dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 6 PENINGKA^TAN KEMAMPUAI\ PERTAHANAI\

PRESENTASI DARI MENTERI PERTAHANAN RI DI GEDUNG DEPARTEMEN PERTAHANAN Senin, 04 Pebruari 2008

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

STRATEGI MODERNISASI MILITER INDONESIA DALAM PENYEIMBANGAN KEKUATAN MILITER DENGAN NEGARA-NEGARA DI ASIA TENGGARA TAHUN

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

BAB XI PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

Pemenuhan Alutsista dan Kemandirian Industri Pertahanan. Tubagus Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR RI)

METODOLOGI PENELITIAN

Pengarahan Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas, Jakarta, 2 Februari 2012 Kamis, 02 Pebruari 2012

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BISNIS MILITER DI THAILAND PASKA KRISIS EKONOMI ASIA TAHUN RESUME

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN TAHUN 2014

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

Assalamu alaikum Warrahmatullah Wa Barakatuh

BAB 7 PENINGKATAN KEMAMPUAN PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

DOKTRIN TNI ANGKATAN DARAT KARTIKA EKA PAKSI BAB I PENDAHULUAN

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GELAR PERTAHANAN INDONESIA. Andi Widjajanto FISIP-UI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB XI PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

Presiden Menekankan TNI Dilahirkan dari Rahim Rakyat Senin, 05 Oktober 2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

ACUAN KONSTITUSIONAL SISTEM PERTAHANAN NEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTRIAN PERTAHANAN. Pokok. Pokok. Materiil. Pembinaan. Pemeliharaan. Pencabutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Komando Armada RI Kawasan Timur selaku Kotama Pembina dan

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

MATRIKS TARGET KINERJA DAN ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan inti dalam sistem pertahanan negara mengalami perubahan paradigma secara mendasar. Tentara Nasional Indonesia dan tidak lagi melaksanakan Dwifungsi yaitu fungsi pertahanan keamanan dan fungsi sosial politik sehingga tidak lagi terlibat politik praktis sehingga TNI dan terbatas hanya menjadi alat pertahanan negara yang diimplementasikan melalui pembentukan postur pertahanan negara secara proporsional dan bertahap dalam rangka mewujudkan militer yang profesional, efektif, efisien serta modern. Langkah strategis tersebut dilanjutkan melalui program kerja pemerintahan Presiden Yudhoyono dalam dua periode yang menghasilkan kekuatan pertahanan negara pada tingkat penangkalan yang mampu menindak dan menanggulangi ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar negeri. Produk kebijakan pembangunan pertahanan tersebut adalah membentuk postur pertahanan negara pada tingkat kekuatan pokok minimal (Minimum Essential Force) yang saat ini (pertengahan tahun 2014) belum sepenuhnya dapat diwujudkan dan baru terpenuhi 35-40 persen. Pencapaian Presiden Yudhoyono dalam pembangunan kekuatan pertahanan antara lain ditandai dengan peningkatan kesiapan personel dan alutsista, serta terselenggaranya latihan gabungan militer. Dalam rangka membangun kekuatan pada skala Minimum Essential Force Presiden Yudhoyono memprioritaskan pada pembangunan komponen utama melalui pembangunan sistem, personel, fasilitas dan materiel melalui modernisasi alat utama sistem senjata (Alutsista). Sedangkan untuk pembangunan Komponen cadangan dan Komponen pendukung pertahanan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, termasuk didalamnya optimalisasi industri strategis dan dukungan anggaran belanja petahanan disesuaikan dengan kondisi keuangan negara. Atau dengan kata lain pemerintah 109

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap mempertimbangkan ancaman yang dihadapi serta kecenderungan perkembangan lingkungan strategis, yang diimplementasikan melalui: 1. Modernisasi Alutsista TNI dilaksanakan melalui pemeliharaan, repowering atau retrofiting dan pengadaan Alutsista baru sesuai dengan kebutuhan yang mendesak untuk menggantikan yang sudah tidak layak pakai. 2. Membangun sumber daya manusia guna membentuk prajurit TNI yang professional. 3. Kemandirian industri pertahanan nasional sebagai upaya meminimalkan ketergantungan alutsista TNI dari produk luar negeri. Keberhasilan Presiden Yudhoyono dalam membangun kekuatan pertahanan dapat dilihat dari kondisi postur pertahanan negara yang ada saat ini, dan telah menujukan perubahan ke arah yang lebih baik dari kondisi militer Indonesia pada era Orde Baru maupun era Demokrasi-Transisi (1998-2004). Dalam hal penetapan regulasi politik sebagai dasar pembangunan pertahanan telah ditetapkan meskipun ada beberapa undang-undang yang perlu penyelesaian dan sedang dalam tahapan rancangan. Pertama, ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Umum Pertahanan, dengan menetapkan Kebijakan Umum Pertahanan Negara dalam rangka pengelolaan Sistem Pertahanan Negara. Kebijakan umum pertahanan negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 selanjutnya dijadikan acuan bagi perencanaan, penyelenggaraan, dan pengawasan sistem pertahanan negara. Dengan adanya Peraturan Presiden (PP) tersebut menjadi jelas kiranya penataan dan penentuan arah kebijakan selanjutnya serta implementasi teknis dalam melaksakan pembangunan pertahanan. Kedua, telah tersusun Peraturan Menteri Pertahanan Nomor: PER/22/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Strategi Pertahanan Negara. Ketiga,tersusunya doktrin pertahanan negara yang baru guna memwujudkan sistem bela negara menlyeluruh melibatkan semua komponen nasional, yang tertuang dalam Permenhan Nomor: PER/23/M/XII/2007 tanggal 110

28 Desember 2007 Tentang Doktrin Pertahanan Negara. Keempat; Permenhan Nomor: PER/24/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Postur Pertahanan Negara. Kelima, adalah ditetapkannya Permenhan Nomor: PER/03/M/II/2008 tanggal 18 Februari 2008 tentang Buku Putih PertahananNegara. Keenam, Permenhan Nomor 16 Tahun 2008 tanggal 10 September 2008 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara melengkapi dokumen strategis pembangunan dan penyelenggaraan pertahanan negara. Dari sisi kekuatan personel TNI sudah sesuai dengan rencana awal program kerja lima tahunan pemerintah SBY, sampai pada akhir masa pemerintahan dapat dilihat saat ini kekuatan personel TNI berjumlah 402.595 prajurit, terdiri dari 298.848 prajurit. TNI AD, 62.947 prajurit TNI AL dan 32.194 prajurit TNI AU, serta 8.606 prajurit bertugas di Mabes TNI, Departemen Pertahanan dan Departemen/LPND. Berkenaan dengan kesiapan alat utama sistem senjata, dalam membangun kesiapan persenjataan tersebut mengalami peningkatan, terpeliharanya kesiapan alutsista TNI ini ditempuh melalui pemeliharaan dan pengadaan bebrapa jenis senjata munisi kaliber kecil berbagai jenis kaliber, munisi kaliber besar berbagai jenis kaliber, kendaraan taktis dan suku cadang rantis, suku cadang kendaraan tempur, kendaraan dinas dan kendaraan khusus, alat komunikasi militer dalam rangka penyiapan K4IPP (Komando, Kendali, Komunikasi, Komputerisasi, Informasi, Pengamatan dan Pengintaian), dan peralatan lain untuk keperluan militer. Jika dicermati lebih jauh dengan ukuran prosentase, secara umum tingkat kesiapan kekuatan senjata TNI AD sampai dengan pertengahan tahun 2014 ratarata mencapai 81.13 persen, yang meliputi: 1.299 unit berbagai jenis kendaraan tempur dengan kondisi siap 1.077 unit (82,90 persen), 495.660 pucuk senjata infanteri berbagai jenis dengan kondisi siap 389.993 pucuk (78,68 persen), 978 pucuk senjata artileri berbagai jenis dengan kondisi siap 97 pucuk (71,26 persen), 62.229 unit kendaraan bermotor berbagai jenis dengan kondisi siap 52.343 unit (84,11 persen), 62 unit pesawat terbang berbagai jenis dengan kondisi siap 55 unit 111

(88,70 persen). Peningkatan kekuatan TNI AL diprioritaskan untuk kesiapan operasional kapal tempur dan kapal angkut, pesawat terbang dan ranpur Marinir yang diintegrasikan ke dalam Sistem Senjata Armada Terpadu. Sampai tahun 2014 kekuatan matra laut mencapai tingkat kesiapan rata-rata 45,92 persen, yang meliputi: 146 unit kapal perang dengan kondisi siap 63 unit (43 persen), 324 unit Kapal Angkatan Laut dengan kondisi siap 172 unit (53,08 persen), 413 unit kendaraan tempur marinir berbagai jenis dengan kondisi siap 177 (42.05 persen), dan 68 unit pesawat terbang dengan kondisi siap 31 unit (45,58 persen). Sedangkan untuk kesiapan kekuatan Alutsista TNI-AU tertumpu pada pesawat tempur, pesawat angkut, helikopter dan pesawat jenis lainnya, serta peralatan radar dan rudal. Kekuatan matra udara saat ini mencapai tingkat kesiapan rata-rata 59,01 persen, yang meliputi: 214 unit pesawat terbang dari berbagai jenis dengan kondisi siap 81 unit (42 persen), 17 unit peralatan radar dengan kondisi siap 13 unit (76 persen), dan 26 set rudal jarak pendek dengan tingkat kesiapan 100 persen. Melihat hasil pembangunan kekuatan Indonesia saat ini dan jika ditarik dalam konteks Internasional maka membangun kekuatan pertahanan negara merupakan sesuatu hal yang dilegalkan bagi sebuah negara merdeka karena merupakan bagian dari pembagunan nasional. Salah satu kepentingan utama Indonesia membangun kekuatan pertahanan bukanlah modernisasi militer itu sendiri, tapi apa tujuan modernisasi tersebut. Disini Indonesia serta beberapa negara Asia Tenggara dalam membangun pertahanan ditujukan guna menguatkan strategi penangkalan (deterrence) dan bersifat defensif, bukan ofensif. Hal ini dapat dilihat dari strategi penguatan militer masing-masing negara yang tidak secara total membangun kekuatan militer, kita melihat Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand yang cenderung membangun kekuatan militer guna membendung pengaruh luar terutama terkait masalah perairan, terorisme, penyelundupan serta anacaman non-tradisional lainnya yang berkembang dalam sepuluh tahun terakhir. Dari hasil kajian secara menyeluruh terhadap upaya peningkatan kekuatan militer dan kemudian berdampak terhadap ketegangan kawasan adalah ketika 112

pembangunan kekuatan ini menyebabkan salah kalkulasi, salah persepsi dan saling mencurigai dari negara lain dan lingkungan internasionalnya. Untuk menghindari destabilisasi keamanan, dibutuhkan transparansi dan kepercayaan startegis serta adanya resolusi dan menajemen konflik yang diharapkan menghasilkan perdamaian kawasan. Dengan demikian, akan dapat menghindarkan kemungkinan negara kita pada posisi pacuan senjata dengan diri sendiri (self-arms race) di kemudian hari. Penghindaran dari self-arms race menjadi penting, karena selain menghindari penumpukan pembelian senjata pada waktu tertentu yang akan memakan biaya yang sangat besar, juga dapat menghindarkan kekhawatiran negara tetangga dan pihak-pihak domestik yang kritis terhadap keberadaan militer Indonesia atau TNI. Kedua, walaupun ancaman serangan militer (ancaman konvensional) secara langsung sudah hampir tidak dimungkinkan lagi, tetapi menjaga keamanan wilayah dan kedaulatan tetap harus dilakukan, dan untuk itu diperlukan modernisasi persenjataan. Sekecil apapun faktor ancaman konvensional yang mungkin terjadi, dalam penyusunan defence policy tetap harus diperhitungkan. Hal ini sejalan definisi umum tugas dan fungsi pertahanan yang sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang pertahanan negara Indonesia. Pembangunan kekuatan militer tentu menjadi hal yang sensitif dan jika merujuk pada pendapat Bary Buzan bahwa pembangunan kekuatan militer suatu negara tanpa ada batasan serta transparansi akan menyebabkan security dilemma bagi negara lain. Pandangan tersebut menurut penulis dapat dibenarkan apabila dalam situasi tersebut terjadi ketika salah kalkulasi (miscalculation), salah menilai (misjudgment) dan saling mencurigai (mistrust). Untuk menghindari destabilisasi perlombaan senjata akibat modernisasi militer yang dilakukan tiap-tiap negara di kawasan Asia Tenggara-Pasifik telah sepakat membentuk suatu kerangka ASEAN Regional Forum ARF yang memang selangkah lebih maju dalam hal kerjasama keamanan multilateral, dimana dalam forum keamanan regional tersebut dijadikan sebagai forum untuk mendiskusikan dan menegosiasikan permasalahanpermasalahan yang ada di kawasan Asia Tenggara. Apa yang telah dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Yudhoyono dalam membangun pertahanan meskipun bukan yang terdepan di kawasan Asia 113

Tenggara, postur kekuatan angkatan bersenjata dan penggelaran persenjataan Indonesia sebenarnya dapat dikategorikan sebagai salah satu kekuatan utama. Tetapi apabila ukuran kualitas yang dikedepankan dalam menilai pembangunan, misalnya dilihat dari proporsi-persentase-perbandingannya dengan jumlah penduduk, luasnya wilayah kedaulatan dan wilayah operasi pertahanan, bukan tidak mungkin postur kekuatan Indonesia akan berada pada level menengah ke bawah, bahkan dibanding kekuatan negara Malaysia dan Singapura. Padahal dilihat dari aspek-aspek tersebut diatas, jumlah penduduk dan wilayah kedaulatan yang harus dilindungi, baik darat, laut dan udara, adalah yang terbesar dan terluas dibanding negara Asia Tenggara lainnya. 114