BAB 03 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 06 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

MEWUJUDKAN SANITASI KOTA BANJARMASIN 50 AL, 90 PS, 90 DR DAN 100 AM TAHUN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA KOTAMOBAGU

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Arah Pengembangan Sanitasi

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

BAB II PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III. Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

2.1 Visi Misi Sanitasi

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK

Daftar Kode Pos Kota Bandung

NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

Tabel 5.1 Visi, Misi dan Kebijakan Strategis Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Visi Misi Kebijakan Strategis

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Direktur Pengembangan PLP Ir. M. Maliki Moersid, MCP Disampaikan pada : Kick Off Meeting Nasional Program PPSP 2015 Jakarta, 10 maret 2015

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB V. STRATEGI MONEV

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA PADANGSIDIMPUAN]

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

B A B I P E N D A H U L U A N

Kerangka Kerja Logis Pembangunan Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu

ARAH PEMBANGUNAN SEKTOR SANITASI Disampaikan oleh : Ir. M. Maliki Moersid, MCP Direktur Pengembangan PLP

MAKSUD & TUJUAN ISU STRATEGIS & PERMASALAHAN AIR LIMBAH. Tujuan umum : KONDISI EKSISTING

Transkripsi:

BAB 03 KERANGKA PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada. Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga harus menjawab permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang harus diselesaikan dalam jangka menengah serta sejalan dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah. Dengan mempertimbangkan kondisi daerah, permasalahan pembangunan, tantangan yang dihadapi serta isu-isu strategis, dirumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah daerah. Visi Kota Bandung Tahun 2025 adalah TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG YANG UNGGUL, NYAMAN, DAN SEJAHTERA Visi Kota Bandung Tahun 2013-2018 yaitu : Terwujudnya Kota Bandung Yang Unggul, Nyaman dan Sejahtera, merupakan visi yang selaras dengan Visi Kota Bandung Yang Bermartabat Tahun 2025. Kriteria capaian visi daerah tahun 2005-2025 sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008 tentang RPJPD Kota Bandung Tahun 2005-2025 secara jelas direfleksikan pada visi Kota Bandung yang Unggul, Nyaman dan Sejahtera. 3-1

Selanjutnya dari Visi Kota Bandung tersebut telah diturunkan menjadi bagian khusus bidang sanitasi yang menjadi salah satu komponen penting dalam membentuk kota yang nyaman dan sejahtera. Berikut ini sandingan Visi Misi Kota Bandung terhadap Visi Misi Pembangunan Sanitasi Kota Bandung. VISI KOTA BANDUNG TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG YANG UNGGUL, NYAMAN, DAN SEJAHTERA Tabel 3. 1 Visi dan Misi Sanitasi Kota Bandung MISI KOTA VISI SANITASI BANDUNG KOTA BANDUNG 1.Mewujudkan Terwujudnya Bandung nyaman sanitasi kota yang melalui berkualitas, mandiri perencanaan tata dan berkelanjutan ruang, menuju Kota pembangunan Bandung yang infrastruktur serta Bermartabat tahun pengendalian 2020 pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan. 2.Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, bersih dan melayani. 3.Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing. 4.Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan. Sumber: Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung, 2015 MISI SANITASI KOTA BANDUNG 1. Mengembangkan sistem sanitasi kota yang terpadu dan berkelanjutan; 2. Meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan sanitasi kota secara profesional dan terjangkau; 3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam mewujudkan sanitasi kota yang mandiri; 4. Mendorong pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sanitasi kota; 5. Meningkatkan kapasitas pembiayaan sanitasi kota secara terbuka dan terukur 3.2 Pentahapan Pengembangan Sanitasi Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian visi dan misi sanitasi Kota Bandung. Kota Bandung merumuskan strategi layanan sanitasi didasarkan pada isu-isu utama/strategis yang dihadapi pada saat ini. Dasar penyusunan konsep pengembangan sanitasi terlebih dahulu dilakukan analisa data dari instrumen yang sudah ditentukan dari pusat yaitu instrumen profil sanitasi. Instrumen profil sanitasi adalah suatu tools/alat yang digunakan untuk menggambarkan kondisi sanitasi di kabupaten/kota, data yang digunakan dalam instrumen ini adalah data gambaran umum dan dapat diambil dari hasil analisa EHRA. Analisa tersebut menggunakan data mengenai kondisi ekstrim/daerah genangan rob, 3-2

kondisi CBD saat ini dan akan datang (sesuai RTRW), prioritas berdasarkan tingkat area beresiko, tingkat layanan sanitasi, fungsi perkotaan, luas wilayah terbangun dan estimasi kepadatan penduduk 5 (lima) tahun ke depan. Keluaran Instrumen profil sanitasi adalah dapat diketahuinya sistem dan zona sanitasi setiap desa/kelurahan. 3.2.1 Tahapan Pengembangan Sanitasi Tahapan pengembangan sanitasi adalah tahapan pengembangan pada tiap jangka waktu. Tahapan pengembangan sanitasi di bawah didasarkan pada target Universal Acces untuk mencapai 100% pelayanan air limbah, 0% jumlah permukiman kumuh dan 100% pelayanan air minum pada tahun 2019. Kota Bandung saat ini tergabung dalam program PPSP untuk mendukung target tersebut. Untuk mencapai target yang akan dicapai, Kota Bandung menetapkan suatu acuan/target yang harus dikejar untuk mengatasi masalah sanitasi di Kota Bandung. A. SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK Pada tahapan pengembangan air limbah domestik Kota Bandung selain mendukung pencapaian universal acces, Kota Bandung juga mengacu pada Roadmap Sanitasi Provinisi Jawa Barat yang memiliki target cakupan layanan air limbah domestik yaitu meningkatnya cakupan pelayanan air limbah domestik di PKN dan PKW melalui perluasan ketersediaan sarana dan prasarana pengolahan air limbah serta penyediaan instalasi pengolahan/penampungan air limbah komunal dan IPAL kawasan. Dengan mengacu pada universal access dan target Provinsi Jawa Barat maka, tahapan pengembangan yang direncanakan untuk air limbah domestik di Kota Bandung adalah sebagai berikut : Tabel 3. 2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Bandung No A B Sistem Buang Air Besar Sembarangan (BABS)** Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (Onsite) Cakupan layanan eksisting* (%) 42,41% Jangka pendek Target cakupan layanan* (%) Jangka menengah Jangka panjang 84,4% 20% 70% 0,00% 1 Tangki septik 80,33% 20% 70% 0,00% 3-3

a. Terlayani Tangki Septik Individual b. Terlayani Tangki Tinja 55,27% 2 Sistem Komunal 4,7% 50% 50% 0,00% C a. MCK/MCK ++ 1,39% 40% 60% 0,00% b. IPAL komunal 0,01% 20% 70% 0,00% c.tangki septik komunal 3.3% 35% 65% 0,00% Sistem Pengolahan Air 37,9% 20% 70% 0,00% Limbah Terpusat (Off-site) Subtotal 100% 100% 100% 100% Sumber: Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung, 2015 Keterangan : ** data bersumber dari Studi EHRA. 2015 Berdasarkan Tabel 3.2 di atas maka disusunlah strategi pengembangan sanitasi sub sektor air limbah domestik yang direncanakan untuk mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu : 1. Meningkatkan dan mengembangkan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik (SPAL) secara terpusat (off site) Untuk wilayah Bandung Barat 2. Meningkatkan dan mengembangkan SPAL bersama Kabupaten Bandung 3. Meningkatkan kapasitas pengolahan air limbah domestik dalam SPAL terpusat (off site) melalui IPAL Bojong Soang 4. Meningkatkan infrastruktur jaringan dalam SPAL secara terpusat 5. Meningkatkan dan mengembangkan saran dan prasarana Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) 6. Meningkatkan sistem pengolahan air limbah domestik skala kawasan (on site) 7. Meningkatkan sistem pengolahan air limbah domestik (on site) skala khusus (kawasan kumuh) 8. Meningkatkan penguatan kapasitas masyarakat dan kemitraan dalam bidang pengembangan penyehatan lingkungan permukiman B. SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PERKOTAAN Sektor persampahan mengacu pada kebijakan yang ditetapkan oleh Provinsi Jawa Barat, yaitu meningkatnya cakupan pelayanan persampahan di Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) melalui pembangunan pengolahan sampah kawasan metropolitan. Selain mengcu pada kebijakan yang ditetapkan oleh provinsi Kota Bandung juga mengacu pada universal access, maka disusunlah tahapan 3-4

pengembangan sanitasi sub sektor persampahan yang telah disepakati oleh Pokja seperti yang ditunjukkan Tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3. 3 Tahapan Pengembangan Persampahan di Kota Bandung No Sistem Cakupan layanan eksisting (%) Jangka pendek Cakupan layanan (%) Jangka menengah Jangka panjang A Prosentase sampah yang terangkut yang 74% 64% 20% 16% 1 Penanganan langsung (direct) 6% 0% 0% 0% 2 Penanganan tidak langsung (indirect) 68% 68% 32% 0% B Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani 10% 12% 50% 38% C 3R 16% 20% 30% 40% Sumber: Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung, 2015 Dewasa ini, perkembangan pengelolaan persampahan di Kota Bandung terutama dengan strategi pemberdayaan komunitas dan pengelolaan sampah secara mandiri melalui program 3R telah cukup meningkat. Terbukti pada tahun penyusunan SSK ini tahun 2015, Kota Bandung mendapat penghargaan Kota Adipura sebagai Kota yang dinilai oleh Pemerintah Pusat dan lainnya cukup representatif dari aspek kebersihan, kenyamanan dan keindahannya. Hal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung ke depannya adalah konsistensi dan pengembangan kapasitas pengelola persampahan baik itu PD Kebersihan maupun unsur swasta yang terlibat dalam pengelolaan sampah secara 3R. Adapun program jangka menengah persampahan diupayakan tetap mengacu pada Masterplan Persampahan Kota Bandung tahun 2016 2020. Berikut adalah strategi pengembangan sanitasi sub sektor persampahan : 1. Meningkatkan dan mengembangkan sistem pengelolaan persampahan skala kota melalui peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah 2. Mengurangi timbulan sampah yang akan dibuang ke TPA melalui pengelolaan Stasiun Antara dan TPST 3. Meningkatkan sistem penanganan sampah skala kawasan dan kawasan khusus (kumuh) 3-5

4. Mencari alternatif teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah berbasis masyarakat 5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan 6. Mengoptimalkan trash rack untuk mengurangi pencemaran sungai dari sampah yang dibuang ke sungai 7. Membuka peluang kerjasama dengan sektor swasta dan lembaga masyarakat dalam 8. pengelolaan sampah Mengembangkan tempat pemrosesan akhir sampah regional (TPA Regional) C. PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN Kondisi pengelolaan drainase di Kota Bandung saat ini masih belum begitu baik, hal tersebut dikarenakan masih banyaknya titik genangan di beberapa sudut Kota Bandung. Kota Bandung memiliki beberapa titik genangan yang sebenarnya sangat kecil dilihat dari luas genangannya tetapi banyak tersebar di Kota Bandung. Penyusunan tahapan pengembangan drainase perkotaan di Kota Bandung mengacu pada RPJMD Kota Bandung 2013-2018, di mana telah tertuang komitmen terselesaikannya permasalahan banjir dengan indikator kinerja tercapainya panjang saluran drainase yang berfungsi dengan baik sebesar 100% tahun 2016 dan terselesaikannya titik banjir sejumlah 68 titik di seluruh wilayah Kota Bandung tahun 2018. Untuk lebih jelasnya bagaimana tahapan pengembangan sanitasi sub sektor drainase Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini. Tabel 3. 4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kota Bandung NO 1 2 3 4 5 6 7 LOKASI GENANGAN Sukaluyu, Cibeunying Kaler Husen / Pajajaran, Cicendo Situsaeur, Bojongloa Kaler Pagarsih, Bojong Loa Kaler Braga, sumur bandung Babakan Penghulu, Cinambo Cipadung Kidul, panyileukan LUAS (HA) PENDEK PENGURANGAN LUAS GENANGAN MENENGAH PANJANG 0,4 30% 45% 15% 0.5 45% 30% 15% 0.6 20% 50% 30% 0,8 45% 30% 15% 0,4 30% 40% 30% 0,20 45% 30% 15% 0.8 25% 25% 50% 3-6

NO 8 LOKASI GENANGAN Mekarmulya, Gedebage LUAS (HA) PENDEK PENGURANGAN LUAS GENANGAN MENENGAH PANJANG 0.5 45% 30% 15% 9 Garuda, Andir 0.05 30% 40% 30% 10 Kebon Gedang, KiaraCondong 0.6 25% 50% 25% 11 Ujung Berung 0.8 30% 40% 30% 12 Pasirkaliki, Cicendo 0.4 40% 40% 20% 13 Hegarmanah, Cidadap 0.8 30% 40% 30% 14 Sukawarna, Cidadap 0.6 45% 30% 15% 15 Pasteur, Sukajadi 0.4 30% 40% 30% 16 Cirangrang, Bojong Kidul 0.6 45% 30% 15% 17 Arjuna, Cicendo 0.8 30% 40% 30% 18 Cicadas dan Pasirlayu, Cibeunying Kidul 0.4 20% 50% 30% 19 Sukaraja, Cicendo 0.8 30% 40% 30% 20 21 Cihaurgeulis, Cibeunying Kidul Sal.Cikapayang - Gasibu 0.3 45% 30% 15% 0.6 30% 40% 30% 22 Lengkong 0.3 45% 30% 15% 23 Sukagalih Sukajadi 0,9 30% 40% 30% 24 25 26 - Gegerkalong - Sukasari Gegerkalong, Sukasari Kali Cibaduyut - Pasar Kosambi 0,4 45% 30% 15% 0,4 20% 50% 30% 45% 30% 15% 27 - Sumurbandung 30% 40% 30% 28 -Sumurbandung 45% 30% 15% 29 - Cibeunying kidul 0,4 30% 40% 30% 30 31 32 33 34 35 Jl. Moch. Toha - Sal.Cipalasari / Sal.Ciateul S.Cirangrang RW.01 / RT.01 - Pasirluyu - Lengkong - Sadangserang - Coblong - Sadangserang - Ujung berung - Antapani tengah - Antapani 0,8 45% 30% 15% 0,5 30% 40% 30% 0,3 45% 30% 15% 0,5 30% 40% 30% 0,6 45% 30% 15% 0,4 30% 40% 30% 3-7

NO 36 37 LOKASI GENANGAN - Karangpamulang - Antapani Jl.Caringin Sal.Leuwi Limus LUAS (HA) PENDEK PENGURANGAN LUAS GENANGAN MENENGAH PANJANG 0,6 45% 30% 15% 0,4 30% 40% 30% 38 Jl Molek Cibuntu 0.4 45% 30% 15% 39 40 41 Sukamaju, Cibeunying Kidul Antapani Tengah, Antapani Antapani Kidul, Antapani 0.6 30% 40% 30% 0.8 45% 30% 15% 0.6 30% 40% 30% 42 Husen, Cicendo 0.8 45% 30% 15% 43 44 45 Cikutra, Cibeunying Kidul Pasanggarahan, Ujung Berung Kebonwaru, Batununggal 0.6 30% 40% 30% 0.4 45% 30% 15% 0.6 30% 40% 30% 46 Sumur Bandung 0.3 45% 30% 15% 47 Andir 0.8 30% 40% 30% 48 Batununggal dan Sumur Bandung 0.6 45% 30% 15% 49 Cibeunying Kidul 0.8 30% 40% 30% 50 Bandung kidul 0.8 45% 30% 15% 51 52 53 Persimpangan Jl Pasirkoja - Sal. Cilimus I Persimpangan Jl.Pasirkoja -Sal Cilimus I Sal.Irigasi Dungusema 0.8 30% 40% 30% 0.8 45% 30% 15% 0.8 30% 40% 30% 54 Jl.Moch.Toha 45% 30% 15% 55 Sal.Crossing Jl Soekarno Hatta-sal Cijagra (depan Hotel Lingga) 0.8 30% 40% 30% 56 S.Ciroyom, Jln Kopo 0.8 45% 30% 15% 57 Batununggal 0.6 30% 40% 30% 58 Sukaraja, Cicendo 45% 30% 15% 59 60 61 Terusan Jl.Kiaracondong-Jl Soekarno Hatt Sal.Cilimus, Jln Sukajadi Braga, Sumur Bandung 30% 40% 30% 45% 30% 15% 0,8 30% 40% 30% 3-8

NO LOKASI GENANGAN LUAS (HA) PENDEK PENGURANGAN LUAS GENANGAN MENENGAH PANJANG 62 Manjahlega, RancaSari 1,6 45% 30% 15% 63 Cipamokolan, Rancasari 0,5 30% 40% 30% 64 Margasari, Buah Batu 1 45% 30% 15% 65 Margasari, Buah Batu 0,5 30% 40% 30% 66 Sukamiskin, Arcamanik 0,3 45% 30% 15% 67 Panyileukan, Bandung Kidul 0,5 30% 40% 30% 68 Perumahan Riung Bandung, Jln Braga 0,5 45% 20% 25% Sumber: Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung, 2015 Untuk strategi yang ditetapkan didasarkan dari permasalahan mendesak yang diangkat dan hasil analisis SWOT terlampir, maka strategi yang ditetapkan adalah: 1. Menyusun reviu Masterplan Drainase Metro Bandung 2. Meningkatkan optimalisasi jaringan drainase perkotaan yang telah terbangun 3. Identifikasi jaringan sungai yang tersedimentasi dan banyak sampah 4. Pembersihan lokasi sungai yang terhambat 3.2.2 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Sanitasi Pada subbab ini menjelaskan mengenai tujuan yang telah ditetapkan didasarkan dari isu strategis yang diangkat pada bab sebelumnya. Sasaran ini diambil mengacu pada tujuan yang sesuai dengan Kota Bandung. Tabel 3. 5 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Sanitasi Kota Bandung TUJUAN SASARAN DATA DASAR (1) (2) (3) SUB SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK Seluruh penduduk Kota 1. Meningkatnya akses Pelayanan Sistem Bandung memiliki akses masyarakat terhadap Pengelolaan Air Limbah terhadap infrastruktur sarana dan prasarana Domestik di Kota Bandung sistem pengelolaan air sanitasi yang layak oleh PDAM baru mencapai limbah domestik (SPAL) 2. Meningkatnya perilaku 66% 1 (Offsite: 37,9 %; Onsite: yang layak dan berkelanjutan higienis pada masyarakat dalam mengelola air 28,1 %) 1 Sumber: LKPJ Walikota Bandung. 2014 3-9

TUJUAN SASARAN DATA DASAR (1) (2) (3) limbah domestik 3. Meningkatnya peran dan kontribusi sektor swasta dan lembaga masyarakat dalam cakupan pengelolaan air limbah domestik SUB SEKTOR PERSAMPAHAN Seluruh penduduk Kota Bandung memiliki akses terhadap infrastruktur sistem pengelolaan persampahan yang layak dan berkelanjutan 1. Meningkatnya pelayanan pengelolaan persampahan melalui sistem pengelolaan persampahan yang terpadu 2. Meningkatnya tingkat partisipasi dan pemberdayaan komunitas dalam pengelolaan sampah secara mandiri 3. Meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun ke sungai 4. Meningkatnya peran serta sektor swasta dan lembaga masyarakat dalam cakupan pengelolaan sampah 1. 26% penduduk Kota Bandung belum terlayani oleh PD Kebersihan 2 2. Masih rendahnya pengelolaan sampah secara 3R (16%) 3 5. Terbangunnya Tempat Pemrosesan akhir sampah Kota Bandung secara regional. SUB SEKTOR DRAINASE PERKOTAAN Jaringan Drainase Kota Terselesaikannya Bandung terintegrasi dengan baik dan berfungsi dengan Permasalahan banjir di Kota Bandung lancar Terdapat 68 titik banjir di Kota Bandung Sumber: Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung, 2015 3.2.3 Skenario Pencapaian Sasaran Skenario pencapaian sasaran mengacu pada penetapan hasil FGD Pokja Kota Bandung dengan kebijakan provinsi. Untuk pelayanan air limbah direncanakan pada 2 Sumber: LKPJ Walikota Bandung. 2014 3 Sumber: LKPJ Walikota Bandung. 2014 3-10

tahun 2018 tingkat pelayanan menjadi 70% dan untuk persampahan mencapai 73%. Sedangkan pada tahun 2019 untuk pelayanan drainase direncanakan akan tercapai 100%. Tabel 3. 6 Rencana Tahapan Pengembangan Sektor Sanitasi Kota Bandung KOMPONEN TAHUN N N+1 N+2 N+3 N+4 N+5 Air Limbah Domestik 59% 70% 50% 70% 90% 100% Persampahan 65% 70% 73% 73% 90% 100% Drainase Perkotaan 62% 77% 92% 100% 100% 100% Sumber: Hasil FGD Tim Pokja AMPL/Sanitasi Kota Bandung, 2015 3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Faktor lain yang sangat menentukan penentuan sistem dan cakupan pelayanan sanitasi adalah faktor pembiayaan yang sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah. Berdasarkan data dalam dokumen RPJMD Kota Bandung 2013-2018, dana APBD yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota Bandung untuk pelaksanaan program/kegiatan pada sektor-sektor dalam Bidang Cipta Karya selama kurun waktu 2014-2018 diproyeksikan senantiasa mengalami peningkatan (terdapat pada Tabel 3.7). Pada tahun 2014, Bidang Cipta Karya dialokasikan mendapat dana sebesar Rp. 209 Milyar (10.10%). Jumlah alokasi APBD untuk Bidang Cipta Karya pada tahun 2018 meningkat menjadi Rp. 274 Milyar (7.04%). Akan tetapi jika dibandingkan dengan total belanja APBD, alokasi APBD untuk Bidang Cipta Karya setiap tahunnya cenderung memiliki persentase menurun (seperti terlihat pada Gambar 3.1) Tabel 3. 7 Proyeksi Perkembangan Alokasi APBD Kota Bandung untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Tahun 2014-2018 (dalam juta rupiah) SEKTOR Alokasi TAHUN 2014 2015 2016 2017 2018 % APBD Alokasi % APBD Alokasi % APBD Alokasi % APBD Alokasi % APBD BANGKIM 16.500 0,79 18.150 0,75 19.965 0,70 21.961. 50 0,66 24.158 0,62 PBL 80.405,55 3,87 93.409,04 3,85 104.877,45 3,70 112.138 120.354 3,38,95,72 3,11 AM 5.250 0,25 5.600 0,23 5.700 0,20 5.800 0,17 5.800 0,15 SANITASI 107.614 5,18 116.960 4,82 126.258 4,45 117.616,70 3,55 124.329 3,21 TOTAL 3.315.3 3.875.8 BELANJA 2.077.671 100 2.427.646 100 2.836.722 100 100 38 67 APBD 100 Sumber: Rencana Belanja APBD Kota Bandung dalam RPJMD Kota Bandung, 2014-2019 3-11

Total Belanja (juta rupiah) PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA BANDUNG 2015 Dari total alokasi belanja APBD, sektor dengan jumlah belanja terbesar adalah Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman atau Sanitasi dengan persentase rata-rata terhadap total belanja APBD sebesar 4.24%. Sementara itu sektor denngan jumlah belanja terkecil adalah Sektor Air Minum dengan persentase rata-rata terhadap total belanja APBD sebesar 0.2%. 4,500,000.00 4,000,000.00 3,500,000.00 3,000,000.00 2,500,000.00 2,000,000.00 1,500,000.00 1,000,000.00 500,000.00-2014 2015 2016 2017 2018 Tahun TOTAL BELANJA APBD TOTAL BELANJA APDB BIDANG CK Gambar 3. 1 Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD Kota Bandung Tahun 2014-2018 Untuk melihat gambaran kemampuan pendanaan pembangunan sektor sanitasi di Kota Bandung, maka dapat dilihat melalui uraian alokasi belanja APBD Kota Bandung dari tahun 2010 hingga 2014. Namun karena ada keterbatasan data yang diperoleh untuk menganalisis hal tersebut maka perkiraan pendanaan sanitasi di Kota Bandung tetap mengacu pada data dan informasi yang tertuang pada RPJMD Kota Bandung 2013-2018 seperti yang telah diuraikan sebelumnya di atas. Berikut ini Tabel 3.8 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kota Bandung untuk Sanitasi. 3-12

No 1 Uraian Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3+1.4) 1.1 Air Limbah Domestik Tabel 3. 8 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD untuk Sanitasi Belanja Sanitasi (Rp.) 2010 2011 2012 2013 2014 131.607.067.833 1.783.393.000 2.100.570.000 2.060.668.000 2.684.350.000 2.100.483.178 1.2 Sampah rumah tangga * * * * 1.3 Drainase lingkungan * * * * 1.4 PHBS * * * * 3.142.219.673 124.805.129.622,00 1.559.235.360 Rata-rata Pertumbu han (%) 2 Dana Alokasi Khusus (2.1+2.2+2.3) 2.798.766.000,00 1.073.100.000,00 1.311.650.000,00 2.073.520.000,00 1.559.030.000,00 2.1 DAK Sanitasi 2.798.766.000,00 1.073.100.000,00 1.311.650.000,00 2.073.520.000,00 1.559.030.000,00 2.2 DAK Lingkungan Hidup - - - - - - 2.3 DAK Perumahan dan Permukiman - - - - - - 3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi - - - - - - Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap Belanja Langsung Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolut) Datanya tidak tersedia 3-13

Tabel 3. 9 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi 2016 2020 No Uraian Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Pendanaan 1 Perkiraan Langsung Belanja 126.258.000.000 117.616.000.700 124,329.000,000 130.500.455,000 132.000.000,000 630.703.455,000 2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 126.258.000.000 117.616.000.700 124,329.000,000 130.500.455,000 132.000.000,000 630.703.455,000 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 4.45% 3.55% 3.21% 3.33% 3.22% Tabel 3. 10 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD untuk Operasional/Pemeliharaan Sektor Sanitasi No 1 Belanja Sanitasi Uraian Belanja Sanitasi (Rp.) 2010 2011 2012 2013 2014 1.1 Air Limbah Domestik - - - - - 1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) - - - - - 1.2 Sampah Rumah Tangga * * * * * 1.2.1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) * * * * * 1.3 Drainase Lingkungan * * * * 11.073.383.544 Pertumbuhan rata-rata 3-14

Biaya operasional / pemeliharaan 1.3.1 * * * * (justified) Sumber : LKPJ Walikota Bandung. 2014 Ket : Biaya OM Drainase meliputi Pengerukan sungai dan pemeliharaan saluran 11.073.383.544 *Data tidak tersedia Tabel 3. 11 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2020 No Uraian 1 Belanja Sanitasi Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.) 2016 2017 2018 2019 2020 1.1 Air Limbah Domestik - - - - - 1.1. 1 1.2 1.2. 1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) Sampah rumah tangga Biaya operasional / pemeliharaan (justified) - - - - - - - - - - - - - - - Total Pendanaan 1.3 Drainase lingkungan 74.100.000.000 - - - - 1.3. 1 Biaya operasional / pemeliharaan (justified) Sumber : PPAS 2016 APBD Kota Bandung. 74.100.000.000 - - - - 3-15

Tabel 3. 12 Perkiraan Kemampuan APBD dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK 1 No Uraian Perkiraan Kebutuhan Operasional / Pemeliharaan Pendanaan (Rp.) 2016 2017 2018 2019 2020 74.100.000.000 - - - - Total Pendanaan 2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 126.258.000.000 117.616.000.700 124,329.000,000 130.500.455,000 132.000.000,000 630.703.455.000 3 4 5 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1) Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3-1) Sumber : hasil analisis. 2015 4.45% 3.55% 3.21% 3.33% 3.22% 52.158.000.000 117.616.000.700 124,329.000,000 130.500.455,000 132.000.000,000 3-16

Setelah melihat data yang diperoleh dalam tabel 3.8 hingga 3.12 mengenai data pendanaan sanitasi di Kota Bandung dapat dikatakan belum dapat dijadikan referensi untuk analisis kemampuan pendanaan sanitasi oleh Kota Bandung. Namun, informasi kemampuan pendanaan dan peluang pembangunan sanitasi di Kota Bandung dapat diperoleh melalui sumber data lainnya. Kota Bandung merupakan kota yang termasuk pada Kawasan Strategis Nasional termasuk pada Kluster A Kebijakan Keterpaduan Pembangunan Keciptakaryaan Ditjen Cipta Karya Kemen PUPR. Hal ini berarti, Kota Bandung adalah prioritas APBN untuk meningkatkan pembangunan yang layak huni dan berkelanjutan sesuai dengan sasaran pembangunan keciptakaryaan di mana sektor sanitasi termasuk di dalamnya. Dengan demikian, Kota Bandung dapat berpeluang untuk meningkatkan investasi pembangunan dari sumber dana APBN dengan syarat readiness criteria usulan pembangunan khususnya sanitasi dapat disiapkan dan terpenuhi. Walaupun kebijakan 2015-2019 Ditjen Cipta Karya mengatakan bahwa porsi APBN akan terus diupayakan menurun selaras dengan upaya pembinaan peningkatan investasi dari APBD Kabupaten/Kota, Masyarakat dan Swasta. Selanjutnya, berdasarkan dari data APBD Kota Bandung yang tercantum pada Tabel 3.8 mengenai pertumbuhan belanja sanitasi APBD Kota Bandung. Dapat diketahui bahwa sub sektor air limbah domestik, SKPD Kota Bandung yang menangani yaitu Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) cukup konstans melakukan kegiatan pembangunan dengan tiga fokus utama yaitu pendampingan dana DAK Bidang Cipta Karya, penyuluhan peningkatan kualitas perumahan serta penyediaan air bersih dan sanitasi di lokasi yang tidak terjangkau oleh PDAM dan PD Kebersihan. Untuk biaya pemeliharaan dan operasional output pembangunan, Distarcip Kota Bandung belum mengalokasikan kegiatannya hingga saat ini. Hal ini perlu diperhatikan ke depannya, agar dapat diupayakan adanya pemeliharaan serta peningkatan fungsi dari sarana dan prasarana sanitasi yang dibangun oleh Distarcip. Untuk subsektor persampahan, kegiatan pembangunan dilakukan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) serta PD Kebersihan sebagai operator. Kebutuhan pendanaan pengelolaan persampahan ke depannya di kota bandung adalah untuk meningkatkan kapasitas sistem dan manajemen pengelolaan persampahan disertai dengan penambahan armada pengangkutan sampah agar cakupan layanan persampahan lebih meningkat. Selain itu, dana yang dibutuhkan selanjutnya adalah pengembangan teknologi 3R dalam pengelolaan sampah di masyarakat secara mandiri seperti penggunaan biodegester, komposter dan lainnya. Hal ini telah cukup dialokasikan oleh BPLH dan PD Kebersihan namun dirasakan masih kurang mengingat kebutuhannya masih cukup tinggi. Oleh karena itu, upaya penambahan pendapatan dari retribusi sampah sebagai bentuk partisipasi masyarakat mutlak diperlukan dan perlu ditingkatkan. 3-17

Untuk sektor drainase, Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung telah konsisten melaksanakan program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong untuk mengurangi luasan genangan air/banjir serta program pengendalian banjir dengan fokus sasaran di sungai. Untuk biaya pemeliharaan, DBMP pun telah berupaya melakukan rehabilitasi dan pemeliharaan gorong-gorong. Adapun untuk analisis komitmen pendanaan sanitasi di Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan komitmen Kepala Pemerintahan yaitu Walikota Bandung dalam pembangunan sanitasi. Jika melihat dari Tabel 3.12 terdapat persen komitmen pendanaan sanitasi yang memang masih cukup kecil dibandingkan dengan urusan pendidikan dan kesehatan. Namun, ke depannya diperkirakan akan meningkat disebabkan adanya komitmen dari Walikota Bandung sebagai bagian dari AKOPSI (Alinasi Kota Peduli Sanitasi). 3-18