HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. menderita anemia. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

LAMA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI. Menstruation Duration And Female Adolescent Anemia Occurance

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku tentang gizi terhadap Kejadian Anemia pada Remaja Putri. Ratih Puspitasari 1,Ekorini Listiowati 2

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI

Keywords: Anemia, Social Economy

PEMBERIAN TABLET FE DAN ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP STATUS ANEMIA PADA MURID SDN 20 RUMBIA KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS KABUPATEN LAHAT

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET DAN KADAR HB PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 10 KOTA MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Pada Anak Usia Sekolah Dasar 6 12 Tahun Di SD N 1 Rowosari Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEBUGARAN FISIK PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

HUBUNGAN PERILAKU MINUM TABLET ZAT BESI PADA REMAJA PUTRI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

HUBUNGAN ANTARA UMUR MENARCHE DENGAN STATUS GIZI PADA SISWI KELAS I DAN II SMP MUHAMMADIYAH I GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan. Terdapat sebanyak 3-5 gram besi dalam tubuh manusia dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

III TAHUN Disusun Oleh WIWEN INDITA PROGRAM

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

GAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI (PROTEIN, FE,ASAMFOLAT,VITAMIN C) DENGAN STATUS ANEMIA PADA MAHASISWI KEBIDANAN DI ASRAMA STIKES RESPATIYOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR Hapzah 1), Ramlah Yulita 2) 1) STIKES Bina Bangsa Majene Sulawesi Barat, 2 ) Alumni Program S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bina Bangsa Majene ABSTRACK Background: adolescent girls would normally have blood loss through menstruation every month. Along with the menstrual period will be issued a number of iron needed for hemoglobin formation. Hence the need of iron for adolescent girls more than men. On the other hand, adolescent girls tend to restrict their dietary intake because they tend to have a slim body. Objective: This research aims to determine relationship of the level of knowledge and nutrition status with the anemia incidence of adolescent girls in third grade student at SMAN 1 Tinambung Polewali Mandar. Method: This research type is an observational study with Cross Sectional Study approach. Population was all third-grade student of SMAN 1 Tinambung Polewali Mandar, amounting to 153 students. The sample is all class III student of SMAN 1 Tinambung Polewali Mandar as many as 111 respondents were obtained using a purposive sampling method with the student criteria that are willing to be respondents, students present at the primary data collection and students who are not menstruating. Result: The results showed that there was no relationship to the level of knowledge and anemia incidence (p = 258), but there is association with the anemia incidence nutritional status of adolescent girls in third grade student at SMAN 1 Tinambung Polewali Mandar (p = 0.000). Key Words: Teens, Anemia PENDAHULUAN Menurut WHO, sekitar 25-40% remaja putri di Asia Tenggara menderita anemia tingkat ringan sampai berat. Di Indonesia, berdasarkan SKRT tahun 1995 prevalensi anemia remaja putri adalah 57,1% sedangkan tahun 2001 sebesar 30%. Penelitian terhadap beberapa siswi SMU di Jakarta menunjukkan 40% remaja menderita anemia (Dilon dan Supandi, dalam Wahyuni, 2004). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu Anggraeni terhadap beberapa remaja putri di wilayah DKI Jakarta tahun 2007 juga menunjukkan prevalensi anemia remaja putri cukup tinggi yaitu sebesar 44,6% yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi dari makanan yang dikonsumsi. Penelitian lain juga dilakukan oleh Abbas (2003) di Pulau Barrang Rompo Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan zat besi pada remaja putri masih rendah sebesar 3,72 mg. Sebanyak 0,6 mg (16%) adalah heme dan sisanya (84%) adalah non heme sehingga remaja cukup berpotensi menderita anemia. METODE Desain Penelitian Jenis adalah penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional Study 20

Media Gizi Pangan, Vol.XIII, Edisi 1, 2012 Status gizi dan anemia gizi remaja puteri untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan status gizi dengan kejadian anemia remaja putri pada siswi kelas III di SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Populasi dan Sampel Populasi adalah semua siswi kelas III SMAN 1 Tinambung Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar yang berjumlah 153 siswi. Sampel adalah semua siswi kelas III SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar yaitu sebanyak 111 responden yang diperoleh dengan menggunakan metode Purposive Sampling dengan kriteria: a) siswi yang bersedia menjadi responden, b) siswi yang hadir pada saat pengumpulan data primer dilakukan, c) siswi yang tidak sedang mengalami menstruasi. Pengumpulan Data Data primer berupa karakteristik umum sampel, asupan makan diambil dengan menggunakan recall 24 jam & food frekuensi melalui wawancara langsung dengan responden oleh petugas lapangan. Pengambilan darah dilakukan oleh petugas puskesmas. Pengolahan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi. Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Uji Chi Square. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan tingkat pengetahuan dan status gizi terhadap kejadian anemia remaja putri pada siswi kelas III di SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar menunjukkan bahwa dari 111 responden yang terpilih sebagai sampel, sebanyak 74 orang (67%) yang menderita anemia dan 37 orang (33%) yang memiliki kadar Hb normal. Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap Kejadian Anemia Pengetahuan Anemia Normal Jumlah % nilai p Cukup 46 62,2 27 73 73 65,8 Kurang 28 37,8 10 27 38 34,2 0,258 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan cukup yang menderita anemia sebanyak 46 orang (62,2%) dan normal sebanyak 27 orang (73%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang yang menderita anemia sebanyak 28 orang (37,8%) dan normal sebanyak 10 orang (27%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji Chi Square pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri (p=0,258). Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi terhadap Kejadian Anemia Status Gizi Anemia Normal Abnormal 60 81,1 9 24,3 Normal 14 18,9 28 75,7 Jumlah % Nilai p 69 42 62,2 37,8 0,000 21

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang memiliki status gizi abnormal yang menderita anemia sebanyak 60 orang (81,1%) dan normal sebanyak 9 orang (24,3%). Sedangkan responden yang memiliki status gizi normal yang menderita anemia sebanyak 14 orang (18,9%) dan normal sebanyak 28 orang (75,7%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji Chi Square pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri (p=0,000). PEMBAHASAN Hubungan Pengetahuan terhadap Kejadian Anemia Hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji Chi Square pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Dengan kata lain, semakin tinggi pengetahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan anemia tidak menutup kemungkinan untuk menderita anemia. Penyebabnya karena banyak remaja yang tidak suka mengonsumsi makanan sumber zat besi termasuk sayuran dan buah-buahan serta lebih senang mengonsumsi makanan siap saji yang umumnya mengandung kalori, kadar lemak dan gula yang tinggi tetapi rendah serat, zat besi, vitamin A, vitamin B 12, asam folat dan kalsium, meskipun mereka tahu bahwa salah satu penyebab anemia adalah karena kurangnya asupan zat besi dalam tubuh. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 83 orang (74,8%) dari 111 responden yang suka mengonsumsi makanan siap saji dan 28 orang (25,2%) yang tidak suka. Hal ini dapat terjadi karena masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik fisik, mental, sosial maupun emosional. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa remaja menyebabkan banyak perubahan termasuk ragam gaya hidup (life style) dan perilaku konsumsi remaja. Remaja yang masih dalam proses mencari identitas diri, seringkali mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi karena adanya pengaruh informasi dan komunikasi. Hal ini karena remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun sekunder. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 90 orang (81,1%) dari 111 responden yang memberikan jawaban benar tentang pencegahan anemia yaitu dengan mengonsumsi daging, hati, susu, sayuran hijau serta minum tablet penambah darah dan sebanyak 21 orang (18,9) yang memberikan jawaban salah. Sebanyak 105 orang (94,6%) responden yang tidak pernah mengonsumsi tablet penambah darah saat haid dan hanya 6 orang (5,4%) saja yang mengonsumsi padahal sebanyak 67 (60,4%) responden yang sering merasa lemah dan pusing pada saat haid yang merupakan beberapa gejala anemia. Mengingat hal ini juga biasa dialami oleh orang sibuk yang sehat dan tidak kekurangan zat besi sekalipun, maka beberapa gejala anemia tersebut seringkali terhindar dari perhatian dan dianggap sepele oleh remaja. Oleh sebab itu, remaja merasa tidak perlu untuk mengonsumsi tablet penambah darah karena tidak mengalami keluhan yang berat. Pada umumnya, seseorang mulai curiga akan adanya anemia bila keadaan sudah makin parah sehingga gejalanya kelihatan lebih jelas seperti pusing, kulit pucat, jantung berdebar-debar dan mudah sesak napas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan angka kejadian anemia pada remaja putri SMUN 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyaknya remaja putri yang mengeluhkan gejala anemia di SMUN 1 Yogyakarta tidak mencerminkan adanya masalah pengetahuan terhadap anemia. Tingkat pengetahuan yang baik tidak mempengaruhi angka kejadian anemia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian di atas karena persamaan perilaku konsumsi makan remaja dan kurang berperannya Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam melakukan pembinaan dan penyuluhan 22

Media Gizi Pangan, Vol.XIII, Edisi 1, 2012 Status gizi dan anemia gizi remaja puteri kesehatan kepada para siswa untuk mengubah perilaku remaja. Hubungan Status Gizi terhadap Kejadian Anemia Pada hakekatnya gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan zat gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut. Kecukupan gizi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan, serta keadaan hamil dan menyusui. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama dan tercermin dari nilai status gizinya. Hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri (p = 0,000). Berdasarkan hasil analisis korelasi koefisien kontingensi menunjukkan bahwa status gizi memberikan kontribusi sebesar 30% terhadap kejadian anemia pada remaja putri dan sisanya 70% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi abnormal. Dari 69 responden yang memiliki status gizi abnormal, kebanyakan memiliki status gizi kurang dan hanya 3 orang (2,7%) yang memiliki status gizi lebih, dimana yang memiliki kekurangan berat badan tingkat ringan sebanyak 57 (51,4%) dan berat sebanyak 9 (8,1%) dan baik responden yang memiliki kekurangan berat badan tingkat ringan maupun berat rata-rata menderita anemia. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi remaja yang memiliki status gizi kurang maka semakin tinggi pula angka kejadian anemia pada remaja putri. Pada dasarnya, anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Secara umum, konsumsi makanan berkaitan erat dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan dapat menimbulkan anemia. Anemia juga dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara asupan gizi dengan aktifitas yang dilakukan oleh remaja. Sebagai seorang calon ibu, status gizi remaja menjadi hal yang sangat penting. Menurut Syahrul, meningkatnya kebutuhan besi pada remaja disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan dan perkembangan pada saat itu. Peningkatan kebutuhan tersebut terjadi karena meningkatnya volume darah, massa otot, dan myoglobin. Pada remaja putri, kebutuhan besi tambahan diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan zat besi akibat darah haid, dimana terjadi peningkatan kebutuhan besi untuk ekspansi darah total. Jika kebutuhan besi tak terpenuhi maka akan berisiko menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan produktivitas kerja, penurunan fungsi kognitif, dan bahkan berisiko menderita anemia pada kehamilan di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Indriawati yang menunjukkan bahwa kejadian anemia remaja putri sebesar 42,2% dan variabel yang berhubungan bermakna secara statistik (p < α. = 0,05) dengan kejadian anemia remaja putri adalah kebiasaan makan (yang meliputi: kebiasaan diet, kebiasaan makan sumber protein hewani dan kebiasaan minum teh) dan status gizi sedangkan pola haid dan pengetahuan tentang anemia tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di atas karena sebagian besar responden sama-sama memiliki kebiasaan kurang mengonsumsi makanan sumber zat besi dan responden rata-rata mempunyai orang tua dengan tingkat pendidikan yang rendah sehingga pengetahuan dalam pemenuhan asupan zatzat gizi yang seimbang menjadi kuran KESIMPULAN 1. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia remaja putri pada siswi kelas III di SMAN 23

1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar (p = 0,250) 2. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia remaja putri pada siswi kelas III di SMAN 1 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar dengan kuat hubungan sebesar 30% (p = 0,000) SARAN 1. Diharapkan bagi siswi yang mempunyai status gizi kurang agar berupaya untuk meningkatkan status gizinya menjadi normal dengan mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. 2. Hendaknya diterapkan pendidikan di tingkat keluarga yang mengarahkan remaja untuk lebih banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan sumber zat besi dan senantiasa berperilaku hidup sehat. 3. Diperlukan adanya pengawasan dan pembinaan dari pihak sekolah utamanya tenaga pendidik kepada petugas kantin untuk menyediakan jajanan yang sehat dan bergizi serta mengurangi penyediaan makanan siap saji. 4. Diharapkan ada tindak lanjut dari pihak puskesmas Tinambung dalam hal pemberian suplementasi tablet zat besi (Fe) pada beberapa siswi yang menderita anemia. 5. Perlunya diadakan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja putri sehingga informasi yang diperoleh dapat saling melengkapi. DAFTAR PUSTAKA Abbas, Rahmawati, dkk. 2003. Asupan Zat Besi Pada Remaja Putri Usia 10-14 Tahun di Pulau Barrang Rompo Makkasar Tahun 2003 (http://www. images.abyku.multiply.com, Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Jurnal Vol.1 No.1 2005, diakses 10 Januari 2010). Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anggraeni, Ayu. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Anemia Gizi pada Siswi SMU di Wilayah DKI Jakarta. (http://www.bkpi-lipi.com, diakses 20 Oktober 2009). Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Indriawati, Indah. 2001. Hubungan Anemia dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahuan Tentang Anemia dan Status Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor (http://www.ceria.bkkbn.go.id,diakses 20 Oktober 2009). Sulaeman. 2007. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Angka Kejadian Anemia pada Remaja Putri SMUN 1 Yogyakarta (http://www.indoskripsi.com, diakses 17 Oktober 2009). Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Wahyuni. 2004. Peranan Pola Makan Terhadap Anemia Gizi pada Remaja Putri Pondok Pesantren di Surabaya (http://www.jiptunair-gdlreswahyuni2c-876-anemia, diakses 6 Oktober 2009). 24

Media Gizi Pangan, Vol.XIII, Edisi 1, 2012 Status gizi dan anemia gizi remaja puteri Lampiran Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Anemia No. Status Anemia n % 1. Anemia 74 67 2. Normal 37 33 Jumlah 111 100 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap Kejadian Anemia No. Pengetahuan Anemia Normal Jumlah % nilai p 1. Cukup 46 62,2 27 73 73 65,8 0,258 2. Kurang 28 37,8 10 27 38 34,2 Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi terhadap Kejadian Anemia No. Status Gizi Anemia Normal Jumlah % Nilai p 1. Abnormal 60 81,1 9 24,3 69 62,2 0,000 2. Normal 14 18,9 28 75,7 42 37,8 25