BAB II METODE HAFALAN KOSA KATA BAHASA ARAB DAN KETERAMPILAN BERBICARA. 1. Pengertian Metode Hafalan dan Kosa Kata Bahasa Arab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KOSA KATA, TATA BAHASA DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS BAHASA ARAB

KORELASI PENGUASAAN KOSA KATA BAHASA ARAB DENGAN KEMAMPUAN BERPIDATO BAHASA ARAB MAHASISWA PBA UNISDA LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat diragukan lagi. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill),

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KOSAKATA DASAR MENJADI PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I KEPOSONG NASKAH PUBLIKASI

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. 1 Semester 1

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi

BAB I PENDAHULUAN. yakni sebagai bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang

PENERAPAN METODE MIMICRY-MEMORIZATION (MIM-MEM METHOD) DALAM PEMBELAJARAN MUFRADAT DI MTs. ASY-SYAFI IYYAH JATIBARANG BREBES TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

PENERAPAN METODE MUHADATSAH DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHARAH KALAM PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

SILABUS TEMATIK. Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 : Diri Sendiri

BAB I PENDAHULUAN. berbudaya dan beragama. Menurut Abd al-majid dalam buku Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. saling belajar dengan yang lain, baik komunikasi secara lisan maupun tertulis.

استعمال طزيقت انمباشزة ف مهارة انكالو ندرس انهغت انعزبيت ندي انتالميذ ف انصف انثان بمد رست "مفتاح انسالو" انثانىيت بايىماس

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. performen yang berupa tes lisan dan data lembar pengamatan (observasi). Data

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III - SEMESTER 2

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2 TEMA: PERMAINAN

BAB II METODE DRILL DAN KETRAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II METODE MENGHAFAL DAN KOSAKATA BAHASA ARAB

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA

BAB II KAJIAN TEORI. kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

PENDAHULUAN. sekitar serta individu lainnya, maupun berdirinya suatu komunitas bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya.

STRATEGI PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA. Oleh: DR. H. SYAIFUL MUSTOFA, M.Pd. MA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

PENERAPAN HUKUMAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN QIRO AH BAHASA ARAB DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH DI KELAS V MI PUCANGRO LAMONGAN

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB I PENDAHULUAN. bunyi, kosakata, tata tulisan, maupun yang bersifat non linguistik, yaitu. menyangkut sosio-kultural atau sosial budaya.

KAJIAN FONETIS KOSAKATA DASAR BAHASA MELAYU BALI. Umiliyah SMA Situbondo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

ز

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

KEMAHIRAN MENYIMAK DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Muh. Jabir

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MUFRADAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAHIRAN BERBICARA BAHASA ARAB SANTRI DAYAH DI KOTA BANDA ACEH. Oleh: Syarifuddin Hasyim,

Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita Bebas Non Tek dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN 153 Pekanbaru

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA LET S TELL A STORY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V SDN CIPOCOK JAYA 2 TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB IV PEMBELAJARAN KITÃBAH DAN KEMAMPUAN IMLA SISWA KELAS XA MA MAZROATUL HUDA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA WACANA EKSPOSISI SISWA SD DI DESA SELO KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

Nama Sekolah :... : Peristiwa Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Mendeskripsikan isi Puisi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

Memahami wacana lisan tentang benda-benda di sekitar dan dongeng.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia diperoleh melalui lembaga formal yakni lembaga pendidikan,

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA MENCERITAKAN TOKOH IDOLA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS VII SMPN 2

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

METODE PENGAJARAN MENYIMAK (Suatu Pengantar)

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. Semester 2

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penutur bahasa yang sopan, maka terkesan seseorang tersebut berkarakter. meningkatkan kualitas penggunaan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) B. KOMPETENSI DASAR 5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

PENGGUNAAN TEKNIK BERNYANYI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSA-KATA BAHASA ARAB PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. nama, keadaan, peristiwa dan ciri-ciri benda dengan kata-kata tersebut. membentuk prediksi tentang benda, orang atau peristiwa.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Bahasa Arab sudah dimulai sejak di sekolah tingkat dasar

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditekuni oleh masyarakat untuk dipelajari dan di telaah, baik yang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi.

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

Transkripsi:

BAB II METODE HAFALAN KOSA KATA BAHASA ARAB DAN KETERAMPILAN BERBICARA A. Metode Hafalan Kosa Kata Bahasa Arab 1. Pengertian Metode Hafalan dan Kosa Kata Bahasa Arab a. Metode Hafalan Metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid didalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh murid dengan baik. 1 Metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran kosa kata adalah metode mahfuzat (menghafal). Metode menghafal atau hafalan yakni cara menyajikan materi pelajaran bahasa arab, dengan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikmah, dan lain-lain yang menarik hati. 2 Dalam belajar, menghafal bahan pelajaran merupakan salah satu kegiatan dalam rangka penguasaan bahan. Bahan pelajaran yang harus dikuasai tidak hanya dengan cara mengambil intisarinya 1 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prastya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hlm. 52 2 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodolodi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1997), hlm. 205 18

19 (pokok pikirannya), tetapi ada juga bahan pelajaran yang harus dikuasai dengan cara menghafalnya. Dalam menghafal, proses mengingat memegang peranan penting. Orang akan sukar menghafal bahan pelajaran bila daya ingatnya sangat rendah. Oleh karena itu daya ingat yang kuat sangat mendukung ketahanan hafalan seseorang. Untuk menghafal kosa kata tertentu dalam bahasa asing tidak perlu seluruhnya dihafal, tetapi cukup mencari akar katanya (kata dasar). Misalnya dalam bahasa inggris, ada kata harder atau hardest. Kata-kata ini sebenarnya berasal dari kata hard yang artinya keras. 3 b. Kosa Kata Bahasa Arab Kosa kata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Tetapi mempelajari bahasa tidak identik dengan mempelajari kosa kata. Artinya untuk memiliki kemahiran berbahasa tidak cukup hanya dengan menghafal kosa kata saja. Menurut pendapat Mahmud Kamil Naqoh pengertian kosa kata adalah sebuah alat-alat untuk pengambilan makna, sebagaimana kosa kata itu digunakan di waktu tertentu dan media untuk berfikir, maka dengan kosa kata ini pembicara dapat berfikir dan 3 Daryanto dan Mulyo Rahardjo, Model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta : Gava Media, 2012), hal. 75

20 menerjemahkan pikiran tersebut kedalam sebuah kata-kata yang ingin dibawakan atau diungkapkan. 4 Makna sebuah kata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu makna denotative (ashli) dan makna konotatif (idhai). Makna denotatif adalah makna yang terdapat dalam kamus. Ada dua macam makna denotatif yaitu makna hakiki dan makna kiasan. Kata al- umm makna hakikatnya adalah ibu yang melahirkan. Sedangkan kata al-umm dalam Umm al-kitab mengandung makna kiasan. Makna denotatif juga bisa dibedakan antara makna asal dan makna istilah. Kata al-hatif, makna asalnya adalah orang yang berbisik, sedang makna istilahnya adalah telepon. Adapun makna konotatif, adalah makna tambahan yang terkandung di dalamnya nuansa atau kesan khusus sebagai akibat dari pengalaman para pemakai bahasa. Sebagai contoh, kata al- Umm makna konotatifnya adalah kasih sayang dan perlindungan. Dari segi fungsi, kosa kata dibedakan menjadi dua : mufradat mu jamiyah dan mufradat wazifiyah. Yang pertama adalah kosa kata yang mempunyai makna dalam kamus seperti bayt, qalam, sayyarah, (rumah, pena, mobil). Sedangkan yang kedua adalah kosa kata yang mengemban suatu fungsi, misalnya huruf al-jar, asma al-mausul, damair, dan sejenisnya. 5 4 Madmud Kamil Naqoh, Ta limul Lughatul Arabiyah, (makkah: Jami ah Ummul Quro, 1985), hlm. 161 5 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2012), hlm. 126-127

21 Mempelajari kosa kata harus dimulai dari kosa kata dasar. Kosa kata dasar adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Kosa kata dasar terdiri atas : Istilah kekerabatan; misalnya : ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek, paman, bibi, menantu, mertua. Nama-nama bagian tubuh; misalnya: kepala, rambut, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, pinggang, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah, nafas. Kata ganti (diri, penunjuk); misalnya : saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, sana. Kata bilangan pokok; misalnya : satu, dua, tiga, empat, lima, dan seterusnya. Kata kerja pokok; misalnya : makan, minum, tidur, bangun. Kata keadaan pokok; misalnya : suka, duka, senang, susah. Benda-benda universal; misalnya : tanah, api, air, udara, langit. 6 2. Langkah-langkah Metode Hafalan Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan metode hafalan antara lain: a. Test awal dan apersepsi 6 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Kosa Kata, (Bandung : Angkasa, 2011), hlm. 3

22 b. Hendaklah materinya disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik, serta materinya menarik untuk dipelajari. c. Untuk tahap awal dipilih kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang, dan pada tahapan selanjutnya dapat diberikan cerita-cerita menarik, kata kata hikmah, atau bait-bait syair yang indah. d. Materinya sebaiknya tertulis, dan ditulis dengan tulisan yang indah sehingga dapat membangkitkan motivasi dan menggugah semangat untuk belajar dan dibaca secara bersama-sama untuk mempercepat proses hafalannya. 7 Menurut pendapat Ismail Shinny dan Abdullah mengatakan bahwa sebaiknya mengajarkan kosa kata melalui cara tahapan berikut ini : a. Dengan cara menunjuk langsung pada benda (kosa kata) yang diajarkan. Sebagai contoh kalau guru mengajarkan kosa kata dimana referensinya ada dalam lingkungan kelas maka guru tinggal menunjuk benda tersebut سبورة maka guru tidak usah menterjemahkan kata tersebut, akan tetapi langsung menunjuk pada benda yang dimaksud, yaitu papan tulis. b. Dengan cara menghadirkan miniatur dari benda (kosa kata) yang diajarkan. Contoh : guru ingin memberikan kosa kata sebuah rumah yang indah, nyaman dan asri, maka guru cukup menghadirkan sebuah miniatur dari rumah tersebut. 7 Wa muna, Metodologi Pembelajaran bahasa Arab, (Yogyakarta : Teras, 2011) hal. 75

23 c. Dengan cara memberikan gambar dari kosa kata yang ingin diajarkan. Contoh : apabila seorang guru ingin mengajarkan kosa kata tentang sapi atau kambing, maka guru cukup menunjukkan gambar dari kosa kata tersebut. d. Dengan cara memperagakan dari kosa kata yang ingin disampaikan. Contoh : seorang guru ingin menyampaikan kosa kata (khususnya yang terkait dengan kata kerja) maka guru bisa melakukannya dengan cara memperagakan kosa kata tersebut tanpa بيتي harus menterjemah kedalam bahasa ibu, seperti kosa kata guru cukup memperagakan berjalan di depan kelas. e. Dengan cara memasukkan kosa kata yang ingin diajarkan dalam kalimat. Apabila seorang guru ingin mengajarkan kosa kata الفصل maka ia harus meletakkannya didalam jumlah جميل جميل tidak usah diterjemahkan kedalam ونظيف او أحمد جميل bahasa ibu. f. Dengan cara memberikan padanan kata, الترادف contoh : ketika guru memberikan kosa kata فصل maka ia harus memberikan. صف padanannya

24 g. Dengan cara memberikan lawan kata, التضاد contoh : ketika guru ingin menyampaikan kosa kata كبير maka ia harus. صغير memberikan lawan katanya h. Dengan cara memberikan definisi dari kosa kata yang diberikan. Contoh : guru memberikan kosa kata المسجد maka ia cukup. مكان الصالة واالعتكاف memberikan definisinya Apabila dari langkah-langkah tersebut di atas masih belum dapat dipahami oleh siswa atau ada kosa kata yang tidak bisa diungkapkan dengan delapan langkah yang ada maka mengartikan kosa kata kedalam bahasa ibu sebagai langkah yang terakhir. 8 3. Cara Penerapan Metode Hafalan Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar dalam bukunya Metodelodi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab teknik menghafal antara lain: a. Guru membacakan teks mahfudzat, setelah lebih dahulu dituliskan di papan tulis, kemudian diikuti oleh semua siswa bersama-sama, hingga hafal di luar kepala. Kemudian guru menguji masingmasing siswa tentang hafalannya di depan kelas dengan fasih. Dan setelah mendapat giliran, baru murid menyalinnya di buku tulis. 2009), hal. 55 8 Abdul Wahab Rasyid, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang : UIN Malang Press,

25 b. Membacakan mahfudzat sekaligus secara keseluruhan tanpa dibagibagi dalam potongan yang kecil. Kemudian dibaca berkali-kali sampai hafal betul. c. Kebalikan dari point 2: yaitu dengan cara membagi dalam bagian yang kecil materi mahfudzat dan dihafal, setelah hafal betul bagian pertama, berpindah ke bagian yang lain, dan seterusnya hingga semuanya hafal di luar kepala. 9 Adapun tahapan dan teknik pengajaran mufradat atau pengalaman belajar siswa dalam mengenal dan memperoleh makna mufradat adalah sebagai berikut : a. Mendengarkan kata Ini adalah tahap yang pertama. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang diucapkan guru, baik berdiri sendiri maupun didalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai oleh siswa, maka dalam dua atau tiga kali pengulangan, siswa telah mampu mendengarkan secara benar. Tahapan mendengarkan ini sangat penting karena kesalahan dalam pendengaran ini berakibat pada kesalahan atau ketidakakuratan dalam pengucapan dan penulisan. b. Mengucapkan kata hlm. 206-207 9 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodelodi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,..

26 Tahap berikutnya adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata baru membantu siswa mengingatnya dalam waktu yang lebih lama. Guru harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh keakuratan pelafalan atau pengucapan setiap kata oleh siswa karena kesalahan dalam pelafalan mengakibatkan kesalahan dalam penulisan. c. Mendapatkan makna kata Berikan arti kepada siswa dengan sedapat mungkin menghindari terjemahan, kecuali kalau tidak ada jalan lain. d. Membaca kata Setelah siswa mendengar, mengucapkan dan memahami makna kata-kata baru, guru menulisnya di papan tulis. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk membacanya dengan suara keras. e. Menulis kata Akan sangat membantu penguasaan kosa kata, kalau siswa diminta menulis kata-kata yang baru dipelajarinya pada saat makna kata-kata itu masih segar dalam ingatan siswa. Siswa menulis dibukunya masing-masing dengan mencontoh apa yang ditulis guru di papan tulis. f. Membuat kalimat Tahap terakhir dari kegiatan pengajaran kosa kata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang

27 sempurna, secara lisan maupun tulisan. Guru memberikan contoh kalimat kemudian meminta siswa membuat kalimat serupa. Latihan seperti ini sangat membantu memantapkan pengertian siswa terhadap makna kata. 10 4. Tujuan Metode Hafalan Tujuan mempelajari mahfudzat adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan daya fantasi anak didik, serta melatih daya ingatannya. b. Memperkaya perbendaharaan kata dan percakapan c. Mempermudah siswa dalam mempelajari sastra arab dan uslubuslub gaya bahasa yang menarik hati. d. Mendidik jiwa ksatria dan menanamkan budi luhur. e. Melatih anak didik agar baik ucapannya, indah perkataannya, menarik hati pendengar-pendengarnya. f. Melatih jiwa dan mental yang disiplin. 11 Adapun tujuan utama pembelajaran mufrodat (kosa kata) bahasa arab adalah sebagai berikut : a. Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa atau mahasiswa, baik melalui bahan bacaan maupun fahm al-masmu. b. Melatih siswa atau mahasiswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar karena pelafalan yang baik dan benar 10 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, hal. 129-133 11 Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metodenya,..hlm. 62

28 mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar pula. c. Memahami makna kosakata, baik secara denotative atau leksikal (berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu (makna konotatif dan gramatikal). d. Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufrodat itu dalam berekspresi lisan (berbicara) maupun tulisan (mengarang) sesuai dengan konteksnya yang benar. 12 B. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Keterampilan Berbicara Berbicara (Kalam) secara etimologis adalah perkataan, percakapan, dan pembicaraan. Sedangkan menurut pakar gramatika bahasa arab, kalam adalah lafal yang tersusun memberikan faidah dan dilakukan secara sengaja. Adapun pengertian Berbicara (Kalam) dalam perspektif terminologis adalah mengucapkan bunyi-bunyi bahasa arab secara benar dan akurat, dan bunyi-bunyi tersebut keluar dari makhraj al-huruf yang telah menjadi konsensus pakar bahasa. 13 Menurut pendapat yang lain Keterampilan berbicara adalah mengucapkan bunyi suara bahasa Arab dengan benar, di mana huruf 12 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab Untuk Studi Islam, (Malang : UIN- Maliki Press, 2010), hal. 33 13 Zulhannan, Teknik Pembelajara Bahasa Arab Interaktif, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014), hlm. 95

29 kata perkata yang diucapkan keluar melalui jalannya yang sesuai dan diakui oleh ahli bahasa. 14 Berdasarkan uraian di atas, keterampilan berbicara adalah kemampuan seseorang untuk mengucapkan artikulasi bunyi-bunyi atau kata-kata dengan aturan-aturan kebahasaan tertentu untuk menyampaikan ide dan perasaan. Maka keterampilan berbicara bahasa Arab adalah mempergunakan bunyi-bunyi bahasa Arab (aswat arabiyah) secara tepat dengan menggunakan tata bahasa (qawaid nahwiyyah wa sarfiyyah) dan mengatur penyusunan kata demi kata sehingga dapat digunakan untu mengungkapkan apa yang ia katakan. 15 Tidak dipungkiri bahwa saya, berbicara itu termasuk modal kegiatan berbahasa yang sangat penting bagi orang dewasa maupun anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang menggunakan pembicaraan lebih banyak dari pada penulisan, artinya mereka lebih banyak melakukan segala sesuatu melalui pembicaraan dari pada menuliskan sesuatu untuk disampaikan kepada orang lain. Dari sini mungkin berbicara yaitu suatu bentuk atau bahan utama guna menghubungkan bahasa ungkapan menurut orang-orang. Oleh karena 14 Abdullah al-gali dan Abdul Hamid Abdullah, Menyusun Buku Ajar Bahasa Arab, (Padang: Akademia Permata, 2012), hlm. 34 15 Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: CV Pustaka Cendaka Utama, 2012), hlm. 326

30 itu ungkapan kalam (bicara) itu bagian yang terpenting didalam pembiasaan berbahasa dan juga dalam menggunakan bahasa. 16 Selanjutnya perlu dipahami beberapa prinsip umum atau faktor yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain: a. Membutuhkan paling sedikit dua orang, seorang pembicara dan pendengar. b. Mempergunakan suatu sandi linguistic yang dipahami bersama. c. Adanya penerimaan atau pengakuan atas suatu wilayah referensi umum. d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan. e. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera. f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini. g. Melibatkan organ atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran. h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil dalam perlambangan dengan bunyi. 16 Ali Ahmad Madzkur, Tadris Funun Lughotul Arobiyah, (Darrossyawaq: Khuququ Thobi Makhfudzoh, 1991), hlm. 107

31 Seseorang berbicara karena adanya dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan atau untuk mengungkapkan apa yang ada dalam dirinya kepada orang lain. Karena itu kesuksesan dalam berbicara tidak hanya tergantung pada penguasaan faktor kebahasaan, (seperti ketetapan dalam pemilihan kata, dan penggunaan kaidah bahasa), tetapi juga ditentukan oleh penguasaan atas factor-faktor non-kebahasaan (seperti kelancaran, penghargaan terhadap pendapat orang lain, serta penguasaan atas topik pembicaraan). Berdasarkan hal itu untuk bias terampil dalam berbicara, seseorang harus memiliki empat kompetensi dasar sebagai berikut: a. Kompetensi gramatika atau sama dengan kompetensi linguistic, yaitu pengetahuan tentang kaidah tata bahasa yang terkait dengan ketepatan pengguanaan kata dan kalimat. b. Kompetensi sosiolinguistik, yaitu yang berhubungan dengan budaya atau tatanan social masyarakat pengguna bahasa c. Kompetensi wacana, yaitu kemampuan seseorang untuk menghubungkan bagian-bagian antar kalimat, atau kemampuan untuk membuat sebuah ungkapkan yang mempunyai makna yang menyeluruh.

32 d. Kompetensi strategi, yaitu strategi untuk mengatasi kemandengan dalam komunikasi seperti melalui penjelasan, pengulangan atau tebakan. 17 2. Teknik Pembelajaran Keterampilan Berbicara Teknik pembelajaran keterampilan berbicara ini dapat dilakukan melalui beberapa latihan (praktik) dari apa yang didengar secara pasif dalam latihan menyimak. Salah satu pendekatan yang paling cocok dalam pembelajaran keterampilan berbicara (Kalam) bagi pemula adalah sam iyyah syafawiyyah, dan pendekatan komunikatif. 18 Adapun teknik pembelajara keterampilan berbicara dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: a. Latihan Asosiasi dan Identifikasi Latihan Asosiasi dan Identifikasi ini dimaksudkan untuk melatih spontanitas peserta didik dan kecermatan mereka di dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan definisi kosa kata yang diucapkan atau yang didengar. Format latihan ini adalah sebagai berikut: 1. Pendidik menyebutkan sebuah kosa kata, selanjutnya peserta didik mengasosiasikan definisinya dalam sebuah pernyataan. 17 Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, hlm. 326-327 18 Zulhannan, Teknik Pembelajara Bahasa Arab Interaktif, hlm. 96

33 2. Pendidik menyebutkan sebuah Isim, selanjutnya peserta didik menyebutkan sinonim atau antonimnya. b. Latihan Pola Kalimat Latihan pola kalimat ini adalah sebuah format latihan yang disajikan terhadap peserta didik dengan mempresentasikan polapola kalimat, sehingga lidah mereka menjadi otomatis di dalam mengekspresikan pola kallimat arab, tanpa ada skeptic atau keraguan. c. Latihan Percakapan Latihan percakapan ini adalah merupakan latihan yang topiktopiknya diambil dari kehidupan sehari-hari, marketable dan aktual sehingga menarik bagi peserta didik. 19 3. Prinsip-prinsip Keterampilan Berbicara Agar pebelajar berbicara baik bagi non Arab, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang keterampilan ini. b. Memulai dengan suara-suara yang serupa antara dua bahasa (bahasa pebelajar dan bahasa Arab). 19 Zulhannan, Teknik Pembelajara Bahasa Arab Interaktif, hlm. 97-98

34 c. Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan tahapan dalam pengajaran berbicara, seperti memulai dengan lafadz-lafadz mudah yang terdiri dari satu kalimat, dua kalimat dan seterusnya. d. Memulai dengan kosa kata yang mudah. e. Mengfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara, yaitu: Cara mengucapkan bunyi dari makhrajnya dengan baik dan benar. Membedakan pengucapan harakat panjang dan pendek. Mengungkapkan ide-ide dengan cara yang benar dengan memperhatikan kaidah tata bahasa yang ada. Melatih siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan benar. f. Memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membedakan pengucapan bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide. 20 20 Abd Wahab Rosyidi dan Mamlu atul Ni mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 90-91

35 4. Tahapan Pembelajaran Keterampilan Berbicara Tahapan-tahapan pembelajaran keterampilan berbicara ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tahap pada tingkat pemula, tingkat menengah dan tingkat lanjut. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Untuk pembelajar pemula (mubtadi ) Guru memulai melatih bicara dengan memberi pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Pada saat yang bersamaan siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran. Guru mengurutkan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna. Guru menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafawiyah, menghafal percakapan atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah siswa baca. b. Bagi pembelajar lanjut (mutawassith) Belajar berbicara dengan bermain peran. Berdiskusi tentang tema tersebut.

36 Bercerita tentang peristiwa yang dialami oleh siswa. Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televise, radio atau lainnya. c. Bagi pembelajar tingkat lanjut (mutaqaddim) Guru memilih tema untuk berlatih kalam. Tema yang dipilih hendaknya menarik berhubungan dengan kehidupan siswa. Tema harus jelas dan terbatas. Mempersilahkan siswa memilih dua tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas memilih tema yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui. 21 5. Tujuan Keterampilan Berbicara a. Kemudahan berbicara Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mampu mengembangkan kemahiran ini secara wajar, lancer dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. 21 Abd Wahab Rosyidi dan Mamlu atul Ni mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab,... hlm. 93-94

37 b. Kejelasan Dalam hal ini peserta didik diharapkan mampu berbicara dengan jelas, baik itu dari artikulasinya maupun diksi kalimat-kalimatnya. c. Bertanggung jawab Latihan berbicara yang baik menekankan pembicara agar bertanggung jawab atas apa yang dibicarakan tersebut, jadi pembicaranya dapat dipikir-pikir dahulu dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan. d. Membentuk pendengaran yang kritis Latihan berbicara yang bagus sekaligus akan mengasah keterampilan menyimak secara cepat dan kritis. e. Membentuk kebiasaan Kebiasaan untuk berbicara bahasa arab tidak dapat dicapai tanpa adanya niat yang sungguh-sungguh dari pelajar itu sendiri. Kebiasaan ini akan terwujud dengan adanya latihan rutin dan interaksi antara dua individu atau lebih yang telah disepakati sebelumnya. 22 22 Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 242-243