PENJAHAT PERANG DITINJAU MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRAK SKRIPSI. OLEH RUSTYATTITO TRIST{O DJATMIKO 1{RP xtrm

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS HOKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

rs93 DAII\M MASALAH PERAI IG IRAht - IRAK PENERAPAN HI.'KT,IM HI,JMAMIER RAHAYU WIJAYANI ilrp xnil 8it. 7.0o4.t ABTITRAK SKRIPSI

FAI(UITAS HUI(UM UIIIYERSITAS SURABAYA SURABAYA r993 ABSTRAK SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKI.'M BAGI PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK

ABSTRAKSI SKRIPSI. Banyak merek dalam dunia perdagangan di Indonesia. pada saat ini yang dimulai dari kegiatan sehari-hari dan

TINJAUAN HUKUM DALAM PRAKTIK AKUISISI TERHADAP PERUSAHAAN YANG GO - PUBLIC

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

Dalam kehidupan sehari-hari manusia.i tu tidak. I epas dari masal ah hut ang-p iut ang, Dengan adanya hutang-piutang

TAKUITAS HUI(UII U]IIYERSITAS SURABAYA SURABAYA t992 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELARANGAN ABSTRAK SKN.IPSI OLEH ASNI SOEWANDAYANA

r994 FAKUTTAS IIUI(UilI UIIIYERSITAS SURABAYT SURABAYA ABSTRAK SKRIPSI

anak sebagaimana yang dikehendaki

ABSTR,AK SKR,IPSI. l{rp 2g,0a25 ttim a 'l. gurabaya tt9t HUKUT UN VEN'ITAS. PEIIGGUATil ffirek YAIIG SATA DIIIIIIAU DTil IUI(UT

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

DfTffiJAU lttnf iluuil tttentastoltar

SURABAYA t993 FAKI.'I.TAS HUKI'M UNIVERSITAS ET. RAEAYA. PERilillluil8til ilut(ut BA0t lltyest0t ASSTRAK SKRIPSI HENDRAWAN

AESTRAKSI. Latar Belakanc Pemi lihan Judu'l. Asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang-undang. Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) adalah suatu

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.

ABSTRAKSI. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan. dana dalam pembinaan perekonomiannya. Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sumber Hk.

IIIIDAI(AII - TI]IIIAKAII PERSERIKATA]I BA]IOSA - BAIIGSA DAI.AM IIEIIYETESAIKAII SEIIOIGTA BERSEII'ATA AlITARA SERBIA DAII BOS]IIA

BALII( IIAMA HAK SETTA IAIIAH KtlTAMAlIYA SURABAYA TERHADAP STAIUS IGPEMITIIMil ATAS BA]IGUIIAII

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

rg94 OtEH ATAS DASAR KEPENTINGAN NASIONAL RIENA WAHYUNINGRUM ]{RP t{lrm OO4. t206r. 0609:l

IGDUDUKAII IIIAI( IIIGI(IT DALAiI PEIYARISAI{ ME]IURUI HUI(UiI ADAT IATUA

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka

FAI(UITAS HUtruil UilIVERSIIIS SURABAYA SURTBAYT t993

Ftfiutlts RU[un uiltvenstlrs sunmara SUNTBTYA t991. ttllt ilt TAII8GU]IG EUGTT TTAS IGCETIIOA]I YIXG IERIII}I III ABSTRAK SKRIPSI RESPATI ISHARSUNTORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara ialah subjek hukum internasional dalam arti yang klasik,

OtEH ABSTRAK SKRTPSI. DESSY EVALINA NRP N RM t. 36&n IIUI(UM BAOI PEI{ERIMA GIR(I BITYIT DIBATAI.I(AI{ {IIEII PEI{ARII(

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

BAB I PENDAHULUAN. yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

FAKUlTAS HUKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

( 1) Hukum HAM: mengatur secara umum perlindungari HAM individu dalam waktu/sittiasi apa pun;

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL TAMBAHAN PADA KONVENSI-KONVENSI JENEWA 12 AGUSTUS 1949 DAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERLINDUNGAN KORBAN-KORBAN PERTIKAIAN-PERTIKAIAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968

BAB I. Pendahuluan. Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA ATAU TIDAK DENGAN SUKARELA. Lembar Fakta No. 6. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

ABSTRAK SKRIPSI. kata wasiah, yaitu. Wasiat menurut asalnya dari. seseorang yang diucapkan. suatu kehendak ataupun pesan dari

LEGALISASI HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PENGUNGSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI KONFLIK DARFUR

ABSTRAK SKRIPSI. dalam. Masalah perbankan di Indonesia diatur. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia memiliki cita-cita dan tujuan utama untuk

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA

2018, No d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Kepalangmerahan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Repub

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peperangan yang ganas akibat digunakannya berbagai persenjataan modern

SERANGAN AMERIKA SERIKAT KE AFGHANISTAN DAN IMPLIKASINYA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG HUKUM INTERNASIONAl

STATUTA ROMA MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara dalam hukum internasional disebut sebagai subyek hukum utama

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data seperti yang tertuang pada Bab II, maka dapat. disimpulkan bahwa:

BAB I. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Hal yang. yang tercantum dalam Preambule yaitu :

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PENELITIAN. Oleh: Ekram Pawiroputro' M.Pd. Samsuri, M.Ag. FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVBRSITAS NBGERI YOGYAKARTA 2004

Bagian 2: Mandat Komisi

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

BAB I PENDAHULAN. Perkembangan teknologi di era modern kini telah memberikan banyak keuntungan

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA

PENDAHULUAN. yang sangat menonjol. Hal ini memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, karena sangat

UNOFFICIAL TRANSLATION

t993 SURABAYA GANTI RUGI AKIBAT PENCEMARAN NAMA BAIK BENNY KOSASIH ABSTRAK SKRIPSI SEBAGAI PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OIEH t{rp

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PROTOKOL OPSIONAL PERTAMA PADA KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP SEMUA ORANG DARI TINDAKAN PENGHILANGAN SECARA PAKSA

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

Transkripsi:

PENJAHAT PERANG DITINJAU MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRAK SKRIPSI OLEH RUSTYATTITO TRIST{O DJATMIKO 1{RP 2880310 xtrm 88.7. @4. 12061.06198 FAI(UITAS HUI(UM UIIIUERSITAS SURABAYA SURABAYA 1994

Surabaya, Apri l 1 994 Mahas i swa y angkut an RUSTYAN TRISNO DJATMIKO Mengetahui Daniel Dj /-t1 Soegeng,

ABSTRAKSI SKRIPSI Sebagaimana diketahui bahwa dalam sengketa bersenjata tidak diperkenankan melakukan pembunuhan terhadap rakyat si pi 1, yai tu perl i ndungan bagi penduduk s ipi I sama kuatnya dengan per'l indungan yang diberikan bagi para kombatan dan mereka yang telah berhenti bertempur (hors de combat ), artinya terhadap penduduk sipi l tidak di jadikan sasaran mi I iter. Namun kenyataannya set iap pertikaian bersenjata tetap saja terjadi pembunuhan terhadap rakyat sipil bahkan t erhadap wart awan yang mel i put j a l annya perang. Pelaku pelanggaran terhadap jalannya perang, yaitu melakukan penyerangan terhadap rakyat sipil yang harus dilindungi dan obyek-obyek dapat dikatakan sebagai perang yaitu orang-orang yang dianggap melanggar hukum perang yang berlaku. Pelaku kejahatan perang dapat diajukan ke depan Mahkamah Mi liter Internasional, yang mempunyai we- $renang mengadi I i penjahat perang. Namun harus diingat bahwa dalam situasi perang dengan menggunakan senjata jelas sul it untuk menentukan pi hak m i I it er dan pi hak si pi I, bahkan adaka l anya pi hak sipii juga dipersenjatai untuk melakukan perlawanan bersenjata pula. Pihak yang berperang itu sendiri juga da-

pat mempertahankan diri dari serangan bersenjata rakyat sipil yang seharusnya tidak diserang oleh pihak militer terpaksa harus melakukan penyerangan terhadap rakyat sipi1. Pimpinan perang atau p'impi nan negara itu secara terpaksa harus melakukan penindasan terhadap rakyat sipi l yang melakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang sah. Hal tersebut diatas menimbulkan permasalahan, menyelesaikan permasal ahan yang ada kaitannta dengan kejahatan perang, yang diajukan oleh pihak-pihak yang tidak menghendaki adanya kejahatan perang, Seperti halnya yang di lakukan oleh kelompok oposisi Irak, yang mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa untuk melakukan penyelidikan sehubungan dengan tuduhan kejahatan perang oleh Presiden Saddam Hu sse i n. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang di kemukakan adalah : Apakah seseorang yang menimbulkan korban penduduk sipil dapat dikatagorikan Pen j ahat Perang? Dalam penyusunan skripsi ini dilakukan dalam beberapa tahap atau fase sebagai berikut : - Fase persiapan : 2 minggu - Fase pengumpulan data : 4 minggu - Fase pengol ahan data : 4 minggu

Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan secara yuridis normatif' yaitu pendekatan dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaj i antara Iain Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia dan Konvensi JeneY{a IV 1949 t ent ang hukum Perang. Data yang dipergunakan dalam skripsi data sekunder yang terdiri dari : ini ada l ah - Bahan hukum primer yang berupa ketentuan hukum yang berlaku dan ada kaitannya dengan masalah yang di kaj i, yaitu Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Dek l arasi Hak-hak Asasi Manusia dan Konvensi Jenewa1 949 t ent ang hukum perang. - Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum prjmer yang berupa buku-buku l iteratur dan berbagai media cetak yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dikaji. Selain itu data dalam skripsi ini juga diperoleh dari Centre for Strategic and Information Service (csis) dan United State Information Service (USIS) di Surabaya sebagaj data penunjang guna penyusunan skripsi ini, Pengumpul an dat a da lam skri psi i ni di I akukan dengan jalan studi kepustakaan antara Iain membaca dan

mempelajari data sekunder serta mengklasifikasikan data t ersebut sehingga memudahkan penggunaannya' Selain itu pengumpulan data dalam skripsi juga di Iakukan dengan ja1an melakukan wav{ancara atau tanya jawab secara langsung dengan personi l USIS di Surabaya yang memahami permasalahan yang sedang dikaji' Pengolahan data dilakukan dengan metode deduktif' yaitu metode yang bertolak dari prinsip yang umum menuju prinsip yang khusus, dalam arti ini bahwa ketentuan yang mengatur tentang kejahatan perang akan diterapkan secara khusus pada permasal ahan yang sedang dibahas. datanya dilakukan dengan metode kual itatif, Sedangkan analisis yaitu metode anal isis data dengan jalan memberi kan gambaran terhadap permasal ahan yang mendasarkan pada pemikiran logis, nalar, rinci dan runtut sehingga diperoleh data yang bersifat deskriptif analistik yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Lokasi penel i t i an dal am penyusunan skri ps i i ni pada CSIS di Jakarta dan USIS di Surabaya. Pokok hasil penelitian dalam skripsi ini adalah bahwa rakyat sipii dan barang-barang budaya dan lingkungan hidup harus di lindungi dari serangan-serangan selama peperangan. Perbuatan yang dilakukan pada saat terjadinya perang dan perbuatan itu mel anggar ketentuan

hukum yang berlaku dalam perang, maka dengan sendirinya perbuatan itu merupakan kejahatan perang, dan pelakunya dikatakan sebagai penjahat perang. Begitu juga halnya dengan perang dan pemimpin negara yang sedang berperang' aoabi 1a memer i nt ahkan me lakukan pembunuhan t erhadap rakyat sipi l, maka dapat dikatakan sebagai penjahat perang. Sedangkan tindakan yang diiakukan oleh Saddam Hussein, yaitu merencanakan untuk membuat senjata nukl i r tentunya ada maksud dan tujuannya. Jadi dalam hal ini pembuatan senjata nukl ir tersebut untuk persiapan perang. Dengan demikian jelas bahwa Saddam Hussein melakukan tindakan yaitu merencanakan kejahatan perang dengan menggunakan peralatan yang dapat mengancam keamanan l ingkungan hidup. Hal ini jelas melanggar ketentuan pasal 55 Protokol Tambahan Jenewa 1977. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa sesorang yang merencanakan suatu peperangan dengan mempersi apkan persenjataan yang tidak diperkenankan untuk perang dapat dikatakan sebagai penjahat perang dan dengan sendirinya orang tersebut dapat diajukan ke depan Mahkamah Miljter Internasional. Dengan demikian kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa sengketa bersenjata yang terjadi dapat menimbulkan berbagai macam akibat bagi negara yang berti-

kaj atau berperang yaitu adanya korban jiwa yang tidak diharapkan oleh siapapun' Dalam pert ikaian bersenjata atau perang tidak diperkenankan pihak-pihak yang bertikai melakukan pembunuhan terhadap rakyat sipii ' Perbuatan atau tindakan yang dilakukan pada saat perang dan perbuatan itu melanggar melanggar ketentuan hukum humaniter, maka perbuatan tersebut dikatakan sebagai kejahatan perang. Selain itu suatu perbuatan dikatakan sebagai kejahatan perang adalah merencanakan pembuatan senjata nuklir. Pembuatan senjata nuklir tersebut tidak lain ada'l ah untuk perang. Dan senjata nuklir dapat membahayakan kelestarian hidup manusia dan Iin9- KUngan. Saddam Hussein sebagai pemimpin negara Irak yang merencanakan pembuat an sen j at a nuk I i r yang nant i nya akan dipergunakan untuk pelaksanaan perang juga dapat dikatakan sebagai penjahat perang. Hal ini bertentangan dengan ketentuan pasal 55 Protokol Tambahan Jenewa Tahun 1977. Mengingat Saddam Hussein melanggar ketentuan pasal 55 Protokol Tambahan Tahun 1977, maka dengan sendirinya Saddan Hussein dapat dikatagorikan sebagai penjahat perang dan dapat diajukan ke depan Mahkamah Militer Internasional.