PAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT

KEBANGKITAN INDONESIA BARU

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Pertama-tama perkenankan saya secara tulus mengucapkan puji. syukur ke hadirat Allah SWT atas ridha Nya sehingga kita dapat hadir

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Jakarta, 10 Maret 2011

SAMBUTAN KEPALA BIRO HUMAS PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI UU. 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK TANGGAL 27 AGUSTUS 2015, DI PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat akan dapat dengan mudah mengetahui informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. baik. Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

MAKALAH MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN PADA UPACARA HARI SENIN TANGGAL 10 OKTOBER Senin, 10 Oktober 2016

Sambutan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA 17 /PER/M.

BAB I PENDAHULUAN. orang, disamping kebutuhan akan sandang, pangan serta papan. Informasi terjadi atas dasar komunikasi antar individu satu dan

SAMBUTAN MENEG PPN/KEPALA BAPPENAS

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

pengantar Pengantar oleh: Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2011 NOMOR 6

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB VI PENUTUP. dapat mendorong proses penganggaran khususnya APBD Kota Padang tahun

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

SAMBUTAN KETUA DPR-RI

Berdasarkan isu strategis tersebut, rekomendasi untuk Perbaikan Layanan Kesehatan, antara lain:

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PADA RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN PROGRAM SDM APARATUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengingat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Dinas Komunikasi Informatika

BAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penganggaran partisipatif..., 1 Amaliah Begum, FE Universitas UI, 2009 Indonesia

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

BAB 1 PENDAHULUAN. berbasis telekomunikasi dan multimedia. Didalamnya terdapat portal,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA RAKORNAS FKUB PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA SE- INDONESIA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

ASSALAMUALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARRAKATUH SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA. YTH. SAUDARA KETUA KOMISI PENYIARAN INDONESIA PUSAT,

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

HAK AKSES INFORMASI PUBLIK. Oleh: Mahyudin Yusdar

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

Yth. Sdr. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; Yth. Sdr. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, mewujudkan pemerintahan yang baik (good

Transkripsi:

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Rapat Koordinasi Nasional Departemen Komunikasi dan Informatika Tahun 2006 Jakarta, 19 September 2006. peserta Rakornas yang berbahagia, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua, Pertama-tama perkenankan saya secara tulus mengucapkan terima kasih atas undangan Departemen Komunikasi dan Informatika untuk memaparkan Kebijakan dan Strategi Perencanaan Pembangunan Nasional Dalam Mendukung Pembangunan Bidang Kominfo Tahun 2004 2009 dalam Rapat Koordinasi Nasional Departemen Komunikasi dan Informatika Tahun 2006 ini. 1

Sebagaimana kita ketahui, banyak pranata komunikasi dan informasi pada masa lalu dikontrol ketat oleh penguasa, sehingga mereka dapat dikendalikan. Keadaan itu terjadi karena penguasa mengembangkan sistem kekuasaan birokrasi otoriter (authoritarian bureaucratic state) yang memposisikan seluruh pranata komunikasi sebagai pendukung kekuasaan. Saluran-saluran komunikasi dan pusat-pusat penyebaran informasi berada di bawah pengawasan dan kendali pemerintah, sensor dilakukan dengan ketat, monopoli posisi untuk melakukan interpretasi disentralisir guna mempertahankan hegemoni dan sekaligus mematahkan resistensi. Oleh karena itu, di masa lalu, kehidupan media radio, televisi, dan pers merasa terkekang dan miskin kreativitas. Kritik kurang mendapat tempat, aspirasi dari bawah tersumbat dan kurang memperoleh penyaluran. Suara-sura di luar sistem dianggap suara lawan yang harus dibungkam dan dihilangkan dari ruang publik. Sebagian orang pernah menyatakan bahwa salah satu sebab terpuruknya bangsa ini adalah akibat dari komunikasi dan informasi yang di masa lalu tersumbat dan tidak mengalir sebagaimana mestinya. Situasi demikian mengakibatkan kritik terbungkam dan tidak ada kontrol yang sehat terhadap penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Fungsi watch dog dari media masa tidak berjalan, sehingga ia tidak dapat menyampaikan peringatan dini (early warning system) terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Salah satu tuntutan rakyat di masa reformasi adalah dilakukannya demokratisasi di bidang komunikasi dan informasi. Hegemoni dan dominasi penguasa di bidang komunikasi dan informasi harus diakhiri. Komunikasi yang bersifat dari atas ke bawah harus digantikan dengan komunikasi dari bawah ke atas. Pemaknaan atas suatu informasi yang dimonopoli penguasa dengan pemaknaan tunggal (monosemy) harus diganti dengan kebebasan menginterpretasikan dalam berbagai makna (polisemy) oleh masyarakat sendiri. Peran pemerintah di bidang komunikasi dan informasi lebih banyak diserahkan pada masyarakat. Kebebasan dan transparansi di 2

bidang komunikasi dan informasi menjadi keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Globalisasi informasi dan gerakan reformasi telah memaksa semua pihak (pemerintah, swasta, masyarakat) yang bergerak di bidang komunikasi dan informasi merumuskan kembali dan menata ulang posisi, peran, cara kerja dan bemtuk-bentuk pelayanannya. Arus globalisasi dan gerakan reformasi secara paradigmatik telah mengubah konsep dan praktek di bidang komunikasi dan informasi. Agenda-agenda reformasi di bidang komunikasi dan informasi antara lain telah memberikan dampak meningkatnya secara pesat peranan media massa menjadi sarana komunikasi dan penyebaran informasi yang paling efektif. Masyarakat telah semakin memahami dan menyadari hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar dan tepat waktu. Perangkat perundang-undangan di bidang informasi, komunikasi dan media massa semakin menjamin hak-hak masyarakat mendapatkan informasi yang diperlukannya (right to know) dan kewajiban pemerintah untuk menyampaikan informasi publik yang dibutuhkan oleh masyarakat (obligation to tell) sejalan dengan pengembangan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saya ingin menyinggung sedikit mengenai perubahan orientasi dan haluan yang terjadi dalam pembangunan komunikasi dan informasi. Untuk meningkatkan sistem komunikasi, informasi dan media massa, peran pemerintah yang semula dominan sudah berubah. Sejalan dengan reformasi yang terjadi di berbagai bidang pembangunan, peran pemerintah yang semula dominan sebagai penyedia dan pengatur sudah berubah menjadi fasilitator untuk terjadinya sistem komunikasi yang kondusif dan terwujudnya arus informasi yang bebas namun tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. 3

Perubahan mendasar tersebut sangat berpengaruh terhadap kegiatan di bidang komunikasi dan informasi, termasuk penyelenggaraan pelayanan informasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Pasal 28F UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Rumusan konstitusi ini membawa konsekuensi perubahan mendasar dalam pengembangan dan pelayanan komunikasi dan informasi yang diselenggarakan pemerintah. Dampaknya, paradigma komunikasi juga mengalami pergeseran. Dengan mendefinisikan komunikasi sebagai proses interaksi berkesinambungan dari sejumlah besar faktor yang saling mempengaruhi, komunikasi tidak lagi dapat dilakukan secara satu arah. Komunikasi adalah relasional dan transaksional, serta timbal balik yang memungkinkan masing-masing pihak bergantung. Pada prinsipnya pemerintah mendukung sepenuhnya demokratisasi di bidang komunikasi dan informasi. Pemerintah menyadari bahwa keterbukaan, kebebasan informasi dan kebebasan pers merupakan tuntutan demokrasi dan pemenuhan salah satu hak asasi manusia, yang mendorong terciptanya good governance dan bangkitnya participatory development. Sesuai dengan paradigma baru di bidang komunikasi dan informasi, peran pemerintah menyangkut berbagai hal, antara lain: a. Pemerintah menempatkan diri pada posisi sebagai pembuat kebijakan dan memberikan fasilitas saja. Sedangkan peran operator hanya dilaksanakan pada sektor-sektor yang memang tidak ditangani oleh pihak swasta dan masyarakat. b. Transformasi, kebebasan informasi dan kebebasan pers sebagai bagian dari proses demokratisasi, merupakan fenomena global yang tidak 4

mungkin dihindari. Oleh karena itu pemerintah terus berusaha menciptakan iklim kondusif bagi proses demokratisasi. c. Peran pemerintah di bidang komunikasi, informasi dan media massa di arahkan untuk: (1) meningkatkan kualitas demokrasi, (2) menciptakan transformasi, kebebasan informasi dan kebebasan pers, (3) melalui fungsi regulator menetapkan regulasi agar kebebasan informasi tidak terhalangi tetapi masyarakat juga terlindungi dari akses negatifnnya, (4) menjadi fasilitator agar bidang komunikasi dan informasi serta media massa dapat berkembang secara sehat sebagaimana yang terjadi di negara-negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Perubahan-perubahan orientasi di bidang komunikasi dan informasi yang dituntut masyarakat dalam prakteknya tidak terjadi secara ekstrim dan menyeluruh dalam waktu yang cepat, tetapi harus melalui proses yang bertahap dan secara gradual, tergantung pada konteks individu dan lingkungan sosialnya. Dalam masa transisi, mudah dipahami apabila sering terjadi kebingungan dalam masyarakat, karena kebebasan berbicara dan berekspresi menyebabkan siapapun boleh menyampaikan informasi, boleh meyampaikan pendapat dan pemikirannya, boleh menyampaikan interpretasinya, sehingga seringkali menyebabkan terjadinya kesimpangsiuran informasi. Kesimpang-siuran ini menyebabkan masyarakat kurang memahami ke arah mana sebenarnya perkembangan sekarang ini. Sejak awal reformasi, pembangunan bidang komunikasi dan informasi diarahkan pada upaya menjamin berlangsungnya proses demokratisasi di Indonesia. Program pengembangan komunikasi dan informasi diarahkan pada upaya meningkatkan dan memantapkan pertukaran informasi dan komunikasi antar dan intra kelompok masyarakat serta antar lembaga politik dengan rakyat sesuai dengan peran dan 5

fungsinya masing-masing. Dengan demikian diharapkan akan terwujud kesadaran dan kedewasaan berpolitik masyarakat melalui pertukaran arus informasi yang bebas dan transparan, serta adanya mekanisme kontrol politik yang lebih terbuka. Disadari bahwa perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini secara mendasar telah membawa implikasi terhadap perubahan dan pembaharuan kehidupan masyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun hankam. Di lain pihak, industri media massa, baik pers maupun penyiaran, sudah mendapatkan kebebasan dalam melaksanakan kontrol sosial politiknya, walaupun masih perlu didukung oleh profesionalisme yang lebih memadai. Perpaduan antara kemajuan teknologi informasi dan kebebasan media massa berpotensi besar untuk mendukung secara kuat proses demokratisasi. Namun demikian, pembangunan jangka menengah bidang komunikasi dan informasi masih dihadapkan oleh sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan bersama. Salah satu tantangan besar adalah upaya mengoptimalkan peran media massa dalam menjalankan fungsinya secara otonom dan independen. Media massa masih seringkali disalahpahami sebagai pihak yang sengaja memperkeruh konflik dan mengadu domba pihak-pihak yang berbeda pendapat, padahal peran media massa adalah memberitakan secara obyektif realitas yang ada agar dapat diatasi sesuai dengan faktanya. Sebaliknya, kriminalisasi terhadap media massa justru menyebabkan bahaya yang jauh lebih besar, berupa distorsi informasi dan informasi yang berpihak kepada kelompok yang lebih kuat dan berkuasa. Untuk menjawab tantangan ini kiranya ke depan perlu dilakukan upaya untuk menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa perlu diarahkan bagi peningkatan peran pers dan media massa dalam memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh informasi secara bebas, transparan dan bertanggung jawab, serta dalam rangka mewujudkan masyarakat informasi menuju masyarakat 6

berbasis pengetahuan. Serangkaian kegiatan utama yang dapat dilakukan dalam rangka itu antara lain adalah memfasilitasi peninajauan atas aspekaspek politik terhadap peraturan perundangan terkait dengan pers dan media massa, melakukan kajian dan penelitian yang relevan dalam rangka pengembangan kualitas dan kuantitas komunikasi dan informasi, dan memfasilitasi peningkatan profesionalisme di bidang komunikasi dan informasi. Tantangan lain yang juga penting adalah upaya menghindari intervensi kebijakan yang terlalu besar dalam diseminasi informasi, seperti kebijakan sensor yang berlebihan dan informasi sepihak dapat berakibat kontraproduktif dalam pemeliharaan serta saling percaya dan harmoni masyarakat. Patut dicatat, untuk menjawab tantangan ini, kebijakan yang lebih memperbesar akses masyarakat luas terhadap proses perumusan kebijakan publik, sekaligus memperkecil kesenjangan informasi antar kelompok-kelompok masyarakat akan sangat menentukan peningkatan saling pengertian antar berbagai kelompok yang ada. Dengan kata lain, asas-asas keterbukaan dan pemerataan akses informasi merupakan kunci keberhasilan penerapan dan pelaksanaan kebijakan komunikasi dan informasi. Untuk itu, Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Publik diarahkan bagi peningkatan mutu pelayanan dan arus informasi kepada dan dari masyarakat untuk mendukung proses sosialisasi dan partisipasi politik rakyat. Program ini dijabarkan ke dalam beberapa kegiatan utama, antara lain memberikan pelayanan informasi yang lebih berkualitas, menyediakan informasi yang berorientasi pada permintaan dan kebutuhan nyata masyarakat sesuai dengan standar layanan informasi publik, memperluas jaringan dan prasarana layanan informasi serta penyiaran publik khususnya untuk daerah terpencil, dan memanfaatkan jaringan teknologi informasi dan komunikasi secara lebih luas untuk membuka 7

peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi yang lebih luas secara cepat dan akurat. Sebagai penutup, kebijakan dan strategi perencanaan pembangunan di bidang komunikasi dan informasi tersebut di atas pada akhirnya perlu diarahkan bagi terwujudnya masyarakat informasi yang sejahtera melalui penyelenggaraan komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, 19 September 2006 Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas H. Paskah Suzetta 8