LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

dokumen-dokumen yang mirip
1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER)

LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( )

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, TRIGLISERIDA, DAN UREA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Laporan praktikum biomedik 3 BM 506 METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER) Kelompok : Melya susanti Sunarti Hari/tanggal

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometri)

LAPORAN PRATIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, dan TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yunita Wannur Azah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV. : Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV

LAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) BINAYANTI NAINGGOLAN ( )

Tourniquet Swab alkohol Tempat pembuangan yang tajam Jarum EDTA Tempat pembuangan yang kena darah

Praktikum metabolisme glukosa, urea dan trigliserida (Tehnik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM 04 METABOLISME & SPEKTROFOTOMETRI

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME I (GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA) DAN SPEKTROFOTOMETRI

Laporan Praktikum METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BM 506 KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM 04 METABOLISME GLUKOSA, TRIGELISERIDA DAN UREA

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, TRIGLISERIDA, DAN UREA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM 4 METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETER) Hari/Tanggal : Kamis/11 Oktober 2012 :

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM 4. Metabolisme Glukosa, Urea dan Triglisireda (Teknik Spektrofotometri)

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETRI)

Urea - data untuk kalibrasi doubling dilution

MEMBANDINGKAN METABOLISME TRIGLISERIDA ANTARA KONSUMSI MIE AYAM DAN LONTONG PECAL

Hasil Doubling Delution Glukosa

Hasil Praktikum dan Kesimpulan. Tabel 1a: Urea - Data untuk kaliberasi Doubling Dilution. Konsentrasi Stok Urea = 100 mg/dl

Soal Latihan UTS Mata Kuliah Ketrampilan Dasar Laboratorium Biomedik 2011

METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM 4 BM 506 METABOLISME GLUKOSA,UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEHNIK SPEKTROFOTOMETRI)

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

LAPORAN PRAKTIKUM 03 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM 03 METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI

BAB IV HASIL PENGAMATAN

MEDAN, 15 DESEMBER Oleh : ERNAWATI SEMBIRING DORRA RIBTA ALAM MARA IMAM TAUFIQ SIREGAR

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

Nilai Absorbance Larutan Urea (Doubling Dilution)

HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur

PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Spektrofotometer UV /VIS

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik yang berdasarkan

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

Spektrofotometri uv & vis

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

MAKALAH Spektrofotometer

PENGENALAN SPEKTROFOTOMETRI PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN USU KARYA TULIS ILMIAH.

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

Penentuan Kadar Teofilin dalam Sediaan Tablet Bronsolvan dengan Metode Standar Adisi menggunakan Spektrofotometer UV-Visible

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

SPEKTROFOTOMETRI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

KOLORIMETRI dan SPEKTOFOTOMETRI. Imam Santosa, MT

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER)

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PERCOBAAN II PENETAPAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

Grafik Serapan Standar McFarland Scale pada Panjang Gelombang 500nm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyembuhkan atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Meskipun

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

BAB V METODOLOGI. 1.1 Alat dan bahan yang digunakan Alat yang digunakan. 1. Spektrofotometri Visible. 2. Magnetic Stirer. 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB VI PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN PRATIKUM : 1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar alatnya, kuvet, larutan standar, blanko, serta hukum Beer- Lambert dll) 2. Latihan pembuatan dan penggunaan larutan stok 3. Mengumpulkan data kadar glukosa, trigliserida dan urea darah 4. Latihan pembuatan dan interpretasi grafik 5. Persiapan untuk praktikum metabolisme II dimana akan mendesain dan melakukan percobaan yang berdasarkan teknik-teknik praktikum ini HASIL PRATIKUM : MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP DASAR MENGENAI TEKNIK SPEKTOFOTOMETRI (YAITU PRINSIP DASAR ALATNYA, KUVET, LARUTAN STANDAR, BLANKO, SERTA HUKUM BEER- LAMBERT DLL) Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm). Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di

transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hukum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, energi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer). Beberapa larutan seperti larutan Timbal (Pb2+) dalam air tidak berwarna, supaya timbul warna larutan Pb diekstraksi dengan dithizone sehingga berubah menjadi berwarna merah. Larutan berwarna merah akan menyerap radiasi pada daerah hijau. Dalam hal ini larutan Pb menunjukkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 515 nm. Beberapa isilah yang terkait dalam spektofotometri ini antara lain : Absorbansi adalah daya radiasi sinar yang diserap oleh larutan baik itu larutan baku maupun blangko Transmitan adalah daya radiasi sinar yang diteruskan atau yang keluar dari kuvet dan daya radiasi sinar yang masuk ke dalam kuvet. Kuvet adalah tempat untuk meletakkan larutan, baik larutan blangko maupun larutan baku, Drive cell adalah tempat untuk meletakkan kuvet. Blangko berfungsi untuk mengoreksi adanya sinar yang dipantulkan oleh kuvet dan sinar yang diserap oleh substituen lain. Gambar 1. Spektrofotometer Gambar 2. Kuvet G

LATIHAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN LARUTAN STOK, MENGUMPULKAN DATA KADAR GLUKOSA, TRIGLISERIDA DAN UREA DARAH DAN LATIHAN PEMBUATAN DAN INTERPRETASI GRAFIK A. GLUKOSA Siapkan 50 ml larutan glukosa 1,5 g/l (150mg/dl), maka jumlah bubuk glukosa yang dibutuhkan adalah : 50 ml/1000 ml X 1,5 gr/1000 ml = 0,075 gr Dari larutan stok tersebut dibuat pengenceran untuk kurva kalibrasi (Standar Kurva) yakni : 10 ml 80 mg/dl standard glukosa 5,34 ml glukosa 150mg/dl + 4,66 ml Aquadest 10 ml 90 mg/dl standard glukosa 6 ml glukosa 150mg/dl + 4 ml Aquadest 10 ml 100 mg/dl standard glukosa 6,67 ml glukosa 150mg/dl + 3,33 ml Aquadest 10 ml 110 mg/dl standard glukosa 7,33 ml glukosa 150mg/dl + 2,67 ml Aquadest 10 ml 120 mg/dl standard glukosa 8 ml glukosa 150mg/dl + 2 ml Aquadest Kemudian disiapkan Larutan Blanko dan standar yang diisi ke dalam kuvet : Larutan Blanko : Terdiri dari Reagen Glucosa 1000 µl Larutan Standar :Terdiri dari Reagen Glucosa 1000 µl + Larutan standar 10 µl Kemudian salah satu larutan pengenceran dari Larutan stok (10 ml 100 mg/dl standard glukosa) di periksa dengan spektrofotometer untuk menilai panjang gelombang maksimum yang akan digunakan untuk mengukur nilai absorban dari sampel. Dari hasil pengukuran spektrofotometer diperoleh panjang gelombang maksimum : λ = 479 nm

Data untuk kurva kalibrasi : Konsentrasi [mg/dl] Absorbansi Konsentrasi (mg/dl) 80 0,191 37,70 90 0,211 39,44 100 0,535 100 110 0,315 58,88 120 0,226 42,24 Dari data diatas dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut : 0.6 0.5 0.535 0.4 y = 0.017x + 0.243 R² = 0.037 0.3 0.315 Series1 0.2 0.191 0.211 0.226 Linear (Series1) 0.1 0 37.7 39.44 100 58.88 42.24 Keterangan grafik : Sumbu x adalah konsentrasi glukosa dalam mg/dl Sumbu y adalah absorbansi larutan glukosa Kesimpulan dari grafik : 1. Grafik pemeriksaan Absorbansi konsentrasi glukosa pada kedua grup menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan hukum Beer-Lambert A = εdc. Nilai absorbansi yang didapatkan tidak berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa yang diperiksa, terlihat pada beberapa titik konsentrasi tidak berbanding lurus dengan A. Nilai absorbansi yang tidak linear ini disebabkan kurang homogennya larutan pada kuvet yang mempengaruhi konsentrasi larutan.

2. Volume larutan glukosa yang dibutuhkan sangat sedikit yaitu 10 μl sehingga kemungkinan pada saat memasukkan ke dalam tabung reaksi larutan tidak seluruhnya bercampur dengan reagen, selain itu waktu persiapan sampel di cuvet dengan pengukuran absorbansi di spektrofotometer juga lama yang mengakibatkan larutan kurang homogen. Kesalahan juga dapat terjadi pada saat pengkalibrasian spektrofotometer yang digunakan 3. Nilai R = 0,037 menunjukkan bahwa pengukuran konsentrasi dengan cara kalibrasi tidak cukup baik dilakukan pada praktikum ini. Dengan menggunakan panjang gelombang maksimum λ = 500 nm diukurlah sampel glukosa. Sampel glukosa yang digunakan berasal dari serum darah dan pengenceran glukosa Sampel serum darah ~ 1 ml darah diambil ke dalam wadah yang berisi EDTA. Menggunakan alat sentrifugasi klinik untuk memisahkan sel-sel darah dari plasma. Akan diperoleh ± 500µl plasma tapi hanya 10µl dibutuhkan untuk pemeriksaan glukosa, protein dan urea. Pengenceran glukosa 5% Pengenceran Perhitungan 0,1X 1 ml larutan glukosa 5% + 9 ml aquadest 0,01X 1ml larutan 0,1X + 9 ml Aquadest 0,001X 1ml larutan 0,01X + 9 ml Aquadest 0,3X 3 ml larutan glukosa 5% + 7ml aquadest 0,03X 3 ml larutan 0,3X + 7 ml aquadest 0,003X 3 ml larutan 0,03X + 7 ml aquadest Faktor 2 Faktor 4 Faktor 8 Faktor 16 Faktor 32 1 ml larutan glukosa 5% + 1ml Aquadest 1 ml larutan glukosa 5% + 3 ml Aquadest 3ml 1 ml larutan glukosa 5% + 7 ml Aquadest 1 ml larutan glukosa 5% + 15 ml Aquadest 1 ml larutan glukosa 5% + 31 ml Aquadest

Faktor 64 Faktor 128 1 ml larutan glukosa 5% + 63 ml Aquadest 1 ml larutan glukosa 5% + 127ml Aquadest Sampel tersebut diukur kadarnya dengan Spektrofotometri dengan panjang gelombang λ = 500 nm sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : ABSORB KONSENTRASI KONSENTRASI No SAMPEL AN (ABS) DENGAN RUMUS PADA KIT REGENSIA PREDIKSI ( mg/dl ) ( mg/dl ) 1 Sampel serum darah 0,225 90,36-2 Pengenceran 0,1X 0,306 122,89 15 3 Pengenceran 0,01X 0,246 98,79 1,5 4 Pengenceran 0,001X 0,023 9,23 0,15 5 Pengenceran 0,3X 0,208 83,53 45 6 Pengenceran 0,03X 0,218 87,55 4,5 7 Pengenceran 0,003X 0,234 93,97 0,45 8 Pengenceran Faktor 2 0,215 86,34 75 9 Pengenceran Faktor 4 0,203 81,52 37,5 10 Pengenceran Faktor 8 0,262 105,22 18,75 11 Pengenceran Faktor 16 0,317 130,45 9,375 12 Pengenceran Faktor 32 0,243 97,59 4,687 13 Pengenceran Faktor 64 0,242 97,18 2,343 14 Pengenceran Faktor 128 0,114 45,78 1,171 Dari hasil pengukuran serapan dari beberapa sampel glukosa yang diencerkan, dapat dihitung konsentrasi glukosa dengan menggunakan rumus reagensia kit, yaitu:

absorban Konsentrasi glukosa (mg/dl ) = Absorbansi sampel X Konsentrasi standard (mg/dl) Absorbansi standard Dengan konsentrasi standard yang digunakan adalah larutan glukosa stok dengan konsentrasi glukosa 100 mg/dl, dan panjang gelombang λ = 500 nm. Konsentrasi prediksi dihitung dengan menggunakan larutan glukosa stok 150 mg/dl yang diencerkan dengan beberapa konsentrasi pengenceran. Dari tabel hasil pengamatan, didapatkan : 1. Perbedaan konsentrasi glukosa sampel yang dihitung dengan reagensia kit dibandingkan dengan konsentrasi glukosa sampel yang diprediksi sangat jauh, artinya konsentrasi glukosa yang di periksa menggunakan spektrofotometri jauh lebih besar daripada konsentrasi glukosa yang dihitung manual. Hal ini disebabkan larutan yang diperiksa dalam kuvet tidak tercampur merata. 2. Konsentrasi glukosa dengan pengenceran 0,003x lebih besar daripada konsentrasi glukosa dengan pengenceran 0,03x, hal ini disebabkan kesalahan dalam pengenceran larutan. 3. Konsentrasi glukosa pada pengenceran 32x dan konsentrasi glukosa pada pengenceran 64x menunjukkan sedikit perbedaan, yang seharusnya konsentrasi glukosa dengan pengenceran 64x adalah ½ dari konsentrasi glukosa pada pengenceran 32x. Hal ini disebabkan kesalahan dalam membuat pengenceran atau saat pengukuran dengan spektrofotometer. grafik hubungan konsentrasi glukosa dengan rumus reagen kit dan absorbansi 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 0 50 100 150 konsentrasi glukosa (mg/dl) y = 0.002x + 0.013 R² = 0.989 absorbansi Linear (absorbansi)

Dari grafik diatas apabila dibandingkan dengan grafik kurva konsentrasi glukosa dengan kalibrasi, maka disimpulkan : Mencari konsentrasi glukosa menggunakan rumus dari reagensia kit, nilai R = 0,989, menunjukkan ketepatan yang lebih baik daripada mencari konsentrasi glukosa menggunakan cara kalibrasi ( R = 0,037 ) B. UREA Larutan stok urea : siapkan 10 ml larutan urea pada kadar 1,0 g/l atau 100mg/dl maka jumlah bubuk urea yang dibutuhkan adalah : 10/1000 = 0,01 gr Dari larutan stok tersebut dibuat pengenceran untuk kurva kalibrasi (Standar Kurve) yakni: 10 ml 20 mg/dl standard urea 2 ml urea 100mg/dl + 8 ml Aquadest 10 ml 30 mg/dl standard urea 3 ml urea 100mg/dl + 7 ml Aquadest 10 ml 40 mg/dl standard urea 4 ml urea 100mg/dl + 6 ml Aquadest 10 ml 50 mg/dl standard urea 5 ml urea 100mg/dl + 5 ml Aquadest 10 ml 60 mg/dl standard urea 6 ml urea 100mg/dl + 4 ml Aquadest Kemudian disiapkan Larutan Blanko dan standar yang diisi ke dalam kuvet : Larutan Blanko : Terdiri dari Reagen Urea 1000 µl Larutan Standar :Terdiri dari Reagen Urea 1000 µl + Larutan standar 10 µl Kemudian salah satu larutan pengenceran dari Larutan stok (10 ml 40 mg/dl standard Urea) di periksa dengan spektrofotometer untuk menilai panjang gelombang maksimum yang akan dipakai untuk mengukur nilai absorban dari sampel Dari hasil pengukuran spektrofotometer diperoleh panjang gelombang maksimum : λ = 689,5 nm

absorbansi Data untuk kurva kalibrasi : Konsentrasi [mg/dl] Absorbansi Konsentrasi (mg/dl) 20 0.139 38,61 30 0.260 72,22 40 0.144 40 50 0.215 59.72 60 0.190 52,77 Dari data diatas dibuat grafik sebagai berikut : 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 grafik hubungan konsentrasi urea dengan kalibrasi dan absorbansi 0 0 2 4 6 y = 0.005x + 0.172 R² = 0.031 absorbansi Linear (absorbansi) konsentrasi urea dalam puluhan (mg/dl) Dari grafik diatas disimpulkan : 1. Praktikan tidak dapat membuktikan hukum Beer-Lambert, dimana absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. grafik diatas menunjukkan tidak adanya konsistensi peningkatan konsentrasi terhadap peningkatan absorbansi. 2. Kesalahan hasil pembuktian hokum Beer- Lambert dalam praktikum ini disebabkan ketidakhomogenan larutan pada kuvet atau faktor suhu ruangan yang tinggi yang mempengaruhi larutan.

3. Nilai R = 0,031 menunjukkan cara mencari konsentrasi urea dengan cara kalibrasi kurang baik, karena nilai 0,031 jauh dari nilai 1,00. Dengan menggunakan panjang gelombang maksimum λ = 600 nm diukurlah sampel untuk memeriksa Urea. Sampel Urea yang digunakan berasal dari serum darah Sampel serum darah ~ 1 ml darah diambil ke dalam wadah yang berisi EDTA. Menggunakan alat sentrifugasi klinik untuk memisahkan sel-sel darah dari plasma. Akan diperoleh ± 500µl plasma tapi hanya 10µl dibutuhkan untuk pemeriksaan urea. Dari pemeriksaan spektrofotometri diperoleh hasil sebagai berikut : Sampel Absorbansi Konsentrasi Sampel plasma 0,167 127,23 mg/dl C. TRIGLISERIDA Siapkan Larutan Blanko dan standar yang diisi ke dalam kuvet : Larutan Blanko : Terdiri dari Reagen Trigliserida 1000 µl Larutan Standar :Terdiri dari Reagen Trigliserida1000 µl + Larutan standar 10 µl Dengan menggunakan panjang gelombang λ = 500 nm tersebut diukurlah sampel Trigliserida. Sampel Trigliserida yang digunakan berasal dari serum darah Sampel serum darah ~ 1 ml darah diambil ke dalam wadah yang berisi EDTA. Menggunakan alat sentrifugasi klinik untuk memisahkan sel-sel darah dari plasma. Akan diperoleh ± 500µl plasma tapi hanya 10µl dibutuhkan untuk pemeriksaan Trigliserida.

Dari Hasil pemeriksaan diperoleh data sebagai berikut : Sampel Absorbansi Konsentrasi Sampel plasma1 0.241 (0.241/0.304) x 200 = 158,55 mg/dl (yunita) Sampel plasma 2 (kirana) 0.313 (0.313/0.304) x 200 = 205,92 mg/dl Konsentrasi dapat diperoleh melalui rumus sebagai berikut ; Konsentrasi sampel = Absorban sampel X Konsentrasi Standar Absorban Standar Dari data tersebut dapat dibuat grafik sebagai berikut : 250 Perbandingan konsentrasi trigliserida terhadap 2 0rang sampel 200 150 100 50 158.55 205.92 konsentrasi 0 yunita kirana

Hasil Pengukuran Kadar Sampel Glukosa-Urea-Trigliserida Seluruh Kelompok Detil Mahasiswa Detail Mhs (berapa Glukosa Trigliserida Urea lama sejak makan, jenis kelamin, umur) A Kadar (mg/dl) A Kadar (mg/dl) A Kadar (mg/dl) 1. Yunita, 28 tahun 0,241 158,5 0,311 236,95 ( makan ifumi 1 jam sebelum diambil sampel darahnya ) 2. Kirana, 32 tahun 0,197 0,041 0,313 205,9 ( makan nasi putih + ikan teri sambal + susu, 3 jam sebelum diambil sampel darahnya ) Kesimpulan : Kadar trigliserida serum kirana lebih tinggi daripada yunita. Hal ini disebabkan perbedaan jenis, banyak makanan yang dimakan dan jarak waktu makan dan pengambilan sampel serum. Selain itu juga bisa disebabkan kesalahan dalam pembuatan persiapan sampel yang akan diukur

TRIGLISERIDA Kadar trigliserida yang diperoleh dari hasil pengukuran sampel darah tertinggi mencapai 205,9 mg/dl dengan menu sepiring nasi beserta lauk dan segelas susu waktu 3 jam sebelumnya. Makanan yang dikonsumsi akan masuk ke dalam tubuh untuk diolah dalam sistem pencernaan. Dalam proses tersebut, makanan yang mengandung lemak dan kolesterol akan diurai secara alami menjadi trigliserida, kolesterol, asam lemak bebas, dan fosfolipid. Senyawa-senyawa di atas akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Karena sifatnya yang sukar larut dalam cairan seperti darah, kolesterol bekerja sama dengan protein membentuk partikel yang bernama lipoprotein. Dalam bentuk inilah kolesterol dan lemak yang ada disalurkan ke seluruh tubuh. Trigliserid adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium terhadap trigliserid (Normal < 150 mg/dl ;Batas tinggi 150 199 mg/dl ;Tinggi 200 mg/dl).. UREA Urea ( juga dikenal sebagai karbamid ) merupakan produk limbah dari banyak organisme hidup, dan merupakan komponen organik utama urin manusia. Hal ini karena pada akhir rantai reaksi yang memecah asam amino yang membentuk protein. Asam amino dimetabolisme dan diubah dalam hati menjadi amonia, CO2, air dan energi. Tapi amonia merupakan racun bagi sel-sel, sehingga harus dikeluarkan dari tubuh. Seorang dewasa biasanya mengeluarkannya sekitar 25 gram urea per hari. Setiap kondisi yang mengganggu penghapusan urea oleh ginjal dapat menyebabkan uremia, penumpukan urea dan limbah nitrogen lainnya dalam darah yang bisa berakibat fatal. Untuk membalikkan kondisi, baik penyebab gagal ginjal harus dihapus dengan menjalani dialisis darah untuk menghapus kotoran dari darah. Saran : Sebaiknya peralatan di laboratorium ditambah agar semua praktikan bisa melakukan kegiatan praktikum secara bersamaan.