yang sesuai dengan kebutuhan dan nikmati berbagai keuntungan PermataKPR bagi Anda dan Keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dipikirkan oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) tidaklah cukup untuk mengatasi. krisis ekonomi dan keuangan, maka perlu adanya sebuah instrument

BAB I PENDAHULUAN. adalah bank, nasabah, pengembang atau developer, pemerintah, serta Bank

Pedoman Penilaian Properti Untuk Kepentingan LTV (P2L) & Laporan Perkembangan Pembangunan Properti (LP3)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. Universitas Indonesia. Aspek hukum..., Ariyanti, FH UI, 2010.

PENETAPAN TARIF PREMI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR TAHUN 2014

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

ANALISIS KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BERDASARKAN AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH MUTANAQISAH (MMQ) PADA BANK BII UNIT USAHA SYARIAH CABANG BINTARO

PEDOMAN UMUM LINKAGE PROGRAM ANTARA BANK UMUM DENGAN KOPERASI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /SEOJK.05/2016

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) Pemberian Fasilitas Mandiri Mitrakarya

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 13 /PERMEN/M/2008 TENTANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

No. 14/ 1 /DPM Jakarta, 4 Januari Maret SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK JATIM CABANG PEMBANTU WARU SIDOARJO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BAB I PENDAHULUAN. besar seperti Medan. Selain itu tingkat konsumsi masyarakat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan pusat perkantoran (Rusteliana, 2014). Pertumbuhan bisnis properti ini

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/13 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia perbankan di Indonesia memasuki masa persaingan

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai Unit Usaha Syariah, di tempat.

RINGKASAN PERATURAN BANK INDONESIA (PBI) JANUARI - JUNI 2015

BAB III PEMBAHASAN. tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan Postpaarbank yang kemudian terus

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terpuaskan.namun dalam perspektif Islam setiap keputusan ekonomi seseorang tidak

No. 15/27/DPNP Jakarta, 19 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

A. Mekanisme Pembiayaan KPR Muamalat ib dengan Menggunakan Akad Murabahah 1. Skema Pembiayaan KPR Muamalat ib dengan Menggunakan Akad Murabahah

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

-2- Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu untuk mengatur kembali PLJP bagi Bank yang diharapkan dapat memelihara stabilitas sistem keuangan teruta

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

Bab VIII Mengelola Keuangan Usaha

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015

5) Dapat diberikan bonus sesuai kebijakan Bank 6) Dapat dilakukan pemotongan zakat secara otomatis dari bonus yang diterima

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

2017, No e. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2018 TENTANG

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PENANDATANGANAN MOU. Divisi Bisnis Usaha Kecil

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga

Transkripsi:

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 Perihal: Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Properti, Kredit atau Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti, dan Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor (Ketentuan Mengenai Loan To Value (LTV) / Financing To Value (FTV) dan Down Payment (DP)) NO. PERTANYAAN JAWABAN LTV/FTV untuk Kredit/Pembiayaan Pemilikan Properti (KPP/KPP ib yang terdiri dari KPR/KPR ib, KPRS/KPRS ib, KPRuko/KPRuko ib, dan KPRukan/KPRukan ib) dan Kredit/Pembiayaan Konsumsi Beragun Properti (KKBP/KKBP ib) Latar Belakang 1. Apa alasan perlunya penyesuaian Penyesuaian ketentuan diperlukan untuk lebih ketentuan Loan to Value meningkatkan aspek kehati-hatian bank dalam penyaluran (LTV)/Financing to Value (FTV)? kredit terkait properti. Hal ini dilakukan antara lain dengan pertimbangan kondisi sebagai berikut : Ketentuan LTV maksimal bagi Kredit Pemilikan Rumah (KPR)/Kredit Pemilikan Rumah Susun (KPRS) telah berlaku sejak 15 Juni 2012, namun pertumbuhan KPR/KPRS tipe >70m 2 masih tinggi masing-masing mencapai 25,5% dan 63,3% di Juli 2013, jauh di atas pertumbuhan kredit secara agregat. Berdasarkan data Sistem Informasi Debitur (SID) per April 2013, terdapat 35.298 debitur yang memiliki lebih dari 1 KPR dengan nilai baki debet sebesar Rp 31,8 Triliun. Cakupan Pengaturan 2. Apakah ketentuan ini juga berlaku untuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)? Ya. Ketentuan ini berlaku baik untuk Bank Umum Konvensional maupun BUS dan UUS menggantikan ketentuan sebelumnya. Dengan demikian : SE BI No.14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 perihal Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor; serta SE BI No.14/33/DPbS tanggal 27 November 2012 perihal Penerapan Kebijakan Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah dan Pembiayaan Kendaraan Bermotor bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 1

3. Mengapa ketentuan LTV/FTV yang baru juga mencakup Kredit Pemilikan Rumah Toko (KPRuko/KPRuko ib) dan Kredit Pemilikan Rumah Kantor (KPRukan/KPRukan ib)? Pengenaan ketentuan LTV/FTV terhadap KP Ruko/KPRuko ib dan KPRukan/KPRukan ib adalah untuk mengurangi risiko bank karena tingginya pertumbuhan kredit/pembiayaan Rukan/KPRukan ib. KPRuko/KPRuko ib dan KP Mengingat Ruko dan Rukan memiliki sifat produktif maka fasilitas KPRuko/KPRuko ib dan KPRukan/KPRukan ib pertama dikecualikan dari ketentuan dan hanya dikenakan untuk fasilitas KPRuko/KPRuko ib dan KPRukan/KPRukan ib kedua dan seterusnya dengan rasio LTV yang masih lebih ringan dibandingkan KPR/KPR ib dan KPRS/KPRS ib tipe > 70m 2. 4. Mengapa ketentuan LTV/FTV yang baru juga mencakup kredit konsumsi beragun properti? Berdasarkan monitoring Bank Indonesia diketahui bahwa kredit konsumsi beragun properti antara lain juga digunakan untuk pembelian properti lainnya (properti yang dibeli dengan pembiayaan dari bank dijamin dengan agunan properti yang lain). Selain itu, pertumbuhan kredit multiguna (kredit konsumsi beragun properti termasuk kredit multiguna karena dapat dipergunakan untuk macam-macam tujuan) selama beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Pertumbuhan pada kredit/pembiayaan konsumsi beragun properti yang cukup tinggi berpotensi meningkatkan risiko bagi perbankan terutama terkait siklus boom and bust dari harga properti. 5. Bagaimana praktek pembiayaan konsumsi beragun properti di perbankan syariah? Berdasarkan prinsip syariah, setiap pembiayaan termasuk pembiayaan konsumsi harus memiliki tujuan peruntukkan, misalnya pembiayaan untuk pembelian rumah, mobil, pendidikan, dan lain-lain. Adapun agunan merupakan hal lain yang sifatnya prudential sehingga pembiayaan konsumsi tersebut kemudian diberikan bank dengan agunan yang dapat berupa properti yang bukan merupakan objek pembiayaan. 6. Apakah pembeli nonperorangan juga dikenakan ketentuan ini? Ya. Pembeli nonperorangan, misalnya perusahaan, lembaga dan badan hukum lainnya, juga dikenakan ketentuan ini. 2

7. Mengapa ketentuan LTV/FTV yang baru diberlakukan juga terhadap KPR/KPR ib tipe 22-70m 2 dan KPRS/KPRS ib <70m 2? KPR/KPR ib tipe 22-70m 2 masih dikecualikan dari pengenaan rasio LTV/FTV untuk fasilitas kredit pertama. Namun untuk mencegah risiko perbankan, maka ketentuan LTV/FTV terhadap KPR/KPR ib tipe 22-70m 2 diberlakukan untuk fasilitas kedua dan seterusnya. Untuk KPRS/KPRS ib tipe 22-70m 2 diberlakukan untuk semua fasilitas kredit, sedangkan untuk KPRS/KPRS ib tipe<22m 2 diberlakukan untuk fasilitas kedua dan seterusnya, karena berdasarkan monitoring Bank Indonesia KPRS <70m 2 mengalami pertumbuhan yang tinggi pada beberapa bulan terakhir. 8. Apakah rumah panggung termasuk dalam pengaturan ini? Ya. Rumah panggung dan tipe rumah lain yang sejenis dapat dianggap sebagai rumah tapak sepanjang dapat dibuktikan kepemilikannya merupakan kesatuan antara tanah dan bangunan. 9. Apakah ketentuan ini juga berlaku bagi kredit/pembiayaan program kesejahteraan pengawai yang diberikan bank/perusahaan kepada karyawan (House Ownership Program)? Agunan dan Perhitungan LTV/FTV 10. Mengapa Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan besarnya LTV/FTV menggunakan ukuran luas rumah dan tidak menggunakan harga nominal rumah sebagai acuan? Ya, sepanjang kredit/pembiayaan tersebut diberikan dengan beragunkan properti, maka ketentuan ini juga berlaku, kecuali kredit/pembiayaan program kesejahteraan pegawai tersebut tersebut dijamin oleh gaji karyawan, bukan properti. Penggunaan harga nominal tertentu sebagai acuan dinilai kurang tepat mengingat terdapat disparitas harga di masing-masing wilayah. Selain itu kebijakan tersebut memerlukan pengkinian harga yang menjadi acuan ketentuan dari waktu ke waktu. Hal tersebut menyebabkan proses monitoring dan upaya penegakkan kebijakan menjadi tidak efisien. Penggolongan rumah berdasarkan ukuran luas telah digunakan sebagai standar dalam pelaporan bank ke Bank Indonesia, sehingga memudahkan pelaksanaan monitoring dan penegakan kebijakan. 11. Untuk KPRS/KPRS ib, apakah mengacu pada luas bersih atau luas kotor dari bangunan? Luas yang digunakan adalah luas seluruh kesatuan unit (luas kotor). 3

12. Apa yang dimaksud dengan Properti yang dijadikan agunan tersedia secara utuh? Properti yang telah tersedia secara utuh adalah properti yang sudah terlihat wujud fisiknya sesuai yang diperjanjikan dan siap diserahterimakan. 13. Apakah yang dimaksud dengan nilai taksiran agunan properti. Yang dimaksud dengan nilai taksiran agunan properti setinggi-tingginya adalah sebesar nilai pasar properti pada saat penilaian dilakukan. 14. Mengapa pembiayaan Properti dengan akad MMQ dan IMBT dikenakan pengaturan yang lebih ringan dari pembiayaan Properti dengan akad murabahah atau istishna? Penetapan Urutan Fasilitas Kredit/Pembiayaan 15. Bila debitur memiliki KPR/KPR ib atau KPRS/KPRS ib yang sudah lunas dan mengajukan KPR/KPR ib atau KPRS/KPRS ib untuk rumah berikutnya, apakah KPR/KPR ib atau KPRS/KPRS ib yang diajukan ini merupakan fasilitas kredit kedua? 16. Apakah fasilitas pembiayaan dari perbankan syariah juga mempengaruhi urutan fasilitas kredit/pembiayaan? Mengandung prinsip sharing atas risiko yang merupakan jiwa ekonomi syariah. Mendorong produk MMQ dan IMBT pada perbankan syariah sehingga tidak didominasi Murabahah. Kebijakan untuk mendorong pembiayaan di luar Murabahah juga sudah dilakukan antara lain dalam ketentuan penilaian kualitas aktiva dan restrukturisasi untuk pembiayaan Musyarakah/Mudharabah. Produk MMQ dan IMBT yang memungkinkan adanya penurunan harga (repricing) pada saat pembiayaan berjalan memberikan keuntungan kepada nasabah dan bank sehingga produk tersebut menjadi lebih kompetitif. Bukan. Penentuan urutan fasilitas kredit dilakukan dengan memperhitungkan seluruh fasilitas kredit/pembiayaan pemilikan properti (KPR/KPR ib, KPRS/KPRS ib, KPRuko/KPRuko ib, KPRukan/KPRukan ib, dan Kredit Konsumsi Beragun Properti) yang masih outstanding dan berdasarkan urutan waktu pemberian fasilitas, bukan berdasarkan rumah yang dimiliki. Ya. Fasilitas pembiayaan dari perbankan syariah juga mempengaruhi urutan fasilitas kredit/pembiayaan. Contoh: fasilitas pertama dari Bank Konvensional ABC, fasilitas kedua dari Bank Syariah DEF, dan fasilitas ketiga dari Bank Konvensional XYZ. 17. Bagaimana penentuan FTV untuk akad MMQ/IMBT yang merupakan salah satu fasilitas kredit/pembiayaan yang diterima nasabah? Penentuan FTV untuk akad MMQ/IMBT mengikuti urutan fasilitas pembiayaan tersebut. Contoh: jika pembiayaan MMQ/IMBT merupakan fasilitas ketiga maka LTV yang berlaku adalah 60% (untuk KPR ib Tipe >70m2). 4

18. Bagaimana bank dapat mengetahui fasilitas kredit/pembiayaan pemilikan properti yang diterima debitur dari bank lain? 19. Apakah ketentuan ini juga berlaku bagi pengambilalihan kredit (take over) KPR oleh bank dari bank lain? Bagaimana dengan penetapan LTV-nya? Bank dapat mengetahui fasilitas kredit/pembiayaan pemilikan properti yang diterima debitur dari bank lain melalui surat pernyataan debitur dan Sistem Informasi Debitur (SID). Ya, ketentuan ini juga berlaku bagi pengambilalihan kredit (take over) KPR oleh bank lain. Bila debitur hanya memiliki satu KPR, maka take over KPR ini masih tetap menjadi KPR pertama karena KPR di bank lama menjadi hilang. Bila take over tersebut dibarengi dengan Top Up berdasarkan nilai properti saat ini, maka terdapat dua fasilitas yang terkena ketentuan ini, yaitu fasilitas KPR take over sebagai fasilitas pertama dan fasilitas kredit karena Top Up sebagai fasilitas berikutnya. Kredit/Pembiayaan Pemilikan Properti yang Belum Tersedia Secara Utuh 20. Apakah bank diperkenankan memberikan fasilitas KPP/KPP ib debitur di mana unit properti yang dibeli dan menjadi agunan belum tersedia secara utuh/ belum selesai dibangun? Bank hanya dapat memberikan fasilitas KPP/KPP ib di mana unit properti yang dibeli dan menjadi agunan belum tersedia secara utuh/ belum selesai dibangun sepanjang KPP/KPP ib tersebut merupakan fasilitas kredit yang pertama. Dengan demikian, apabila debitur/nasabah sudah memiliki KPP/KPP IB dan/atau KKBP/KKBP ib sebelumnya yang masih berjalan (outstanding), maka KPP/KPP ib hanya dapat diberikan oleh bank bila properti yang akan dibiayai dan dijadikan agunan sudah selesai dibangun dan siap diserahterimakan. Selain itu, bank juga wajib memenuhi persyaratan lain dalam rangka prinsip kehati-hatian sebagaimana diatur dalam ketentuan ini. 5

21. Dalam rangka pengajuan KPP/KPP ib atas unit properti yang belum tersedia secara utuh/belum selesai dibangun, jika calon debitur/nasabah sebelumnya pernah mendapatkan fasilitas KPP/KPP ib dan/atau KKBP/KKBP ib dari bank yang sama maupun bank yang lain yang statusnya sudah lunas, apakah fasilitas KPP/KPP ib yang baru tersebut diperlakukan sebagai fasilitas kredit/pembiayaan pertama? Ya. Apabila calon debitur/nasabah pernah memiliki fasilitas KPP/KPP ib dan/atau KKBP/KKBP ib dari bank yang sama maupun bank yang lain yang statusnya sudah lunas, maka fasilitas yang baru diperlakukan sebagai fasilitas kredi/pertama. Selain itu, bank juga harus memenuhi persyaratan lain dalam rangka prinsip kehati-hatian sebagaimana diatur dalam ketentuan ini. 22. Apa yang dimaksud dengan pencairan fasilitas KPP atau KPP ib hanya dapat dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan pembangunan Properti yang menjadi agunan? Ketentuan ini berlaku bagi Bank yang memberikan fasilitas KPP atau KPP ib di mana Properti yang dijadikan agunan belum tersedia secara utuh (inden). Dengan ketentuan ini, bank hanya dapat mencairkan fasilitas KPP atau KPP ib sesuai perkembangan pembangunan properti. Bila properti yang dibangun baru mencapai 0% (nol persen), bank tidak diperkenankan mencairkan fasilitas KPP atau KPP ib dimaksud. Bila progres pembangunan properti baru mencapai 50%, maka fasilitas KPP atau KPP ib yang dapat dicairkan adalah setinggi-tingginya sebesar 50% dari total fasilitas fasilitas KPP atau KPP ib. Top Up 23. Apakah ketentuan top up juga berlaku bagi BUS dan UUS? Tidak. Hal ini berdasarkan prinsip syariah bahwa dalam setiap pembiayaan harus terdapat underlying asset. Namun nasabah BUS/UUS dapat menggunakan sisa nilai agunan Properti tersebut sebagai agunan untuk pembiayaan baru. 6

Cut Off Pemberlakuan Ketentuan 24. Bila debitur mengajukan Seluruh perjanjian kredit/pembiayaan yang ditandatangani permohonan kredit/pembiayaan oleh bank dan debitur sejak tanggal berlakunya ketentuan pemilikan properti sebelum ini harus mengacu pada SE ini meskipun diajukan sebelum tanggal berlakunya ketentuan, 30 September 2013. apakah akan terhindar dari ketentuan baru? DP untuk Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor (KKB/KKB ib) Cakupan Pengaturan 25. Apakah ketentuan ini juga berlaku Ya. Ketentuan ini berlaku baik untuk Bank Umum untuk Bank Umum Syariah (BUS) Konvensional maupun BUS dan UUS. dan Unit Usaha Syariah (UUS)? 26. Apakah kredit/pembiayaan Tidak. Yang dimaksud dengan KKB dalam ketentuan ini dengan agunan kendaraan adalah kredit/pembiayaan pembelian kendaraan bermotor, bermotor, terkena ketentuan ini? sehingga kredit/pembiayaan dengan agunan berupa kendaraan bermotor tidak termasuk dalam cakupan KKB yang diatur dalam ketentuan ini. 27. Bagaimana dengan pembelian kendaraan bekas, apakah termasuk yang diatur oleh ketentuan ini? Ya, pembelian kendaraan bekas juga termasuk yang diatur oleh ketentuan ini. 28. Bagaimana dengan transaksi pembelian aset (asset purchase) oleh bank dalam hal ini aset KKB/KKB ib dari Perusahaan Pembiayaan (PP), apakah termasuk dalam cakupan KKB yang diatur dalam ketentuan ini? Asset purchase berupa KKB/KKB ib oleh bank tidak termasuk yang diatur dalam ketentuan ini. 29. Apakah ketentuan ini juga berlaku bagi kredit program kesejahteraan pengawai (COP/Car Ownership Program) yang diberikan bank/perusahaan kepada karyawan? Fasilitas pinjaman kepegawaian tersebut tidak termasuk dalam cakupan KKB yang diatur dalam ketentuan ini, sepanjang kredit tersebut telah diatur dalam ketentuan internal perusahaan dan merupakan fasilitas kesejahteraan kepegawaian yang berlaku kepada semua pegawai sesuai dengan jenjangnya, serta bank dapat menunjukkan bukti kerjasama dengan perusahaan tersebut. 7

Penetapan/Perhitungan DP 30. Apakah DP yang dimaksud dalam ketentuan ini termasuk biaya administrasi, asuransi, fee dan lain-lain (DP bruto) yang dibayar oleh debitur? 31. Apakah harga kendaraan disini harga on the road atau off the road? 32. Untuk pinjaman Bank yang disalurkan kembali oleh PP (Loan Channeling), ketentuan DP yang mana yang berlaku? Yang dimaksud DP dalam ketentuan ini tidak termasuk biaya administrasi, asuransi, fee, komisi atau biaya lain yang tidak merupakan bagian dari kredit tersebut. Harga dalam ketentuan ini adalah harga on the road. Dalam praktek pembiayaan KKB/KKB ib memang terdapat beberapa pola kerjasama yang salah satunya adalah pola channeling, yaitu pinjaman yang diberikan dari bank kepada nasabah melalui PP yang bertindak sebagai agen. Dalam pola ini risiko kredit menjadi risiko bank. Sehingga ketentuan DP KKB yang diterapkan adalah ketentuan BI. 33. Ketentuan DP mana yang berlaku bila pembiayaan kendaraan bermotor diberikan oleh PP dengan sumber dana berasal dari bank berupa kredit modal kerja kepada perusahaan pembiayaan? dalam hal ini dilaporkan dengan jenis kredit kredit kepada pihak ketiga melalui lembaga lain secara executing pada LBU 34. Bagaimana penghitungan DP KKB/KKB ib bila pembiayaan kendaraan bermotor dibiayai bersama-sama oleh Bank dan PP (joint financing), dalam hal ini dilaporkan dengan jenis kredit kredit dalam rangka pembiayaan bersama (sindikasi) pada LBU Apabila pembiayaan dilakukan dengan kerjasama antara bank dan PP dengan pola executing, yaitu pinjaman yang diberikan dari bank kepada PP yang kemudian diteruspinjamkan kepada nasabah, dimana dalam pola ini risiko kredit menjadi risiko PP seluruhnya, maka ketentuan DP yang berlaku adalah ketentuan DP Bapepam LK/OJK. Pembiayaan KKB/KKB ib yang dilakukan bersama-sama oleh bank dan PP (joint financing) pada prinsipnya pengaturan DP dilakukan secara proporsional mengikuti besaran exposure bank maupun PP. Contoh: bila exposure pembiayaan bank dibandingkan PP adalah 90% : 10%, maka pengaturan DP untuk kendaraan roda-2 yang disalurkan dengan dana Joint financing ini adalah: (90 x 25%) + (10 x 20%) = 24,5%. (Catatan : sesuai ketentuan, DP minimal kendaraan roda-2 di PP adalah 20%, di bank adalah 25%). 8

35. Pembayaran DP KKB/KKB ib dengan diskon, misalnya harga motor Rp.10 jt, DP Rp. 2,5jt, namun dealer memberikan diskon DP sebesar Rp500 rb sehingga yang dibayar oleh nasabah hanya Rp2juta. Dalam perjanjian kredit yang tercantum adalah harga motor Rp.10 jt, DP Rp. 2,5jt. Berapa nilai motor yang harus diakui dan berapa DP yang harus dibayarkan calon debitur? Kendaraan Produktif 36. Apakah yang dimaksud dengan kendaraan yang memiliki izin untuk pengangkutan orang atau barang yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang adalah kendaraan yang memiliki plat kuning? 37. Apa yang dimaksud dengan izin usaha tertentu dan kendaraan digunakan untuk kegiatan operasional usaha yang dimiliki? Sesuai kaidah akuntansi, harga barang adalah harga setelah discount dan potongan lainnya. Karena discount dan potongan dari dealer telah dikurangkan ke harga perolehan kendaraan, maka discount dan potongan lain tersebut tidak dibenarkan dianggap sebagai tambahan uang muka. Dalam contoh ini, maka harga motor adalah Rp 9,5 juta (Rp 10 jt discount Rp 500 rb). Jadi DP yg harus diberikan calon debitur minimal adalah 25% x 9,5 juta = Rp2.375.000 Benar, seluruh kendaraan yang memiliki plat warna kuning adalah masuk kategori kendaraan produktif. Namun definisi ini juga mencakup untuk kendaraan berplat hitam yang memiliki izin usaha pengangkutan. Pasal tersebut berlaku bagi seluruh individu maupun badan hukum orang yang memiliki izin usaha yang menggunakan kendaraan untuk menunjang usahanya tersebut. Pihak bank dalam hal ini harus melihat kesesuaian jenis kendaraan dengan izin usaha yang dimiliki. Contoh kendaraan produktif: - Badan usaha yang akan membeli mobil angkutan karyawan. - Badan usaha yang memiliki izin usaha angkutan barang atau penyewaan mobil angkutan barang yang akan membeli mobil angkutan barang. - Badan usaha atau perorangan yang memiliki izin usaha penyewaan mobil angkutan orang atau usaha travel akan membeli mobil angkutan orang. - Badan usaha atau perorangan yang memiliki izin perdagangan sayur-mayur atau penyewaan peralatan pesta akan membeli mobil angkutan barang. 9