PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI TELUK BUNGUS PRIMARY PRODUCTIVITYOF PHYTOPLANKTON IN THE BUNGUS BAY. UNAND Limau Manis Padang ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

Kandungan Klorofil-a Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

ANALISIS KONDISI PERAIRAN DITINJAU DARI KONSENTRASI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN SEBARAN KLOROFIL-A DI MUARA SUNGAI LUMPUR, SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

3. METODE PENELITIAN

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

STUDI PENGARUH KONSENTRASI NITRAT TERHADAP KLOROFIL-A DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

TUGAS INSTRUMENTASI KELAUTAN. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Burhanuddin. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

BAB III METODELOGI PENELITIAN

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

Pola Distribusi Klorofil-a dan Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Toli Toli, Sulawesi

BAB 2 BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Ortofosfat dan Klorofil-a di Perairan Selat Karimata

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4. Lokasi penelitian di Perairan Selat Nasik, Belitung, April 2010.

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: 1-9 ISSN : ANALISIS MASSA AIR DI PERAIRAN MALUKU UTARA

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN ANALYSIS OF SEA WATER QUALITY IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

METODE PENELITIAN. Tabel 1. Waktu sampling dan pengukuran parameter in situ di perairan Pesisir Maros

Komposisi dan Kandungan Klorofil-a Fitoplankton Pada Musim Timur Dan Barat di Estuari Sungai Peniti, Kalimantan Barat

BAB I. Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DISTRIBUSI TOTAL SUSPENDED SOLID PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK KENDARI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KANDUNGAN TOTAL ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN RAHA, SULAWESI TENGGARA

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

FORMASI SPASIAL PERAIRAN PULAU 3S (SALEMO, SAGARA, SABANGKO) KABUPATEN PANGKEP UNTUK BUDIDAYA LAUT Fathuddin dan Fadly Angriawan ABSTRAK

A ALISIS KELAYAKA LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRA TELUK DODI GA KABUPATE HALMAHERA BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI BELAWAN MEDAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A TERHADAP NUTRIEN DI MUARA SUNGAI BANYUASIN KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

KAJIAN KONSENTRASI NITRAT DAN SILIKAT PADA KONDISI PASANG DAN SURUT DI PERAIRAN MOROSARI KABUPATEN DEMAK

II. TELAAH PUSTAKA. Ketersediaan Karbohidrat. Chrysolaminarin (= leukosin)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN METODE KLOROFIL-a DI PERAIRAN BELAWAN SUMATERA UTARA AMANDA PARAMITHA

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

n, TINJAUAN PUSTAKA Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HIDRODINAMIKA FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

The Vertical Profile of Phosphate on the Baru Lake in Buluh Cina Village Siak Hulu Subdistrict Kampar District. Oleh. Abstract

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

Transkripsi:

PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI TELUK BUNGUS PRIMARY PRODUCTIVITYOF PHYTOPLANKTON IN THE BUNGUS BAY Faurizki Fitra 1)*), Indra Junaidi Zakaria 1), Syamsuardi 2) 1) Laboratorium Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Kampus UNAND Limau Manis Padang 25163 2) Herbarium ANDA, Kampus UNAND Limau Manis Padang 25163 *) Koresponden : faurizki_fitra@yahoo.com ABSTRACT A study of primary productivityof phytoplankton has been conductedin the Bungus Bay in May 2012. The purpose of the study was to determine primary productivity of phytoplankton and its relation to some environmental factors. Van Dorn were used to collect water samples for chlorophyll-a and chemical - physical water analysis. Primary productivityof phytoplankton is still normalcategory(good) withchlorophyll-a levels ranged from 0,07 to 0,66 mg/m 3. Chlorophyll-a levelswere significantly positive correlated to salinity (r = 0,88). Keywords : chlorophyll-a, phytoplankton, primary productivity ABSTRAK Studi mengenai produktivitas primer fitoplankton di Teluk Bungus dilakukan pada Mei 2012. Tujuan studi ini untuk menentukan produktivitas primer fitoplankton dan hubungannya dengan beberapa faktor lingkungan yang diukur. Van dorn water sampler digunakan mengkoleksi sampel air untuk keperluan analisis klorofil-a dan fisika kimia perairan. Produktivitas primer fitoplankton masih dikategorikan normal (bagus) dengan kisaran kadar klorofil-a dari 0,07 to 0,66 mg/m 3. Kadar klororfil-a berkorelasi positif secara signifikan dengan salinitas (r = 0,88). Kata kunci : klorofil-a, fitoplankton, produktivitas primer Jurnal BIOLOGIKA 59

PENDAHULUAN Perairan Teluk Bungus secara geometri berbentuk pantai setengah tertutup dan merupakan daerah estuari yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia (Darlan dan Kamiludin, 2008). Keberadaan Samudera Hindia memungkinkan terjadinya proses pencampuran massa air laut dengan air tawar yang akan memberikan keuntungan dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan oleh masyarakat setempat. Bentuk pemanfaatan lain kawasan Teluk Bungus yaitu pembangunan pelabuhan (perikanan, penumpang, Polair/TNI-AL, terminal transit BBM Pertamina), wisata pantai, serta pembangunan PLTU Teluk Sirih yang sedang berlangsung. Adanya berbagai kegiatan tersebut akan berdampak terhadap keadaan fisik perairan seperti suhu, salinitas, pola arus, kekeruhan, dan kestabilan garis pantai (Hasanudin, 2000). Hal ini tentunya juga akan berdampak terhadap komposisi kimia hara perairan seperti amoniak, nitrit, nitrat, ortofosfat, dan silika. Apabila faktor abiotik terganggu maka faktor biotik, terutama sekali fitoplankton sebagai dasar rantai makanan akan ikut terganggu. Ketidakseimbangan faktor abiotik dengan biotik akan berpengaruh terhadap kondisi perairan. Terganggunya kondisi perairan dapat diketahui dari tingkat kesuburan yang semakin rendah (Simanjuntak, 2000). Menurut Krismono (2010), kadar klorofil-a juga dapat digunakan sebagai biomonitoring kualitas dan kesuburan perairan (produktivitas perairan). Castro dan Huber (2007) menyatakan, semua fitoplankton memiliki klorofil terutama sekali klorofil-a. Klorofil berfungsi sebagai katalisator dan penyerap energi cahaya matahari (Strickland, 1960 cit. Riyono, 2007). Dengan demikian proses produksi zat organik dari zat anorganik dalam fotosintesis tidak akan terjadi apabila tidak ada klorofil. Semakin tinggi kadar klorofil menandakan tingginya kelimpahan fitoplankton di perairan (Castro dan Huber, 2007). Kelimpahan fitoplankton yang tinggi mengindikasikan tingginya produktivitas primer di suatu perairan. Menurut Forever Green (2010), kandungan klorofil fitoplankton dipengaruhi oleh spesies, kondisi tiap individu, waktu, dan intensitas cahaya matahari. Selain itu juga dipengaruhikadar nitrat, fosfat, pengadukan air, suhu, dan kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan produktivitas primer fitoplankton serta kaitannya dengan beberapa faktor lingkungan. Jurnal BIOLOGIKA 60

METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Teluk Bungus, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat pada bulan Mei 2012. Pencuplikan sampel dilakukan dari pukul 13.00 16.00 WIB. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Tambaru dan Samawi (2008). Pengambilan sampel menggunakan metode purposive random sampling pada enam stasiun (kawasan pelabuhan perikanan, penumpang, Polair/ TNI AL; kawasan Pulau Kasiak; kawasan wisata pantai; kawasan pelabuhan transit BBM Pertamina; kawasan mulut teluk; kawasan pembangunan PLTU Teluk Sirih). Sampel air untuk analisis klorofil-a dan fisika kimia perairan dicuplik dengan Van Dorn water sampler. Pengukuran klorofil-a mengikuti metode spektrofotometri Parson et al. (1984) cit. Riyono (1997) dan dihitung dengan rumus : Klorofil-a mg m 3 = 11,85 E 664 )- 1,54 E 647 )- 0,08 E 630 )} Ve Vs d Keterangan : E664 = absorbansi 664 absorbansi 750 nm; E647 = absorbansi 647 absorbansi 750 nm; E630 = absorbansi 630 absorbansi 750 nm; Ve = volume ekstrak aseton (ml); Vs = volume contoh air yang disaring (1 liter); d = diameter kuvet 1 cm. Selanjutnya pengukuran suhu, kecerahan, ph, salinitas, dan oksigen terlarut dilakukan secara in situ. Di laboratorium dilakukan pengukuran BOD5 dengan metode titrasi Winkler, pengukuran amoniak, nitrit, nitrat, ortofosfat dengan metode spektrofotometri, serta silika dengan spektrofotometri serapan atom (SSA) (APHA, 1992). Untuk mengetahui hubungan klorofil-a dengan beberapa faktor lingkungan perairan (kecerahan air, salinitas, nitrat, ortofosfat, kepadatan), dianalisis dengan regresi linear sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar klorofil-a pada saat pengamatan di Teluk Bungus berkisar dari 0,07 mg/m 3 (stasiun 4) 0,66 mg/m 3 (stasiun 5). Sedangkan kadar klorofil-a pada stasiun 1, Jurnal BIOLOGIKA 61

2, 3, dan 6 masing-masing 0,21 mg/m 3 ; 0,29 mg/m 3 ; 0,15 mg/m 3 ; 0,43 mg/m 3. Berdasarkan nilai tersebut, kondisi perairan Teluk Bungus masih dalam keadaan normal (bagus). Bohlen & Boynton (1966) cit. Afdal dan Riyono (2008), memberikan kriteria untuk perairan teluk dan muara dengan kadar klorofil-a < 15 mg/m 3 dikategorikan ke dalam kondisi yang bagus, 15 30 mg/m 3 kategori sedang dan > 30 mg/m 3 dikategorikan ke dalam kondisi perairan yang buruk. Nilai kadar klorofil-a ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Sediadi dan Edward (2000) di Perairan Lease Maluku Tengah, Afdal dan Riyono (2008) di Teluk Jakarta, serta Wirasatriya (2011) di Teluk Toli-Toli. Nilai kadar klorofil-a dari masing-masing penelitian tersebut adalah 0,94 mg/m 3 ; 31,37 mg/m 3 ; 2,43 mg/m 3. Hal ini diduga rendahnya ketersediaan nutrien (nitrat dan fosfat) yang berimplikasi terhadap rendahnya komposisi spesies fitoplankton yang didapatkan di Teluk Bungus. Menurut Nontji (2006), kondisi lingkungan seperti ketersediaan nutrien dan komposisi spesies fitopankton akan mempengaruhi kandungan klorofil. Disamping itu, Estuarine Science (2011) menambahkan bahwa perubahan konsentrasi korofil-a dipengaruhi oleh beberapa faktor pertumbuhan fitoplankton yaitu intensitas sinar matahari, konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat), pengadukan air, suhu, serta kualitas air. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat nilai fisika kimia perairan Teluk Bungus setiap stasiun pengamatan. Suhu permukaan perairan berkisar dari 30 32 o C. Perbedaan suhu perairan terjadi karena adanya perbedaan energi matahari yang diterima oleh perairan (Nontji, 2006). Ilahude & Liasaputra (1980) berpendapat, suhu di perairan tropis umumnya berkisar dari 25,6 32,3 o C. Sedangkan tingkat kecerahan air berkisar dari 2 12 m. Kecerahan air tertinggi terdapat pada stasiun 6 (12 m) dan terendah pada stasiun 1 dan 3 masing-masing 2 m. Tingginya kecerahan air pada stasiun 6 diduga karena masih minimnya aktivitas pembangunan disekitar kawasan. Salinitas berkisar dari 9 35. Salinitas tertinggi didapatkan pada stasiun 2 (35 ) sedangkan terendah pada stasiun 4 (9 ). Stasiun 2 merupakan kawasan Pulau Kasiak di teluk bagian tengah yang letaknya relatif jauh dari muara sungai sehingga memiliki salinitas air laut pada umumnya. Sedangkan stasiun yang berdekatan dengan muara sungai memiliki salinitas rendah bahkan kurang dari 10. Jurnal BIOLOGIKA 62

Tabel 1. Hasil pengukuran faktor fisika dan kimia perairan Teluk Bungus bulan Mei 2012. Parameter Satuan Stasiun 1 2 3 4 5 6 Keterangan Suhu udara o C 30 29 28 28 28 29 Suhu permukaan o C 32 31 30 32 31 31 Kecerahan m 2 5 2 4 5 12 Salinitas 25 35 23 9 34 33 ph 7 7 7 6 7 7 tidak sesuai DO ppm 3,04 2,63 3,44 3,24 3,34 4,45 BOD5 ppm 2,33 1,92 2,83 2,43 2,73 3,64 Amoniak mg/l 0,02 0,04 0,03 0,03 0,04 0,03 Nitrit mg/l 0,05 0,07 0,04 0,05 0,04 0,04 Nitrat mg/l 0,15 0,22 0,25 0,18 0,02 0,04 Ortofosfat mg/l 0,06 0,08 0,06 0,06 0,05 0,05 nilai ambang batas (KMNLH 51/2004) sesuai nilai ambang batas (KMNLH 51/2004) sesuai nilai ambang batas (KMNLH 51/2004) tidak sesuai nilai ambang batas (KMNLH 51/2004) Silika mg/l ttd ttd ttd ttd 0,01 0,01 Keterangan : ttd = tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan) stasiun 1 : kawasan pelabuhan perikanan, penumpang, dan Polair/TNI - AL stasiun 2 : kawasan Pulau Kasiak Jurnal BIOLOGIKA 63

stasiun 3 : kawasan wisata pantai stasiun 4 : kawasan pelabuhan transit BBM Pertamina stasiun 5 : kawasan mulut teluk stasiun 6 : kawasan pembangunan PLTU Teluk Sirih Selanjutnya nilai ph air permukaan berkisar dari 6 7. Nilai ph terendah teramati pada stasiun 4 (kawasan pelabuhan transit BBM Pertamina) dengan ph 6. Nilai ph air laut tersebut lebih rendah dari ph di perairan laut pada umumnya. Air laut umumnya memiliki ph di atas 7 yang berarti bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat menjadi lebih rendah sehingga bersifat asam. Menurut Romimohtarto (1988) ph air laut permukaan untuk perairan Indonesia berkisar antara 6 8,5. Selanjutnya konsentrasi oksigen terlarut berkisar dari 2,63 ppm (stasiun 2) 4,45 ppm (stasiun 6). Nilai BOD5 air permukaan berkisar dari 1,92 ppm (stasiun 2) 3,64 ppm (stasiun 6). Hasil pengamatan kadar amonia air permukaan berkisar dari 0,02 mg/l (stasiun 1) 0,04 mg/l (stasiun 2 dan 5). Kadar nitrit berkisar dari 0,04 mg/l (stasiun 3, 5, 6) 0,07 mg/l (stasiun 2). Sedangkan kadar nitrat berkisar dari 0,02 mg/l (stasiun 5) 0,25 mg/l (stasiun 3). Kadar ortofosfat berkisar dari 0,05 mg/l (stasiun 5 dan 6) 0,08 mg/l (stasiun 2). Kadar silika berkisar dari ttd 0,01 mg/l. Tidak terdeteksinya kadar silika pada beberapa stasiun (1, 2, 3, 4) diduga rendahnya kadar silika di perairan Teluk Bungus sehingga tidak mampu dideteksi oleh alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan). Berdasarkan analisis regresi linear sederhana antara klorofila dengan beberapa parameter lingkungan yang diukur (kecerahan, salinitas, nitrat, ortofosfat, kepadatan), didapatkan hasil klorofil-a berkorelasi positif secara signifikan dengan salinitas. Nilai koefisien korelasi (r) = 0,88 dan koefisien determinasi (r 2 ) = 0,78 serta p hitung (0,007) <p 0,05. Hal ini diduga karena salinitas berkaitan dengan penyebaran sejumlah biomassa fitoplankton. Sedangkan hubungan klorofil-a fitoplankton dengan ortofosfat (r = -0,48; r 2 = 0,23) dan kecerahan (r = 0,52; r 2 = 0,27) tidak signifikan dengan masing-masing p hitung (0,34) >p 0,05 dan p hitung (0,30) >p 0,05. Begitu juga dengan hubungan klorofil-a dengan kepadatan (r = -0,30; r 2 = 0,10) tidak signifikan dengan nilai p hitung (0,60) >p 0,05. Hasil yang tidak signifikan ini diduga karena faktor-faktor tersebut belum menjadi faktor pembatas dalam menentukan konsentrasi klorofil-a di perairan. KESIMPULAN Jurnal BIOLOGIKA 64

Produktivitas primer fitoplankton termasuk dalam kategori normal (bagus) dengan kadar klorofil-a berkisar dari 0,07 0,66 mg/m 3. Kadar klorofil-a fitoplankton berkorelasi positif secara signifikan dengan salinitas (r = 0,88). DAFTAR PUSTAKA Afdal dan S.H. Riyono. 2008. Sebaran Klorofil-a dan Hubungannya dengan Eutrofikasi di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Oseana dan Limnologi Indonesia 34 (3). APHA. 1992. Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water. 18 th ed. American Public Health Association. Washington DC. Castro, P. and M.E. Huber. 2007. Marine Biology. Six th ed. McGraw-Hill Companies Inc. New York. Darlan, Y dan U. Kamiludin. 2008. Penelitian Lingkungan Pantai Dan Logam Berat Perairan Padang Pariaman dan Bungus Teluk Kabung, Sumatera Barat. Jurnal Geologi Kelautan 6 (1). Estuarine Science. 2011. Chlorophyll a. United States Environmental Protection Agency. Narragansett Bay Commission. University of Rhode Island Office of MarinePrograms.http://omp.gso.uri.edu/ompweb/doee/science/physical/chchlor 1.htm. 27 Desember 2011. Forever Green. 2010. Marine Phytoplankton a Super Food. Science Marine Phytoplankton.ResearchDocuments.http://www.mycashmiracle.com/ScienceandR esearch.pdf. 27 Desember 2011Ilahude, A.G., dan S. Liasaputra. 1980. Sebaran Normal Parameter Hidrologi di Teluk Jakarta. Dalam : Teluk Jakarta, Pengkajian Fisika, Kimia, Biologi, dan Geologi (A. Nontji dan A. Djamali eds.). LON-LIPI. Jakarta. Hasanudin, M. 2000. Distribusi Suhu dan Salinitas di Perairan Teluk Bayur dan Teluk Bungus, Sumatera Barat. Kajian Tentang Zat Hara serta Kaitannya dengan Lingkungan dan Sumber Daya Hayati. Laporan Proyek Inventarisasi Dan Evaluasi Potensi Laut Pesisir. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Oseanologi. LIPI. Jakarta. Ilahude, A.G., dan S. Liasaputra. 1980. Sebaran Normal Parameter Hidrologi di Teluk Jakarta. Dalam : Teluk Jakarta, Pengkajian Fisika, Kimia, Biologi, dan Geologi (A. Nontji dan A. Djamali eds.). LON-LIPI. Jakarta. Krismono. 2010. Hubungan Antara Kualitas Air Dengan Klorofil-a Dan Pengaruhnya Terhadap Populasi Ikan Di Perairan Danau Limboto. Jurnal Limnotek 17 (2). Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan di Bumi Tanpa Keberadaan Plankton. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Riyono, S.H. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen Dan Biota. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. LIPI. Jakarta. (1).. 2007. Beberapa Sifat Umum Dari Klorofil Fitoplankton. Jurnal Oseana XXXII Jurnal BIOLOGIKA 65

Romimohtarto, K. 1988. Pengantar Pemantau Pencemaran Laut. Status Pencemaran Laut Indonesia dan Teknik Pemantaunya. LIPI Jakarta. Sediadi, A dan Edward. 2000. Kandungan Klorofil-a Fitoplankton Di Perairan Pulau- Pulau Lease Maluku Tengah. Makalah dalam Seminar Nasional Pendayagunaan Sumberdaya Hayati Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup tanggal 3 Juni 2000 di Salatiga. Puslitbang Oseanografi LIPI. Simanjuntak, M. 2000. Kondisi Oksigen Terlarut Di Perairan Teluk Bayur Dan Teluk Bungus, Sumatera Barat. Kajian Tentang Zat Hara Serta Kaitannya Dengan Lingkungan Dan Sumber Daya Hayati. Laporan Proyek Inventarisasi Dan Evaluasi Potensi Laut Pesisir. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Oseanologi. LIPI. Jakarta. Tambaru, R dan M. F. Samawi. 2008. Penentuan Selang Waktu Inkubasi Yang Terbaik Dalam Pengukuran Produktivitas Primer Di Perairan Kepulauan Spermonde. Jurnal Torani 18 (3). Wirastriya, A. 2011. Pola Distribusi Klorofil-a dan Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Toli-Toli, Sulawesi. Buletin Oseanografi Marina 1137 (149). Jurnal BIOLOGIKA 66