Pengaruh Plasma Semen Domba Priangan terhadap Daya Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah yang Disimpan pada Suhu 3 5 o C

dokumen-dokumen yang mirip
Laktosa Mempertahankan Daya Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah yang Dipreservasi dengan Plasma Semen Domba Priangan

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Efektivitas Berbagai Konsentrasi Laktosa dalam Pengencer Tris terhadap Viabilitas Semen Cair Kambing Saanen

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Konsentrasi Kuning Telur di dalam Pengencer Tris dengan dan tanpa Plasma Semen terhadap Kualitas Semen Beku Kambing Saanen

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Pengaruh Penambahan Trehalosa dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Ovis aries)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

PENGARUH PENAMBAHAN LAKTOSA DI DALAM PENGENCER TRIS TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Sitrat... Levana Putri Adinda

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

INTEGRITAS SPERMATOZOA KERBAU LUMPUR (BUBALUS BUBALIS) PADA BERBAGAI METODE PEMBEKUAN SEMEN

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Kualitas Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

APLIKASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN MELALUI TRANSCERVICAL (TAI) MENGGUNAKAN SEMEN CAIR PADA DOMBA RAMBUT ST. CROIX

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

MEDIA PENGENCER TRIS KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

KEBERHASILAN PENGGUNAAN TIGA PENGENCER DALAM DUA JENIS KEMASAN PADA PROSES PEMBEKUAN SEMEN SAPI FRISIEN HOLSTEIN

Mahasiswa Pascasarjana PS Peternakan Universitas Diponegoro

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

VIABILITAS SEMEN SAPI SIMENTAL YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN KRIOPROTEKTAN GLISEROL

Penambahan Fruktosa Mempertahankan Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Kalkun yang Disimpan pada Suhu 4 C

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

PENGARUH MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SEMEN BEKU GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

Kriopreservasi Semen Domba Garut dengan Pengencer Tris yang Disuplementasi Ethylene Diamine Tetraacetic Acid

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

PENGARUH MEDIA PENGENCER TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA BEKU SAPI PO

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENGARUH GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWAH

BAB III MATERI DAN METODE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN SELAMA PENDINGINAN MENGGUNAKAN PENGENCER CEP-2 DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SANTAN

Peningkatan Kualitas Semen Beku Domba Garut melalui Penambahan α-tokoferol ke dalam Pengencer Susu-Skim Kuning Telur

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Pengaruh Plasma Semen Domba Priangan terhadap Daya Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah yang Disimpan pada Suhu 3 5 o C MUHAMMAD RIZAL 1 *, HERDIS 2, MAMAN SURACHMAN 2 dan W. MARLENE MESANG-NALLEY 3 1 Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon 97233 2 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Gedung II BPPT Lantai 16, Jl. M.H. Thamrin No. 8 Jakarta 10340 3 Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Kupang *Email: icang65@yahoo.com (Diterima dewan redaksi 11 Desember 2007) ABSTRACT RIZAL, M., HERDIS, M. SURACHMAN and W. MARLENE MESANG-NALLEY. 2008. Effect of Priangan ram seminal plasma on viability of Peranakan Etawah buck spermatozoa preserved at 3 5 o C. JITV 13(1): 23-29. In processing of buck semen, seminal plasma is a problem because it contains a phospholipase A enzime produced by the Cowper gland. If this enzime interacts with egg yolk, it causes semen coagulation, and consequently death of spermatozoa. The purpose of this research was to examine the effect of Priangan ram seminal plasma on viability of Peranakan Etawah (PE) buck spermatozoa preserved at 3 5 o C. Semen was collected using artificial vagina once a week. Fresh semen was divided into three tubes then centrifuged at 3,000 RPM for 30 min. Supernatant of the first tube was mixed again with Pasteur pipette (treatment A or control). Supernatant of the second tube was removed (treatment B or without seminal plasma). Supernatant of the third tube was removed and changed with Priangan ram seminal plasma in the same volume (treatment C). Semen was diluted with Tris extender containing 20% egg yolk and stored in refrigerator at 3 5 o C. Quality of diluted-semen including percentages of motile spermatozoa (MS), live spermatozoa (LS), and intact plasma membrane (IPM) was evaluated every day during storage at 3 5 o C for three days. Results of this study showed that mean volume, colour, consistency, ph, mass activity, spermatozoa concentration, MS, LS, spermatozoa abnormal, and IPM of PE buck fresh semen, respectively was 0.68 ml, cream, thick, 7, ++/+++, 4,148.57 million cell/ml, 70%, 83.89%, 7.12% and 84%. At day-4 of storage, percentages of MS, LS, and IPM for treatment C (40, 52.2 and 51.6%) was significantly (P<0.05) higher than that of: treatment B (31, 44.8 and 45.2%) and treatment A (11, 15.6 and 14.8%). In conclusion, seminal plasma of Priangan ram could maintain the quality of PE buck semen preserved at 3 5 o C for three days, and it prevent semen from coagulation. Key Words: Seminal Plasma, Priangan Ram, Spermatozoa Viability, PE Buck ABSTRAK RIZAL, M., HERDIS, M. SURACHMAN dan W. MARLENE MESANG-NALLEY. 2008. Pengaruh plasma semen domba Priangan terhadap daya hidup spermatozoa kambing Peranakan Etawah yang disimpan pada suhu 3 5 o C. JITV 13(1): 23-29. Dalam proses pengolahan semen kambing, keberadaan plasma semen menjadi masalah jika semen diencerkan dengan pengencer yang mengandung kuning telur. Di dalam plasma semen kambing terkandung enzim fosfolipase A yang disintesis oleh kelenjar Cowper, dan jika berinteraksi dengan kuning telur akan menyebabkan penggumpalan (koagulasi) semen sehingga mengakibatkan kematian spermatozoa. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh plasma semen domba Priangan terhadap daya hidup spermatozoa kambing Peranakan Etawah (PE) yang disimpan pada suhu 3 5 o C. Semen ditampung dengan vagina buatan satu kali dalam satu minggu. Semen segar dibagi ke dalam tiga buah tabung reaksi kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3.000 RPM selama 30 menit. Supernatan (plasma semen) dan pelet (spermatozoa) pada tabung reaksi pertama dicampur kembali hingga homogen dengan pipet tetes (perlakuan A atau kontrol). Supernatan pada tabung reaksi kedua dibuang (perlakuan B atau tanpa plasma semen). Supernatan pada tabung reaksi ketiga dibuang dan diganti dengan plasma semen domba sebanyak supernatan (plasma semen kambing PE) yang dibuang (perlakuan C). Semen pada masing-masing tabung reaksi diencerkan dengan pengencer Tris yang mengadung 20% kuning telur ayam ras. Semen yang telah diencerkan disimpan di dalam refrigerator pada suhu 3 5 o C. Semen masing-masing perlakuan dievaluasi kualitasnya meliputi spermatozoa motil (SM), spermatozoa hidup (SH), dan membran plasma utuh (MPU) setiap hari selama tiga hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen segar kambing PE rata-rata 0,68 ml, warna putih susu, konsistensi kental, ph 7, gerakan massa ++/+++, konsentrasi spermatozoa 4.148,57 juta sel/ml, spermatozoa motil 70%, spermatozoa hidup 83,89%, spermatozoa abnormal 7,12%, dan MPU 84%. Pada hari keempat penyimpanan, persentase SM, SH, dan MPU perlakuan C (40; 52,2 dan 51,6%) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B (31; 44,8 dan 45,2%) dan perlakuan A (11; 15,6 dan 14,8%). Disimpulkan bahwa plasma semen domba Priangan dapat mempertahankan kualitas semen kambing PE yang disimpan di dalam lemari es pada suhu 3 5 o C selama tiga hari, dan mencegah terjadinya koagulasi semen. Kata Kunci: Plasma Semen, Domba Priangan, Daya Hidup Spermatozoa, Kambing PE 23

RIZAL et al., Pengaruh plasma semen domba Priangan terhadap daya hidup spermatozoa kambing Peranakan Etawah yang disimpan PENDAHULUAN Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dan kambing lokal Indonesia yang memiliki kemampuan memproduksi susu cukup banyak untuk daerah tropik. Dengan demikian kambing tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu ternak penghasil susu di Indonesia, dan telah beradaptasi secara baik dengan iklim di daerah tropik. Kambing tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan potensi kambingkambing lokal lainnya melalui persilangan dengan teknologi reproduksi, seperti inseminasi buatan (IB). Pengolahan semen merupakan salah satu bagian integral dalam upaya penerapan teknologi IB. Salah satu permasalahan utama dalam penanganan semen kambing adalah adanya enzim yang terkandung di dalam plasma semen. Enzim tersebut disintesis oleh kelenjar bulbouretralis (kelenjar Cowper) yang bila berinteraksi dengan kuning telur atau susu akan menyebabkan penggumpalan (koagulasi) semen (RITAR dan SALAMON, 1982; LEBOEUF et al., 1998; LEBOEUF et al., 2000). Enzim tersebut diidentifikasi sebagai fosfolipase A yang dapat menghidrolisis lesitin kuning telur menjadi asam lemak dan lisolesitin. Asam lemak dan lisolesitin hasil hidrolisis ini bersifat toksik terhadap spermatozoa kambing. Sementara dalam proses pengolahan semen, kuning telur dan susu sudah lazim digunakan sebagai salah satu komponen penyusun pengencer semen. Lesitin yang terkandung di dalam kuning telur adalah alasan utama pemanfaatannya sebagai bahan penyusun pengencer semen. Lesitin dibutuhkan sebagai pelindung membran plasma sel spermatozoa dari kejutan dingin (cold shock) saat semen disimpan pada suhu dingin (QUINN et al., 1980; WATSON, 1981). Pencucian semen untuk menghilangkan plasma semen merupakan salah satu metode untuk mengatasi masalah tersebut di atas (RITAR dan SALAMON, 1982; LEBOEUF et al., 2000; ABOAGLA dan TERADA, 2004). Namun demikian, plasma semen dibutuhkan oleh spermatozoa untuk mendukung daya hidupnya selama proses pengolahan dan penyimpanan (preservasi) karena di dalamnya terkandung berbagai zat nutrien. Oleh karena itu, penggantian plasma semen merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk tetap memberikan suplai nutrien yang dibutuhkan oleh spermatozoa. Hal ini karena ada beberapa zat nutrien yang terkandung di dalam plasma semen fungsinya tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh zat nutrien yang terdapat di dalam pengencer. Hasil penelitian RIZAL et al. (1999) menunjukkan bahwa penggantian plasma semen kerbau lumpur dengan plasma semen sapi FH tidak menimbulkan masalah saat pembekuan (kriopreservasi), dan bahkan substitusi tersebut mampu meningkatkan kualitas semen beku kerbau lumpur dibandingkan dengan yang tanpa penggantian plasma semen. Dalam penelitian ini dilakukan substitusi plasma semen kambing PE dengan plasma semen domba Priangan. MATERI DAN METODE Penampungan dan pengolahan semen Semen ditampung menggunakan vagina buatan satu kali dalam satu minggu dari satu ekor kambing PE dewasa yang berumur sekitar empat tahun. Penampungan semen dilakukan sebanyak lima kali sebagai jumlah ulangan. Semen domba diperoleh dari enam ekor domba Priangan dewasa yang dicampur menjadi satu. Semen disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 menit dan supernatan dikoleksi. Supernatan disentrifugasi kembali dengan kecepatan dan waktu yang sama, kemudian supernatan (plasma semen) dikoleksi dan disimpan di dalam freezer. Semen segar kambing PE yang telah ditampung segera dievaluasi untuk mengetahui kualitasnya. Semen yang memenuhi syarat kualitas (spermatozoa motil 70%, gerakan massa ++ atau +++, dan spermatozoa abnormal <15%) dibagi ke dalam tiga buah tabung reaksi dengan volume yang sama. Semen tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm selama 30 menit. Supernatan (plasma semen) dan pelet (spermatozoa) pada tabung reaksi pertama dicampur kembali hingga homogen dengan pipet tetes (perlakuan A atau kontrol). Supernatan pada tabung reaksi kedua dibuang (perlakuan B atau tanpa plasma semen). Supernatan pada tabung reaksi ketiga dibuang dan diganti dengan plasma semen domba Priangan sebanyak supernatan (plasma semen kambing PE) yang dibuang (perlakuan C). Sebelum ditambahkan ke dalam pelet (spermatozoa kambing PE), plasma semen domba yang sebelumnya disimpan di dalam freezer dicairkan kembali pada suhu ruang, sehingga saat dicampur suhunya sama dengan suhu pelet. Semen pada masing-masing tabung reaksi diencerkan dengan pengencer Tris hingga mencapai konsentrasi 100 juta spermatozoa motil per ml. Pengencer dasar Tris terdiri atas: 2,42 g Tris (hidroksimetil) aminometan, 1,28 g asam sitrat, dan 2,16 g fruktosa yang dilarutkan dengan akuabidestilata steril hingga mencapai volume 100 ml, kemudian ditambahkan penisilin 1.000 IU/ml dan streptomisin 1.000 µg/ml (HERDIS, 2005). Komposisi pengencer Tris adalah 80% pengencer dasar Tris ditambah 20% kuning telur ayam ras. Ketiga tabung reaksi masing-masing perlakuan ditutup rapat kemudian dimasukkan ke gelas piala yang telah diisi air bersih dan disimpan di dalam refrigerator 24

pada suhu 3 5 o C. Semen masing-masing perlakuan dievaluasi kualitasnya setiap hari selama tiga hari. Peubah kualitas semen yang dievaluasi Kualitas semen dievaluasi pada tahap setelah penampungan (semen segar), pengenceran, dan penyimpanan. Kualitas semen yang dievaluasi pada tahap semen segar adalah: volume, warna, kekentalan (konsistensi), ph (derajat keasaman), konsentrasi spermatozoa, gerakan massa spermatozoa, spermatozoa motil, spermatozoa hidup, spermatozoa abnormal, dan membran plasma utuh (MPU). Sementara itu, evaluasi terhadap semen yang telah diencerkan dan disimpan meliputi: spermatozoa motil, spermatozoa hidup, dan MPU. Persentase spermatozoa motil adalah persentase spermatozoa yang bergerak progresif (bergerak ke depan), dievaluasi secara subjektif pada delapan lapang pandang yang berbeda dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x (TOELIHERE, 1981). Angka yang diberikan berkisar antara 0 dan 100% dengan skala 5%. Persentase spermatozoa hidup dievaluasi dengan pewarnaan 2% eosin (TOELIHERE, 1981). Spermatozoa yang hidup ditandai oleh kepala berwarna putih, sedangkan yang mati ditandai oleh kepala berwarna merah. Sebanyak minimum 200 spermatozoa dievaluasi dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x. Persentase MPU spermatozoa adalah persentase spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh, dan dievaluasi dengan metode osmotic resistance test (ORT) atau hypoosmotic swelling (HOS) test (REVELL dan MRODE, 1994). Komposisi larutan hipoosmotik terdiri atas: 0,9 g fruktosa + 0,49 g natrium sitrat yang dilarutkan dengan akuabidestilata hingga mencapai volume 100 ml. Sebanyak 200 µl larutan hipoosmotik ditambahkan dengan 20 µl semen dan dicampur hingga homogen kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 45 menit. Buat preparat ulas tipis pada gelas objek kemudian evaluasi dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x terhadap minimum 200 spermatozoa. Spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh ditandai oleh ekor melingkar atau menggelembung, sedangkan yang rusak ditandai oleh ekor lurus. Analisis data Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam dalam bentuk rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan lima kali ulangan. Perbedaan antarperlakuan diuji dengan uji beda nyata terkecil (STEEL dan TORRIE, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik semen segar Data karakteristik semen segar kambing PE yang diperoleh (Tabel 1) menunjukkan bahwa semen tersebut memiliki kualitas yang baik dan memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut, baik dalam bentuk semen cairdingin maupun semen beku. Hal ini karena semen segar tersebut memiliki konsistensi agak kental hingga kental, gerakan massa spermatozoa ++ dan +++, spermatozoa motil 70%, dan spermatozoa abnormal kurang dari 15%. Semen segar yang baik harus memiliki konsistensi agak kental atau kental dan gerakan massa ++ atau +++ (TOELIHERE, 1981), persentase spermatozoa motil 70% (EVANS dan MAXWELL, 1987), dan persentase spermatozoa abnormal 6 10% (DELGADILLO, 1992). Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume semen segar yang diperoleh adalah rata-rata 0,68 ml (0,5 1 ml), lebih rendah daripada yang dilaporkan TAMBING et al. (2001) bahwa volume semen kambing PE adalah rata-rata 0,95 ml. ARGAWAL et al. (1992) melaporkan volume semen segar kambing Barbari rata-rata 0,92 ml. Perbedaan ini diduga karena perbedaan bangsa ternak dan kondisi percobaan. Tabel 1. Karakteristik semen segar kambing PE Variabel Rata-rata Volume (ml) 0,68 ± 0,18 Warna Putih susu Konsistensi (kekentalan) Agak kental kental Derajat keasaman (ph) 7,00 ± 0,00 Gerakan massa spermatozoa ++ / +++ Konsentrasi (juta/ml) 4.148,57 ± 198,60 Spermatozoa motil (%) 70,00 ± 0,00 Spermatozoa hidup (%) 83,89 ± 1,45 Spermatozoa abnormal (%) 7,12 ± 0,93 Membran plasma utuh (%) 84,00 ± 1,00 Warna semen segar adalah putih susu dengan konsistensi agak kental hingga kental. TAMBING et al. (2001) melaporkan warna semen segar kambing PE adalah putih hingga krem dan konsistensi kental. Menurut EVANS dan MAXWELL (1987) warna semen segar kambing yang normal adalah putih hingga krem. Selanjutnya dinyatakan bahwa semen segar yang memiliki jumlah spermatozoa banyak akan mengakibatkan semen lebih kental dan warna lebih pekat. 25

RIZAL et al., Pengaruh plasma semen domba Priangan terhadap daya hidup spermatozoa kambing Peranakan Etawah yang disimpan Gerakan massa spermatozoa berkisar antara ++ dan +++ dengan ph rata-rata 7. TAMBING et al. (2001) melaporkan gerakan massa spermatozoa kambing PE adalah rata-rata +++ dan ph rata-rata 7,13. SUWARSO (1999) melaporkan ph semen segar kambing PE yang lebih rendah, yakni 6,71. Sementara itu, ARGAWAL et al. (1992) melaporkan rataan ph semen segar kambing Jamnapari dan Barbari masing-masing adalah 6,5 dan 6,49. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi spermatozoa rata-rata 4.148,57 juta sel/ml (berkisar antara 3.910 juta dan 4.510 juta sel/ml). Konsentrasi spermatozoa kambing PE pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan TAMBING et al. (2001) yakni sebesar rata-rata 2.940 juta sel/ml. ARGAWAL et al. (1992) melaporkan konsentrasi spermatozoa kambing Jamnapari dan Barbari masingmasing rata-rata 3.860 juta dan 4.020 juta sel/ml. Menurut EVANS dan MAXWELL (1987) konsentrasi spermatozoa kambing yang normal berkisar antara 2.500 juta dan 5.000 juta sel/ml. Spermatozoa motil yang diperoleh pada penelitian ini adalah rata-rata 70% dan spermatozoa hidup ratarata 83,89% (81 86%). Hasil yang kurang lebih sama juga dilaporkan TAMBING et al. (2001) bahwa rataan persentase spermatozoa motil dan spermatozoa hidup kambing PE masing-masing adalah 72,79 dan 82,54%. SUWARSO (1999) melaporkan persentase spermatozoa motil dan spermatozoa hidup kambing PE yang lebih tinggi, yakni masing-masing 78,13% dan 94,08%. Persentase spermatozoa motil semen segar kambing Angora adalah 68,8 77% (RITAR dan SALAMON, 1982) dan 80% dengan persentase spermatozoa hidup rata-rata 86,6% pada kambing Jamnapari (ARGAWAL et al., 1992). Rataan spermatozoa abnormal yang diperoleh adalah 7,12% (berkisar antara 6 dan 9%). TAMBING et al. (2001) melaporkan persentase spermatozoa abnormal kambing PE yang lebih tinggi, yakni rata-rata 10,17%. Persentase spermatozoa abnormal kambing Jamnapari dan Barbari masing-masing rata-rata 4,5 dan 4,9% (ARGAWAL et al., 1992). Menurut DELGADILLO (1992) persentase spermatozoa abnormal kambing yang sehat adalah sekitar 6 10%. Dari hasil penelitian didapatkan persentase MPU rata-rata 84% (83 86%). TAMBING et al. (2003) melaporkan persentase MPU kambing Saanen rata-rata 82,81%. Kualitas spermatozoa setelah penyimpanan pada suhu 3 5 o C Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian plasma semen kambing PE dengan plasma semen domba Priangan mampu mempertahankan daya hidup spermatozoa hingga hari keempat penyimpanan. Keadaan ini terlihat dari kualitas yang memenuhi syarat untuk dimanfaatkan dalam program IB, yakni memiliki persentase spermatozoa motil 40% (Tabel 2). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), semen yang memenuhi syarat kualitas digunakan dalam program IB harus memiliki persentase spermatozoa motil minimum 40%. Tabel 2. Persentase spermatozoa motil, spermatozoa hidup, dan MPU semen kambing PE selama tiga hari penyimpanan pada suhu 3 5 o C Peubah kualitas spermatozoa Spermatozoa motil (%) Perlakuan Penyimpanan hari ke- 1 2 3 4 A 70,00 ± 0,00 a 59,00 ± 2,00 a 50,00 ± 0,00 a 11,00 ± 2,00 a B 70,00 ± 0,00 a 56,00 ± 2,00 a 47,00 ± 2,45 a 31,00 ± 2,00 b C 70,00 ± 0,00 a 59,00 ± 2,00 a 51,00 ± 2,00 a 40,00 ± 0,00 c Spermatozoa hidup (%) A 82,20 ± 0,84 a 68,20 ± 1,60 a 62,20 ± 1,33 a 15,60 ± 0,08 a B 81,08 ± 0,75 a 65,80 ± 1,72 a 59,60 ± 2,06 a 44,80 ± 1,17 b C 82,40 ± 0,08 a 69,40 ± 1,02 a 63,00 ± 1,67 a 52,20 ± 2,04 c Membran plasma utuh (%) A 80,20 ± 1,17 a 68,20 ± 0,75 a 61,40 ± 1,50 a 14,80 ± 1,62 a B 80,60 ± 1,02 a 63,60 ± 1,02 a 60,20 ± 1,17 a 45,20 ± 1,72 b C 81,20 ± 0,75 a 69,20 ± 0,98 a 63,20 ± 0,98 a 51,60 ± 1,36 c A = plasma semen kambing PE (kontrol), B = tanpa plasma semen, dan C = plasma semen domba Priangan a,b,c Superskrip dalam kolom yang sama masing-masing peubah kualitas, menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) 26

Kualitas semen pada perlakuan tanpa penggantian plasma semen (perlakuan A) pada hari keempat penyimpanan menurun sangat drastis karena terjadi penggumpalan (koagulasi) semen, yang ditandai oleh berubahnya warna semen yang telah diencerkan dari kuning menjadi putih (Gambar 1). Hal berbeda terjadi pada perlakuan penggunaan plasma semen domba yang tidak menyebabkan koagulasi. Koagulasi semen diduga disebabkan oleh terjadinya reaksi antara enzim fosfolipase A yang terkandung di dalam plasma semen kambing PE dan kuning telur yang merupakan salah satu komponen pengencer semen. Menurut LEBOEUF et al. (2000) kelenjar bulbouretralis (kelenjar Cowper) kambing jantan mensintesis suatu enzim dan disekresikan di dalam plasma semen, yang jika berinteraksi dengan kuning telur atau susu akan terjadi koagulasi. Enzim tersebut diidentifikasi sebagai fosfolipase A yang dapat menghidrolisis lesitin kuning telur menjadi asam lemak dan lisolesitin. Asam lemak dan lisolesitin hasil hidrolisis ini bersifat toksik terhadap spermatozoa. Gambar 1. Semen kambing PE setelah pengenceran dan penyimpanan selama tiga hari pada suhu 3 5 o C: semen yang diganti plasma semennya dengan plasma semen domba Priangan (kiri) dan semen tanpa penggantian plasma semen mengalami penggumpalan (koagulasi), warna berubah dari kuning menjadi putih yang menyebabkan banyak spermatozoa mati (kanan). Sementara dalam proses pengolahan semen, kuning telur dan susu sudah lazim digunakan sebagai salah satu komponen penyusun pengencer semen. Lesitin yang terkandung di dalam kuning telur adalah alasan utama pemanfaatannya sebagai bahan penyusun pengencer semen. Lesitin dibutuhkan sebagai pelindung membran plasma sel spermatozoa dari kejutan dingin (cold shock) saat semen disimpan pada suhu dingin. Peranan penting kuning telur dalam proses pengolahan semen kambing telah dilaporkan oleh ABOAGLA dan TERADA (2004). Dilaporkan bahwa persentase spermatozoa motil semen kambing setelah thawing yang diencerkan dengan pengencer Tris yang mengandung 20% kuning telur sebesar 46%, sedangkan dengan pengencer Tris tanpa kuning telur sebesar 1%. RITAR dan SALAMON (1982) melaporkan bahwa penghilangan plasma semen kambing Angora kemudian dibekukan dengan pengencer Tris yang mengandung 6% kuning telur menghasilkan semen beku yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa penghilangan plasma semen. Persentase spermatozoa motil semen beku tanpa plasma semen sebesar 43,6 50%, sedangkan semen beku dengan plasma semen sebesar rata-rata 37,5%. Penyimpanan semen yang telah diencerkan tanpa adanya plasma semen (perlakuan B) memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan penggantian plasma semen domba Priangan (perlakuan C) (Tabel 2). Fenomena ini menunjukkan bahwa plasma semen memegang peranan penting dalam mempertahankan kehidupan spermatozoa. Hal ini disebabkan karena plasma semen mengandung berbagai macam zat nutrien yang dibutuhkan oleh spermatozoa untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Menurut HAFEZ dan HAFEZ (2000) plasma semen mengandung berbagai macam zat nutrien seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral, hormon, dan lain-lain yang berfungsi mendukung kehidupan spermatozoa. TAMBING et al. (2001) melaporkan bahwa semen kambing PE yang dikriopreservasi dengan atau tanpa plasma semen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas semen beku. Selanjutnya dinyatakan bahwa semen kambing PE (tanpa penghilangan plasma semen) yang dikriopreservasi dengan pengencer yang mengandung kuning telur tidak menyebabkan terjadinya koagulasi semen, sehingga tidak berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa. Hal yang sama juga dilaporkan pada kambing Saanen (TAMBING et al., 2003). Terdapat perbedaan antara hasil penelitian ini dan yang dilaporkan TAMBING et al. (2001, 2003). Hal ini diduga disebabkan oleh kandungan enzim fosfolipase A di dalam plasma semen kambing PE pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan kambing PE yang dilaporkan oleh peneliti terdahulu, sehingga terjadinya koagulasi semen yang diencerkan dengan pengencer yang mengandung kuning telur bergantung pada individu kambing. Kandungan enzim fosfolipase A di dalam plasma semen dengan konsentrasi rendah diduga tidak menyebabkan koagulasi semen dalam skala yang dapat menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa secara drastis hingga terjadinya kematian. Hal ini mendukung hasil penelitian SALAMON dan RITAR 27

RIZAL et al., Pengaruh plasma semen domba Priangan terhadap daya hidup spermatozoa kambing Peranakan Etawah yang disimpan (1982) yang melaporkan bahwa dari beberapa ekor kambing Angora yang diuji tidak semua menghasilkan koagulasi saat semen diencerkan dengan pengencer yang mengandung kuning telur. Hal lain yang berbeda adalah pada penelitian ini semen dipreservasi dalam keadaan cair selama tiga hari pada suhu 3 5 o C, sedangkan TAMBING et al. (2001, 2003) menyimpan semen dalam keadaan beku pada suhu -196 o C. Dalam keadaan cair, plasma semen akan berinteraksi dengan kuning telur dalam waktu lama sehingga peluang terjadinya koagulasi semen lebih besar dibandingkan dengan dalam keadaan beku. Dalam keadaan beku pada suhu -196 o C, walaupun terjadi kontak antara plasma semen dan kuning telur, tidak akan menyebabkan terjadinya reaksi sehingga koagulasi semen pun dapat dicegah. Argumentasi ini diperkuat oleh fakta bahwa pada penelitian ini, koagulasi semen mulai terjadi pada hari keempat penyimpanan. Pada hari ketiga penyimpanan, kualitas semen antara perlakuan A atau kontrol (tanpa penghilangan plasma semen) dan perlakuan plasma semen domba Priangan (perlakuan C) tidak berbeda nyata (Tabel 2), karena pada saat itu belum terjadi koagulasi semen. Oleh karena itu, jika semen kambing PE dipreservasi dengan pengencer yang mengandung kuning telur dalam keadaan cair sebaiknya tidak disimpan lebih dari dua hari. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam plasma semen kambing PE pada penelitian ini diduga mengandung enzim fosfolipase A dalam konsentrasi cukup tinggi. Plasma semen memegang peranan penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup spermatozoa selama penyimpanan. Plasma semen domba Priangan dapat mempertahankan kualitas semen kambing PE yang disimpan di dalam lemari es pada suhu 3 5 o C selama tiga hari, dan mencegah terjadinya koagulasi semen. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih pada pengelola Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS) dan Bapak Ir. Sutardjo, MS atas bantuan fasilitas dan ternak percobaan. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Agus, Nanang, dan Atep atas bantuannya sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA ABOAGLA, E.M.E and T. TERADA. 2004. Effects of egg yolk during the freezing step of cryopreservation on the viability of goat spermatozoa. Theriogenology 62: 1160-1172. ARGAWAL, K.P., N.K. SINHA and A.K. GOEL. 1992. Reproduction behaviour in Indian goats. In: Research on Goats Indian Experience. Central Institute for Research on Goat, Mathura, India. Pp. 82-93. DELGADILLO, J.J., B. LEBOEUF and P. CHEMINEAU. 1992. Abolition of seasonal variations in semen quality and maintenance of sperm fertilizing ability by photoperiodic cycles in goat bucks. Small Rum. Res. 9: 47-59. EVANS, G. and W.M.C. MAXWELL. 1987. Salamon s Artificial Insemination of Sheep and Goats. Butterworths, London. HAFEZ, E.S.E. and B. HAFEZ. 2000. Reproduction in Farm Animals Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore. HERDIS. 2005. Optimalisasi Inseminasi Buatan Melalui Aplikasi Teknologi Laserpunktur pada Domba Garut (Ovis aries). Disertasi. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. LEBOEUF, B., E. MANFREDI, P. BOUE, A. PIACERE, G. BRICE, G. BARIL, C. BROQUA, P. HUMBOLT and M. Terqui. 1998. Artificial insemination of dairy goats in France. Livestock Production Science 55: 193-203. LEBOEUF, B., B. RESTALL and S. SALAMON. 2000. Production and storage of goat semen for artificial insemination. Anim. Reprod. Sci. 62: 113-141. QUINN, P.J., P.Y.W. CHOW and I.G. WHITE. 1980. Evidence that phospholipid protects ram spermatozoa from cold shock at plasma membrane site. J. Reprod. Fertil. 60: 403-407. REVELL, S.G. and R.A. MRODE. 1994. An osmotic resistance test for bovine semen. Anim. Reprod. Sci. 36: 77-86. RITAR, A.J. and S. SALAMON. 1982. Effects of seminal plasma and of its removal and of egg yolk in the diluent on the survival of fresh and frozen-thawed spermatozoa of the Angora goat. Aust. J. Biol. Sci. 35: 305-312. RIZAL, M., M.R. TOELIHERE, T.L. YUSUF dan P. SITUMORANG. 1999. Pengaruh plasma semen sapi terhadap kualitas semen beku kerbau lumpur (Bubalus bubalis). JITV 4: 143-147. SALAMON, S. and A.J. RITAR. 1982. Deep freezing of Angora goat semen: effects of diluent composition and method and rate of dilution on survival of spermatozoa. Aust. J. Biol. Sci. 35: 295-304. 28

STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan B. SUMANTRI. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. SUWARSO. 1999. Peranan Rafinosa dalam Pengencer Tris- Sitrat-Kuning Telur terhadap Kualitas Semen Beku Kambing Peranakan Etawah. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. TAMBING, S.N., M.R. TOELIHERE, T.L. YUSUF dan I.K. SUTAMA. 2001. Kualitas semen beku kambing Peranakan Etawah setelah ekuilibrasi. Hayati 8: 70-75. TAMBING, S.N., M.R. TOELIHERE, T.L. YUSUF, B. PURWANTARA dan I.K. SUTAMA. 2003. Kualitas semen beku kambing Saanen pada berbagai jenis pengencer. Hayati 10: 146-150. TOELIHERE, M.R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung. WATSON, P.F. 1981. The roles of lipid and protein in the protection of ram spermatozoa at 5 o C by egg yolk lipoprotein. J. Reprod. Fertil. 62: 483-492. 29