BAB I PENDAHULUAN. persepsi negatif dan mengarah pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUPLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan dalam

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) tentang. Penyandang Disabilitas mengatur bahwa;

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di

SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO

Peran Pemerintah Kota Dalam Implementasi UU No.8/2016 Ttg Penyandang Disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DISABILITAS TERHADAP HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya. membangun untuk meningkatkan pembangunan disegala sektor dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

PERLINDUNGAN HUKUM DARI DISKRIMINASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA KERJA

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

BAB IV PENUTUP. melaksanakan berbagai kegiatan dalam program Pembinaan Bagi Para. Kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, sebagai berikut:

DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan BAB II Tinjauan Pustaka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban untuk mewujudkan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-205/MEN/1999. TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 4 Tahun T e n t a n g PENYANDANG CACAT

Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

MEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA

m^w^^^^mi^^^^m m M &&&?zmi Hpj

KEPMEN 226/MEN//VII/2003 Tentang TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DIREKTORAT PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 226 /MEN/2003

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

ANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI PP NOMOR 43 TAHUN 1998 PASAL 28 TERHADAP PEKERJA PENYANDANG DISABILITAS DI PT. MADUBARU - PG/PS MADUKISMO.

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KESETARAAN KEMANDIRIAN DAN KESEJAHTERAAN DIFABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. manusia, termasuk inovasi dalam kegiatan jual beli barang dan jasa. Saat ini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disabilitas atau yang lebih banyak diartikan sebagai kecacatan, seringkali dikaitkan dengan masalah keterbatasan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, penyakit, dan anggapan lain yang membuat penyandangnya cenderung memperoleh persepsi negatif dan mengarah pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal kesempatan kerja. International Labour Organization (ILO) melalui konvensi 159 menyepakati bahwa penyandang disabilitas mengalami kesulitan dalam meningkatkan kondisi dirinya karena adanya keterbatasan fisik dan mental yang terlihat oleh masyarakat. Merekapun sulit memperoleh pekerjaan dibandingkan penduduk usia produktif yang bukan penyandang disabilitas. Di Indonesia sendiri jumlah penyandang disabilitas mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Jumlah penduduk penyandang disabilitas cukup sulit diketahui jumlahnya secara pasti, namun berbagai prediksi atau perkiraan sejumlah instansipun bermunculan angka yang menyatakan jumlah penduduk penyandang disabilitas. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) hanya memproyeksikan jumlah penduduk disabilitas dengan berbagai klasifikasi kesulitan fungsional dan jumlah total pada masing-masing jenis kesulitan fungsionalnya sangat beragam sehingga pada akhirnya secara kuantitatif berbeda. Hal tersebut dikarenakan adanya jenis kesulitan fungsional ganda pada masing masing orang. Hasil itupun masih belum menggambarkan penduduk disabilitas sebagai angkatan kerja, karena data tersebut

bersifat umum sebagai penduduk disabilitas berumur diatas 5 tahun, sedangkan yang dikategorikan angkatan kerja adalah yang berumur diatas 15 tahun, namun demikian data itu dapat dikatakan data penduduk disabilitas sebagai angkatan kerja yang aktif dalam perekonomian. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2012 Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penyandang disabilitas sebesar 6.008.640 orang atau 2,45 persen dari jumlah penduduk Indonesia saat itu sebesar 244.919.000 orang, jumlah penduduk disabilitas yang tinggal di perkotaan sebesar 44,54 persen dan pedesaan sebesar 55,46 persen. Penduduk disabilitas yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 48,45 persen, sedangkan jenis kelamin perempuan sebesar 51,55 persen. Menurut data BPS, Sakernas 2012 yang diolah Pusdatinaker 2014 memperkirakan jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 6.008.640 dan di Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah penyandang disabilitas adalah 64.320 orang. Sebenarnya pemerintah Indonesia telah mengupayakan beberapa kebijakan untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan penyandang disabilitas ini. Undang- Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (1) berbunyi Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini berarti bahwa setiap warga negara Indonesia, mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Pada pasal 14 Undang-Undang No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pemerintah mewajibkan setiap perusahaan pemerintah dan swasta untuk memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi penyandang disabilitas dengan mempekerjakan penyandang disabilitas sesuai dengan derajat dan jenis

kedisabilitasannya, serta pendidikan dan kemampuan yang dimiliki. Pada bagian penjelasan disebutkan bahwa perusahaan negara meliputi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan perusahaan swasta termasuk di dalamnya koperasi, harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 orang penyandang disabilitas yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan, untuk setiap 100 orang karyawan, dan perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 orang penyandang disabilitas yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan, walaupun jumlah karyawannya kurang dari 100 orang. Secara spesifik, pada pasal 4 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP- 205/MEN/1999 tentang Pelatihan Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja Penyandang Cacat, pada ayat 1 disebutkan bahwa pengusaha wajib mempekerjakan penyandang disabilitas sejumlah minimal 1% dari total seluruh karyawan sesuai dengan persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan, sedangkan pada ayat 2 disebutkan bahwa pengusaha yang menggunakan teknologi tinggi wajib mempekerjakan satu atau lebih tenaga kerja penyandang disabilitas walaupun tenaga kerjanya kurang dari 100 orang. Hal ini juga didukung dengan adanya Peraturan Daerah tentang penyandang disabilitas yang dimiliki oleh provinsi-provinsi di Indonesia, salah satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 4 tahun 2012, tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak Hak Penyandang Disabilitas. Perda DIY No. 4 tahun 2012 mengatur tentang Hak-Hak Penyandang disabilitas, yang meliputi hak dalam bidang pendidikan,

ketenagakerjaan, kesehatan, sosial, seni, budaya, olah raga, politik, hukum, penanggulangan bencana, tempat tinggal, dan aksesibilitas. Pada pasal 16 Perda ini disebutkan bahwa setiap penyandang disabilitas mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan/atau melakukan pekerjaan yang layak. Dan pada pasal 30 menyebutkan bahwa dalam setiap penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan perusahaan daerah dan/atau perusahaan swasta yang menggunakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang wajib memenuhi kuota paling sedikit 1% (satu persen) penyandang disabilitas. Aturan tersebut diperkuat dengan adanya sanksi pidana dan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan/atau pencabutan ijin (swasta), akan tetapi hingga saat ini sanksi ini belum benar-benar diterapkan secara tegas, masih pada taraf himbauan dan sosialisasi, karena untuk dapat memberlakukan sanksi ini dibutuhkan proses yang tidak mudah. Untuk dapat memberikan akses terhadap penyandang disabilitas, maka perlu mengetahui jumlah perusahaan di DIY menurut jumlah tenaga kerjanya, yang ditunjukkan dengan tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Perusahaan di DIY Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Tahun 2014 NO KAB / KOTA JENIS / SKALA PERUSAHAAN / INSTANSI BERDASARKAN JUMLAH TENAGA KERJA BESAR ( 100 orang) SEDANG (20-99 orang) KECIL (1-19 orang) JUMLAH 1 Kota Yogyakarta 148 266 922 1.336 2 Kab. Sleman 170 342 748 1.260

NO KAB / KOTA JENIS / SKALA PERUSAHAAN / INSTANSI BERDASARKAN JUMLAH TENAGA KERJA JUMLAH 3 Kab. Kulon Progo 5 7 275 287 4 Kab. Gunung Kidul 5 54 221 279 5 Kab.Bantul 63 110 402 575 Jumlah 391 778 2.368 3.737 Sumber : Disnakertrans DIY Dari keseluruhan jumlah perusahaan di DIY, 3.737 perusahaan yang terkena kuota 1% untuk mempekerjakan tenaga kerja penyandang disabilitas sebanyak 391 perusahaan, karena perusahaan tersebut mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang. Jumlah tersebut tidak termasuk perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi yang juga diwajibkan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas 1 orang atau lebih, walaupun tenaga kerjanya kurang dari 100 orang. Sudah ada peraturan yang mengaturnya dan sanksi bagi yang melanggarnya, meskipun demikian pihak perusahaan seperti tetap enggan mempekerjakan penyandang disabilitas. Hal ini dibuktikan dengan pemantauan yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2013 terhadap 75 perusahaan besar di DIY, yang meliputi industri alat kesehatan, industri pengolahan, institusi pendidikan (sekolah dan universitas), rumah sakit, hotel, perdagangan/retail, perbankan, percetakan, dan jasa lainnya. Dari 75 perusahaan hanya terdapat 8 perusahaan atau 11% yang sudah mempekerjakan penyandang disabilitas. Pada 8 perusahaan tersebut terdapat 60 orang penyandang disabilitas atau sekitar 19% dari yang seharusnya minimal 312 orang. Pada tahun 2014, peneliti melakukan pemantauan yang sama terhadap 77 perusahaan besar, dan

didapatkan 16 perusahaan atau 21 % sudah mempekerjakan penyandang disabilitas sejumlah 68 orang atau sekitar 31% dari seharusnya minimal 219 orang. Pada tahun 2015, peneliti melakukan pemantauan terhadap 155 perusahaan besar di DIY dan terdapat 32 perusahaan yang telah mempekerjakan penyandang disabilitas atau sekitar 21%. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas, sehingga diharapkan faktor-faktor pendukung dapat ditingkatkan dan faktor-faktor penghambatnya dapat diminimalisir atau diatasi, sehingga di masa mendatang jumlah perusahaan yang mempekerjakan penyandang disabilitas semakin meningkat. Adapun penelitian ini termotivasi oleh alasan-alasan sebagai berikut: pertama, penelitian ini menarik karena survey dilakukan terhadap para Top Manager (CEO, Direktur, Owner, Kepala Perwakilan, Kepala Kantor, General Manager, HR Manager, dan Operational Manager) dari 147 perusahaan besar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua, penelitian ini menarik karena mengangkat isu tentang intensi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas, dimana pada penelitianpenelitian terdahulu, penelitian terhadap kesempatan kerja penyandang disabilitas lebih banyak berdasarkan pada aspek hukumnya. Ketiga, penelitian ini penting, karena berdasarkan data pemantauan peneliti sebelumnya pada 3 tahun terakhir, alasan perusahaan mempekerjakan penyandang disabilitas yaitu (1) penyandang disabilitas memiliki kompetensi yang dibutuhkan perusahaan, (2) penyandang disabilitas memiliki semangat kerja dan disiplin yang tinggi (3) alasan kemanusiaan (4) memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas (5) mematuhi peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan alasan perusahaan belum/tidak bersedia mempekerjakan penyandang disabilitas, yaitu (1) terkait aksesibilitas yang membutuhkan biaya, waktu dan tenaga (2) perusahaan hanya membutuhkan karyawan yang memenuhi syarat secara fisik, (3) kesulitan memeperoleh tenaga kerja penyandang disabilitas, (4) belum membutuhkan karyawan baru, dan (5) belum mengetahui adanya peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Untuk itu peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai alasan-alasan lain perusahaan berniat untuk mempekerjakan penyandang disabilitas, apakah selain alasan-alasan yang tersebut, intensi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas juga dipengaruhi oleh alasan lain terkait attitude (sikap), subjective norms (persepsi perusahaan terhadap apa yang pihak lain pikirkan, jika perusahaan mempekerjakan penyandang disabilitas), dan perceived behavioral control (persepsi keyakinan perusahaan berkaitan dengan seberapa bisa untuk mempekerjakan penyandang disabilitas). 1.2 Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang Pengaruh Attitude (Sikap), Subjective Norms (Norma Subyektif) dan Perceived Behavioral Control (Persepsi Kendali Perilaku) Terhadap Intensi Perusahaan Untuk Mempekerjakan Penyandang Disabilitas. Agar penelitian terarah dan tidak terlalu luas, peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior (Teori Perilaku Terencana) yang menyatakan bahwa intensi atas perilaku dipengaruhi oleh 3 variabel, yaitu attitudes, subjective norms,

dan perceived behavioral control. Selain itu survey dibatasi pada 147 perusahaan besar di 5 kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan responden para Top Manager. 1.3 Rumusan Masalah Sesuai dengan judul penelitian Pengaruh Attitudes, Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control Terhadap Intensi Perusahaan Untuk Mempekerjakan Penyandang Disabilitas (Survey Pada Perusahaan Besar di Daerah Istimewa Yogyakarta), masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah attitude berpengaruh secara positif terhadap intensi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas? 2. Apakah subjective norms berpengaruh secara positif terhadap intensi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas? 3. Apakah perceived behavioral control berpengaruh secara positif terhadap intensi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menguji dan menganalisis pengaruh attitude terhadap intensi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas. 2. Menguji dan menganalisis pengaruh subjective norms terhadap intensi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas.

3. Menguji dan menganalisis perceived behavioral control (persepsi kendali perilaku) terhadap intensi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas. 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu sumber daya manusia. 2. Memberikan tambahan kontribusi informasi kepada peneliti dibidang sumber daya manusia khususnya terkait kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas dan Theory Of Planned Behavior. 3. Mensosialisasikan kepada perusahaan mengenai peraturan perundangan yang mengatur tentang kewajiban perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas dan pentingnya kesadaran untuk memberikan kesempatan bekerja bagi penyandang disabilitas. 4. Memotivasi perusahaan untuk memberikan kesempatan kerja kepada penyandang disabilitas, diharapkan di waktu mendatang jumlah penyandang disabilitas yang bekerja di perusahaan semakin meningkat. 5. Dapat dijadikan dasar perencanaan program penempatan dan perluasan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas.