Penguat Oprasional FE UDINUS

dokumen-dokumen yang mirip
OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

Elektronika. Pertemuan 8

Gambar 2.1. simbol op amp

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

BABV INSTRUMEN PENGUAT

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

Penguat Inverting dan Non Inverting

OPERATIONAL AMPLIFIERS

Bab III. Operational Amplifier

RANGKAIAN KONVERTER ZERO & Semester 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENGUJIAN

KARYA TULIS ILMIAH MENGETAHUI DAN MENGANALISA KELUARAN PENGUAT INTEGRATOR (INTEGRATOR AMPLIFIER)

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

BAB III PERANCANGAN ALAT

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

Modul 4. Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : M. Mufti Muflihun ( )

BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1. Model CFA [2]

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Modul 2. Pengkondisian Sinyal.

Teknik Elektromedik Widya Husada 1

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA

PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER)

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Penguat Oprasional FE UDINUS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Rangkaian penguat operasional (Op-amp) Linier. Sigit Pramono,ST,MT

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

BAB II LANDASAN TEORI

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator

KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER)

Perancangan Sistim Elektronika Analog

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

Percobaan 3 Rangkaian OPAMP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

BAB III PERANCANGAN ALAT

1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik dan aplikasi penguat instrumentasi

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TEMPERATURE TRANSMITTER MENGGUNAKAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) IC LM741.

BAB III METODE PENELITIAN

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

OP-01 UNIVERSAL OP AMP

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

Elektronika Lanjut. Herman Dwi Surjono, Ph.D.

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER )

KARAKTERISTIK SENSOR AF-30 PADA RANGKAIAN DETEKTOR ASAP. Sapto Haryoko Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT UNM. Abstrak

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

OPTIMALISASI ADC DENGAN REKAYASA PERANGKAT KERAS PADA PENGUKURAN SUHU

Bias dalam Transistor BJT

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI RANGKAIAN PENGUAT JEMBATAN Dosen Pengampu: Bekti Wulandari M.Pd

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMASI COMMON MODE REJECTION RATIO (CMRR) PADA PENGUAT INSTRUMENTASI

PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik converter tegangan ke arus

ADC-DAC 28 IN-3 IN IN-4 IN IN-5 IN IN-6 ADD-A 5 24 IN-7 ADD-B 6 22 EOC ALE msb ENABLE CLOCK

Perancangan Prototipe Transmitter Beacon Black Box Locator Acoustic 37.5 khz Pingers

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

'$&'LJLWDOWR$QDORJ&RQYHUWLRQ

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

Tujuan Mempelajari penggunaan penguat operasional (OPAMP) Mempelajari rangkaian dasar dengan OPAMP

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Transkripsi:

Penguat Oprasional FE UDINUS

KONTRAK PERKULIAHAN TIU : Memberi Pengenalan dan Dasar Pengetahuan Tentang Berbagai Penguat dengan Karakteristiknya.

DESKRIPSI SINGKAT Pembahasan mata kuliah ini meliputi penguat diferensial dan penguat oprasional yang meliputi karakteristik dan aplikasinya seperti penguat inverting dan non inverting, penjumlahan, integrator, osilator ADC, DAC dan analisa perancangan filter aktif dengan menggunakan Op-Amp.

Tujuan Mata Kuliah: Mampu menjelaskan dan membedakan karakteristik Op-amp dengan berbagai karakteristik. Mampu menjelaskan aplikasi penguatan dengan Opamp Mampu menerapkan Op-amp sebagai pembangkit sinyal seperti osilator, triangle generator dll Mampun menjelaskan tentang ADC dan DAC Mampu menganalisa dan merancang filter aktif

Materi Elektronika Dasar 1. Pengertian OP-amp dan karakteristiknya 2. Penguat inverting dan non inverting 3. Aplikasi OpAmp 4. Op-amp pembagkit sinyal 5. ADC dan DAC 6. Filter Aktif

Ketentuan Selama Perkuliahan 1. Menjunjung tinggi nilai kejujuran 2. Mentaati peraturan akademik dan norma kehidupan kampus (memakai baju sopan, sepatu, dll) 3. Kehadiran peserta dalam perkuliahan DIHARAPKAN 100% (ditolerir dapat tidak hadir sebanyak 3 kali dalam semester dengan keterangan yang sah) 4. Daftar hadir hanya diedarkan selama perkuliahan berlangsung, tidak diperkenankan mengisi daftar hadir setelah kuliah berakhir. 5. Peserta yang diketahui ditandatangani ataupun menandatangani absen peserta lain dianggap indisipliner dan tidak diperkenankan mengikuti ujian

Tata Cara Penilaian EVALUASI a. Evaluasi Tengah Semester : Objective Test b. Evaluasi Akhir Semester : Objective Test c. Tugas Terstruktur + Projek (pertengahan semester & Akhir semester) : Dikerjakan secara perseorangan Berupa tugas latihan soal dan tugas paper dengan topic yang relevan Tugas dikumpulkan dalam bentuk hard copy / softcopy Peserta yang diketahui menitip tugas atau mengerjakan tugas peserta lain akan dianggap indispliner dan tidak diperkenankan mengikuti ujian

Tata Cara Penilaian Bobot Penilaian 1. UTS : 20 % 2. UAS : 30 % 3. Tugas Terstruktur : 40 % 4. Lain-lain : 10 % Kriteria Penilaian A : > 86 B : 70 85 C : 60 79 D : 50 59 E : 0 49

Referensi 1. Milman, Microelectronic, 2 nd Ed., McGrawhill 2. Coughli & Driscoll, Oprational Amplifier & Linier Integrated circuit, 5 th Ed. 3. Prentice Hall, Franco, Design With Oprational Amplifiers and Analog Integrated Circuit, 2 nd Ed., McGrawhill

Pengenalan Op-Amp (Penguat Operasional ) Penguat Operasional adalah suatu rangkaian penguatan yang lengkap dalam bentuk sebuah IC Penguat Op-Amp memiliki sifat-sifat : Penguatan tegangannya sangat besar Impedansi masuknya sangat tinggi Impedansi keluarnya rendah Karakteristik frekuensinya lebar

+Vc Terminal / kaki Op-Amp _ +V RL V _ + V/2 RL V + - V V + - V/2 Cara memberi daya dengan 2 supply Cara memberi daya dengan 1 supply Kaki 1 & 5 : offset null Kaki 2 : masukan membalik (inverting input) Kaki 3 : masukan tak membalik (non inverting input) Kaki 4 : tanah (ground) Kaki 6 : keluaran (output) Kaki 7 : catu tegangan positif Kaki 8 : tak digunakan _

Op-Amp 741 mempunyai beberapa versi yang berbeda di belakang angka 741, seperti 741A, 741C, 741E, 741N. Huruf-huruf berbeda di belakang angka 741 tersebut membedakan pada penguatan tegangannya, temperature range, noise level dan karakteristik yang lainnya. IC Op-amp 741C Huruf C dibelakang angka 741 adalah singkatan dari Commercial grade yaitu tipe 741 yang paling murah dan paling banyak dan umum digunakan. IC Op-amp 741C mempunyai penguatan tegangan loop terbuka sebesar 1000.000 dan impedansi input 2 MΩ dan impedansi output 75 Ω dan mempunyai unity-gain frequency sebesar 1 MΩ.

Catu daya

Terminal Output dan Input Ed _ + + V AoL Vo=AoL.Ed Max Vo = +Vsat Min Vo = -Vsat Ed - V Vsat=dibawah tegangan supply antara 1 sampai 2 volt Ed _ + + V AoL - V Misalkan V supply ± 15 Volt maka vsat = ±13 Volt Vo=AoL.Ed AoL disebut penguatan atau gain terbuka karenena tidak ada umpan balik antara terminal input dan terminal output dibiarkan terbuka.

Perbedaan Tegangan masukan (Ed) Nilai AoL sebesar 200.000 Penguatan Ed dibatasi maksimum ±65µV Misalkan AoL=200.000, V= ±13V EE = +VVVV AAA = +13V 200.000 = 65µ EE = +VVVV AAA = 13V 200.000 = 65µ Apabila tegangan masukan berbeda antara 65µV EE 65µV, Op-Amp berlaku Sebagai penguat secara linier dan berlaku Vo= Ed.AoL.

Kesimpulan Tegangan Output berada pada salah satu batas + Vsat atau Vsat Untuk mempertahankan Vo tetap berada pada batass batas ini maka perlu dipadang umpan balik Karena Ed nilainya sangat kecil atau tidak mudah untuk mengukurnya maka untuk kepentingan praktis Ed sama dengan 0 Tegangan masukan (-) Tegangan masukan (+) Ed Pola ritas Ed Vo=AoL.Ed Polaritas Vo Vo -10µ -15µ -5µ - -10V - -1V -10µ 15µ 25µ + 5V + 5V -10µ -5µ 5µ + 1V + 1V +1.000001 +1.000000-1 - -0,2V - -0,2V +5m 0-5m - -1.000V - -Vsat=-13V 0 5m 5m + 1000V + +VsAT=+13V

Penguat Operasional Ideal Penguat operasional ideal adalah penguat diferensial ideal. Sifat-sifat sebuah penguat operasional ideal : Penguatan tegangannya tak terhingga (G V = ); Impedansi masuknya tak terhingga, jadi arus masuknya sama dengan nol; Impedansi keluarnya sama dengan nol; Karakteristik Frekuensinya rata, dan membentang dari frekuensi nol hingga f =. 17 Abdul Rahman@2004

Penguat Operasional Praktis (Tidak Ideal) Dalam prakteknya tidak ada penguat operasional yg ideal, Namun demikian sebuah penguat operasional praktis seringkali dapat dianggap seolah-olah memiliki sifat-sifat ideal. 18 Abdul Rahman@2004

19 Op-Amp Non-inverting input inverting input 2 3 7 4 +5v 6 0utput -5v

20 Inverting Op-Amp Inverting untuk konfigurasi dimana masukan positip menghasikankeluaran negatip atau masukan negatip menghasilkankeluaran positip. V +Vcc _ V V V R OUT = IN R f 1 t Tetap + - V EE t - V EE

21 V Non-Inverting Amplifier t Tetap +Vcc _ + - V EE +Vcc Non-Inverting untuk konfigurasi dimana masukan positip menghasilkankeluaranpositip.atau masukan negatif menghasilkan keluaran negatif. Seperti halnya pada rangkaianinverting, disinipun akan ditunjukanrumus gain dari rangkaian ini. V V OUT = VIN + t R R 1 1 2

Zero Crossing Detector Rangkaan detektor dinamakan juga sebagai pembanding yaitu membandingkan suatu tegangan masukan (input) pada salah satu kaki masukan dengan satu tegangan tertentu atau dengan nol. Hasil pembandingnya dapat menggunakan rumus Ed sehingga didapatkan tegangan keluaran(output)yang tergantung polaritas dari Ed. Jika polaritas Ed= negatif maka Vo= +Vsat Jika polaritas Ed= Positif maka Vo= -Vsat Zero Crossing Detector Zero crossing nol Inverting zero crossing detector Non inverting zero crossing detector Inverting voltagae level detector Non-inverting voltagae level detector 22

23 Duty Cycle Siklus kerja / Duty cycle merupakan perbandingan waktu on dengan priode sinyal dikalikan dengan 100%. Duty cycle = T on T on + t off Suatu sinyal mempunyai priode 10 m detik dan waktu on sama dengan 2 m detik Berapa waktu negatif /waktu rendahnya? Penyelesaian : T T L L = T T on = 10 3 = 7mdet ik Dutyccycle = T T on x100% = 30%

24 Detektor Penyilang nol Detektor Penyilang nol pembalik ( Inverting zero crossing Detector/IZCD) Sinyal masukan masuk pada (-) op amp dan membandingkan dengan nol (+) op Amp. Ed = (+) input (-) input= 0 Vi = - Vi Vi < 0 maka Vo = + Vsat Vi > 0 maka Vo = - Vsat

25 Detektor Penyilang nol Detektor Penyilang nol tak pembalik ( non-inverting zero crossing Detector/NIZCD) Sinyal masukan masuk pada (+) op amp dan membandingkan dengan nol (-) op Amp. Ed = (+) input (-) input= Vi 0 Vi > 0 maka Vo = + Vsat Vi < 0 maka Vo = - Vsat

26 Detektor taraf tegangan Detektor taraf membalik (Inverting voltage level detector / IVLD) Sinyal masukan masuk pada (-) op amp dan membandingkan dengan nol (+) op Amp. Ed = (+) input (-) input= Vref vi Vi > Vref maka Vo = + Vsat Vi < Vref maka Vo = - Vsat

27 Detektor taraf tegangan Detektor taraf membalik (Inverting voltage level detector / IVLD) Sinyal masukan masuk pada (-) op amp dan membandingkan dengan nol (+) op Amp. Ed = (+) input (-) input= Vref vi Vi > Vref maka Vo = + Vsat Vi < Vref maka Vo = - Vsat

28 Detektor taraf tegangan Detektor taraf tak membalik (non-inverting voltage level detector / IVLD) Sinyal masukan masuk pada (-) op amp dan membandingkan dengan nol (+) op Amp. Ed = (+) input (-) input= Vi Vref Vi < Vref maka Vo = - Vsat Vi > Vref maka Vo = + Vsat

29 Rangkaian tegangan Ref VVVV = RR RR + RR (+V) Misalkan + V = 12 Volt, R1 100 ohm, R2= 50 Ohm Maka Vref adalah 50 VVVV = 100 + 50 12 = 4 volt

30 Latihan Diket : ± V = 15V ; Vsat = ±13Volt a. Hit Ton, Toff dan duty cycle b. Gambarlah output tegangan Vo

31 Diket : ± V = 15V ; Vsat = ±13Volt a. Hit Ton dan duty cycle b. Gambarlah output tegangan Vo

32 Diket : ± V = 15V ; Vsat = ±13Volt a. Hit Ton dan duty cycle b. Gambarlah output tegangan Vo

33 Diket : ± V = 12V ; Vsat = ±10Volt a. Hit Ton dan duty cycle b. Gambarlah output tegangan Vo

Penguat Pembalik (Inverting Amplifier) I Karene arus yg masuk keterminal op Amp = 0 Maka I melewat Rf sehingga timbul tegangan pada Rf yaitu VRf = IRf = VV RR RR Polaritas (-) pada Rf pada terminal keluaran Vo maka Vo = -VRf Vo = -VRf = - VV RR RR = - VV RR RR

Contoh I Deket : Rf = 100K, Ri = 10K, Ei = 1 Volt dan RL = 25 K. Hitung : I, Vo, AcL,IL, Lo Solusi : I = VV RR = 1 V 10 K = 0,1mA Vo = - RR RR VV = 100K 10K (1Volt) = 10 volt AcL = 10 1 = 10 IL = 0 VV RR = 0 ( 10) 25K = 0,4 ma Io = I + IL = 0,1 + 0,4 =0,5 ma

Tegangan negatif sebagai masukan pada Inverting input I Deket : Rf = 250K, Ri = 10K, Ei = - 0,5 Volt dan RL = 25 K. Hitung : I, Vo, AcL,IL, Lo Solusi : I = VV RR = 0,5 V 10 K = 0,05mA Vo = - RR RR VV = 250K 10K ( 0,5 Volt) = 12,5 volt AcL = 250K 10K = 25 IL = VV = 12,5 = 0,5 ma RR 25K Io = I + IL = 0,05 + 0,5 =0,55 ma

Tegangan AC sebagai masukan pada Inverting input Vi Vo

Rangkaian Penjumlah Membalik (Inverting Adder) Dengan 3 masukan Op Amp yaitu V1, V2, V3 Maka dapat dirumuskan Jika R1 R2 R3 Rf Vo = (- RR RR RR VV) + ( V2)+( V2) R1 R2 R3 Jika R1=R2=R3=Rf Rangkaian Pengikut Tegangan (Voltage Follower) Vo = Vi Vo = - (V1+V2+V3) Jika jumlah masukannya sebanyak R dimana R1=R2=R3=R maka Vo = [ VV+VV+VV+RR ] n

Penguat Tak Membalik (Non- Inverting Amplifier) I Karene arus yg masuk keterminal op Amp = 0 maka arus I berasal dari Vo melewat Rf sehingga timbul tegangan pada Rf yaitu VRf = IRf = VV RR RR Polaritas (+) pada Rf pada terminal keluaran Vo maka besarnya Vo merupakan penjumlahan antara tegangan Rf dengan tegangan input sehingga Vo = VRf + Vi Vo = VRf+Vi = VV RR RR + VV = VV + VV RR RR Vo = ( RR + 1)VV RR Dengan menggunakan Gain tertutup (AcL) maka AcL= Vo = RR +1 Vi RR IL= VV RL

Rangkaian Penjumlah Tak Membalik (Non Inverting Adder) Dengan menggunakan prinsip superposisi untuk mencari tegangan masukan pada masukan (+) Op am didapatkan Vi = ( R2 R1+RR )VV + ( Maka Vo = ( Rf Ri + 1)( AcL = [ VV VV ] R1 RR+R2 )V2 RR RR+RR VV + RR R1+RR V2)

Rangkaian Penjumlah Tak Membalik (Non Inverting Adder) N masukan Bila jumlah masukan lebih dari dua atau N masukan dengan R sama semua kecuali Rf dan nilai Rf sama dengan Rf= (n -1) maka besarnya tengangan output Vo = (V1+V2+V3)

Rangkaian Penguat selisih Terdiri dari penguat membalik dan penguat tak membalik yang tegangan outputnya merupakan selisih dari tegangan inputnya Vo = ( Rf + 1) + ( RR Rf V2) Vi Ri RR+RR Ri Jika nilai perbandingan resistor seimbang Ri = RR R1 R2 mmmm VV = RR RR VV VV

Rangkaian pembanding Pembanding (Komparator) merupakan rangkaian yang berfungsi sebagai pembanding sinyal input dengan tegangan refrensi. Sebelumnya rangkaian pembanding berupa open loop dengan tegangan input tidak mengalami noise.

Sifat Op Amp sebagai detektor maupun komparator, Tegangan output (Vo) didapatkan dari selisih tegangan Ed. Jika Ed positif (+) maka Vo sama dengan +Vsat dan sebaliknya. Saat nois timbul pada input (En) maka kaki inverting pada input menjadi (Vi+Vn) sehingga selisi Ed menjadi : Ed = 0 (Vi+Vn) = - (Vin+Vn)

Detektor pembalik penyilang nol dengan histerisis (IZCD with Hysterisis) Untuk mengatasi nois perlu dipasang feedback ke masukan positif input(positive feedback).

Outpu pada sebuah pembanding ada 2 kemungkinan: +Vsat -Vsat Ciri pembanding adalah feedback Masukan + Op Amp Misalkan pertama kali Op Amp diaktifkan Vo berada pada +Vsat dengan tegangan masukan + sebesar RR ( ) + VVVV. RR+RR Karena tegangan feedback ini bernilai positif atau lebih besar dari tegangan feedback lainya maka dinamakan upper threshold voltage (VUT)

Jadi (VUT) = ( RR RR+RR ) + VVVV Tegangan Ed (VUT)-Vi Selama tegangan input Vi < (VUT) maka Ed sama dengan positif dan tegangan Vo = +Vsat Bila tegangan Vi naik sampai dengan lebih besar dari (VUT) maka Ed menjadi negatif dantegangan output menjadi Vsat. Karena tegangan Vo= -Vsat maka tegangan feedback masukan RR menjadi ) VVVV RR+RR Karena tegangan feedback nilainya negatif atau tegangan feedback < Vo maka dinamakan (VLT), jadi nilai VLT = ( RR ) VVVV RR+RR

Karena adanya batas atas dan batas bawah maka akan ada namanya histerisis (VH) yaitu perbedaan ambang atas dan ambang bawah (VH) = (VUT)- (VLT) Selain adanya histerisis ada pula tegangan tengah (center voltage) (VUT) (VLT) (VCTR) yang dapat dirumuskan (VCTR)= 2 VUT = RR RR+RR RR + VVVV VLT = ( ) VVVV RR+RR

Detektor tak membalik penyilang nol dengan histerisis (NIZCD with Hysterisis) Rangkaian detektor pengyilang nol tak membalik yang bersifat open loop jika mendapatkan noise maka akan mengalami kesalahan pada Vo disekitar crossing

Detektor tak membalik penyilang nol dengan histerisis (NIZCD with Hysterisis) Apabila R dan feedback sama dengan m.r maka besarnya VUT = VVVV m VLT = ( +VVVV m ) (VH) = (VUT)- (VLT) (VCTR)= (VUT) (VLT) 2

Detektor pembalik taraf tegangan dengan histerisis (Inverting Voltage Level Detector with Hysterisis) Apabila tegangan pembanding tidak nol tp suatu tegangan refrensi (Vref) maka tegangan ambang batasnya merupakan akibat dari dua sumber tegangan yaitu suber tegangan Vo dengan referensi sehingga didapatkan persamaan VUT = n.r n +VVVV +Vsss= VVVV VLT = VVVV + R R+n.R n.r R+n.R VVVV + R R+n.R R+n.R + VVVV= 1+n 1+n n VVVV VVVV 1+n 1+n

Detector jendela (windows detector) Detektor jendela adalah rangkaian konparator dimana hubungan tegangan input dan tegangan output membentuk suatu jendela. Jika input dibawah VLT atau diatas VLT maka Vo = 0 Jika input diantara VLT dan VLT maka Vo = +Vsat

Detektor Tak membalik taraf tegangan dengan histerisis (Non-Inverting Voltage Level Detector with Hysterisis) Apabila tegangan pembanding tidak nol tetapi suatu tegangan refrensi (Vref) maka tegangan ambang batasnya merupakan akibat dari dua sumber tegangan yaitu suber tegangan Vo dengan referensi sehingga didapatkan persamaan VUT = 1 + 1 m VLT = 1 + 1 m VVVV VVVV m VVVV VVVV m

TERIMA KASIH