BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROSES PEMBUATAN PARAREM DI DESA PAKRAMAN PANJER, KECAMATAN DENPASAR SELATAN, KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

BAB 5 PENUTUP. sebagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di wilayah Grobogan mampu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

MUKADIMAH AD ART ASOSIASI PEMERHATI KAJIAN GENDER (THE ASSOCIATION OF GENDER STUDIES SOCIETY) 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. militer Jepang dan masih ada hingga saat ini, ketika masa penjajahan Jepang

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

Kesimpulan K E S I M P U L A N. DALAM TAHUN 1965, JUMLAH TOTAL PEREMPUAN YANG MENJABAT sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari masyarakat desa itu sendiri sesuai dengan apa yang sudah disepakati

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa kajian lain yang berkaitan dengan penelitian Partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. satu wujud kebudayaan yang ada di Indonesia yaitu kebudayaan yang dimiliki

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri sangat bergantung pada konfigurasi politik pemerinthan pada saat

BAB I PENDAHULUAN. oleh akuntan publik menjadi kebutuhan utama sebelum para pengambil kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) KOMUNITAS PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN - kompep

BAB I PENDAHULUAN. politik yang secara legal masuk dalam Undang-undang partai politik merupakan

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dan manusia bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tradisional. Pendidikan formal, informal dan non-formal merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Oleh karena itu, BPMD menentukan Visi

1. Mempraktikkan kesadaran budaya dalam praktikkerja. 2. Menerima keragaman budaya sebagai dasar hubungan kerja profesional yang efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Islam sebagai simbol persatuan dan kesatuan. 2 Perkembangan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, hak-hak perempuan mulai dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan publik. Kebijakan tentang perempuan sekarang ini sudah mulai diperbincangkan dan diperjuangkan baik dalam ranah pemerintah pusat maupun dalam ranah pemerintah daerah. Dalam ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak perempuan sudah mulai diperbincangkan dan mulai diperjuangkan. Desa Pakraman merupakan kesatuan masyarakat hukum adat di Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu di Bali. Desa Pakraman sebagaimana yang diatur dalam Perda Provinsi Bali No 3 tahun 2001 dibentuk oleh enam unsur pokok, yaitu kesatuan masyarakat hukum adat, mempunyai satu kesatuan tradisi, tata karma pergaulan hidup menurut Agama Hindu, ikatan Kahyangan Tiga, mempunyai wilayah, dan memiliki harta kekayaan sendiri. Berdasarkan Perda Provinsi Bali No 3 tahun 2001 tentang desa Pakraman dan membentuk lembaga Majelis Desa Pakraman (MDP) yang menggantikan fungsi dari Majelis Pembina Desa Pakraman (MPDP) yang sebelumnya berfungsi memberikan pertimbangan tentang masalah adat kepada pemerintah dan mengadakan pembinaan kepada lembaga-lembaga adat yang ada di Bali. MDP

2 bekerja sama dengan dinas-dinas terkait diantaranya Biro Kesejahteraan dan Pemberdayaan Perempuan. Seperti yang diketahui setiap Desa Pakraman di Bali mempunyai aturan (tertulis maupun tidak tertulis) yang berlaku bagi warga Desa Pakraman bersangkutan, yang disebut dengan Awig-awig atau Pararem. Dengan begitu banyaknya Desa Pakraman yang ada di Bali, menyebabkan begitu banyak dan beragam pula awig-awig yang ada di Bali. Keberagaman hal tersebut membuat desa-desa yang berada di Bali menjadi unik dan mempunyai keistimewaan. Berdasarkan penelitian Tjok Raka Dherana yang diterbitkan dalam buku yang berjudul Desa Adat dan Awig-awig dalam Struktur Pemerintah Bali (1995) dapat diketahui bahwa usaha penulisan awig-awig telah dimulai jauh sebelum tahun 1986. Didalam awig-awig, terdapat pararem yang timbul akibat sebuah fenomena atau gejala yang dianggap dapat mengganggu keseimbangan kehidupan masyarakat. Didalam awig-awig terdapat hal-hal yang tidak diatur maupun yang sudah diatur namun isinya masih ambigu, atau belum memiliki prinsip. Memang perlu yang namanya peremajaan aturan dari isi awig-awig tersebut agar sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Unutk itu dibuatlah pararem sebagai aturan tambahan diluar awig-awig yang isinya adalah hasil musyawarah bersama dalam paruman (rapat) desa. Pararem merupakan sebuah cerminan hukum adat yang bersifat dinamis. Pararem merupakan bukti hukum adat yang tumbuh mengikuti perubahan masyarakat melalui putusan-putusan dalam sebuah paruman (rapat) adat. Beberapa buku dan literatur ada yang menyebutkan mengenai penjelasan pararem, namun

3 tidak dijelaskan tentang pengertiannya secara jelas dan mendetail. Peraturan Daerah Provinsi Bali No 3 tahun 2003 tentang perubahan Peratuan Daerah Provinsi Bali No 3 tahun 2001 tentang Desa Pakraman dan Lembaga Adat, yang menjelaskan pengertian pararem merupakan adalah hasil keputusan paruman (rapat) desa atau banjar yang berisi ketentuan pelaksanaan awig-awig Desa Pakraman dan yang menyangkut hal-hal prinsip diluar pelaksanaan awig-awig Desa Pakraman yang berlaku. Partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan pada level kebijakan publik secara kuantitas masih dirasa kurang. Kelompok perempuan lebih banyak menikmati produk dari hasil kebijakan publik yang mayoritas dibuat oleh kalangan laki-laki. Tuntutan perempuan dalam pengambilan kebijaka publik merupakan tuntutan yang wajar dikarenakan perempuan merupakan sasaran kebijakan publik yang tidak memiliki daya tawar, sehingga mengakibatkan banyak terjadinya produk kebijakan publik yang tidak ramah gender. Pada pemilu tahun 2004 lalu fokus perjuangan gerakan perempuan terletak pada perjuangan merebut kuota 30 persen dari jumlah keterwakilan perempuan dalam lembaga parlemen, maka agenda yang tidak kalah penting adalah perjuangan jumlah keterlibatan perempuan dalam pengambilan kebijakan publik. Sekarang ini persamaan gender sangat diperlukan dalam sistem pemerintahan adat di Bali. Berbicara tentang gender tidak lepas dari jenis kelamin manusia. Disini perempuan selalu diberikan ketidakadilan dalam mendapatkan hakhaknya dalam pemerintahan. Berbagai sosialisasi materi gender telah dilakukan oleh banyak kalangan seperti Pemerintah Daerah, Pusat Studi Wanita dan Lembaga

4 Swadaya Masyarakat yang ada di Bali. Namun dalam wacana keseharian masyarakat Bali, gender menjadi persoalan yang cukup banyak disoroti, karena pengetahuan tentang kesetaraan gender masih sangat minim. Disamping itu juga karena budaya yang menaungi adalah budaya patriarkal. Laki-laki menduduki tempat paling atas dan perempuan dibawahnya. Terlihat sekali ada bias gender yang sangat problematik dialami masyarakat Bali. Pada tataran praktis, hak-hak perempuan tercabut praktik ideologi laki-laki yang menghalangi eksistensi perempuan. Ideologi ini merupakan praktik penipuan yang menghalangi keberadaan perempuan. Selain itu, eksistensi dan hak-hak perempuan dikaburkan atau disembunyikan melalui wacana praktik yang mengatasnamakan adat. Eksistensi perempuan dimarjinalisasi dalam permainan kepentingan politik dalam konteks pengambilan keputusan dan keadilan bagi mereka. Oleh karena itu, banyak kalangan yang memperjuangkan hak-hak perempuan dalam dunia politik. Mendesak pemerintah agar mengkaji ulang kebijakan tentang perempuan, agar perempuan Bali memiliki tempat dalam ranah pemerintahan daerah maupun pusat. Baik itu dalam pengambilan keputusan kebijakan publik dan dalam perumusan kebijakan publik. Menurut Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan (KemNeg PP 2006), sampai saat ini bebagai instrument yuridis dibuat untuk mendukung terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia. Komitmen pemerintah melalui KemNeg PP untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender juga sangat tinggi. Namun, dalam kenyataannya ketimpangan gender dalam segala

5 aspek kehidupan tetap terjadi, sehingga sangat perlu dilakukan identifikasi terhadap bebagai faktor yang menjadi penyebabnya. Dalam istiadat hindu di Bali kesetaraan dan keadilan perempuan belum terealisasi dengan baik terutama dalam perlakuan adat. Mengingat isu gender dilingkungan masyarakat di Bali merupakan isu yang relatif baru diwacanakan. Dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di masyarakat, terlebih dahulu penting untuk dikaji mengenai pengetahuan, pandangan, dan sikap masyarakat Bali terhadap konsep kesetaraan dan keadilan gender. Dalam proses pembuatan awig-awig atau pararem seringkali dilakukan oleh perwakilan dari laki-laki saja. Pertanyaannya sekarang apakah keberadaan perempuan tidak dapat dilibatkan dalam proses pembuatannya. Mengingat di Bali mempunyai keunikan sistem kekerabatan sendiri yang berbeda dengan masyarakat yang lain. Sistem kekerabatan yang dimaksud adalah sistem gotong royong dan kekeluargaan dalam metulungan (membantu) yang dimiliki oleh masyarakat Bali. Keterlibatan perempuan dalam merumuskan awig-awig atau pararem desa pakraman sudah mulai digalakan. Di Desa Pakraman Panjer sendiri partisipasi perempuan dalam perumusan kebijakan publik sudah mulai digalakan oleh Desa Pakraman dan terus diperjuangkan bagi perempuan. Hal tersebut terlihat dengan mengajak perempuan yang sudah memiliki pendidikan dan wawasan untuk ikut dalam dimintai pendapat.

6 Tabel 1.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Pakraman Panjer Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Tamat SD/sederajat 1.566 orang 1.666 orang Tamat SMP/sederajat 1.146 orang 1.034 orang Tamat SMA/sederajat 2.268 orang 2.119 orang Tamat S-1/sederajat 578 orang 569 orang Tamat S-2/sederajat 178 orang 131 orang Tamat S-3/sederajat 9 orang 4 orang Jumlah 5.745 orang 5.523 orang Jumlah Total 11.268 orang Sumber : Buku profil Desa Panjer tahun 2013-2014 Berdasarkan tabel diatas di desa Pakraman Panjer jumlah perempuan yang memiliki pendidikan sudah mulai bertambah setiap tahunnya dan jumlahnya sudah setara dengan kelompok laki-laki. Dengan persentase jumlahnya 60% laki-laki yang sudah memiliki pendidikan dan 40% perempuan yang sudah memiliki pendidikan. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) perempuan di Desa Pakraman Panjer sudah mengalami peningkatan yang baik. Misalnya seperti sudah adanya Kepala Lingkungan (Kaling) dari kaum perempuan. Berdasarkan uraian diatas, dimana dalam penelitian ini akan mengkaji dan menguraikan tentang bagaimana partisipasi perempuan dalam proses pembuatan pararem Desa Pakraman Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

7 1.2 Rumusan Masalah Untuk mengadakan suatu penelitian agar hasil penelitian itu dapat dikatakan mempunyai nilai ilmiah, maka peneliti harus melalui prosedur penelitian. Dimana masalah harus diungkapkan atau dirumuskan terlebih dahulu sebelum peneliti berangkat kelapangan untuk mengumpulkan data. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka adapun perumusan masalah yang penulis ajukan adalah : Bagaimana partisipasi perempuan dalam proses pembuatan pararem di Desa Pakraman Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Segala bentuk aktivitas baik yang bersifat besar maupun bentuk aktivitas yang bersifat kecil tentunya memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan keinginan. Begitu pula penelitian tentang partisipasi perempuan dalam proses pembuatan pararem di Desa Pakraman Panjer. Maka tujuan dari penelitian ini yaitu : Mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam proses pembuatan pararem di Desa Pakraman Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini nantinya sangat diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :

8 A. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan di bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya pada bidang Administrasi Negara berkenaan dengan partisipasi perempuan dalam proses pembuatan pararem di Desa Pakraman Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. B. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik untuk pemerintah, masyarakat maupun Universitas Udayana khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun manfaat yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Daerah pada umumnya dan Pemerintah Kota Denpasar pada khususnya. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi dan dasar pertimbangan bagi pengembangan Desa Pakraman. 2. Bagi Desa Pakraman Panjer Sebagai sebuah studi yang mencari gambaran tentang bagaimana partisipasi perempuan dalam proses pembuatan pararem di Desa Pakraman Panjer. Sehingga kesetaraan dan keadilan gender tidak lagi menghalagin perempuan dalam mengemukakan suaranya di lingkungan Desa Pakraman. 3. Bagi Universitas Udayana Khususnya pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan untuk

9 menambah koleksi materi perpustakaan kampus dan diharapkan mampu menggugah minat untuk melanjutkan penelitian ini secara lebih dalam ataupun mengenai masalah lain yang masih berkaitan dengan partisipasi perempuan dalam proses pembuatan pararem di Desa Pakraman Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. 4. Bagi Mahasiswa Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Universitas Udayana dan juga sebagai bahan studi yang dapat dipelajari oleh mahasiswa. 1.5 Sistematika Penulisan Agar mencapai hasil yang baik dan terarah serta tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, maka dibuat sistematika penulisan yang di uraikan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan tenntang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis menjelaskan kajian pustaka berupa karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti, pada bab ini peneliti juga menjelaskan kerangka konseptual, landasan teori dan kerangka berpikir dari penelitian ini.

10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, teknik sampling, teknik pengumpulan data, teknik analisis, dan teknik penyajian data. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan tentang jawaban dari permasalahan yang menguraikan mengenai gambaran umum, temuan, serta analisis penelitian berupa partisipasi perempuan dalam proses pembuatan pararem dan kendala apa yang dialami perempuan dalam proses pembuatan pararem. BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.