Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

PENGARUH PERAWATAN DOWER KATETER TERHADAP TANDA-TANDA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

BUDI HARTOYO NIM G2B Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

UJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

PERBEDAAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DENGAN DAN TANPA KOMORBID INFEKSI SALURAN KEMIH Studi pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

Relationship Between Catheter Care And Catheter-Associated urinary tract infection at Japanese General Hospital: A Prospective Observational Study

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN OLEH PERAWAT SEBELUM DAN SETELAH MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau

Pasien yang beresiko tinggi terhadap infeksi nosokomial saluran kemih menurut

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.

DIAN KUSUMA DEWI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

PENGARUH MODE PERSALINAN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH POSTPARTUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

TESIS. Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2. Program Studi Manajemen Rumah Sakit

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN IBU HAMIL INSTALASI RAWAT INAP DI RSUD DR.MOEWARDI TAHUN 2014

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

EVALUASI KEMAMPUAN PEMASANGAN KATETER URIN PADA PERAWAT DALAM RANGKA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

MODEL AMERICAN ASSOCIATION OF CRITICAL CARE NURSES

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

ABSTRAK HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP RISIKO JATUH PADA LANSIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

TINJUAN PENGETAHUAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PENGISIAN FORMULIR RM.15 (RESUME KEPERAWATAN PASIEN KELUAR) DI RSUD TUGUREJO SEMARANGTAHUN 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA PETUGAS POLIKLINIK RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS INTERVENSI PERAWATAN KATETER UNTUK MENCEGAH INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

J. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N UMUR 19 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DAN DIARE CAIR AKUT DI RSUD SUKOHARJO

PERBANDINGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN GAWAT DARURAT DAN GAWAT NON DARURAT TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI UGD RS.

BAB I PENDAHULUAN. (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis). 1. memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

LEMBAR PENGE SAHAN ARTIKEL ILMIAH

PENELITIAN PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG INFEKSI NOSOKOMIAL. Di RSUD Dr. Harjono Ponorogo

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

J SKRIPSI S U H A R D I. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

Transkripsi:

Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih Kasmad*, Untung Sujianto**, Wahyu Hidayati*** ABSTRAK Infeksi nosokomial merupakan kejadian yang sering terjadi di rumah sakit dan dapat menimbulkan kerugian bagi pasien, keluarga dan rumah sakit itu sendiri. Salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi saluran kemih pada pasien-pasien yang terpasang dower kateter. Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi nosokomial saluran kemih antara lain hospes, agent, prosedur pemasangan, lama kateter terpasang dan kualitas perawatan kateter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. Metode penelitian ini adalah observasi dan menggunakan instrunen penelitian berupa lembar observasi. Variable bebas dalam penelitian ini adalah kualitas perawatan kateter dan variable terikatnya adalah kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. Subjek penelitian adalah perawat yang memiliki pendidikan DIII dan S1 keperawatan, pasien laki-laki yang dirawat di RS Roemani, terpasang dower kateter, berumur antara 18 55 tahun, diagnosa masuk bukan ISK, tidak menggunakan antibiotik dan setuju menjadi responden. Jumlah sample 30 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas perawatan kateter terbanyak adalah cukup (50%), baik (30%) dan kurang (20%). Angka kejadian infeksi nosokomial saluran kemih yang mendapatkan perawatan kateter dengan kualitas baik sebesar 22,22%, cukup 26,67% dan kurang sebesar 83,33%. Untuk menekan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih akibat pemasangan kateter perlu adanya peningkatan kualitas perawatan kateter sesuai dengan standar prosedur perawatan dan prosedur pencegahan infeksi. Uji statistik menggunakan uji Chi Square untuk menilai hubungan antara kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. Hasil analisis dengan Chi Square menghasilkan nilai t hitung (7,081) > dari nilai t table (5,99) dan nilai p value (0,029) < 0,05 yang menunjukan adanya hubungan antara kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. Kata kunci : kualitas perawatan kateter, infeksi nosokomial saluran kemih ABSTRACT Nosocomial infection refer to occurrence the often happen in hospital and can causes import to patient, family and hospital of self. Once of infection that often happened is infection of urinary tract at the patient with dower chateter. Factors that caused nosocomial infection of urinary tractare hospes, agent, installation procedure, old of installed chateter and quality of chateter treatment. This research ago to know the quality chateter treatment with the occurrence of nosocomial infection urinary tract. The research method is observation and the instrument used observation sheet. Independent variable in this research is the quality of chateter treatment and for the dependent variable is occurrence as nosocomial infection of urinay tract. The research subject is cause who had Diploma degree and Graduate of nursing, male patient that treated in Roemani s Hospital, wear installed dower chateter, age of respondent between 18 55 years old, medic diagnose was not tractus urinarius infection, not consume antibiotic and agree to be respondent. Amount of sample are 30 respondents. Result of this research showed that the must quality of treatment chateter is enough (50%), good (30%) and less (20%). Number of occurrence of nosocomial infection of urinary tract that got chateter treatment with good quality was 22.22%, enough 26.67% and less 83.33%. To decrease the occurrence of nosocomial infection of urinary tract that cause by installing of chateter was need the increasing the quality of chateter treatment that appropriate to the nursing procedure standart and the pressed of infection prevention. Statistic test used Chi Square test to examine the relation between the quality of chateter treatment with the occurrence of nosocomial infection of urinary tract. Chi Square analisis result t count (7.081) > t table (5.99) and p value (0.029) < 0.05. Which means that there is relation between quality of chateter treatment with the occurrence nosocomial infection of urinary tract. Keyword : quality of chateter treatment, nosocomial infection of urinary tract. * Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNDIP ** Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNDIP

PENDAHULUAN Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien setelah 3x24 jam setelah dilakukan perawatan di rumah sakit. Salah satu jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi saluran kemih. Infeksi nosokomial saluran kemih paling sering disebabkan oleh pemasangan dower kateter yaitu sekitar 40% (Heather, M. And Hannie, G. 2001). Dalam beberapa studi prospek, telah dilaporkan bahwa tingkat ISK yang berhubungan dengan pemasangan dower kateter berkisar antara 9% - 23% (20). Menurut literatur lain didapatkan pemasangan dower kateter mempunyai dampak terhadap 80% terjadinya infeksi saluran kemih (Heather, M. And Hannie, G. 2001). Di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, kejadian infeksi nosokomial jauh lebih tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan di dua kota besar Indonesia didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sekitar 39%-60%. Di Negara-negara berkembang terjadinya infeksi nosokomial tinggi karena kurangnya pengawasan, praktek pencegahan yang buruk, pemakaian sumber terbatas yang tidak tepat dan rumah sakit yang penuh sesak oleh pasien (Sumaryono. 2005). Data survey yang dilakukan oleh kelompok peneliti AMRIN (Anti Microbal Resistance In Indonesia ), di RSUP Dr. Kariadi Semarangtahun 2002, angka kejadian infeksi luka operari profunda (Deep Incisional) sebesar 3%, infeksi aliran darah primer (plebitis) sebesar 6% dan infeksi saluran kemih merupakan angka kejadian yang paling tinggi yaitu sebesar 11% (Sugiono. 1999). Infeksi nosokomial saluran kemih dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor hospes (penerima), agent infeksi (kuman / mikroorganisme), faktor durasi atau lama pemasangan dower kateter dan faktor prosedur (pemasangan dan perawatan) (Schaffer. 2000). Salah satu upaya untuk menekan angka kejadian infeksi nosokomial saluran kemih adalah dengan melakukan perawatan dower kateter dengan kualitas yang baik sesuai dengan standar operasinal perawatan kateter dan prosedur pencegahan infeksi. Untuk itulah penulis tertarik melakukan penelitian tentang hubungan antara kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nodokomial saluran kemih. METODE Subyek penelitian ini adalah perawat dan pasien yang terpasang dower kateter yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Populasi penelitian adalah semua perawat dan pasien terpasang dower kateter di RS Roemani Semarang. Kriteria inklusi (perawat) adalah perawat yang

memiliki pendidikan DIII dan S1 Keperawatan. Sedangkan kriteria inklusi untuk pasien adalah pasien laki-laki yang terpasang dower kateter dirawat di RS Roemani, berumur antara 18 55 tahun, diagnosa masuk bukan ISK dan tidak mendapatkan terapi antibiotik serta bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Pemasangan dower kateter merupakan salah satu solusi tindakan medis untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih seseorang karena ketidakmampuan pengeluaran urin secara spontan. Pada kasus-kasus tertentu pemasangan dower kateter mutlak diperlukan. Pada pasien pasien dengan diagnosa medis seperti stroke, penyakit jantung (AMI, IHD), fraktur servikal yang dapat menyebabkan kelemahan dan keterbatasan aktivitas akan terpasang dower kateter. Akan tetapi pemasangan dower kateter akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi pasien, keluarga, perawat dan rumah sakit yaitu terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih. Peran perawat untuk mengurangi dampak dari pemasangan dower kateter adalah dengan memberikan perawatan kateter yang berkualitas. Tenaga perawat dianggap mampu memberikan perawatan yang profesional adalah perawat yang memiliki pendidikan DIII dan S1 Keperawatan. Karakteristik responden (perawat) adalah perawat yang memiliki pendidikan DIII dan S1 Keperawatan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas perawatan yang diberikan. Dari data yang diperoleh mayoritas pendidikan perawat yang bersedia menjadi respoden memiliki pendidikan DIII Keperawatan sebanyak 96,67% dan S1 Keperawatan sebanyak 3,33%. Selain kualitas perawatan yang diberikan oleh perawat, faktor lain yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial saluran kemih adalah faktor hospes itu sendiri. Pasien yang terpasang kateter dan memiliki umur yang tergolong lanjut dan anak-anak akan mempunyai risiko yang lebih besar daripada dewasa. Hal ini karena lansia sudah terjadi penurunan daya imun dan pada anak-anak belum memiliki daya imun sebaik orang dewasa. Begitu pula pada wanita, akan memiliki risiko yang tinggi terjadi infeksi nosokomial saluran kemih karena uretra, vagina dan anus terletak berdekatan. Untuk itu karakteristik responden pasien yang terpasang dower kateter adalah laki-laki, berumur antara 18-55 tahun. Umur responden dikelompokkan menjadi lima, untuk memudahkan penghitungan. Dari sebanyak 30 responden, umur yang paling banyak adalah 50 55 tahun sebesar 46,67%. Keadaan umum pasien juga dapat mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien terpasang dower kateter. Pasien yang lemah, dan keterbatasan aktivitas atau immobilisasi sangat berisiko terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih. Kelemahan fisik dan immobilisasi berhubungan erat dengan diagnosa medis yang dialami oleh pasien. Karakteristik responden berdasarkan diagnosa medis paling banyak adalah stroke sebanyak (26,67%). Pasien-pasien dengan diagnosa stroke, fraktur servikal, tetraplegi, paraplegi inferior, jantung, CRF, dan DM merupakan risiko tinggi terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih

karena adanya keterbatasan mobilisasi fisik dan penurunan daya imun. Kateter yang terpasang akan menimbulkan iritasi, trauma dan menjadi transmisi masuknya agent infeksi. B. Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih Infeksi nosokomial terjadi setelah pasien dirawat di rumah sakit minimal 3x24 jam. Salah satu jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi adalah infeksi saluran kemih. Infeksi nosokomial saluraran kemih (INSK) disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain agent yang masuk ke dalam tubuh memiliki virulensi yang kuat, hospes yang lemah, dan memiliki daya imun yang rendah, (Azwar, S., 1994). Selain itu juga akibat dari prosedur pemasangan kateter yang tidak memperhatikan teknik aseptik, kateter terlalu lama terpasang dan kualitas perawatan kateter yang kurang baik (Tietjen, Linda, dkk. 2004). Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian INSK di RS Roemani cukup tinggi. Dari 30 responden yang dilakukan penelitian, terdapat 36,7% yang terkena INSK. Hal ini perlu diteliti lebih jauh karena pada semua tingkat kualitas terdapat kejadian INSK (pada tingkat kualitas baik terdapat 22,22%, cukup 26,67% dan kurang terdapat 83,33%). Apakah mungkin karena faktor hospes, agent, prosedur pemasangan, lama pemasangan kateter atau yang lainnya seperti diagnosa medis pasien yang terpasang kateter. CRF, DM dan stroke merupakan penyakit yang memiliki risiko tinggi terjadinya ISK. Faktor lingkungan juga mempengaruhi, misalnya pasien yang tidak dikelompokkan sesuai jenis penyakit menular, akan menjadi predisposisi terjdinya infeksi nosokomial yang besar. C. Kualitas Perawatan Kateter Kualitas perawatan kateter merupakan tingkat pemberian pelayanan keperawatan berupa perawatan kateter sesuai standar operasional perawatan kateter dengan mengacu pada standar pelayanan profesi keperawatan. Perawatan kateter pada pasien-pasien terpasang kateter dower mutlak dilakukan untuk meminimalkan dampak yang tidak diinginkan berupa terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih. Kualitas perawatan kateter didasarkan pada pemberian perawatan kateter yang dilakukan oleh perawat yang meliputi standar operasional perawatan kateter dan prosedur pencegahan infeksi saluran kemih. Untuk menilai kedua unsur tersebut, peneliti melakukan observasi pada perawat dalam melakukan perawatan kateter serta mengkaji keadaan pasien yang terpasang kateter setelah dilakukan tindakan perawatan kateter. Observasi dilakukan selama pasien mulai terpasang dower kateter sampai dilepas atau hari kesepuluh. Hal ini dilakukan karena kejadian infeksi nosokomial terjadi setelah pasien dirawat minimal 3x24 jam. Penilaian yang diperoleh dari kedua unsur tersebut, didapatkan kualitas perawatan dower kateter di RS Roemani Semarang. Hasilnya adalah kualitas cukup sebesar 50%, baik sebesar 30% dan kurang sebesar 20% dari 30 responden yang dilakukan penelitian. Kualitas perawatan kateter yang baik (30%) mungkin dipengaruhi oleh pemahaman responden tentang prosedur operasional dan prosedur pencegahan infeksi yang baik. Selain itu kemampuan,

keandalan seorang perawat dalam melakukan perawatan juga mempengaruhi kualitas. Semakin baik tingkat kemampuan dan keandalannya, maka akan semakin baik kualitasnya. Kemampuan dan keandalan dapat dipengaruhi oleh lama bekerja perawat itu sendiri. Kualitas perawatan kateter yang cukup (50%) mungkin dipengaruhi oleh pemahaman responden tentang prosedur operasional perawatan dan prosedur pencegahan infeksi yang baik tetapi dalam pelaksaanaannya masih belum sesuai. Menggunakan prinsip tetapi kurang sesuai dengan prosedur. Kualitas perawatan kateter yang kurang mungkin dipengaruhi oleh pemahaman responden tentang prosedur operasional perawatan dan prosedur pencegahan infeksi yang kurang dan dalam pelaksanaanya tidak sesuai. D. Hubungan antara Kualitas Perawatan Kateter dengan Kejadian Infeksi Nosokomial Saluran Kemih. Kejadian infeksi nosokomial saluran kemih sering terjadi pada pasien yang terpasang dower kateter dan di rumah sakit. Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana masuknya agent atau mikroorganisme ke dalam tubuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih dan dapat diubah untuk meminimalkannya adalah prosedur pemasangan, lama pemasangan dan kualitas perawatan kateter (Schaffer. 2000). Prosedur pemasangan kateter perlu memperhatikan teknik aseptik dan benar sehingga tidak menimbulkan iritasi atau trauma pada saluran kemih yang dapat menjadi sumber infeksi. Lamanya waktu pemasangan kateter sebaiknya tidak terlalu lama, karena semakin lama terpasang kateter angka kejadian infeksi saluran kemih semakin tinggi. Apabila ada advis dokter untuk melepas dower kateter maka harus dilepas secepat mungkin dan bila terpasang lebih dari 7 hari maka penggantian dower kateter baru harus dilakukan. Pemberian perawatan kateter yang berkualitas tinggi akan dapat mengurangi tingkat terjadinya infeksi nosokomial saluran kemih. Hasil penelitian didapatkan perbandingan yang cukup mencolok terhadap hubungan antara perbedaan kualitas perawatan kateter dengan dengan angka kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. Kualitas yang kurang angka kejadian infeksinya lebih tinggi yaitu sekitar 83,3% atau dari 6 responden terdapat 5 yang terjadi dan 1 tidak terjadi infeksi saluran kemih. Kualitas cukup sebanyak 26,67% atau dari 15 responden terdapat 4 yang terjadi infeksi dan 11 tidak terjadi infeksi saluran kemih. Kualitas baik tingkat kejadian infeksinya sebesar 22,22% atau dari 9 responden hanya ada 2 yang terjadi infeksi dan 7 tidak terjadi infeksi. Secara keseluruhan prosentase kejadian infeksi nosokomial saluran kemih pada tingkat kualitas perawatan kurang adalah 45,5%, cukup 36,4% dan baik sebesar 18,2% dari 30 responden. Prosentase kejadian infeksi nosokomial saluran kemih pada responden yang terpasang dower kateter dan dilakukan perawatan kateter yang kurang, lebih besar dibandingkan dengan responden yang dilakukan perawatan dengan kualitas yang cukup dan baik.

Pada tingkat kualitas perawatan yang baik (30%) masih terdapat kejadian infeksi walaupun nilainya kecil yaitu sebesar 22,22%. Hal ini mungkin disebabkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian infeksi saluran kemih seperti prosedur pemasangan yang tidak memperhatikan teknik aseptik, terlalu lama dower kateter terpasang, umur hospes yang sudah mendekati lansia sehingga sudah terjadi penurunan daya imun (dari data observasi, pasien yang terkena INSK berumur 54 dan 55 tahun). Selain itu faktor lain yang menjadi faktor predisposisi adalah diagnosa medis. Diagnosa medis yang memiliki risiko tinggi terjadinya ISK adalah CRF dan DM. Lingkungan sekitar yang banyak mengandung mikroorganisme juga menjadi salah satu faktor predisposisi penyebab infeksi nosokomial, sehingga setiap saat mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui kateter yang bersinggungan dengan alat tenun yang kotor. Pada tingkat kualitas perawatan kateter cukup (50%), angka kejadian infeksi lebih tinggi dibandingkan kualitas perawatan kateter yang baik yaitu sebesar 26,67%. Hal ini mungkin disebabkan ada prosedur perawatan kateter yang tidak dilakukan secara benar misalnya cuci tangan yang tidak sesuai sehingga menjadi media pemindahan organisme. Selain itu juga lingkungan sekitar yang banyak mengandung mikroorganisme, sehingga setiap saat mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Pada tingkat kualitas perawatan kateter yang kurang (20%), angka kejadian infeksi sangat besar yaitu sebesar 83,33%. Hal ini mungkin terjadi karena adanya pemindahan mikroorganisme dari tangan perawat dan masuk ke dalam tubuh pasien. Selain itu juga faktorfaktor risiko tinggi yang mengakibatkan kejadian infeksi saluran kemih seperti hospes yang sudah menjelang lansia (berumur 55 tahun) sehingga sudah terjadi penurunan daya imun sehingga mudah terjadi infeksi. Hubungan antara kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih diperoleh dengan mengguanakan uji Chi Square menunjukan adanya korelasi dimana X 2 = 7,081 dengan df = 2 dan taraf signifikansi 5% lebih besar dibandingkan nilai X 2 tabel adalah 5,99. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) ditolak dan hipotesis kerja (H 1 ) diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih. KESIMPULAN Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian adalah sesuai dengan criteria inklusi yaitu untuk perawat memiliki pendidikan DIII dan S1 Keperawatan, untuk pasien laki-laki, umur 18 55 tahun dan diagnosa medis saat masuk bukan ISK. Kualitas perawatan kateter didasarkan pada dua unsur yaitu standar operasional prosedur perawatan kateter dan prosedur pencegahan infeksi. Berdasarkan penilaian tersebut kualitas perawatan kateter di RS Roemani Semarang tergolong cukup yaitu sebesar 50% dari 30 responden.

Tingkat kejadian infeksi nosokomial saluran kemih di RS Roemani Semarang pada periode bulan Desember 2006 Januari 2007 sebesar 36,67% dari 30 responden.adanya hubungan antara kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih dengan p value 0,029. DAFTAR PUSTAKA Ardiyanto, 2005. Hubungan Antara Lama Pemasangan Kateter dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Tidak dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah Semarang. Asosiasi Institusi Pendidikan DIII Keperawatan Jawa Tengah. 2006. Standar Operasional Prosedur Keperawatan. Surakarta. A. Aziz, Alimul Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Medika. Azwar, S., 1994. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta : Penerbit IDI. Bullecheck, G.M., and Mc Closkey, J.C., 1999. Nursing Interventions, Effective Nursing Treatments Urinary Catheterization : Intermittent. Third edition, W.B.Saunders Company. Djoyosugito. 2001. Buku Manual Pengendalian Infeksi Nosokomial Di RS. Jakarta : IDI. Ellis, J.R.,Nowlis E. A., and Bentz P. M., 1996. Modules for Basic Nursing Skills, Catheterization. Six Edition. Volume II, Lippincott. Heather, M. And Hannie, G. 2001. Penjaminan Kualitas Dalam Keperawatan : Konsep, Metode dan Studi Kasus. Cetakan I. Alih Bahasa : James Veldman. Jakarta. EGC. Kunoputranto, Haryoto, Dr, MPH, Dr.PH. 1997. Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit. Jakarta. POKJA Kajian Pelayanan Kesehatan, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia.