II. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. sementara (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996, 1). Pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir ialah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat

: Jl Raya Pelabuhan Merak, Gerem, Pulo Merak Cilegon-Banten. Kode Pos : Telp : (0254) , ,

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dan Merak. kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

Studi Evaluasi Perparkiran di Dermaga I Sampai V Akibat Penambahan Dermaga VI di Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik-karakteristik parkir seperti kebutuhan parkir, volume parkir, durasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya. Pendidikan dan Kebudayaan, 1991). Parkir adalah tempat pemberhentian

III. METODOLOGI PENELITIAN. kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian. Dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: Pelabuhan Padangbai-Bali, Karakteristik Parkir, Kebutuhan Ruang Parkir.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. durasi parkir, akumulasi parkir, angka pergantian parkir (turnover), dan indeks parkir Penentuan Kebutuhan Ruang Parkir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 11 (Sebelas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara) TUGAS AKHIR BAB II

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya (Departemen

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

BAB III LANDASAN TEORI

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

INTISARI. Kata kunci : Volume parkir, kapasitas parkir, Kebutuhan Ruang Parkir(KRP).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju, 1996). jalan (On Street Parking) dan parkir dipelataran (Off Street Parking),

Studi Optimalisasi Fasilitas Parkir di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung

BAB III LANDASAN TEORI

Studi Optimalisasi Fasilitas Parkir di Fakultas Kedokteran (FK) serta Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENAMBAHAN DERMAGA BARU DALAM UPAYA MENGURAI KEPADATAN KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK. *1) Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia

ANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK

PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG KAWASAN PARKIR BANK SUMSEL BABEL JAKABARING DI KOTA PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). menginginkan kendaraannya parkir ditempat, dimana tempat tersebut mudah

ANALISIS KEBUTUHAN PARKIR B BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU ( STUDI KASUS KENDARAAN RODA EMPAT )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah bagaimana cara peneliti bekerja guna

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 29 TAHUN 2016 TENTANG STERILISASI PELABUHAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA RUANG PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JENDERAL AHMAD YANI KOTA METRO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

Parkir Suatu keadaan dimana kendaraan tidak bergerak dalam jangka waktu tertentu (tidak bersifat sementara) PP No.43 thn 1993.

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR

TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT.

Analisis Kebutuhan Parkir

KEBUTUHAN KAPASITAS LAHAN PARKIR ANGKUTAN PUPUK PT.PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Z.Tamin dituliskan bahwa tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang. Gambar 2.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAl AN PI STAKA. Kata parkir berasal dari kata park yang berarti taman, dan menurut Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahwa fasilitas parkir menjadi bagian yang sangat penting dari sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN PELABUHAN MERAK

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwujud (intangible) seperti reparasi, akomodasi, transportasi, asuransi, tempat

EVALUASI KINERJA PARKIR DI UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA : Eko Setiawan NIM :

ANALISA KEBUTUHAN LAHAN PARKIR SEPEDA MOTOR DAN MANAJEMEN KESELAMATAN PARKIR DI UNIVERSITAS BALIKPAPAN

TINJAUAN KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR BASEMENT DI PUSAT PERBELANJAAN BANDUNG SUPERMALL, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

PENGARUH PARKIR BADAN JALAN TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ( Studi Kasus Jalan Brigjen Katamso Tanjung Karang Pusat )

Kata Kunci : Karakteristik Parkir, Kebutuhan Parkir, Indeks Parkir

Dalam pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas parkir (Ditjen Hubdat,

III. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TUGAS AKHIR ANALISIS PERENCANAAN GEDUNG PARKIR PADA KAWASAN PERDAGANGAN SOMBA OPU DI JALAN PATTIMURA KOTA MAKASSAR DISUSUN OLEH :

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN PARKIR MOBIL DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

yang turut membantu dalam rangka pengumpulan data maupun kelancaran dalam pelaksanaan studi ini. Bandung, November 2012 PT. Atrya Swascipta Rekayasa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PERPARKIRAN DAN SIRKULASI PERGERAKAN KENDARAAN PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Edisi Maret 2016, Vol. 4, No. 1, Hal:33-42 (ISSN: )

Analisis Perbandingan Keekonomian Rute Merak-Bakauheni dengan Rute Cigading-Kiluan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelabuhan Bakauheni Pelabuhan Bakauheni adalah pelabuhan yang terletak di kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut. Pelabuhan Bakauhenni resmi berfungsi pada tahun 1981. Berdasarkan karakter fungsional Pelabuhan Bakauheni termasuk kedalam National Route yaitu rute yang menghubungkan dua ibu kota provinsi. Pelabuhan Bakauheni memiliki luas 452.458 m 2 (Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Kementrian Perhubungan, 2010) sedangkan berdasarkan karakter geografi Pelabuhan Bakauheni termasuk kedalam Inter-regional route yaitu rute yang menghubungkan dua ibu kota provinsi. Pelabuhan penyeberangan Bakauheni Merak merupakan salah satu pelabuhan penyeberangan yang sangat padat. Pelabuhan Bakauheni Merak dipisahkan oleh Selat Sunda yang mempunyai jarak sekitar 33,6 km yang dapat ditempuh dengan 120 menit sedangkan waktu bongkar muat kapal selama 45 menit. Adapun batas-batas fisik kewilayahan Pelabuhan Bakauheni sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ketapang

6 b. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Sunda c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kalianda d. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda Pembanguan dermaga pada Pelabuhan Bakauheni harus selaras dengan pembangunan di Pelabuhan Merak yang kini memiliki 6 dermaga. Pelabuhan Merak adalah sebuah pelabuhan di Kota Cilegon, Banten yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera via perhubungan laut (Selat Sunda). Luas area Pelabuhan Merak sekitar 150.615 m². Pelabuhan Merak dibangun sejak 1912 oleh Hindia Belanda melalui sebuah perusahaan pengelolaan kereta api (Staatss poor wegen). B. Pola Operasi Pelabuhan Bakauheni Pola operasi yang telah ditetapkan untuk lintas Merak Bakauheni adalah sebagai berikut : 1) Jumlah kapal operasi maksimal adalah sebanyak 28 unit dengan waktu pelayanan sebagai berikut : a) 60 menit port time (waktu sandar) yaitu 12 menit olah gerak sandar, 36 menit bongkar muat, 12 menit pengurusan SPB dan keluar dermaga b) 120 menit untuk sailing time (waktu berlayar), Dermaga 1, 2 dan 3 ditetapkan sebagai dermaga reguler, kapal operasi sebanyak 6 (enam) unit pada setiap pasang dermaga dengan target 24 trip per hari pada masing - masing dermaga, maka target trip untuk satu sisi pelabuhan dalam waktu 1 x 24 jam

7 adalah sebanyak 72 trip pada dermaga reguler, Dermaga 4 dan 5 ditetapkan sebagai dermaga non reguler yang memiliki jumlah kapal operasi bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan, sehingga tidak memiliki target trip yang tetap dan cenderung fluktuatif, Kapal yang tidak memenuhi persyaratan operasional untuk dapat beroperasi di dermaga 1, 2 dan 3 dan kapal bantuan, diberikan jadwal reguler di dermaga 4 dan 5. 2) Kondisi pelabuhan Bakauheni saat ini memiliki banyak fasilitas yang cukup baik yaitu: a. Terminal Penumpang b. Penimbangan kendaraan bermuatan (angkutan barang) c. Jalan penumpang keluar/masuk kapal (gang way) d. Perkantoran untuk kegiatan pemerintahan dan pelayaranan jasa e. Fasilitas bunker (berupa tanki BBM) f. Tempat tunggu (lapangan parkir) kendaraan bermotor sebelum naik kapal g. Untuk area parkir di Pelabuhan Bakauheni pada keadaan normal dapat di pastikan dapat memenuhi kebutuhan parkir kendaraan. C. Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan

8 menaik-turunkan penumpang (Triatmojo, 1996). Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut (Solossa, 2013). Pada Pelabuhan Bakauheni digunakan beberapa jenis dermaga yaitu: a. Dermaga Quay Wall adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan relatif berhimpit dengan pantai (kemiringan pantai curam). b. Dermaga type Jetty atau Apung merupakan sebagai tempat untuk menambatkan kapal pada panton yang mengapung yang berada di air. c. Dermaga Dolphin yakni sebagai tempat atau sarana untuk melakukan bongkar muat kapal atau sandarnya kapal yang berupa dolphin diatas tiang pancang. Sejarah pembangunan Pelabuhan Bakauheni adalah sebagai berikut (Menurut Kementrian Perhubungan pada Profil dan Kinerja Kantor Otoritas Pelabuhan Penyebrangan Merak) : a. Dermaga I Pelabuhan Bakuheni dibangun tahun 1981, dengan panjang 172,8 m, lebar 50 m dan kedalaman kolam sandar 10 12 m. Dermaga I Pelabuhan Bakauheni merupakan dermaga dengan tipe Quay Wall. Dermaga I Pelabuhan Bakauheni mempunyai sebuah movable bridge dengan panjang 16 m, lebar 11,6 m, dengan kapasitas 50 ton. b. Dermaga II Pelabuhan Bakauheni dibangun tahun 1988, dengan panjang 134,66 m, lebar 20 m dan kedalaman kolam sandar 8 10 m. Dermaga II merupakan dermaga dengan tipe Quay Wall.

9 Dermaga II Pelabuhan Bakauheni mempunyai sebuah movable bridge dengan panjang 16 m, lebar 9 m, dengan kapasitas 50 ton. c. Dermaga III Pelabuhan Bakauheni dibangun tahun 2001, dengan panjang 166,83 m, lebar 25 m dengan kedalaman kolam sandar 10 12 m. Dermaga III merupakan dermaga dengan tipe Quay Wall. Dermaga III Pelabuhan Bakauheni mempunyai sebuah movable bridge dengan panjang 16 m, lebar 11 m, dengan kapasitas 45 Ton. d. Dermaga IV Pelabuhan Bakauhen dibangun pada 1998 memiliki ukuran panjang 57,69 m, lebar 20 m dengan kedalaman kolam sandar 10 12 m. Dermaga IV merupakan dermaga dengan tipe Dolphin. Dermaga IV Pelabuhan Bakauheni mempunyai sebuah movable bridge dengan panjang 16 m, lebar 11 m, dengan kapasitas 60 Ton. e. Dermaga V Pelabuhan Bakauheni dibangun tahun 2009, dengan panjang 125 m, lebar 20 m dengan kedalaman kolam sandar 10 12 m. Dermaga V merupakan dermaga dengan tipe Dolphin dan Jetty. Dermaga V Pelabuhan Bakauheni mempunyai sebuah movable bridge dengan panjang 17,8 m, lebar 7,8 m, dengan kapasitas 80 Ton. f. Dermaga VI Pelabuhan Bakauheni dibangun pada tahun 2015 dengan panjang 142 m, lebar 25,5 m dengan kedalaman kolam 8,5 m. Dermaga VI resmi berfungsikan pada hari raya Idul Fitri tepatnya Bulan Juli tahun 2015. Pembangunan lahan parkir pada dermaga VI belum dibangun sehingga kendaraan yang akan masuk

10 ke dermaga VI melakukan antrian pada parkiran di dermaga III. Jika di lihat dari bentuknya dermaga VI merupakan tipe dermaga Quay Wall. Salah satu fasilitas Pelabuhan Bakauheni adalah fasilitas jalan akses dermaga, untuk masuk ke tiap dermaga yang ada di Pelabuhan Bakauheni diperlukan jalan akses. Jalan akses digunakan untuk mengatur arah kendaraan yang akan masuk ke dermaga yang diatur oleh beberapa petugas, sehingga tidak menimbulkan kemacetan yang berarti maka dari itu kendaraan tidak menumpuk hanya pada satu dermaga. Gambar berikut menunjukkan jalan akses dari masing-masing dermaga di Pelabuhan Bakauheni.

11

12 Pada gambar diatas garis merah merupakan akses jalan menuju lahan parkir di depan dermaga I, garis yang berwarna hitam merupakan akses jalan menuju lahan parkir dermaga II, garis biru adalah akses jalan menuju lahan parkir yang terdapat di depan dermaga III dan VI sedangkan garis kuning tua merupakan akses jaan menuju lahan parkir pada dermaga IV dan V. Pada Pelabuhan Bakauheni setiap dermaga memiliki panjang dan lebar yang berbeda. Perbedaan ini dilakukan karena jenis kapal yang akan bersandar di Pelabuhan Bakauheni memiliki ukuran yang berbeda satu sama lain. Dengan perbedaan ukuran maka dalam membangun dermaga harus diketahui jenis kapal yang akan digunakan untuk melakukan penyeberangan, Untuk spesifikasi jalan akses tiap dermaga di Pelabuhan Bakauheni bisa dilihat pada table di bawah ini. Tabel 1. Spesifikasi jalan akses tiap Dermaga di Pelabuhan Bakauheni Dermaga Panjang (M) Lebar (M) I 117,3 9,7 II 25 9,3 III 323 11,2 IV 358 12 V 358 12 Sumber : Profil dan Kinerja Kantor Otoritas Pelabuhan Penyeberangan Merak D. Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni Pelabuhan penyeberangan Bakauheni merupakan pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

13 Pelabuhan ini ramai dilalui kendaraan angkutan penumpang dan angkutan barang yang menuju kota besar di Pulau Sumatera, karena Pelabuhan Bakauheni merupakan pintu gerbang utama bagi kendaraan yang akan menuju Pulau Sumatera. Seiring dengan meningkatnya kegiatan penyeberangan membuat Pelabuhan Bakauheni memiliki 5 dermaga dengan type Movable Bridge. Waktu tempuh normal kapal yang akan menyeberang dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa saat ini adalah sekitar 120 menit. Perkembangan pada saat ini menunjukan peningkatan perjalanan sehingga di masa yang akan datang dibutuhkan peningkatan pelayanan di Pelabuhan Bakauheni. Peningkatan pelayanan yang ada dapat berupa peningkatan infrastrukur pelabuhan dan penambahan jumlah kapal yang beroperasi. Kemungkinan-kemungkinan pengembangan dan review terkait rencana induk yang ada perlu dilakukan agar pembangunan fasilitas pelabuhan penyeberangan di masa yang akan datang dapat dilakukan secara sistematis dan terencana. Pedoman Teknis Masterplan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni merupakan suatu arahan nasional terkait pembangunan pelabuhan penyeberangan dengan jangkauan penggunaan jangka panjang (10-20 tahun) dan dapat ditinjau ulang stiap 5 tahun. Pedoman Teknis Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni ini, nantinya akan digunakan untuk mengetahui pola pengembangan pelabuhan, arah pengembangan pelabuhan, kebutuhan dan penyediaan kapasitas pelabuhan penyeberangan serta sebagai dasar kebijakan strategi dan tahapan implementasi pembangunan pelabuhan

14 penyeberangan bakauheni. Kondisi Eksisting Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dilihat dari jumlah dermaga yang beroperasi. E. Parkir Parkir merupakan keadaan dimana kendaraan berada dikeadaan berhenti yang bersifat sementara atau dalam waktu yang lama (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996, 1). Pengertian lain dari area parkir adalah tempat menempatkan dan memberhentikan kendaraan angkutan atau barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju,1996). Materi yang bisa diimplementasikan untuk menangani masalah parkir diantaranya konsep dan karakteristik parkir, analisis parkir, perencanaan geometrik lahan parkir, dan kebijakan parkir. Kelayakan Area Parkir dapat dilihat dari beberapa hal berikut: 1. Area parkir diusahakan di daerah yang memiliki lahan yang datar 2. Area parkir disesuaikan dengan jenis kendaraan yang akan parkir di daerah tersebut 3. Area parkir yang digunakan sepanjang waktu harus di lengkapi dengan penerangan yang cukup 4. Ukuran area parkir harus sesuai dengan lokasi penempatannya misalnya daerah pusat perdagangan, perkantoran, pasar dll 5. Terdapat sistem drainase yang baik agar tempat parkir tidak tergenang air

15 6. Penambahan fasilitas parkir seperti pos petugas, pintu keluar dan masuk dll 7. Penambahan marka dan rambu di area parkir. Pada pelabuhan bakauheni jenis parkiran yang digunakan adalah parkiran paralel. Gambar 3. Parkir Paralel Gambar 2. Jenis Parkir Paralel Pada Pelabuhan Bakauheni beberapa hal di atas telah berfungsi dengan baik. Pada Pelabuhan Bakauheni terdapat lokasi parkir di setiap dermaga dengan ukuran sebagai berikut : Tabel 2. Data luas area parkir di masing-masing dermaga Pelabuhan Bakauheni Nama Dermaga Luas Area Parkir Dermaga I 11.237 M 2 Dermaga II 7.275 M 2 Dermaga III 6.742 M 2 Dermaga IV 6.448 M 2 Dermaga V 11.492 M 2 Sumber: PT. ASDP Ferry Indonesia cabang Bakauheni

16

17 Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa untuk parkiran A dan B merupakan parkiran untuk dermaga I. Pada parkiran C dan D merupakan parkiran untuk dermaga II, parkiran E adalah parkiran untuk kantor ASDP cabang Bakauheni, Parkiran F adalah parkiran yang digunakan untuk lahan parkir Terminal, parkiran G, H, I adalah parkiran yang digunakan untuk dermaga III akan tetapi selama area parkir pada dermaga VI belum di bangun maka parkir H dan I digunakan juga untuk menampung kendaraan yang akan masuk ke dermaga VI, dan parkiran J digunakan untuk parkiran di dermaga IV dan V. 1. Telaah Data Penggunaan Parkir a. Data penggunaan parkir Dalam pelaksanaan penelitian terhadap pemanfaatan parkir di Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan digunakan beberapa parameter untuk analisis. Hasil analisis dapat dijadikan bahan dalam mengambil kesimpulan di penelitian ini. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Akumulasi kendaraan parkir Akumulasi parkir merupakan jumlah kendaraan yang parkir disuatu tempat pada waktu tertentu. Perbandingan antara akumulasi jam puncak dengan akumulasi rata-rata menunjukkan efisiensi fasilitas yang terpakai (Hobbs, 1995). Jumlah tersebut tidak pernah sama pada suatu tempat dengan tempat yang lain dari waktu ke waktu. Ada kalanya jumlah

18 tersebut dapat melebihi kapasitas yang tersedia dan ada kalanya berada dibawah kapasitas yang telah tersedia. 2) Indeks parkir Indeks parkir adalah jumlah yang diparkirkan dibagi dengan jumlah petak pelataran parkir yang tersedia,dinyatakan dalam persentasi (Wells, 1985). Indeks parkir dapat ditujukan dengan rumus matematika sebagai berikut : IP = JKP X 100%...(1) JPP Keterangan : IP = Indeks Parkir JKP = Jumlah Kendaraan Parkir JPP = Jumlah Petak Parkir 3) Durasi Parkir Durasi parkir atau lama parkir adalah waktu yang digunakan kendaraan untuk parkir dalam menitan dan jam-jaman (Hobbs, 1995). Durasi kendaraan parkir diperoleh dengan cara menghitung selisih waktu setiap kendaraan keluar dengan waktu kendaraan masuk lokasi Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan. D = Tout Tin... (2) Dengan : D = Durasi Parkir Tout = Waktu saat kendaraan meninggalkan pelataran parkir Tin = Waktu saat kendaraan memasuki pelataran

19 4) Kapasitas Kapasitas parkir jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir. Beban parkir adalah jumlah kendaraan perperiode tertentu,biasanya per hari (Hobbs,1995). Kapasitas parkir dapat ditentukan dengan rumus matematis sebagai berikut : K = Waktu Pelayanan X Kapasitas Ruang...(3) Lama Parkir 5) Tingkat Pergantian Parkir (Parking Turn Over) Tingkat pergantian parkir adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir yang diperoleh dengan cara membagi volume parkir dengan jumlah ruang parkir untuk setiap satuan waktu tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat pergantian parkir adalah: TR = n R...(4) Keterangan: TR = angka pergantian parkir (kendaraan/petak/jam) n = Jumlah total kendaraan pada saat dilaksanakan survey (kendaraan) R = Ruang parkir yang tersedia (SRP) 2. Satuan Ruang Parkir (SRP) Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996) satuan Ruang Parkir (SRP) adalah

20 luas efektif untuk memarkir satu kendaraan (mobil penumpang, truk, motor) termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu. Untuk menentukan SRP didasarkan pada hal berikut: a. Dimensi Kendaraan Standar Dimensi Kendaraan Standar untuk mobil penumpang adalah 5,0 m x 2,5 m sedangkan untuk sepeda motor adalah 0,7 m x 1,75 m. b. Ruang Bebas Kendaraan Parkir Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal atau memanjang kendaraan. Ruang arah lateral diterapkan pada saat posisi pintu kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung paling luar ke badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya. Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang (aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah memanjang sebesar 30 cm. Penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas tiga jenis kendaraan seperti pada Tabel 2.3 berikut :

21 Tabel 3. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP) Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m²) a. Mobil Penumpang Golongan I 2,3 x 5,0 b. Mobil Penumpang golongan II 2,5 x 5,0 c. Mobil Penumpang Golongan III 3,0 x 5,0 Sepeda Motor 0,75 x 2,0 Bus/Truk 3,40 x 12,50 Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996 Sedangkan besar satuan ruang parkir untuk setiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut: 1. Satuan Ruang Parkir Untuk Motor Gambar 4. Satuan Ruang Parkir (SRP) Untuk Sepeda Motor

22 2. Satuan Ruang Parkir (SRP) Untuk Bus dan Truk Gambar 5. Satuan Ruang Parkir (SRP) Untuk Bus dan Truk 3. Satuan Ruang Parkir (SRP) Untuk Mobil Penumpang Gambar 6. Satuan Ruang Parkir (SRP) Untuk Mobil Penumpang Keterangan: B = Lebar Total Kendaraan

23 O = Lebar Bukan Pintu L = Panjang Total Kendaraan a1, a2 = Jarak Bebas Arah Longitudinal R = Jarak Bebas Arah Lateral Tabel 4. Ukuran Satuan Ruang Parkir Mobil Penumpang (m) B = 1,70 a1 = 0,10 Bp = B + O + R Gol. I O = 0,55 L = 4,70 Lp = L + a1 + a2 R = 0,05 a2 = 0,20 Bp = 2,30 Lp = 5,0 B = 1,70 a1 = 0,10 Gol. II O = 0,75 L = 4,70 R = 0,05 a2 = 0,20 Bp = 2,50 Lp = 5,0 B = 1,70 a1 = 0,10 Gol. III O = 0,80 L = 4,70 R = 0,05 a2 = 0,20 Bp = 3,0 Lp = 5,0