BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian penulis yang dilakukan terhadap pada pola interaksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat baik dari sisi pelayanan maupun penemuaan-penemuan dalam bidang

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

Kepada Yth Saudara/i Responden penelitian Di tempat

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

I. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

Opini Edisi 5 : Tentang Seksualitas: Masyarakat Sering Menggunakan Standar Ganda

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan (Tim Penyusun Kamus, 1988: 758 ). Geriatri berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. dibuat menjadi sistem pakar. Gangguan-gangguan kesehatan ini

ALGORITMA NEAREST NEIGHBOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada persaingan nasional yang terjadi saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan salah satu jenis layanan. menjadi rujukan untuk mengakses layanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan. kepuasan bagi konsumen selaku pengguna jasa kesehatan.

Batasan Aurat Yang Boleh Dilihat Saat Pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sosialisasi Perlindungan Anak Terhadap Tindak Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS BREAK-EVEN POINT SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MEMBANTU DALAM PENENTUAN TARIF PERAWATAN PADA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulut yang merupakan pusat rujukan, pendidikan dan penelitian (Peraturan

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan pimpinan dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB I PENDAHULUAN. dengan melalui penyelenggaraan rekam medis yang baik pada setiap unit

III. METODE PENELITIAN

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

PUSKESMAS. Data masyarakat ( Responden) (lingkari kode angka sesuai jawaban masyarakat/responden) Nomor Responden...

KUESIONER ANALISIS AUDIT KINERJA KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan

BAB IV RANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan hasil data dan kajian

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. M DENGAN POST OPERASI ORIF FRAKTUR FEMUR DISTAL DEXTRA DI BANGSAL AB RSU PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB V PENUTUP. kelamin laki-laki maka dia dihukumi sebagai seorang laki-laki dan. melalui buang air kecil belum dapat ditentukan laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. orang semakin mudah saja menjalankan aktifitasnya. Komputer yang pada

1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Gigi dan Mulut di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang. pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN PERBUATAN TUNA SUSILA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia selalu mendambakan tubuh yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. membawa perubahan hampir diseluruh bidang kehidupan manusia. Terutama di

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat, baik dari sisi pelayanan maupun penemuan-penemuan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. emosi harapan dan kekhawatiran makhluk insani. perjanjian terapeutik adalah Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB I PENDAHULUAN. jasa pada umumnya mempunyai tujuan utama, utamanya mendapatkan. Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen harus dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

B. Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Mutiara Kabupaten Asahan.

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP DAN TOTAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk yang memiliki akal dan pikiran menjadikan

RONTGEN Rontgen sinar X

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

Aborsi pada Kehamilan akibat perkosaan: Ketentuan perundangundangan dan Fikih Islam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

Transkripsi:

142 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian penulis yang dilakukan terhadap pada pola interaksi dokter dan pasien, maka penulis telah mengambil kesimpulan, antara lain; 1. Interaksi yang diharamkan bagi laki-laki dan perempuan mendapatkan pengecualian pada proses pengobatan, jika penyakit yang diderita oleh pasien sudah sampai pada taraf dharurat atau hajiyat yang sampai pada posisi dharurat. Dalam kondisi ini boleh saja bagi seorang dokter laki-laki mengobati pasien perempuan atau sebaliknya dokter perempuan mengobati pasien laki-laki. Kategori kondisi yang dinyatakan dharurat yang membolehkan interaksi antara dokter dan pasien apabila terpenuhi beberapa syarat berikut: a. Kondisi dharurat bukanlah sesuatu yang dinantikan atau hasil dari dugaan manusia, namun kondisi yang sedang terjadi, atau diyakini akan terjadi, atau paling tidak besar sangkaan bahwa itu akan terjadi. Maka seorang pasien yang hanya menduga bahwa dirinya akan sakit belum dikategorikan dharurat yang membolehkannya untuk berinteraksi dengan dokter yang tidak sejenis (kelamin) dengannya.

143 b. Kondisi dharurat yang dialami oleh pasien bukan karena keinginannya, adapun seseorang yang dengan sengaja melakukan sesuatu yang disadarinya dapat menyebabkannya terjerumus dalam kondisi bahaya, maka dia tidak dikategorikan dalam kondisi dharurat yang dibolehkan untuk melakukan sesuatu yang dilarang. Sama halnya dengan orang yang sengaja berbuat maksiat, lalu kemudian dia terperangkap pada kondisi dharurat, maka kondisi dharurat lahir karena keinginannya dan dia tidak mendapatkan keringanan. c. Tidak adanya pilihan lain bagi keduanya, jika masih ada dokter yang sejenis kelamin dengan pasien, maka haram baginya untuk berobat dengan dokter laki-laki. 2. Pola penanganan dalam kondisi dharurat berbeda pada saat kondisi normal, begitupula halnya dalam penanganan medis yang membolehkan terjadinya interaksi antara dokter dan pasien, maka ada beberapa hal yang mesti menjadi catatan; a. Adanya kepastian atau besar sangkaan, bahwa hal yang dilarang yang dijadikan sarana dalam menangani kondisi dharurat itu mampu menjadi solusi. Seseorang tidak dapat hanya sekedar menebak-nebak saja, melainkan dengan perhitungan yang matang dan informasi yang jelas terkait dengan kapabalitas dokter yang dipilih untuk menangani penyakitnya.

144 Seorang pasien yang harus berobat dengan dokter laki-laki harus memiliki informasi yang dipercaya bahwa laki-laki tersebut adalah ahli dibidangnya, sehingga dengan demikian besar harapan pasien akan sembuh dari sakitnya dan memperkecil kemungkinan si pasien berurusan dengan dokter yang tidak sejenis denganya. b. Memilih dokter yang berbeda jenis kelamin dengan pasien merupakan pilihan terakhir setelah tidak adanya dokter perempuan yang punya kemampuan yang cukup untuk mengobati. Adapun jika terdapat dokter yang sejenis dengan pasien, maka itu wajib di utamakan, untuk memperkecil terjadinya pelecehan seksual dalam proses pengobatan, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya penyimpangan seks sejenis, tetapi secara kodratnya manusia cenderung suka dengan lawan jenis. c. Interaksi yang terjadi antara dokter dan pasien hanya dibolehkan pada batas yang dibutuhkan dalam proses pemeriksaan dan pengobatan. Adapun interaksi yang terjadi lebih dari yang dibutuhkan akan kembali kepada hukum asalnya, yaitu dilarang. d. Tidak menyebabkan terjadinya mudharat yang lebih besar. Ini harus menjadi pertimbangan dan perhatian bagi pasien, terutama disaat adanya pilihan, maka yang menjadi pilihan haruslah dokter yang lebih

145 ahli baik secara personal, untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan dan pelecehan disaat proses pengobatan. e. Kebolehan untuk berinteraksi bersifat sementara. Dalam artian seorang pasien yang dibolehkan untuk memilih dokter yang berbeda jenis kelamin dengannya tidak bersifat permanen, karena kebolehan itu hanya pada kondisi dharurat, dan kebolehan itu akan hilang seiring hilangnya kondisi dharurat tersebut. B. SARAN 1. Seorang pasien mestinya lebih memerhatikan aspek syari at dalam berobat, diantaranya tidak tergesa-gesa memilih dokter yang beda jenis kelamin dengannya terkecuali memang kondisinya sudah masuk dalam kategori dharurat. 2. Selayaknya seorang dokter memilih spesialisasi sesuai dengan kodratnya sebagai laki-laki atau perempuan. 3. Hendaknya setiap rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan semua jasa penanganan medis untuk menyediakan jasa dokter dengan spesialiasinya berdasarkan prioritas pasiennya laki-laki atau perempuan. 4. Seharusnya akademi keperawatan menampung jumlah mahasiswa/i berdasarkan kebutuhan dengan memperhatikan prosentase masyarakat secara

146 keseluruhan, agar rumah sakit tidak hanya didominasi oleh perawat perempuan bahkan untuk pasien laki-laki.