Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dan Aktivitas Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII A SMP PGRI BAGELEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTORIAL RIDDLE

BAB III METODE PENELITIAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan hasil penelitian, maka

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah

BAB III METODE PENELITIAN

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PBM PADA SISWA KELAS XI MM1 SMK TKM TEKNIK KEBUMEN

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD

Mika Hikmaya Sari* Yudi Budianti* Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, Metode Pemecahan Masalah Model Polya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 04

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TEROPONG KELAS IV SD

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENURUNKAN KESULITAN BELAJAR ANAK KELAS V DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KHUSUSNYA PERKALIAN DI SDN GELAM 1 SIDOARJO

PENERAPAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-H SMP NEGERI 7 MALANG

Oleh: ENUNG KARNENGSIH NIP

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh:

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan

Penerapan Metode Demonstrasi Dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Bumi di Kelas IV SDN No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan persiapan-persiapan yang

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digambarkan sebagai berikut : Perencanaan I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

PROSIDING ISBN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN ALAT PERAGA GARIS BILANGAN SISWA KELAS V SDN 2 SIDOHARJO POLANHARJO KLATEN TAHUN AJARAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERAIF TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII-G SMP NEGERI 9 MALANG ARTIKEL

IMPLEMENTASI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SD NEGERI CIKUYA 01 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 02

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Menjelaskan arti pecahan dan urutannya

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI SIKLUS ACE PADA PEMBELAJARAN KIMIA Oleh I Wayan Soma 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 9 Metro Barat. Penelitian dilaksanakan di kelas IVA semester ganjil Tahun. pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan.

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju Utara

Oleh: Katriani SD Negeri 3 Margomulyo Trenggalek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA KELAS V SDN INPRES CENGGU

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Oleh : SULASTRI ESTININGSIH NIM. A54A100137

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Peningkatan Keaktifan, Pemecahan Masalah dan Keterampilan Belajar Matematika Menggunakan Strategi Bermain Jawaban Berbantu Finding My Secret Word

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus

Anggraini, Gandung Sugita Kata Kunci: Tutor Sebaya, Penguasaan mahasiswa, Struktur Aljabar I

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Kemmis & Mc. Taggart (Basrowi, 2008: 26) memandang PTK sebagai

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP SIKLUS HIDUP TUMBUHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN MENGGUNAKAN escendol.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri secara kolaboratif dan

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Ogowele Pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Pada Hewan Melalui Penerapan LKS Bergambar

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMAKASIH...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dan Aktivitas Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Subanindro SDN 2 Loktabat Selatan bapaksubanindro@gmail.com PM - 133 Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dan aktivitas belajar siswa kelas II-C SDN Idaman Kota Banjarbaru. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah di kelas II-C SDN Idaman Kota Banjarbaru. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti. Tindakan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari tes evaluasi kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika, dan lembar observasi aktivitas belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan pelaksanaan tes evaluasi kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika, dan observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dan aktivitas belajar siswa. Peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dan aktivitas belajar siswa ditunjukkan dengan: (a) nilai rata rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika meningkat dari 64 pada siklus 1 menjadi 79 pada siklus 2, (b) nilai rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat dari 58 pada siklus 1 menjadi 74 pada siklus 2. Kata kunci: soal cerita, pembelajaran berbasis masalah I. PENDAHULUAN Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan pada era global saat ini. Untuk menjamin kualitas sumber daya manusia yang handal diperlukan pendidikan yang berkualitas [1]. Pendidikan yang berkualitas adalah bentukan proses panjang dari pembelajaran yang selama ini diterapkan pada semua tingkatan. Kalau dirunut, inti dari pembelajaran sejatinya adalah hasil belajar itu sendiri. Hasil belajar yang diperoleh siswa misalnya, dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya penggunaan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang baik ditandai adanya interaksi antara guru dengan siswa, interaksi siswa dengan materi (konsep), interaksi siswa dengan siswa dan seterusnya. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran harus berpusat pada siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Sehingga diharapkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dalam mencapai tujuan pembelajaran. Adapun standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika di sekolah dasar diantaranya adalah memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Kenyataan di lapangan aktivitas belajar dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika masih rendah. Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas II-C SDN Idaman Kota Banjarbaru, pada tahun pelajaran 2013-2014, dapat diketahui bahwa selama pembelajaran masih banyak siswa yang malu bertanya, belum biasa mengungkapkan pendapat, keberanian untuk menjawab pertanyaan kurang, dan tidak dapat mengintegrasikan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah, terutama yang berkaitan dengan soal-soal cerita pada materi pengerjaan hitung bilangan. Selama ini pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran konvensional, dengan metode pembelajaran ekspositori. Namun aktivitas belajar siswa masih belum maksimal, dan sebanyak 33% siswa kemampuan menyelesaikan soal ceritanya masih pada kualifikasi kurang. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untu mengatasi hal tersebut adalah Problem Based Learning atau model pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembelajaran berbasis masalah ini yang karakteristiknya memang dikembangkan utamanya untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir pemecahan masalah dan keterampilan intektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dan pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pelajar yang otonom dan mandiri [2]. 935

ISBN. 978-602-73403-0-5 Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah: (1) apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah di kelas II-C SDN Idaman Kota Banjarbaru dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa; (2) apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah di kelas II-C SDN Idaman Kota Banjarbaru dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada materi pengerjaan hitung bilangan melalui model pembelajaran berbasis masalah di kelas II-C SDN Idaman Kota Banjarbaru; (2) meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pengerjaan hitung bilangan melalui model pembelajaran berbasis masalah di kelas II-C SDN Idaman Kota Banjarbaru. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: (1) bagi siswa, yaitu dapat memahami konsep-konsep matematika yang ditemukan sendiri melalui pemecahan masalah yang diberikan; (2) bagi guru, yaitu meningkatkan kemampuan menerapkan stategi pembelajaran yang berbasis masalah, dan meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran yang mengarah sebagai fasilitator di kelas. II. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart [3]. Penelitian yang dicirikan adanya rencana awal/perencanaan, tindakan atau pelaksanaan/observasi, refleksi dan seterusnya membentuk suatu siklus. B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014-2015. Dimulai dari bulan Februari dan berakhir pada bulan April 2015. C. Subyek dan Obyek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas II-C SDN Idaman Kota Banjarbaru yang berjumlah 26 orang, yang terdiri dari 13 laki-laki dan 13 perempuan. Sedangkan objek penelitian adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dan aktivitas belajar. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data tentang kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika digunakan teknik tes, sedangkan untuk mendapatkan data tentang aktivitas belajar siswa digunakan teknik observasi. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar tes tertulis dan lembar observasi. F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan langkah-langkah untuk mendapatkan nilai rata-rata kelas baik kemampuan menyelesaikan soal cerita (KMSC) maupun aktivitas belajar siswa (ABS). Langkahlangkahnya adalah sebagai berikut: a. Data diperoleh dari pelaksanaan siklus I dan siklus II. b. Data siklus I dan data siklus II berupa nilai akhir masing-masing siswa (KMSC dan ABS). c. Nilai akhir masing-masing siswa digunakan untuk menentukan nilai rata-rata kelas. G. Prosedur Penelitian Pada penelitian ini dilakukan 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Materi siklus 1 adalah perkalian, sementara materi siklus 2 adalah pembagian. Langkah-langkah setiap siklus terdiri perencanaan, pelaksanaan/observasi, dan refleksi. Kegiatan perencanaan meliputi: 1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran; 2) membuat instrumen tes kemampuan menyelesaikan soal cerita dan instrumen observasi kegiatan belajar siswa. Pelaksanaan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa pada saat pembelajaran berlangsung untuk melihat aktivitas belajar siswa. Refleksi dilakukan pada akhir siklus 1 untuk melihat hasil dari kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dan kegiatan belajar siswa yang telah dilaksanakan. Kemudian hasil dari refleksi pada siklus pertama merupakan acuan bagi peneliti untuk melakukan tindakan pada siklus selanjutnya (siklus 2). Selanjutnya pada siklus 2 melakukan perubahan tindakan pada proses belajar mengajar terhadap kekurangan yang terjadi pada siklus 1 sehingga hasil pembelajaran berbasis masalah akan menjadi lebih baik sesuai dengan harapan dan tujuan yang ingin dicapai. 936

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 H. Indikator Penelitian Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah: a. Indikator kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah, terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus 1 ke siklus 2. b. Indikator keberhasilan aktivitas belajar siswa adalah, terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus 1 ke siklus 2. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Tindakan 1. Siklus 1 Pada siklus pertama dimulai dari tahap persiapan/pelaksanaan yaitu membuat RPP berdasarkan model pembelajaran berbasis masalah. Selanjutnya mempraktekkan RPP untuk pertemuan 1, guru mempraktekkan satu demi satu secara urut, mulai dari penyampaian tujuan pembelajaran, materi pokok yang dipelajari, melakukan apersepsi, sampai memberikan motivasi. Motivasinya berupa pengajuan masalah yang perlu diselesaikan oleh para siswa. Masuk pada kegiatan inti, guru mengatur para siswa bekerja secara kelompok, sekaligus meminta siswa untuk mendiskusikan lembar permasalahan yang harus dikerjakan. Di tengah suasana diskusi internal kelompok, guru sambil membimbing para siswa, mengamati, berkeliling, memfasilitasi para siswa seandainya terdapat kesulitan dalam pemahaman masalah. Memang kemudian terbukti adanya, para siswa ternyata masih menemui kesulitan dalam pemahaman masalah. Dalam arti, para siswa belum menuliskan data apa yang diketahui, dan apa yang ditanyakan. Dari jawaban akhir sudah tepat, namun ketika ditanyakan kepada mereka, caranya bagaimana, maka para siswa banyak yang tidak menuliskannya. Berikutnya pada tahap penyajian, guru meminta perwakilan tiap kelompok menyampaikan hasil diskusi. Terlihat awalnya masih ada siswa yang agak malu-malu ke depan untuk mempresentasikan, tapi akhirnya tiap perwakilan kelompok berani membacakan hasil jawaban terhadap lembar permasalahan yang diberikan. Rata-rata jawaban akhir tiap kelompok sudah tepat disampaikan. Guru kemudian mempersilahkan kelompok yang lain untuk menanggapi, tapi tidak satupun kelompok lain yang memberikan tanggapan. Pada bagian penutup, guru mengingatkan dengan meminta siswa untuk berani menuliskan cara tanpa takut salah. Pada tahap ini, guru menegaskan bahwa cara boleh berbeda dan tetap dihargai. Selanjutnya, guru dan siswa menarik kesimpulan terhadap apa-apa yang telah dipelajari. Tidak lupa guru mempersilahkan para siswa untuk bertanya. Sampai disini para siswa tidak ada yang bertanya, kemudian guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Pelaksanaan pertemuan 2 hampir sama dengan pelaksanaan pertemuan 1. Kejadian yang menarik terjadi pada tahap presentasi. Ada salah seorang siswi, yang dianggap oleh temannya jarang maju ke de depan, juga dibuat berani untuk maju. Meskipun, presentasinya hanya membaca soal, dan membacakan jawaban akhir, guru tetap menghargai. Sampai tiap-tiap kelompok bergantian presentasi, presentasinya mirip dengan salah seorang yang disebutkan tadi. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Adapun evaluasi siklus 1 dilaksanakan setelah pertemuan 2 berlangsung. Lalu tahap refleksi, pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan RPP pada siklus 1. Pada siklus 1 nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah belum menggembirakan. Diduga penyebab rendahnya nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah kebanyakan siswa kesulitan memahami masalah. Nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita juga masih rendah. Rendahnya nilai rata-rata ini diduga disebabkan para siswa masih enggan menuliskan cara jawab soal dan hanya mengandalkan jawaban akhir tanpa cara. Inilah temuan yang sangat penting. Oleh karena itu, guru perlu memberikan solusi terbaik untuk perbaikan RPP pada siklus 2. 937

ISBN. 978-602-73403-0-5 2. Siklus 2 Pada siklus 2 telah diawali dari perbaikan terhadap RPP sebelumnya. RPP yang dibuat benar-benar diberikan penegasan. Kemudian guru melaksanakan RPP hasil perbaikan dengan sungguh-sungguh. Langkah-langkahnya pembelajaran dipraktekkan sesuai dengan siklus sebelumnya berdasarkan model pembelajaran berbasis masalah dan ditambahkan perlakuan sesuai hasil perbaikan diikuti setahap demi setahap dari awal sampai akhir dengan benar. Guru mendemonstrasikan terhadap permasalahan yang diajukan dengan melibatkan mereka. Di samping itu, guru menekankan dan menyampaikan inti permasalahan kepada para siswa, bahwa para siswa masih lemah dalam dua hal dan harus diperbaiki; menuliskan apa yang diketahui dan menuliskan apa yang ditanyakan. Hal-hal itu haruslah menjadi skala prioritas untuk disampaikan kepada siswa. Guru mengingatkan dan menegaskan agar siswa menjawab dengan langkah-langkah menyelesaikan masalah, yang meliputi: apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, cara jawabnya, dan cara menuliskan jawaban akhir, atau ditulis urutan, (Diketahui:, Ditanya:, Jawab: Jadi,.) dan guru menuliskannya di papan tulis. Tidak lupa, guru menerangkan caranya agar para siswa terinspirasi untuk menulis dengan benar. Ditambahkan pula, guru engulang-ulang dan mempertegas agar siswa menggunakan strategi dengan benar dan dalam melakukan perhitungan harus lebih berhati-hati, dan mengurangi kesalahan perhitungan. Sementara observasi tetap dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi pada siklus 2, menunjukkan adanya peningkatan yang berarti, jika dilihat dari nilai rata-rata aktivitas belajar siswa.demikian juga, dari sisi evaluasi kalau dilihat dari nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita, tampak adanya peningkatan. Pada hasil refleksi siklus 2 ini semakin menegaskan bahwa nilai ratarata kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat ditingkatkan dari siklus sebelumnya, artinya penelitian sudah dapat dikatakan berhasil. Persoalan yang selama ini dihadapi siswa benar-benar dapat diberikan solusinya. B. Hasil Penelitian 1. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Nilai rata-rata KMSCdapat dilihat pada Tabel 1. TABEL 1. NILAI RATA-RATA KMSC SIKLUS 1 DAN 2 Siklus Nilai rata-rata KMSC 1 64 2 79 2. Aktivitas Belajar Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus 1 dan 2 dapat ditunjukkan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 1 dan 2 sebagai berikut: TABEL 2. NILAI RATA-RATA AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA SIKLUS 1 DAN 2 Pertemuan Nilai Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 Siklus 2 1 53 64 2 64 84 Rata-rata 58 74 938

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 C. Pembahasan 1. Data Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Data hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa dapat dilihat pada gambar 1. Hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika menunjukan peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Ratarata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siklus 1 adalah 64. Rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siklus 2 adalah 79. Oleh karena itu, indikator keberhasilan penelitian terpenuhi, karena telah terjadi peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi [4], Ermawati [5] dan dan Fajarwati [6]. Intinya bahwa melalui model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa. Temuan-temuan di lapangan pada siklus 1 yang menarik, di antaranya: (1) pentingnya mengingatkan dan menegaskan agar siswa menjawab dengan langkah-langkah menyelesaikan masalah dan guru perlu menuliskannya di papan tulis; (2) guru perlu menerangkan caranya agar para siswa terinspirasi untuk menulis dengan benar; (3) pentingnya mendemonstrasikan permasalahan yang di ajukan dengan melibatkan siswa; (4) guru perlu mengulang-ulang dan mempertegas agar siswa menggunakan strategi dengan benar dan dalam melakukan perhitungan harus lebih teliti, berhati-hati, dan mengurangi kesalahan perhitungan. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus 1 Siklus 2 Nilai Rata-rata Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa GAMBAR 1. DIAGRAM NILAI RATA-RATA KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA Temuan-temuan tersebut didapatkan dengan melihat aspek-aspek kemampuan menyelesaikan masalah soal cerita pada siklus 1. Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dilihat dari kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa digunakan dan diadaptasikan dari Subaidah [7] yaitu: (1) membaca soal dengan teliti untuk dapat menetukan makna kata dari kata kunci di dalam soal; (2) memisahkan dan menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan; (3) menentukan metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal cerita; (3) menyelesaikan soal cerita menurut aturan-aturan matematika, sehingga mendapatkan jawaban dari masalah yang dipecahkan; (4) menulis jawaban dengan tepat. Dari lembar jawaban tes tertulis siklus 1, memang aspek yang kurang dari para siswa adalah aspek nomor 2 yaitu para siswa masih kurang dalam hal memisahkan dan menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan serta aspek nomor 3 para siswa masih enggan menulis caranya dan cenderung langsung menuliskan jawaban akhirnya. 939

ISBN. 978-602-73403-0-5 2. Data Observasi Aktivitas Belajar Siswa Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 5.1. Diagram Rata-rata Aktivitas Belajar 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus 1 Siklus 2 Nilai Rata-rata Aktivitas Belajar GAMBAR 2. DIAGRAM NILAI RATA-RATA AKTIVITAS BELAJAR Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 1 adalah 58. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 2 adalah 74. Oleh karena itu, indikator keberhasilan penelitian terpenuhi, karena telah terjadi peningkatan aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Majid [8], Arifah [9] dan Pratiwi [10]. Ketiga penelitian tersebut juga menegaskan bahwa melalui pembelajaran berbasis masalah disimpulkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Catatan yang penting dan menarik dari aktivitas belajar siswa adalah pada siklus 1. Jika dilihat dari aspek-aspek aktivitas belajar siswa berdasarkan kategori Fauzi [11]: (1) mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau teman dengan aktif; (2) membaca/memahami masalah kontekstual di Buku Siswa atau LKS; (3) menyelesaikan masalah/menemukan cara dan jawaban masalah; (4) menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau teman; (5) berdiskusi/bertanya kepada teman atau guru; dan (6) menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep. Terbukti, aspek yang nilainya terendah dalam siklus 1 adalah aspek nomor 2 yaitu aspek membaca/memahami masalah kontekstual. Hal ini dapat diamati dari pembelajaran pada saat diberikan lembar permasalahan. Kebanyakan siswa belum menuliskan jawaban secara lengkap dan belum menuliskan caranya. Dari temuan ini kemudian peneliti untuk memberikan tambahan penekanan pada model pembelajaran berbasis masalah untuk diterapkan pada siklus 2 seperti yang dibahas dalam temuan pada hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa. 3. Catatan Hasil Refleksi Antarsiklus Pertama, pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan RPP pada siklus 1. Pada siklus 1 nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 58. Diduga penyebab rendahnya nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah kebanyakan siswa kesulitan memahami masalah. Inilah temuan yang sangat penting. Oleh karena itu, guru perlu memberikan demonstrasi dengan melibatkan siswa dan pemahaman kepada para siswa pentingnya memahami masalah. Berarti pada siklus 2, dalam pembelajaran nantinya guru perlu mendemonstrasikan terhadap permasalahan yang diajukan dengan melibatkan mereka. Di samping itu, guru perlu menekankan dan menyampaikan inti permasalahan kepada para siswa, bahwa para siswa masih lemah dalam dua hal dan harus diperbaiki; menuliskan apa yang diketahui dan menuliskan apa yang ditanyakan. Hal-hal itu haruslah menjadi skala prioritas untuk disampaikan kepada siswa. Tampaknya guru perlu mengingatkan dan menegaskan agar siswa menjawab dengan langkah-langkah menyelesaikan masalah, yang meliputi: apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, cara jawabnya, dan cara menuliskan jawaban akhir, atau ditulis urutan, (Diketahui:, Ditanya:, Jawab: Jadi,.) dan guru menuliskannya di papan tulis. Tidak lupa, guru perlu menerangkan caranya agar para siswa terinspirasi untuk menulis dengan benar. Dengan pemberian demonstrasi dan pemahaman kepada siswa pentingnya memahami masalah seperti yang dijelaskan di atas, harapannya adalah nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 2 meningkat jika dibandingkan dengan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 1. Karena penelitian ini dikatakan berhasil manakala adanya peningkatan nilai rata-rata aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2. 940

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Demikian juga, pada siklus 1 nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita masih rendah. Rendahnya nilai rata-rata ini diduga disebabkan para siswa masih enggan menuliskan cara jawab soal dan hanya mengandalkan jawaban akhir tanpa cara. Solusi untuk mengatasi ini, RPP untuk siklus 2 perlu mencantumkan secara khusus yaitu mengingatkan kepada para siswa tentang langkah-langkah menyelesaikan masalah seperti yang diterangkan di atas. Ditambahkan pula, guru perlu mengulang-ulang dan mempertegas agar siswa menggunakan strategi dengan benar dan dalam melakukan perhitungan harus lebih berhati-hati, dan mengurangi kesalahan perhitungan. Dengan langkah seperti itu, diharapkan nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siklus 2 naik jika dibandingkan dari nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siklus 1. Penelitian juga dikatakan berhasil tatkala terjadinya peningkatan nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita dari siklus 1 ke siklus 2. Kedua, berdasarkan hasil observasi pada siklus 2, menunjukkan adanya peningkatan yang berarti, jika dilihat dari nilai rata-rata aktivitas belajar siswa. Hal ini menunjukkan pengendalian guru dalam arti penekanan-penekanan apa yang seharusnya diberikan guru sudah tepat, memberikan dampak yang baik bagi peningkatan aktivitas belajar siswa. Pada refleksi siklus 1 dinyatakan jika nilai rata-rata aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan pada siklus 2, maka penelitian dapat dikatakan berhasil. Demikian juga, kalau dilihat dari nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita, tampak adanya peningkatan. Pada refleksi siklus 1 juga dinyatakan jika nilai rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita dapat ditingkatkan pada siklus 2, maka penelitian dapat dikatakan berhasil. Persoalan yang selama ini dihadapi siswa benar-benar dapat diberikan solusinya. Pemberian perlakuan 4 hal yang dicantumkan dalam RPP dan dilaksanakan dalam pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Keempat hal itu adalah sebagai berikut: a. Guru mengingatkan dan menegaskan agar siswa menjawab dengan langkah-langkah menyelesaikan masalah dengan urutan (Diketahui:, Ditanya:, Jawab:, Jadi,. ) dan guru menuliskannya di papan tulis. b. Guru menerangkan caranya agar para siswa terinspirasi untuk menulis dengan benar. c. Mendemonstrasikan permasalahan di atas dengan melibatkan siswa. d. Guru perlu mengulang-ulang dan mempertegas agar siswa menggunakan strategi dengan benar dan dalam melakukan perhitungan harus lebih berhati-hati, dan mengurangi kesalahan perhitungan. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa, kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dalam pembelajaran berbasis masalah menunjukkan peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siklus 1 adalah 64, sementara rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika pada siklus 2 adalah 79. Selanjutnya, aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran berbasis masalah menunjukkan peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 1 adalah 58, sementara rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 2 adalah 74. Adapun saran-saran dapat dikemukakan, terutama bagi guru yang hendak mengajarkan materi soal cerita matematika, dapat menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Selain itu, bagi guru yang mengajarkan materi soal cerita matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, dapat menggunakan perlakuan: pertama mengingatkan dan menegaskan agar siswa menjawab dengan langkah-langkah menyelesaikan masalah dan guru menuliskannya di papan tulis, kedua menerangkan caranya agar para siswa terinspirasi untuk menulis dengan benar, ketiga mendemonstrasikan permasalahan dengan melibatkan siswa, dan keempat mengulang-ulang dan mempertegas agar siswa menggunakan strategi dengan benar dan dalam melakukan perhitungan harus lebih teliti, berhati-hati, dan mengurangi kesalahan perhitungan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua panitia, reviewer, mahasiswa, dosen, peserta warga seminar yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk turut serta mengikuti acara seminar nasional matematika dan pendidikan matematika tahun 2015. Khususnya, para dosen matematika dan pendidikan matematika UNY yang telah memberikan ilmu dan semangat untuk terus berkarya. Semoga seminar ini menjadikan berkah untuk kita semua. Amien. 941

ISBN. 978-602-73403-0-5 DAFTAR PUSTAKA [1] Anwar, Pendidikan kecakapan hidup (life skills seducation) konsep aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2003. [2] Ibrahim, Muslimin, Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press, 2000. [3] Depdiknas, Penulisan Karya Ilmiah dalam Materi Pelatihan Terintegrasi Jilid 3. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Mengengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005. [4] Wahyudi, Peningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Melalui Penerapan Problem-Based Learning dalam Pembelajaran Matematika. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2002. Diambil pada tanggal 31 Maret 2015 dari http://repository.uksw.edu/handle/123456789/2595 [5] Ermawati, Diana, Peningkatan Kemampuan Pemecahanmasalah Matematika Dalam Meyelesaikan Soal Cerita Melalui Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas V SD 1 Mlati Lor. Universitas Muria Kudus, 2014. Diambil pada tanggal 31 Maret 2015 dari http://eprints.umk.ac.id/3782/ [6] Fajarwati, Elly, Model Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Universitas Katolik Soegijapranata, 2014. Diambil pada tanggal 31 maret 2015 dari http://eprints.unika.ac.id/18237/ [7] Subaidah, Siti, Kemampuan siswa SMP kelas VIII di Kota Malang dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari tahapan analisis kesalahan Newman. Malang: Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Negeri Malang, 2010. [8] Majid, Ghofar Al., Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IVA SDN Karangayu 02 Kota Semarang. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang, 2011. Diambil pada tanggal 31 Maret 2015 dari http://lib.unnes.ac.id/11779/ [9] Arifah, Binti, Strategi Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri I Baleharjo Tahun Ajaran 2012/ 2013, 2013. [10] Pratiwi, Ratna Dwi, Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pecahan melalui Model Problem Based Learning di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Randugunting 4 Kota Tegal. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2013. [11] Fauzi, Amin, Pembelajaran matematika realistik pada pokok bahasan pembagian di SD. Tesis Magister Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya, 2002. 942