KETENAGAAN Pengadaan Pegawai Jenjang Kepangkatan/Jabatan

dokumen-dokumen yang mirip
KETENAGAAN Pengadaan Pegawai Jenjang Kepangkatan/Jabatan

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

MEMUTUSKAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kenaikan Pangkat PNS. 1. Juru Muda, Ia. 2. Juru Muda Tingkat 1, Ib. 3. Juru, Ic. 4. Juru Tingkat 1, Id. 5. Pengatur Muda, IIa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 536 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN BADAN PELAKSANA HARIAN (BPH) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) AISYIYAH YOGYAKARTA NOMOR: 1A/PPA/I/BPH-STIKES/SK/II/07

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1980 TENTANG PENGANGKATAN DALAM PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Biro Umum Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nopember 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KENAIKAN PANGKAT PNS

KENAIKAN PANGKAT. Kenaikan pangkat bagi PNS secara umum dapat dibagi menjadi 5 (lima) jenis yaitu :

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 24 TAHUN 2014 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

SERI PANDUAN SDM KENAIKAN PANGKAT ATAU GOLONGAN PEGAWAI

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 073 TAHUN 2015

1. FORM PENGIMPUTAN 1. 1 DATA BASE PNS DATA UTAMA PNS Data Pribadi NIP Baru Nip Lama Nama Gelar Depan Gelar Belakang Tempat

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-145/A/J.A/02/2003

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.265, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Ujian Penyesuaian. Penyelenggaraan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Kenaikan Pangkat. PNS. Administrasi. Pedoman.

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

Kenaikan Pangkat PNS. No,Pangkat,Golongan Ruang :

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Neger

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SEKRETARIS DESA DAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

WALIKOTA PROBOLINGGO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Salinan hal 1 dari 20

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 062 TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 49 TAHUN 2015

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 85 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 438 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BUPATI PEMALANG PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2000 TENTANG PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SALATIGA PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PEMBINAAN dan PENGEMBANGAN PERSONAL PENDIDIKAN M.D. NIRON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No A. Syarat Syarat Dan Kelengkapan Administrasi Kenaikan Pangkat Reguler dan Pilihan KELENGKAPAN BERKAS USULAN

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5494);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2002 TENTANG KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Walikota Tasikmalaya

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG

XXI. PRANATA HUMAS A. DASAR HUKUM

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

Oleh: Agus Praptana, S.Sos., M.AP. Kasudit KP-SPT Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan. Badan Kepegawaian Negara

PANDUAN TEKNIS PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

V. ARSIPARIS A. DASAR HUKUM

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 03 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 07/E/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia

Badan Pusat Statistik

X. GURU A. Dasar Hukum

XIX. PEREKAYASA A. DASAR HUKUM

ANGKA KREDIT ARSIPARIS : BEBERAPA PERBEDAAN ANTARA KEPMENPAN 09/KEP/M.PAN/2/2002 DENGAN PER/3/M.PAN/3/2009

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. BKDD Kab. Banyumas

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

Transkripsi:

KETENAGAAN UM memiliki Pegawai yang dibedakan: (1) pegawai tetap atau Pegawai Negeri Sipil (PNS); (2) pegawai tidak tetap atau pegawai honorer dan pegawai kontrak pekerjaan. Ketentuan yang mengatur pegawai negeri sipil tertuang di dalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 1974, Undang- Undang nomor 43 tahun 1999, sedang pegawai tidak tetap diatur tersendiri oleh UM. PNS UM berdasarkan fungsinya dibedakan: (1) tenaga pendidik (dosen) sejumlah 902 orang, dan (2) tenaga kependidikan sejumlah 676 orang, termasuk di dalamnya arsiparis 14 orang, laboran 26 orang, pranata laboran pendidikan 28 orang, pustakawan sejumlah 22 orang, dan pranata humas sejumlah 2 orang. Tenaga tersebut diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pemenuhan kebutuhan pegawai UM tidak terlepas dari sistem penyusunan kebutuhan tenaga secara nasional melalui fasilitas Satuan Manajemen Sumberdaya (SMS) online dan sistem formasi. Formasi adalah data keadaan pegawai menurut jabatan, golongan, ruang, jenis kelamin dan usia dengan perkiraan perubahan komposisi, perkiraan persediaan pegawai tahun 2013-2017, serta keseimbangan kebutuhan dan persediaan tahun 2013-2017 yang disusun berdasarkan peta jabatan hasil evaluasi jabatan dengan menggunakan analisa perhitungan beban kerja dan skala prioritas. Pengadaan Pegawai Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil dilakukan dengan menggunakan dua jalur: jalur khusus dan jalur umum. Jalur khusus pengadaannya melalui pengangkatan dari tenaga honorer yang memenuhi kriteria, sedangkan jalur umum satu kali dalam satu tahun. Ketentuan umum menyebutkan bahwa yang dapat mendaftar (melamar) sebagai pegawai baru adalah: (1) warga negara Indonesia; (2) umur minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun; (3) mempunyai pendidikan tertentu; (4) tidak pernah dihukum; (5) tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat; (6) tidak berstatus sebagai PNS atau CPNS; (7) Tidak sedang terikat kontrak dengan Instansi/Perguruan Tinggi lain, (8) berkelakuan baik, sehat jasmani, dan rohani; dan (9) tidak menjadi pengurus dan/atau anggota partai politik. Bagi pelamar yang lolos verifikasi administrasi dapat mengikuti tes Kompetensi Dasar, apabila pelamar lulus berlanjut mengikuti Tes Kompetensi Bidang dan kemampuan teknis lain sesuai kualifikasi serta kebutuhan unit kerja atau fakultas. Pelamar yang dinyatakan lulus tahap II kemudian diproses pengusulan pengangkatannya sebagai calon PNS ke Mendikbud. Jenjang Kepangkatan/Jabatan Pangkat dan golongan/ruang ialah tingkat atau jenjang kedudukan seorang PNS dalam rangkaian sistem kepegawaian yang digunakan sebagai dasar penggajian. Sedangkan jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS. Pangkat dan golongan ruang PNS terdiri dari: Juru Muda (I/a), Juru Muda TK I (I/b), Juru (I/c), Juru TK I (I/d), Pengatur Muda (II/a), Pengatur Muda TK I (II/b), Pengatur (II/c), Pengatur TK I (II/d), Penata Muda (III/a), Penata Muda TK I (III/b), Penata (III/c), Penata TK I (III/d), Pembina (IV/a), Pembina TK I (IV/b), Pembina Utama Muda (IV/c), Pembina Utama Madya (IV/d), dan Pembina Utama (IV/e). 78

Ketenagaan 79 Setiap pegawai baru diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu sesuai dengan jenjang pendidikan yang dimiliki. Menurut peraturan jenjang kepangkatan tersebut ditentukan sebagai berikut: (1) Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Dasar atau yang setingkat; (2) Golongan ruang I/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang setingkat; (3) Golongan ruang II/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Diploma 1, atau yang setingkat; (4) Golongan ruang II/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma 2; (5) Golongan ruang II/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana Muda, Akademik, atau Diploma 3; (6) Golongan ruang III/a bagi yang pada saat melamar serendahrendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana (S1), atau Diploma 4; (7) Golongan ruang III/b bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah lain yang setara, Magister/Master (S2), atau Ijazah Spesialis 1; (8) Golongan ruang III/c bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Doktor (S3) Atau Ijazah Spesialis 2. Kenaikan pangkat berikutnya diberikan sebagai penghargaan atas pengabdian pegawai yang bersangkutan. Urutan kepangkatan berikutnya ialah: Penata Tingkat I (III/d), Pembina (IV/a), Pembina Tingkat I (IV/b), Pembina Utama Muda (IV/c), Pembina Utama Madya (IV/d), dan Pembina Utama (IV/e). Kenaikan pangkat reguler bagi PNS diberikan sampai dengan: (1) Pengatur Muda (II/a) bagi yang memiliki STTB SD, (2) Pengatur (II/c) bagi yang memiliki STTB SLTP, (3) Pengatur Tingkat I (II/d) bagi yang memiliki STTB Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat pertama, (4) Penata Muda Tingkat I (III/b) bagi yang memiliki STTB SLTA, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas 3 tahun, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 4 Tahun, Ijazah Diploma I atau Ijazah Diploma II, (5) Penata (III/c) bagi yang memiliki ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Ijazah Diploma III, Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah Bakaloreat, (6) Penata Tingkat I (III/d) bagi yang memiliki Ijazah Sarjana (S1) atau ijazah Diploma IV, (7) Pembina (IV/a) bagi yang memiliki ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah lainnya yang setara, Ijazah Magister/Master (S2), (8) Pembina Tingkat I (IV/b) bagi yang meiliki Ijazah Doktor (S3). Tugas dan tanggung jawab dosen meliputi Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut peraturan Menkowasbangpan yang ada, pengangkatan pertama dosen lulusan Magister/Master (S2), diangkat dalam jabatan Asisten Ahli Golongan III/b, sedangkan lulusan program Doktor (S3) dapat langsung diangkat dalam jabatan Lektor Golongan III/c dengan menyertakan sejumlah angka kredit yang dibutuhkan dalam jabatan. Selanjutnya tenaga pendidik dapat meningkatkan jabatan fungsionalnya jika telah memenuhi angka kredit yang ditentukan, sesuai peraturan yang berlaku. Jenjang jabatan fungsional dosen dari urutan yang paling bawah sampai ke urutan yang paling atas adalah sebagai berikut: (1) Asisten Ahli, (2) Lektor, (3) Lektor Kepala, dan (4) Guru Besar/Profesor.

80 KATALOG UNIVERSITAS NEGERI MALANG EDISI 2014 Pendidikan Guna meningkatkan mutu dan kualitas, PNS UM diberi kesempatan mengikuti pendidikan Magister/Master (S2) dan Doktor (S3) baik dalam negeri maupun luar negeri, juga pra S2/S3 dalam bentuk pelatihan Bahasa Inggris atau Bridging Program. Untuk mendukung program tersebut pemerintah menyediakan dana melalui Dikti yaitu BPP-DN (dahulu BPPS) dan Beasiswa Luar Negeri (BPP-LN). Program pendidikan bagi PNS diatur dalam Permendiknas nomor 48 Tahun 2009 dengan mengacu peraturan-peraturan lain yang masih berlaku. Eselon Eselon adalah tingkat Jabatan Struktural yang dijabat oleh Pegawai Negeri Sipil. Eselon yang ada dan berlaku berdasar peraturan perundangan, yaitu yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 jo PP No. 13 Tahun 2002. Eselon yang ada di UM, terdiri atas (1) Eselon IIa (Kepala Biro); (2) Eselon IIIa (Kepala Bagian); dan (3) Eselon IVa Kepala Sub Bagian. Dengan diberlakukannya Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 199 Tahun 1998, dijelaskan bahwa selain melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dosen dapat diberi tugas tambahan sebagai Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, Ketua Lembaga, Kepala UPT, Kepala Pusat, hingga jabatan Ketua Jurusan, Ketua Prodi, dan Kepala Laboratorium. Tugas tambahan tersebut bukan lagi sebagai jabatan struktural. Cuti Cuti PNS diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976, antara lain cuti sakit, cuti tahunan, cuti bersalin, cuti besar, cuti alasan penting, dan cuti di luar tanggungan negara. Cuti sakit diberikan kepada PNS yang sakit dan apabila lebih dari dua hari harus ada keterangan dari dokter. PNS yang sakit terus menerus selama satu tahun dapat diberikan cuti sakit dan dapat diperpanjang selama enam bulan. Apabila setelah satu tahun enam bulan tidak sembuh, maka harus diperiksakan oleh Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri. Cuti tahunan diberikan kepada PNS selama 12 hari kerja, dapat diambil lebih dari satu kali, namun pecahan harinya tidak boleh kurang dari tiga hari. Apabila alasan kedinasan yang tidak bisa ditinggalkan, maka cuti tahunan dapat diambil tahun berikutnya secara penuh ditambah tahun yang sedang berjalan. Cuti bersalin hanya diperuntukkan kepada PNS wanita untuk paling banyak tiga kali setelah yang bersangkutan menjadi PNS. Lamanya, satu bulan sebelum dan dua bulan setelah melahirkan. Cuti bersalin yang keempat dan lanjutannya, harus mempergunakan cuti di luar tanggungan negara. Cuti besar diberikan kepada PNS yang sudah 6 tahun berturut-turut mengabdi pada Pemerintah. Cuti besar diberikan sebanyak-banyaknya 5 kali selama menjadi PNS. Setiap kali selama 3 bulan dan dapat digunakan untuk naik haji. Cuti alasan penting diberikan kepada PNS untuk mengurus harta warisan; orang tua, mertua, saudara-saudaranya yang sakit keras/meninggal dunia, lamanya dua bulan. Cuti di luar tanggungan negara diberikan kepada PNS yang sangat membutuhkan dan sudah berturut-turut mengabdi pada Pemerintah selama 5 tahun. Cuti di luar tanggungan negara diberikan untuk paling lama 3 tahun dan dapat diperpanjang satu tahun, serta harus dengan persetujuan kepala BKN.

Ketenagaan 81 Asuransi Kesehatan (ASKES) Asuransi Kesehatan diberikan kepada semua PNS/CPNS termasuk penerima pensiun dan keluarganya yang terdaftar di kepegawaian. Untuk mendapatkan pelayanan Askes, setiap peserta harus memiliki Kartu Askes (KA). Kartu ini dapat diperoleh dengan cara mengisi daftar isian yang dilampiri fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku, pasfoto hitam putih atau warna ukuran 2 x 3 cm dan, SK terakhir masingmasing dua lembar. Perubahan/mutasi pada peserta misalnya perubahan tempat tinggal, golongan, menikah, kematian, dan kelahiran, harus dilaporkan dengan mengisi daftar isian/formulir. Pelayanan kesehatan yang menjadi hak peserta dan keluarganya meliputi: rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan/spesialis, rawat inap/opname, pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa, pertolongan/perawatan persalinan, pemberian obat-obatan sesuai DPHO, alat-alat perawatan yang memulihkan kesehatan, pembelian kacamata, serta prothesa gigi, dan anggota gerak (khusus untuk peserta). Pelayanan kesehatan tersebut disesuaikan dengan ketentuan standar pelayanan serta tarif yang ditetapkan oleh Menkes RI. Pengobatan melalui asuransi kesehatan diawali dari Puskesmas atau Dokter Keluarga, dapat dirujuk ke Rumah Sakit Pemerintah terdekat untuk selanjutnya dapat sampai ke luar negeri menurut hirarki apabila perawatan diharuskan sampai ke luar negeri. Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi pesertanya, PT ASKES memberikan kesempatan bagi PNS, Penerima Pensiun beserta keluarganya untuk mendapatkan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) di tempat praktik Dokter Keluarga, dengan cara mengisi formulir pendaftaran Dokter Keluarga. Formulir pendaftaran maupun daftar isian dapat diperoleh di Bagian Kepegawaian, Biro Umum dan Keuangan Gedung A2, Lantai 3. Pembinaan Tenaga Kegairahan bekerja dan rasa tanggung jawab segenap PNS UM dibina melalui sistem karier dan prestasi kerja. Setiap tahun dilakukan penilaian terhadap setiap PNS, yang meliputi: kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan. Penilaian dilakukan atasan langsung. Untuk kepentingan pembinaan karier dan menjamin objektivitas pembinaan disusun Daftar Urut Kepangkatan (DUK) yang memuat informasi tentang: pangkat, jabatan, masa kerja, latihan jabatan, pendidikan, dan usia, dari semua tenaga yang ada di UM. Upaya pembinaan PNS dilakukan melalui: (1) penyelenggaraan pemilihan tenaga kependidikan, Kajur/Kaprodi berprestasi setiap tahun. PNS berprestasi ialah pegawai yang taat dan setia sepenuhnya pada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; taat terhadap peraturan perundangundangan, melaksanakan tugas kedinasan serta memegang teguh rahasia jabatan, yang berdaya guna, berhasil guna, berwibawa, tertib, jujur, bersatu padu, bersemangat dan bertanggung jawab, terhadap tugas yang dipercayakan serta mempunyai loyalitas dan dedikasi tinggi di UM. Pemilihan pegawai berprestasi ini juga dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi, sehingga dapat menjadi teladan bagi rekan sejawatnya. Pelaksanaan pemberian tanda penghargaan dan hadiah kepada PNS teladan dalam rangka memperingati hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei yang pelaksanaannya dilakukan pada Peringatan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus setiap tahun; (2) penghargaan Satya Lancana Karya Satya X/XX/XXX Tahun dari Presiden RI; (3) upaya pembinaan PNS lewat jalur nonkedinasan yaitu KORPRI.

82 KATALOG UNIVERSITAS NEGERI MALANG EDISI 2014 Kewajiban dan Hak Pegawai PNS di UM mempunyai hak dan kewajiban sesuai peraturan yang berlaku, di samping kewajiban yang khusus berkaitan dengan tugas dan jabatan, kewajiban secara umum antara lain: (1) setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah; (2) taat kepada segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab, serta menjadi teladan bagi masyarakat; dan (3) wajib menyimpan rahasia jabatan dan menjaga kerahasiaannya. Disamping kewajiban tersebut di atas, setiap PNS juga mempunyai hak-hak yang telah diatur dalam peraturan yang ada, antara lain: (1) berhak memperoleh gaji sesuai dengan pangkat dan golongannya; (2) berhak memperoleh penghargaan dan tunjangan kenaikan pangkat/jabatan; (3) berhak mendapatkan tunjangan profesi dan atau tunjangan kehormatan; (4) berhak cuti, yaitu tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu; (5) berhak memperoleh perawatan karena ditimpa suatu kecelakaan dalam menjalankan tugas, jika sampai tewas keluarganya berhak memperoleh uang duka; (6) berhak pensiun jika telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan; dan (7) berhak mendapatkan Taspen/Taperum.