ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS. Oleh : Era Dorihi Kale, M.Kep.Sp.Kep.MB

dokumen-dokumen yang mirip
INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR... TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus

TREND DAN ISU PENULARAN HIV DI INDONESIA DAN DI LUAR NEGRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS. Oleh: KHOIRUL HARIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 25 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

KEPUTUSAN KEPALA RSAU Dr.M.SALAMUN TENTANG KEBIJAKAN PANDUAN RUJUKAN PASIEN HIV/AIDS. DI RSAU Dr.M.SALAMUN

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI BALI Jl. Melati No. 21 Denpasar Telpon/Fax:

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

MATERI INTI 1 INFORMASI TENTANG TB, HIV DAN KOINFEKSI TB-HIV

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

2015 KAJIAN TENTANG SIKAP EMPATI WARGA PEDULI AIDS DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

PEDOMAN PRAKTIS DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN HIV / AIDS Pada keadaan Sumber Daya Terbatas

PENANGGULANGAN HIV / AIDS

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

KUESIONER PENELITIAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

Etiology dan Faktor Resiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal

STRATEGI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI KONSELOR VCT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BEROBAT PADA PASIEN HIV DI RSUD KABUPATEN KARAWANG

BAB II Tinjauan Pustaka

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 4-A PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4-A TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2016 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB II LANDASAN TEORI A. PEMANFAATAN LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING TEST. A.1.1. Definisi Konseling dalam Voluntary Counseling and Testing (VCT)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

Oleh: Logan Cochrane

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

Transkripsi:

ASUHAN KEPERAWATAN HIV AIDS Oleh : Era Dorihi Kale, M.Kep.Sp.Kep.MB

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus jenis retrovirus yang menyebabkan seseorang terinfeksi HIV dan akan berkembang menjadi Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital sistem kekebalan manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. PENGERTIAN

PENGERTIAN HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik. Jika HIV membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter(µl) darah maka kekebalan selular akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS.

PENGERTIAN Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala yang menunjukan adanya kelemahan/ kerusakan/ penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang. AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi.

PENGERTIAN Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacammacam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pada orang yang tidak terinfeksi pun lamakelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.

STATISTIK 1987-2014 : HIV : 150.296 AIDS : 55.799 NTT : 1.751 Tersebar di 381 kab/kota dari 498 kab/kota (76%) Tertinggi pd umur 20-29 tahun (32.9%), 30-39 tahun (28.5%) Laki-laki :54% Perempuan : 29% Tidak melaporkan JK : 17% Kasus baru terus meningkat setiap tahunnya

IRT : 6.539 Wiraswasta : 6.203 Karyawan : 5.638 Petani/peternak/nel ayan : 2.324 Buruh kasar : 2.169 Penjaja seks : 2.052 PNS : 1.658 Mhs/sekolah : 1.295 Heteroseksual (61.5%) Penasun (15.2%) Perinatal (2.7%) Homoseksual (2.4%)

TANDA DAN GEJALA Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.

TANDA DAN GEJALA Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intra cellulare dan sitomegalovirus. Citomegalovirus dapat menyebabkan kolitis dan retinitis sitomegalovirusdapat menyebabkan kebutaan. Penisiliosis yang disebabkan oleh Penicillium marneffeikini adalah infeksi oportunistik ketiga paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.

KLASIFIKASI Stadium I: infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah,dan tuberkulosis. Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

TRANSMISI 1. Penularan melalui hubungan seksual 2. Paparan dengan cairan tubuh yang terinfeksi 3. Transmisi ibu ke anak

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Resiko masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang yang belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya luka pada alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfositdan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal.

PENULARAN MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.

PAPARAN DENGAN CAIRAN TUBUH YANG TERINFEKSI Rute transmisi ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV. Penggunaan alat yg melukai tubuh

TRANSMISI IBU KE ANAK Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi in utero selama minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat transmisi hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi risiko infeksi,terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10-15%. Risiko ini bergantung pada faktor klinis dan dapat bervariasi menurut pola dan lama menyusui. Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar, dan pemberian susu formula mengurangi peluang transmisi HIV dari ibu ke anak.

DIAGNOSIS Pemeriksaan untuk diagnosis HIV dilakukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV, berdasarkan prinsip : Konfidensialitas Persetujuan Konseling Pencatatan Pelaporan dan Rujukan

Prinsip konfidensialitas artinya hasil pemeriksaan harus dirahasiskan dan hanya dapat dibuka kepada : Orang/pasien yang bersangkutan Tenaga kesehatan yang menangani Keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap Pasangan seksual Pihak lain yang sesuai ketentuan

KONSELING Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela/VCT : Voluntary Conseling Testing) dan TIPK (Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan/PITC : Provider Initiative Testing dan Conseling). KTS : proses konseling sukarela dan tes HIV atas inisiatif individu yang bersangkutan. TIPK adalah test HIV dan konseling yang dilakukan kepada seseorang untuk kepentingan kesehatan dan pengobatan berdasarkan inisiatif dari pemberi pelayanan kesehatan.

Diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium HIV dan juga berdasarkan gejala klinis (diagnosis klinis).

DIAGNOSIS KLINIS DIDUGA AIDS BILA : Batuk lebih dari 2-3 minggu Penurunan berat badan menyolok > 10% Panas > 1 bulan Diare > 1 bulan Perhatikan kandidiasis oral Herpes zoozter yang luas, sering kambuh Sariawa rekuren dan berat Penyakit kulit : dermatitis seboroik kambuhan, psoriasis, dermatitis generalisata Limfadenopati generalisata Infeksi jamur kambuhan (kandidiasis vagina/keputihan) Pneumonia berat berulang TBC Riwayat perilaku seksual Riwayat pengguna narkoba Riwayat pekerjaan : pelaut, supir truk, dll Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku berisiko tinggi Riwayat tranfusi Perhatikan ciri khas/tanda kelompok risiko tinggi, misalnya : tato, perilaku ter tentu Saat ini HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risiko tinggi : misalnya ibu rumah tangga

DIAGNOSIS LABORATORIUM : Serologi/deteksi antibodi : rapid test, ELISA, Western Blot (untuk konfirmasi) Deteksi virus : RT-PCR, antigen P-24

PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA Sinar X dada Tes fungsi pulmonal Biopsi EEG, MRI, CT scan otak, EMG dll

INDIKASI DILAKUKAN TEST LABORATORIUM Pasien yang secara klinis curiga AIDS Orang dengan risiko tinggi Pasien infeksi menular seksual Pasangan seks atau anak dari pasien positif HIV Sebelum tes harus dilakukan konseling dulu dan harus menandatangani surat persetujuan (inform consent). Konseling dapat dilakukan di klinik VCT oleh konselor terlatih dan di tempat praktek, Puskesmas oleh petugas kesehatan terlatih

KOMPLIKASI Oral lesi : kandida, herpes simplek, gingivitis, dll Neurologik : dimensia kompleks, toxoplasmosis ensefalitis, meningitis, neuropati Gastrointestinal : Diare, hepatitis, penyakit anorektal : abses, fistula, ulkus Respirasi : pneuminia, influenza, batuk, TBC Dermatologik : lesi kulit : herpes simpleks dan zoster, dermatitis Otitis media, konjungtivitis

PENANGGULANGAN HIV AIDS 1. Promosi Kesehatan 2. Pencegahan penularan HIV 3. Pengobatan, perawatan dan dukungan 4. Rehabilitasi

PROMOSI KESEHATAN Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang benar dan komprehensif tentang pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta diskriminasi. Promosi ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan maupun non kesehatan yang sudah terlatih. Masysrakat yang menjadi sasaran promosi kesehatan adalah populasi kunci. Populasi kunci adalah : pengguna napza suntik, wanita pekerja seks (WPS) langsung maupun tidak langsung, pelanggan/pasangan seks WPS, gay, waria, laki pelanggan/pasangan seks dengan sesama laki dan warga binaan lapas/rutan.

PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI HUBUNGAN SEKSUAL Upaya yang dilakukan (ABC)/(ABCDE): Tidak melakukan hubungan seks (Abstinensia) : bagi yang belum menikah Setia dengan pasangan (Be faithful) : hanya berhubungan seksual dengan pasangan tetap yang diketahui tidak terinfeksi HIV Menggunakan kondom secara konsisten (Condom Use) : menggunakan kondom bila terpaksa berhubungan seksual yang berisiko atau dengan pasangan yang telah terinfeksi HIV Menghindari penggunaan obat/zat aditif (no Drugs) non seksual Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin (Education) dan Melakukan pencegahan lain, antara lain : sirkumsisi

PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI HUBUNGAN NON SEKSUAL Uji saring darah pedonor ; penggunaan darah yang aman dari HIV Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan non medis yang melukai tubuh : penggunaan peralatan steril, memenuhi standar operasional prosedur dan kewaspadaan umum (universal precaution), pencegahan infeksi sesuai dengan standar Pengurangan dampak buruk pada pangguna napza suntik : program layanan alat suntik steril dengan konseling perubahan perilaku serta dukungan psikososial, mendorong menjalani terapi/rehabilitasi, mendorong melakukan pencegahan penularan seksual, layanan konseling dan tes HIV.

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif; Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV; Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya : pemberian ARV kepada ibu, pilihan cara melahirkan : operasi caesar akan mengurangi risiko penularan, pilihan untuk tidak menyusui anaknya.

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya. Setiap bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV harus dilakukan tes serologi HIV (DNA/RNA) dimulai pada usia 6 (enam) sampai dengan 8 (delapan) minggu atau tes serologi HIV pada usia 18 (delapan belas) bulan ke atas. Setiap bayi baru lahir dari ibu HIV dan AIDS harus segera mendapatkan profilaksis ARV dan kotrimoksasol

PENGOBATAN, PERAWATAN DAN DUKUNGAN Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pengobatan dan perawatan ODHA, jika fasilitasi yang ada tidak mampu maka penderita harus dirujuk Setiap orang yang terinfeksi HIV diregistrasi secara nasional Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik dan meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV Pengobatan HIV dan AIDS dilakukan dengan 3 cara : Terapeutik, profilaksis dan penunjang.

PENGOBATAN Pengobatan Terapeutik : meliputi pengobatan ARV (Anti Retro Viral), pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual) dan pengobatan infeksi opor tunitis Pengobatan profilaksis : Pemberian ARV pasca pajanan dan pemberian kotrimoksasol untuk terapi dan profilaksis Pengobatan penunjang : tatalaksana gejala : multivitamin, dukungan nutrisi, pendidikan kesehatan, pencegahan komplikasi dan infeksi oportunistik, perawatan paliatif, dukungan psikologis kesehatan mental, dukungan sosial ekonomi, kelompok-kelompok dukungan.

PENGOBATAN ARV Diberikan setelah mendapatkan konseling, mempunyai pengingat minum obat (PMO) dan pasien setuju patuh terhadap pengobatan seumur hidup Indikasi : jika penderita HIV yang telah menunjukan stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel limfosit T CD4 < 350 sel/mm3 Ibu hamil dengan HIV Penderita HIV dengan Tuberkulosis

JANGAN MEMULAI ARV JIKA Pasien tidak memiliki motivasi Pengobatan tidak dapat terus menerus seumur hidup Pengobatan tidak dapat dimonitor Penderita mengalami gangguan fungsi ginjal/hati berat Adanya penyakit oportunistik/infeksi oportunistik terminat / tidak dapat disembuhkan, misalnya limfoma maligna.

Pengobatan ARV dimulai di rumah sakit (minimal tipe C) dan dapat dilanjutkan di Puskes mas atau fasilitas kesehatan lainnya Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diperlukan untuk penanggulangan HIV AIDS dijamin oleh pemerintah, yang meliputi : kondom, lubrikan, alat suntik steril, reagensia untuk tes HIV dan IMS. Obat ARV, obat TBC, obat IMS, obat untuk infeksi oportunistik. Perawatan dan pengobatan bagi orang terinfeksi HIV yang miskin dan tidak mampu ditanggung oleh negara

REHABILITASI Rehabilitasi dilakukan melalui rehabilitasi medis dan sosial Ditujukan untuk mengembalikan kualitas hidup untuk menjadi produktif secara ekonomi dan sosial ; pemberdayaan ketrampilan kerja, dll

REAKSI PSIKOLOGIS PASIEN HIV

ASPEK SOSIAL Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada ODHA yang kondisinya sudah parah. Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (istri/suami), orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor.

ASPEK SPIRITUAL Pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien terhadap sakit yang dideritanya, sehingga ODHA akan dapat menerima dengan iklas terhadap sakit yang dialami. Asuhan keperawtan yang diberikan : Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien Pandai mengambil hikmah dari kejadian yang dialami Meningkatkan ketabahan hati dan keteguhan dalam menghadapi cobaan Dukungan psikologis, sosial dan spiritual yang baik akan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dan daya tahan terhadap perkembangan infeksi HIV.

Sekian dan Terima Kasih