BAB I PENDAHULUAN. faktor keturunan merupakan salah satu penyebabnya. Candra (2006)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGALAMAN KELUARGA SEBAGAI PEMBERI ASUHAN PERAWATAN PADA PENDERITA SKIZOFRENIA DI DESA BIREM PUNTONG KOTA LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang. kebutuhan dasar manusia termasuk di bidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak asasi manusia, serta menjamin semua warga negara bersamaan. kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia hidup di lingkungan yang terus berubah, dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

TUGAS MATA KULIAH METOPEN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap manusia lainnya. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Skizofrenia adalah penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel syaraf pada otak manusia. Skizofrenia termasuk psikosa dan penyebabnya sampai kini belum diketahui secara pasti, namun disebutkan faktor keturunan merupakan salah satu penyebabnya. Candra (2006) menyatakan bahwa apabila saudara ayah-ibu menderita skizofrenia, maka anak memiliki potensi sebesar 3% untuk menderita skizofrenia, tetapi bila salah satu saudara kandung yang menderita, anak berpotensi menderita skizofrenia sebesar 5%-10%. Skizofrenia mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata 0,85%). Angka insiden skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per tahun. Wanita cenderung mengalami gejala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat jalan dan fungsi sosial yang lebih baik di komunitas di bandingkan laki-laki. Angka kejadian pada laki-laki terjadi lebih awal dibandingkan pada wanita. Puncak kejadian pada laki-laki terjadi pada usia 15-25 tahun sedangkan pada wanita terjadi pada usia 25-35 tahun.penderita skizofrena yang berada pada rentang usia 25-50 tahun beresiko untuk bunuh diri dan 10%nya berhasil melakukan bunuh diri (Benhard, 2007).

Hasil penelitian Intermediate Course Community Mental Health Nursing (IC-CHMN) di Aceh Tengah menemukan bahwa yang mengalami gangguan jiwa tercatat sebanyak 434 orang dengan berbagai kasus. Kasus terbanyak 139 orang dengan jenis skizofrenia dan gangguan psikotik kronik terjadi pada usia 15 sampai 45 tahun dan terbanyak pada usia produktif antara 20 sampai 44 tahun sebanyak 104 orang. Sedangkan gangguan depresi tercatat sebanyak 16 orang (Liza, 2007). Kehadiran penderita skizofrenia sering dirasakan sebagai beban keluarga, sehingga banyak keluarga yang malu mengakui penderita sebagai bagian dari keluarganya (Anas, 2002). Berbagai problema menimpa keluarga, membebani berbagai aspek kehidupan keluarga. Penderita skizofrenia sering minder, tidak mempunyai teman, menganggur, malas, aneh, bicara sendiri, ketawa sendiri, terkadang selalu memikirkan untuk bunuh diri saja, tak pandai mengatur uang, kegiatan itu-itu saja, monoton, kurang variasi, tak bisa bergaul, dan banyak lagi sifat atau gejala yang sulit-sulit (Chandra, 2004). Kondisi inilah yang membuat keluarga tidak siap menerima dan merawat penderita (anggota keluarga yang menderita skizofrenia). Penyakit skizofrenia seringkali menetap atau kronis, kambuh/berulang sehingga perlu terapi berjangka lama. Penderita skizofrenia juga merupakan tantangan bagi masyarakat karena adanya stigma dalam masyarakat, penanganan yang kurang memadai, kesempatan dan kemampuan untuk reintegrasi ke dalam masyarakat kurang sekali,

tendensi kronisitas, dukungan psikososial dan keterlibatan keluarga yang tak memadai, terapi modalitas yang berbeda-beda, sumber-sumber ekonomi yang kurang, dan biaya terapi jangka lama. Faktor-faktor inilah yang sering menimbulkan kebosanan keluarga sebagai pemberi perawatan. (Candra, 2004). Selain itu masalah yang sering dialami oleh keluarga selama merawat penderita skiizofrenia di rumah antara lain meningkatnya stres keluarga akibat biaya yang dibutuhkan oleh penderita, status emosional keluarga yang tidak stabil, dan semuanya ini berdampak pada fungsional keluarga. Talbott (1984 dikutip dari Rose, 1998) mengemukakan bahwa sekitar 25% penderita skizofrenia mendapat perlakuan yang kasar dan tidak layak dari keluarganya yang merupakan sumber dukungan utama bagi penderita. Di beberapa pedesaan di Indonesia sering ditemukan keluarga yang mengurung/memasung penderita dalam suatu ruangan khusus yang gelap dan tersendiri. Keluarga juga terkesan menelantarkan penderita dan membuangnya ke jalanan atau pasar-pasar. Mengingat bahwa lingkungan pergaulan yang pertama adalah keluarga, maka tingkah laku agresif (kekerasan) dalam keluarga harus dihindarkan sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan salah satu penyembuhan yang sangat berarti bagi penderita skizofrenia (Keliat, 1992). Hasil penelitian di peroleh data bahwa jumlah penderita skizofrenia yang berobat jalan pada Rumah Sakit Umum Langsa sebanyak 204 orang,

puskesmas Seuriget sebanyak 70 orang, puskesmas Langsa Barat sebanyak 40 orang, puskesmas Langsa Kota sebanyak 25 orang, puskesmas Sukarejo sebanyak 35 orang. Menurut pandangan masyarakat di Kota Langsa, penyakit gangguan jiwa merupakan suatu hal yang disebabkan oleh sesuatu yang magis seperti guna-guna atau santet, sehingga keluarga akan membawa anggota keluarga yang sakit ke dukun atau orang pintar. Adanya perasaan malu bila memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sehingga keluarga akan berusaha untuk menjauhkan orang yang sakit dengan lingkungannya. Namun, uniknya semua keluarga ini menjadi tempat bertanya bagi masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan gangguan jiwa dan bagaimana cara menghadapinya bila ada anggota keluarga mereka yang mengalaminya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengeksplorasi pengalaman keluarga sebagai pemberi asuhan perawatan pada anggota keluarga yang menderita skizofrenia di Desa Birem Puntong Kota Langsa. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang merawat anggota keluarga yang menderita skizofrenia dan tinggal dalam satu rumah. Semua penderita ini tidak ada yang di rawat di rumah sakit ataupun Puskesmas tersebut dan semuanya di rawat oleh keluarga sehingga keluarga yang memegang peranan penting dalam merawat anggota keluarga yang menderita skizofrenia.

1.2. TUJUAN PENELITIAN a. Mendapatkan gambaran tentang pengalaman keluarga sebagai pemberi asuhan perawatan pada penderita skizofrenia, b. Mengidentifikasi dampak dari pengalaman keluarga sebagai pemberi asuhan perawatan terhadap fungsi keluarga, c. Mengidentifikasi kebutuhan keluarga sebagai pemberi asuhan perawatan pada penderita skizofrenia. 1.3. PERTANYAAN PENELITIAN a. Bagaimana pengalaman keluarga selama memberi asuhan perawatan pada penderita skizofrenia? b. Dampak penyakit skizofrenia terhadap pengalaman keluarga sebagai pemberi asuhan perawatan terhadap fungsi keluarga? c. Kebutuhan apasajakah yang diperlukan keluarga selama memberi asuhan perawatan pada penderita skizofrenia? 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi perawat jiwa komunitas dalam meningkatkan kualitas pelayanan perawatan pada penderita skizofrenia di masyarakat dan puskesmas dan mampu mengidentifikasi kebutuhan keluarga sebagai pemberi asuhan

perawatan pada penderita skizofrenia, serta memberi pendidikan kesehatan cara merawat penderita skizofrenia di rumah. 1.4.2. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan sub mata kuliah keperawatan jiwa komunitas dalam rangka mempersiapkan mahasiwa untuk dapat memberi asuhan perawatan tidak hanya terhadap penderita skizofrenia tetapi juga kepada keluarga di masyarakat. 1.4.3. Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan pengalaman keluarga sebagai pemberi asuhan perawatan pada penderita skizofrenia di masyarakat.