KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L P E M E R I N T A H K A B U P A T E N J E M B R A N A. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENANGANAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MALANG Melalui : PROGRAM KEMITRAAN & GOTONG ROYONG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PENDAHULUAN. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jakarta, 10 Maret 2011

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Disampaikan Pada: Bimtek Penyusunan RKPD Kabupaten Situbondo Mei 2012

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PANDUAN PENGANUGRAHAN KREATIFITAS DAN INOVASI MASYARAKAT (KRENOVA) KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

MENINGKATKAN INVESTASI DAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REVITALISASI PERTANIAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

Analisis Isu-Isu Strategis

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

Transkripsi:

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RISET UNGGULAN DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan : a. Pasal 79 : (1) Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS. (2) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan. (3) Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. (4) Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara. (5) Gaji PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah. b. Pasal 80 : (1) Selain gaji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas. (2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS. Sementara itu, di dalam Lampiran Peraturan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri dijelaskan : a. Gaji yang adil dan layak adalah gaji yang mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga Pegawai Negeri tersebut, sehingga Pegawai Negeri yang bersangkutan dapat memusatkan perhatian, pikiran dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. b. Gaji yang adil dimaksudkan untuk mencegah kesenjangan kesejahteraan, baik antar Pegawai Negeri maupun antara Pegawai Negeri dengan swasta. Sedangkan gaji yang layak dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan dapat mendorong produktivitas dan kreativitas Pegawai Negeri. c. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 mengamanatkan seluruh Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah melaksanakan reformasi birokrasi. Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang telah melaksanakan reformasi birokrasi diberikan penghargaan dalam bentuk tunjangan kinerja. Berdasarkan peraturan di atas, maka pemerintah Kabupaten Kebumen perlu melakukan suatu kajian mengenai gaji yang adil dan layak dari PNS di lingkungan pemerintahannya. Maksud dilaksanakannya penelitian dengan tema Kebutuhan Hidup Layak PNS di Kabupaten Kebumen adalah untuk mendapatkan suatu gambaran tingkat kebutuhan hidup yang layak PNS dalam memenuhi kebutuhannya yang dapat dijadikan salah satu dasar penentuan gaji yang adil dan layak bagi PNS Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan pola hidup PNS di Kabupaten Kebumen dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.

b. Mengetahui nilai besaran rata-rata kebutuhan pokok PNS di Kabupaten Kebumen per bulan. c. Mengetahui persentase rata-rata gaji PNS yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. d. Mengetahui tingkat kesenjangan kesejahteraan antar PNS. 3. SASARAN Sasaran penelitian dengan tema Kebutuhan Hidup Layak PNS di Kabupaten Kebumen sebagai Salah Satu Acuan Pemberian Tunjangan Kinerja adalah PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Penelitian ini dibiayai dari APBD Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran 2015. Manfaat kegiatan ini adalah dihasilkannya sebuah kajian yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan hidup PNS yang diindikasikan melalui terpenuhinya kebutuhan hidup secara layak dengan gaji yang adil dan layak. a. Analisa pola hidup PNS di Kabupaten Kebumen dalam memenuhi kebutuhannya. b. Analisa pendapatan PNS selain gaji sebagai PNS. c. Rata-rata besaran kebutuhan pokok PNS per bulan. d. Alokasi penggunaan gaji PNS untuk kebutuhan primer, sekunder dan teriser. e. Tingkat keseimbangan antara gaji dan pendpatan lain dengan pengeluaran. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain: 1) Laporan hasil penelitian. 2) Standar kebutuhan hidup layak PNS di Kabupaten 3) Besaran gaji PNS yang adil dan layak di Kabupaten kebumen. 4) Rekomendasi tunjangan kinerja bagi PNS. Akademisi, lembaga penelitian, LSM baik kelompok maupun perorangan. 10. JANGKA WAKTU RISET DESA INOVASI MENUJU PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KEBUMEN Strategi pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) terus dikembangkan dalam rangka penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) yang merupakan penjabaran dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Desa inovatif merupakan salah satu program prioritas utama pengembangan SIDa Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah mendefinisikan desa inovatif sebagai desa yang mampu memanfaatkan sumber daya desa dengan cara baru. Berdasar definisi tersebut, desa inovatif merupakan implementasi dari konsep pengembangan ekonomi lokal yang mendasarkan pertumbuhannya pada pengembangan desa yang benar-benar bertumpu pada potensi sumber daya yang dimilikinya. Pengembangan desa inovatif menekankan upaya peningkatan daya saing pedesaan dalam menghadapi berbagai dinamika global dengan segala arus perubahannya melalui pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraannya. Kabupaten Kebumen secara administratif terdiri dari 26 kecamatan, 449 desa dan 11 kelurahan, dengan luas wilayah sebesar 128.111,50 Ha atau 1.281,115 Km2, dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan pegunungan, sedangkan sebagian besar merupakan dataran rendah. Dengan kondisi geografis tersebut, desa di Kabupaten Kebumen memiliki potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan menjadi desa inovasi. Sehingga dengan adanya riset mengenai desa inovasi, diharapkan akan diperoleh hasil penelitian yang dapat dijadikan panduan yang mempermudah masyarakat desa dalam membangun desanya menuju ke arah yang lebih baik sehingga menjadi desa inovatif untuk meningkatkan kesejahteraannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah rumusan tentang pengembangan suatu desa menuju desa mandiri yang mampu mengatasi permasalahan dengan cara atau inovasi baru menggunakan segala potensi sumber daya yang ada dan didukung oleh teknologi yang tepat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa tersebut. Adapun tujuan penelitian ini antara lain : a. Munculnya inovasi-inovasi baru yang dapat diaplikasikan di suatu desa untuk meningkatkan daya saing pedesaan. b. Mewujudkan desa yang mandiri dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang ada di lingkungan pedesaan.

c. Merumuskan bentuk desa inovatif yang ideal dengan memadukan potensi, sumber daya dan teknologi yang tepat guna. 3. SASARAN Sasaran penelitian tema Desa Inovatif Menuju Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Kebumen adalah desa di Kabupaten. Penelitian akan dilakukan di desa di Kabupaten Sumber pendanaan riset berasal dari APBD Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran 2015. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan riset ini adalah dihasilkannya sebuah konsep dan formula mengenai desa inovatif yang dapat dijadikan panduan bagi desa dalam mengembangkan desanya menuju desa inovatif untuk meningkatkan kesejahterannya. Lingkup penelitian ini meliputi : a. Analisa potensi desa menuju desa inovatif. b. Pengembangan ekonomi lokal berbasis potensi desa. c. Teknologi tepat guna yang dapat mendukung pengembangan desa inovatif. d. Pembentukan lembaga ekonomi desa berbasis ekonomi lokal. e. Manajemen pengembangan desa inovatif. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah laporan hasil penelitian dan konsep terpadu mengenai pengembangan desa inovatif. Personil yang dibutuhkan untuk melaksanakan riset ini adalah Akademisi, lembaga penelitian, LSM maupun perorangan yang concern terhadap pengembangan desa inovatif di Kabupaten 10. JANGKA WAKTU RISET PENINGKATAN PRODUKSI PALAWIJA DAN PENDAPATAN PETANI MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN KEBUMEN Kabupaten Kebumen memiliki potensi luas lahan sawah yang cukup luas yaitu tercatat 39.748,00 hektar (31,026 %) dari seluruh luas Kabupaten Kebumen 128.111,50 hektar. Berdasarkan data lahan sawah tercatat bahwa luas sawah berpengairan teknis 20.000 ha ( 50,317%), setengah teknis 3.669 ha (9,23 %), sawah sederhana 2.293 ha (5,768 %), Pengairan desa 1.130 ha (2,84 %) dan Sawah tadah hujan 12.639 ha ( 31,797 %) dan Pasang surut 17 Ha (0,04 %). Komoditi Tanaman pangan di lahan sawah yang banyak diusahakan para petani di Kabupaten Kebumen meliputi padi sawah, dan palawija ( Kedelai dan Kacang Hijau). Pada Tahun 2013 Luas panen padi sawah 73.509 ha, produksi 397.437,61 ton; luas panen Kedele 3.217 ha dan produksi 4.539,33 ton dengan produktifitas 1,411 ton/ha dan luas panen Kacang hijau 7.093 ha produksi 7.093,71 ton dengan produktifitas 1, 000 ton/ha. Pola Tanam lahan sawah berpengairan di Kabupaten Kebumen adalah (1) Musim tanam I (Oktober- Pebruari) : Padi sawah (2) Musim tanam II (Maret - Juni): Padi sawah dan (3) Musim tanam III (Juli - September): Palawija (Kedele dan Kacang Hijau). Sarana dan prasarana dalam memperlancar proses kegiatan usaha tani khususnya untuk pengolahan lahan seperti Alsintan Traktor roda 2 ada 2.740 buah dan alat panen berupa pedal tresher sebanyak 3.837dan power tresher sebanyak 106 buah. Produksi palawija pada lahan sawah di Kabupaten Kebumen belum optimal dikarenakan pemanfaatan lahan sawah yang belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari lahan sawah yang luasnya 39,748 ha baru dimanfaatkan untuk tanaman palawija (Kedelai dan Kacang hijau) seluas 10.310 Ha (25,94%) dengan produksi kedelai 4.539,33 ton dan Kacang hijau 7.093,71 ton padahal apabila luas lahan sawah tersebut dimanfaatkan 75 % saja (20.000 ha) produksi kedelai akan diperoleh sebesar 28.000 ton atau kacang hijau sebesar 20.000 ton. Kemudian apabila harga rata-rata kedelai Rp. 7000/kg maka akan diperoleh pendapatan petani sebesar 196 Milyar rupiah per tahun atau apabila harga kacang hijau Rp. 10.000/kg maka akan diperoleh pendapatan 200 milyar rupiah per tahun. Permasalahan yang menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan lahan sawah tersebut perlu dikaji lebih jauh apakah faktor sumberdaya manusia atau faktor sarana dan prasarana usahatani yang belum mendukung. Maksud dari penelitian ini adalah mengkaji pemanfaatan lahan sawah untuk peningkatan produksi palawija dan pendapatan petani. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab masalah belum optimalnya pemanfaatan lahan sawah untuk palawija.

3. SASARAN Sasaran kegiatan adalah Petani lahan sawah di Kabupaten Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Sumber dana kegiatan ini berasal dari APBD Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran 2015. Dengan diketahuinya faktor penyebab masalah kurang optimalnya pemanfaatan lahan sawah untuk palawija, maka dapat ditemukan solusi untuk mengatasinya sehingga produktifitas lahan sawah yang selama ini tidak dimanfaatkan secara potimal pada akhirnya akan dapat dimanfaatkan dengan optimal dan akan meningkatkan milyaran rupiah pendapatan bagi petani. Lingkup penelitian ini adalah: a. Lahan sawah yang diusahakan tanaman pangan (padi, kedelai, dan kacang hijau) di lahan sawah. b. Petani yang belum memanfaatkan lahan sawah untuk palawija setelah panen padi musim tanam II (Maret-Juni). Keluaran dari kegiatan ini adalah Strategi Peningkatan Produksi Palawija dan Pendapatan Petani melalui Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Sawah. Perorangan minimal berlatar belakang pendidikan S-1 Pertanian atau kelompok dengan ketua kelompok berlatar belakang pendidikan S-1 Pertanian. 10. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN RISET PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI WILAYAH KECAMATAN AMBAL Dalam paradigma pembangunan yang berorientasi pada manusia, pemerataan pembangunan perlu ditingkatkan untuk mengurangi berbagai ketimpangan ekonomi dan sosial antar daerah, antar desa, antar sektor dan antar kelompok-kelompok ekonomi. Pemerintah menyadari akan pentingnya pembangunan desa. Berbagai bentuk dan program untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan perdesaan telah dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya masih belum signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sampai saat ini, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai upaya untuk mendukung percepatan pembangunan wilayah dan mendukung pengembangan perdesaan. Salah satu kebijakan yang sedang digalakkan adalah pembangunan kawasan perdesaan berbasis masyarakat. Spirit UU Desa dalam melahirkan desa maju dan mandiri tentu tak bisa dilakukan secara parsial. Jalan terjal membangun desa tentu akan menjadi bagian dari dinamika masyarakat dalam mengawal perubahan di mana jika sebelumnya desa hanya memikirkan mengenai desanya sendiri tanpa banyak memikirkan dan melakukan sinergi-koordinasi dan komunikasi dengan desa-desa lain atau desa tetangga yang secara geografis berdekatan. Pembangunan desa kawasan adalah ikhtiar baru pemerintah untuk menuju kemandirian desa. Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antardesa dalam satu kabupaten yang meliputi : Pertama, penggunaan dan pemanfaatan wilayah desa dalam rangka penetapan kawasan pembangunan sesuai dengan tata ruang kabupaten/kota. Kedua, pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Ketiga, pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan dan pengembagan teknologi tepat guna. Keempat, pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan dan kegiatan ekonomi. Dengan adanya mandat UU bahwa desa kawasan merupakan jangkar ekonomi desa bisa tumbuh secara kokoh. Pembangunan manusia dari sisi keterampilan dan kemampuan SDM harus bersenyawa dengan pertumbuhan dan kemandirian ekonomi. Maka dari itu, kegiatan dan pengembangan ekonomi desa bisa bekerjasaa secara elegan yang bisa dilakukan oleh beberapa desa. Ketentuan mengenai jumlah desa kawasan memang tidak diatur secara mendetail, akan tetapi menjadi kebutuhan bersama bagi desa untuk sharing potensi antardesa, baik potensi manusia maupun sumberdaya alam. Bahkan pemasaran pun bisa melakukan sharing dan sinergi. Maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan ini yaitu: a. Untuk memetakan kebutuhan teknologi tepat guna yang sesuai dengan potensi masing-masing desa di wilayah Kecamatan Ambal Kabupaten b. Untuk mengkaji kemungkinan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan berbasis teknologi tepat guna.

3. SASARAN Sasaran kegiatan ini adalah di wilayah Kecamatan Ambal Kabupaten Kegiatan riset ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Ambal Kabupaten Pelaksanaan kegiatan ini didanai dari APBD Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran 2015. Manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk menentukan kebijakan untuk perencanaan program pengembangan kawasan perdesaan berbasis tekonologi tepat guna. Lingkup penelitian ini adalah pemetaan potensi desa dan kajian pengembangan potensi tersebut melalui pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mendukung pembangunan ekonomi kawasan perdesaan. Keluaran dari kegiatan riset ini diharapkan dapat menghasilkan data kebutuhan teknologi tepat guna serta kemungkinan pengembangan ekonomi pada kawasan perdesaan berdasarkan kemiripan potensi yang dimiliki oleh masing-masing desa. Pelaksana riset setidaknya memenuhi salah-satu kriteria sebagai berikut : a. berprofesi sebagai peneliti tentang pembangunan kawasan ekonomi perdesaan. b. praktisi di bidang pemerintahan dan pembangunan desa. c. pernah melakukan riset tentang teknologi tepat guna. d. pengajar/nara sumber pembangunan kawasan perdesaan. 10. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN MENARIK INVESTASI PARIWISATA Investasi merupakan salah satu penggerak utama proses pembangunan. Kegiatan investasi mempunyai multiplier effect yang luas, seperti peningkatan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah, devisa, pajak dan lain-lain. Di era persaingan global saat ini, sangat penting menjaga dan meningkatkan image positif di mata calon investor untuk datang dan melakukan investasi. Namun, kondisi investasi saat ini terganggu terutama sejak terjadinya krisis ekonomi. Faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan pertimbangan dalam menanamkan modal, antara lain : Pertama faktor Sumber Daya Alam, Kedua faktor Sumber Daya Manusia, Ketiga faktor stabilitas politik dan perekonomian, guna menjamin kepastian dalam berusaha, Keempat faktor kebijakan pemerintah, Kelima faktor kemudahan dalam peizinan. Sementara itu, faktor-faktor yang dapat menjadi pendukung masuknya arus investasi adalah seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian hukum. Bahkan otonomi daerah yang sekarang diterapkan dianggap menjadi permasalahan baru dalam kegiatan investasi di beberapa daerah. Oleh karenanya pemerintah daerah dituntut untuk kreatif merumuskan strategi menarik investasi dalam memanfaatkan potensi lokal yang dimiliki. Potensi lokal meliputi; sumber daya manusia dan sumber daya alam (SDA), kedudukan wilayah, serta dukungan politik lokal. Investasi pariwisata sedang menjadi sorotan bagi investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia, termasuk di Kabupaten Tren positif baik dari segi pertumbuhan jumlah wisman dan wisnus maupun dari segi pertumbuhan investasi di sektor pariwisata menunjukkan kemampuan sektor pariwisata sebagai sumber pertumbuhan investasi. Sebagai gambaran bahwa pertumbuhan sektor pariwisata pada tahun 2014 mencapai 6.86%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 5.21%. Namun demikian, sektor pariwisata termasuk di Kabupaten Kebumen masih butuh banyak investasi untuk pengembangannya. Investasi pariwisata ini dapat menjadi penunjang fasilitas bidang pariwisata. Peluang investasi pariwisata di Kabupaten Kebumen begitu menjanjikan, akan tetapi investor selalu butuh jaminan agar yakin dan mau berinvestasi. Salah satunya jaminan tahap penanaman modal dan perizinan. Padalah untuk meyakinkan investor bukanlah hal yang mudah. Maksud dari kegiatan riset ini antara lain : untuk mewadahi ide-ide yang dapat memberikan strategi bagaimana menarik investasi sektor pariwisata di Kabupaten Sehingga strategi menarik investasi pariwisata di Kabupaten Kebumen dapat menjadi acuan dalam pelayanan pengembangan investasi dan fasilitasi promosi investasi Pemerintah Kabupaten Kebumen secara efisien dan efektif. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi prospek pengembangan dan pertumbuhan investasi pariwisata. Tujuan dari kegiatan riset ini antara lain :

a. Semakin meningkatnya pertumbuhan investasi di sektor pariwisata. b. Terwujudnya inovasi-inovasi strategi untuk dapat menarik investasi di sektor pariwisata. c. Menjadikan pariwisata sebagai potensi pertumbuhan investasi yang mampu meningkatkan perekonomian. 3. SASARAN Sasaran penelitian ini adalah : a. Munculnya ide-ide kreatif dalam menyebarluaskan informasi dalam rangka meningkatkan minat investor di sektor pariwisata. b. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menguatkan iklim investasi pariwisata di Kabupaten c. Dihasilkannya penelitian mengenai strategi dalam menarik investasi pariwisata. Lokasi dari riset ini adalah di Kabupaten b. Strategi promosi peluang investasi pariwisata. c. Data dan informasi peluang investasi pariwisata. d. Pelayanan pengembangan investasi pariwisata. e. Pelayanan perijinan bidang pariwisata. a. Laporan hasil penelitian. b. Desain strategi investasi pariwisata. a. Pemerhati masalah pariwisata (organisasi masyarakat yang konsen terhadap pariwisata). b. Pelaku usaha pariwisata (agen tour/wisata, pengusaha hotel dan restoran, pengelola tempat wisata). c. Akademisi (pariwisata, ekonomi, social, dll). 10. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN Sumber dana kegiatan berasal dari APBD Kabupaten Kebumen Tahun Anggaran 2015. a. Dihasilkannya strategi menarik investasi pariwisata. d. Dihasilkannya solusi penanganan permasalahan pendukung investasi pariwisata. e. Dihasilkannya strategi memberikan pelayanan lebih cepat, sederhana dan transparan dalam investasi pariwisata. Ruang lingkup riset meliputi : a. Lokasi potensi investasi pariwisata.