KULIAH 5: IKLIM INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Iklim Indonesia. 1. Curah Hujan 2. Panjang Hari 3. Radiasi -Surya 4. Suhu Udara 5. Fenomena El Nino dan La Nina 6. Global Climate Change

KULIAH 5: Setelah mengikuti kuliah ini, Anda dapat menjelaskan Iklim Indonesia, serta Unsur-Unsurnya

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Geografi. Kelas X ATMOSFER III KTSP & K-13. G. Kelembapan Udara. 1. Asal Uap Air. 2. Macam-Macam Kelembapan Udara

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

TANTANGAN AGRONOMI DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life

I. INFORMASI METEOROLOGI

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

KLASIFIKASI IKLIM. Agroklimatologi ROMMY ANDHIKA LAKSONO

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MINI RISERT METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI MENGHITUNG CURAH HUJAN

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

UPDATE DASARIAN III MARET 2018

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

Laut dan Atmosfir. Laut mempengaruhi Atmosfir atau Atmosfir mempengaruhi Laut?

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS RAGAM OSILASI CURAH HUJAN DI PROBOLINGGO DAN MALANG

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I APRIL 2017

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

I. INFORMASI METEOROLOGI

Fe F nomena Elnino & Lanina Adipandang Yudono 11

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

MONITORING DINAMIKA ATMOSFER DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN SEPTEMBER 2016 FEBRUARI 2017

GEOGRAFI REGIONAL ASIA IKLIM ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

POKOK BAHASAN : ANGIN

3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Perlu diketahui bahwa untuk mengetahui penyimpangan iklim harus berdasarkan pada harga normal suatu harga rerata selama 30 tahun.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN DAN VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA FISHING GROUND DI PESISIR SELATAN PULAU JAWA

BAB II LANDASAN TEORITIS

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai.

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

Oleh : Irman Sonjaya, Ah.MG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

CUACA DAN IKLIM SERTA UNSUR-UNSURNYAUNSURNYA

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATE DASARIAN I MARET 2017

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

KULIAH 5: IKLIM INDONESIA TIK : Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa dapat menjelaskan Iklim Indonesia, serta Unsur-Unsurnya Catatan Dosen: lihat Clik for notes IKLIM INDONESIA 1. Curah Hujan 2. Panjang Hari 3. Radiasi Surya 4. Suhu Udara 5. Fenomena - El Nino dan La Nina 6. Global Climate Change 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 1 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 2 Posisi Geografis Indonesia Antara 6 o 08 LU~11 o 15 LS dan 94 o 45 BT~141 o 05 BT Termasuk wilayah beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi Iklim Indonesia dicirikan oleh: Zona konvergensi antartropik (Intertropical convergence zone=itcz) merupakan daerah pusat pembentukan awan dan hujan sistem sirkulasi muson dengan musim hujan dan kemarau yang nyata Dipengaruhi oleh sirkulasi udara meridional (Siklus Hadley) dan sirkulasi zonal (Siklus Walker) dengan variasi tahunan yang menghasilkan penyimpangan iklim El Nino dan La Nina (ENSO phenomena di Lautan Pasifik) Daerah dengan pusat tekanan rendah karena proses pemanasan permukaan bumi yang intensif oleh radiasi surya ITCZ bergerak mengikuti gerakan matahari (23.5 o LU 23.5 o LS sudut deklinasi surya) dengan time-lag + 1 bulan Posisi ITCZ tidak lurus sejajar lintang di bumi, ditentukan oleh posisi matahari dan keadaan permukaan bumi (daratan, lautan, pegunungan) 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 3 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 4 Deklinasi Surya/Lintasan Matahari Hadley Cell, ITCZ & sebaran Iklim Dunia 23.5 o LU Tropika Cancer 22 Desember 21 Maret Equ ator 21 Maret 22 Juni 23 September 23.5 o LS 23.5 o LU Matahari Kelembaban Udara : Agak kering Kering Lembab Kering Agak kering (RH<50%) (RH>70%) (RH<50%) Kutub Selatan Hadley Cell Hadley Cell Kutub Utara 23.5 o LS Tropika Capicorn IKLIM TROPIKA Terletak antara lintang 23.5 o LU (Tropika Cancer) sampai 23.5 o LS (Tropika Capicorn) kadang-kadang diperluas sampai 30 o LU sampai 30 o LS. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 5 30 o 30 o Gurun Pasir Equator Gurun Pasir Daerah Hutan Hujan Tropis InterTropical Convergence Zone 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 6 1

The tropical circulation cell is called the Hadley cell. It shifts north and south with the seasons and causes tropical monsoons in India. For example, around July the warm, rising air of the Hadley cell is located over India, and humid winds blow in from the Indian Ocean. Around January the cooler, sinking air of the Hadley cell is located over India, and the winds blow in the opposite direction. Posisi ITCZ bulan Januari dan Juli Januari Indonesia hujan, Thailand kemarau Juli Indonesia kemarau, Thailand hujan Musim hujan Di Indonesia tgt Posisi ITCZ 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 7 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 8 Indonesia memiliki curah hujan relatif berlimpah Mengikuti gerakan ITCZ terjadi konvergensi massa udara yang diikuti dengan gerakan udara ke atas pembentukan awan Udara lembab ke atas pendinginan terkondensasi pada titik embun awan Musim hujan dipengaruhi posisi ITCZ dengan posisi geografisnya menghasilkan tiga tipe hujan dominan Pola umum curah hujan di Indonesia Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut: Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600-900 m di atas permukaan laut. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT (Daerah Konvergensi Antar Tropik). 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 9 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 10 Pola umum curah hujan. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti: 1. Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November. 2. Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember. 3. Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari - Februari. Sistem Klasifikasi Iklim di Indonesia Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei- Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120 o Bujur Timur. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 11 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 12 2

Klasifikasi Iklim Indonesia Kelas iklim dapat diidentifikasi dari variasi kelengasan dan suhu yang akan menentukan perkembangan tumbuhan atau hewan. Untuk ini informasi iklim dapat diwakilkan dari pengamatan curah hujan, kelembaban dan suhu udara. Klasifikasi iklim Indonesia telah dikembangkan sejak zaman penjajahan belanda dengan tujuan pengembangan yang berubah dari waktu-ke-waktu. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 13 Klasifikasi Iklim Indonesia Pada awalnya, klasifikasi iklim Indonesia menggunakan sistem klasifikasi Koppen yang berlaku secara global. Indonesia memiliki tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D. Untuk tujuan pengembangan perkebunan dan ketersediaan data iklim, dikembangkan sistem klasifikasi iklim Mohr yang kemudian diperbaiki oleh Schmidt-Ferguson tahun 1951. Tahun 1970an untuk pengembangan pertanian tanaman pangan (padi dan palawija) dikembangkan sistem klasifikasi agroklimat Oldeman. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 14 Sistem Klasifikasi iklim Koppen (dikembangkan oleh Dr. Wladimir Koppen) Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman) membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E. 1. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut: suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18 C, suhu rata-rata tahunan 20 C-25 C, curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam. 2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai berikut: Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa); Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar; 3. Iklim C atau iklim sedang. Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18 sampai -3 C. 4. Iklim D atau iklim salju atau microthermal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan terpanas lebih dari 10 C, sedangkan suhu ratarata bulan terdingin kurang dari - 3 C. 5. Iklim E atau iklim kutub. Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah lebih dari 10 C, sedangkan suhu rata-rata 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 15 bulan terdingin kurang dari - 3 C. Klasifikasi iklim Koppen Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D. Af dan Am=terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara. Aw =terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan. C=terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan. D=terdapat di pegunungan salju Irian Jaya. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 16 Klasifikasi iklim Mohr Pembagian Iklim Menurut Mohr membagi iklim berdasarkan curah hujan yang sampai ke permukaan bumi, yaitu menjadi tiga golongan sebagai berikut: Bulan kering g( (BK),yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan tersebut kurang dari 60 mm. Bulan sedang (BS), yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan tersebut berkisar antara 60-90 mm. Bulan basah (BB), yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan tersebut mm ke atas. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 17 Schmidt-Ferguson Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia.Penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( f ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n). 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 18 3

Tabel Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt- Ferguson Contoh Klasifikasi Iklim menurut Schmidt-Ferguson Ma y Month Jan Feb Mar Apr Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 74. 181.8 17 21.09 0 16.52 18.29 59.93 6 88.41 1997 47.25 23.36 70.12 42.68 Tota l BB BK 643. 68 1 8 Tipe Iklim A. (Sangat Basah) B. (Basah) C. (Agak Basah) D. (Sedang) E. (Agak Kering) F. (Kering) G. (Sangat Kering) H. (Luar Biasa Kering) Kriteria 0 < Q < 0,143 0,143 < Q < 0,333 0,333 < Q < 0,600 0,600 < Q < 1,000 1,000 < Q < 1,670 1,670 < Q < 3,000 3,000 < Q < 7,000 7,000 < Q 143.2 18. 10. 118.1 1 1998 37.09 6 0 34.8 28 17.27 16 39.12 44.2 66.3 3.05 1999 0 20.07 0 0 0 0 0 0 1.27 26.17 38.1 8.12 19. 2.5 132.0 0 21.85 33.01 2.54 16.51 81 9.39 4 0.25 34.29 7.36 8.13 9 130.8 32. 3.5 155.9 1 1 43.43 3.55 53.33 77 13.97 6 8.64 37.34 49.53 28.69 4 27. 17. 2 84.32 1.78 18.79 64.02 68 2.54 02 20.31 26.42 84.85 32.77 62.23 105.1 90. 5.3 239.2 3 38.6 5 86.37 50.81 67 13.97 3 37.09 14.99 7 90.17 25.15 196.0 28. 1.0 138.1 4 0.51 36.58 8 38.1 18 45.21 2 5.08 30.73 30.22 93.22 7 43. 111.0 131.0 5 81.28 4.06 63.24 6.09 18 86.87 0 11.18 29.47 1 0 8 145.0 147.5 150.8 32. 165.3 27. 109.2 145.2 6 13.21 3 7 8 26 6 17 24.89 2 57.92 9 27.93 531. 64 2 9 93.7 3 0 12 287. 77 1 11 561. 56 2 10 442. 73 0 8 797. 57 2 7 643. 1 2 9 567. 46 1 7 1046.7 6 6 Avera 45.49 55.57 58.82 45.72 36. 37.56 6.6 16.30 42.01 71.04 68.45 77.21 ge 2 3 6 2 7 7 8 8 3 6 3 7 Q = (BK/BB) = (8.7/1.7) = 5.12 G (sangat kering) 561. 6 1. 7 8. 7 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 19 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 20 Klasifikasi Agroklimat Oldeman Klasifikasi iklim yang dilakukan didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari mm. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 21 Tabel Klasifikasi iklim menurut Oldeman Zone Klasifikasi Bulan Basah Bulan Kering A A1 10-12 Bulan 0-1 Bulan A2 10-12 Bulan 2 Bulan B C D B1 B2 B3 C1 C2 C3 C4 D1 D2 D3 D4 E1 E2 E3 E4 E5 7-9 Bulan 7-9 Bulan 7-8 Bulan 5-6 Bulan 5-6 Bulan 5-6 Bulan 5 Bulan 0-1 Bulan 2-3 Bulan 4-5 Bulan 0-1 Bulan 2-3 Bulan 4-6 Bulan 7 Bulan 0-1 Bulan 2-3 Bulan 4-6 Bulan 7-9 Bulan E 0-2 Bulan 0-1 Bulan 0-2 Bulan 2-3 Bulan 0-2 Bulan 4-6 Bulan 0-2 Bulan 7-9 Bulan 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu 0 Pertanian - 2 Bulan 10-12 Bulan 22 Tipe-tipe sebaran hujan di Indonesia CH Tipe Equatorial 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tipe Equatorial 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tipe Lokal Curah hujan tinggi dan hampir merata sepanjang tahun Sangat cocok untuk tanaman yang sensitif terhadap kekurangan air : karet, kelapa sawit Pada kelapa sawit, kekurangan air dirasakan stlh 1 2 tahun kemudian produksi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tipe Monsoon 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 23 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 24 4

Panjang Hari Tidak terlalu bervariasi (11-12 jam) dibandingkan lintang tinggi (daerah temperate) yang dapat mencapai 6 atau 18 jam. Kondisi ekstrim di kutub, mengalami 6 bulan siang dan 6 bulan malam (panjang hari 24 dan 0 jam). Panjang hari menentukan perubahan fase-fase perkembangan tanaman melalui respon fotoperiodisme untuk Tanaman Hari Panjang dan Tanaman Hari Pendek. Photoperiodism Photoperiodism, the response to 24-hour cycles of dark and light, is particularly important in the initiation of flowering. Some plants are short-day, flowering only when periods of light are less than a certain length. Other variables both internal, such as the age of the plant, and external, such as temperature are also involved with the complex beginnings of flowering. For example, chrysanthemums ordinarily will not flower until the days become short and the nights long, and it has now become a commercial practice to cover them with a black cloth in late afternoon in August, or before, to stimulate them into early flowering 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 25 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 26 Suhu Udara Fluktuasi suhu diurnal (lihat Gambar) di Indonesia menyebabkan perbedaan suhu siang dan malam sampai 10 o C, dibandingkan fluktuasi suhu rata-rata (harian, bulanan, tahunan) yang hanya sekitar 1 o C. Perbedaan suhu secara spasial hanya nyata menurut ketinggian tempat (altitude) untuk daerah tropika termasuk Indonesia. Suhu - Altitude 34 RH ( % ) 95 RH ( % ) 90 Suhu (oc) 85 80 75 70 Bogor 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 19 20 22 23 24 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 06/09/2016 27 Jam ( WIB ) 32 30 28 26 24 22 20 Suhu ( oc ) 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 28 FENOMENA EL-NINO Disamping ITCZ yang mempunyai lintasan Utara-Selatan, iklim Indonesia juga dipengaruhi oleh fenomena El-Nino dan La-Nina dengan arah gerakan angin Timur-Barat. El-Nino dalam bahasa Spanyol berarti adalah "si anak laki-laki", yang dihubungkan dengan kejadian hujan yang tinggi pada bulan Desember di pantai barat benua Amerika. Pada kejadian El-Nino, pantai barat benua Amerika akan mempunyai curah hujan yang lebih tinggi db dibandingkand kondisi rata-rata. Namun demikian, fenomena El-Nino memberikan dampak sebaliknya di wilayah Indonesia dan Australia, yaitu kekeringan dengan curah hujan yang lebih rendah dibanding rata-ratanya. Sejak tahun 1980 telah terjadi lima kali El Nino di Indonesia, yaitu pada tahun1982, 1991, 1994, dan tahun 1997/98. El Nino tahun 1997/98 menyebabkan kemarau panjang, kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran hutan yang hebat pada berbagai pulau, dan produksi bahan pangan turun dratis, yang kemudian disusul krisis ekonomi. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 29 FENOMENA LA-NINA La-Nina yang berarti "anak perempuan" adalah kondisi sebaliknya dari El-Nino, yaitu curah hujan yang lebih tinggi di wilayah Indonesia dan Australia sedangkan di pantai barat benua Amerika mengalami curah hujan yang lebih rendah. Gambar berikut menyajikan kondisi normal, El-Nino dan La- Nina antara Indonesia dengan pantai barat benua Amerika. Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La Nina, yaitu tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999. 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 30 5

El Nino dan La Nina NORMAL, EL NINO DAN LA-NINA 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 31 06/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 32 INCREASE OF GREEN HOUSE GASES GLOBAL CLIMATE CHANGE 6/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 33 6/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 34 GLOBAL WARMING: the green house effect How would the climate change affect us? Basically, any climatic change is bad since life (people, animals, crops, vegetation, rivers) is adapted to certain set of climate conditions A change of even 0.1 o C could change a growing season by 6-7 days. A thermal change that would be hard to identify by observational methods A decrease of 1 o C in winter temperatures would increase fuel consumption by 10% in the Gulf coast area and by 3-4% in the northern plains states. 6/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 35 6/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 36 6

Daerah Rawan Banjir di Indonesia Sawah area (%) 0 2025 Legenda Sangat Aman Aman Cukup Aman Agak Rawan Rawan Sangat Rawan Keterangan Legenda : Sangat Aman = Tidak pernah terkena banjir Aman=berpeluang terkena banjir dengan tingkat kerusakan maksimum 30 ribu ton atau 7500 ha per tahun Cukup Aman=berpeluang terkena banjir dengan tingkat kerusakan maksimum 60 ribu ton atau 15000 ha per tahun Agak Rawan=berpeluang terkena banjir dengan tingkat kerusakan maksimum 90 ribu ton atau 22500 ha per tahun Rawan=berpeluang terkena banjir dengan tingkat kerusakan maksimum 150 ribu ton atau 37500 ha per tahun Sangat Rawan=berpeluang terkena banjir dengan tingkat kerusakan maksimum 210 ribu ton atau 52500 ha per tahun 6/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 37 6/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 38 Sawah area (%) 0 2025 Selamat Belajar. Sampai Bertemu Kembali pada Kuliah Minggu ke 6 6/09/2016 Kuliah 6. Pengantar Ilmu Pertanian 39 06/09/2016 Kuliah II, Pengantar Ilmu Pertanian 40 7