PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

dokumen-dokumen yang mirip
SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

KONTRAK PEMBELAJARAN

memiliki lokalitas kuat, yaitu kedekatannya dengan alam dan arsitektur asli Amerika (antara lain rumah pertanian, padang rumput dan memori peradaban

Pertemuan6 Peradaban; Wujud kebudayaan danunsur-unsur kebudayaan MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

KAJIAN ARSITEKTUR GHOTIC

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maju, salah satunya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Pengertian dan Sejarah (Materi pertemuan 1 )

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

RESUME KELOMPOK ANTROPOLOGI. Resume ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial 1

APLIKASI REGIONALISME DALAM DESAIN ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2)

PENGANTAR ILMU SEJARAH

: memilih yang baik dari yang sudah ada sebelumnya. : aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya dalam bentuk tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

Bahasan Kajian Filsafat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. budi Koentjaraningrat (dalam Soeloeman, 2007:21). Kebudayaan dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

Sosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #3 Y E S I M A R I N C E, M. S I

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

SEJARAH ARSITEKTUR GOTHIC

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

Muhamad Fakhri Aulia. Argumentasi

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

Pengantar Studi Seni Rupa

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

Periode Renaissance. awal kebangkitan kembali aktivitas ilmiah dari belenggu agama.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

Mata kuliah : Filsafat Kebudayaan Pertemuan ke : 10 (K10) : Kebudayaan sebagai strategi: : Mahasiswea memahami konsep pentahapan kebudayaan dan

TINJAUAN DESAIN. Rudi Irawanto

PERTEMUAN MINGGU KE 5

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

MUSEUM BATIK INDONESIA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER DI TMII

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sunda dan Islam dalam carita pantun Sunda Sri Sadana berlangsung secara

Renaissance. Encep Supriatna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya, ras, agama, dan bahasa. Keragaman yang ada inilah yang menjadikan

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP PERENCANAAN KOTA Studi kasus kota New York, London dan Tokyo (Global Cities)

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Berasal dari bahasa latin karena merupakan akar dari segala bahasa

TUGAS SOFTSKILL PENGERTIAN ETIKA DAN PROFESIONALISME DALAM BIDANG IT

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat

7

Pengaruh ajaran ibnu rusyd terhadap gerakan renaissance di Eropa awal abad XIV

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Gaya Arsitektur Dekonstruksi (Materi pertemuan 3)

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

MANUSIA DAN BUDAYA. A. MANUSIA 1. Pengertian Manusia. Ringkasan Tugas Ilmu Budaya Dasar:

PERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum

BAB 3: TINJAUAN TEMA

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU

Budaya. Oleh: Holy Greata. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Transkripsi:

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu wujud kebudayaan adalah benda fisik atau artifak. Karya arsitektur sebagai artefak merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan. Gambaran hubungan antara kebudayaan dengan arsitektur adalah perkembangan gaya dalam dunia arsitektur itu sendiri. Perbedaan gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan bentuk estetika masing-masing. Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat.perkembangan arsitektur yang ada di dunia saat ini merupakan manifetasi dari evolusi kebudayaan itu sendiri. Kata Kunci: gaya arsitektur, evolusi kebudayaan, wujud kebudayaan PENDAHULUAN Melakukan telaah antropologis terhadap arsitektur akan membawa kita kepada sebuah dunia yang baru dan cukup mengasyikkan. Baru dan mengasyikkan bagi mereka yang sedang berusaha memahami dunia arsitektur. Maupun bagi mereka yang telah banyak berbicara konsep, teknik dan aplikasi ilmunya, namun lupa melihat konsep di belakang istilah arsitektur itu sendiri. Membicarakan arsitektur dari jendela antropologi hanya salah satu cara untuk melihat arsitektur dari orbit luarnya. Dengan meminjam jendela antropologi kita akan melihat arsitektur sebagai sebuah proses kebudayaan yang utuh. Gejala dan wujud kebudayaan dalam arsitektur merupakan indikasi yang semakin mendekatkan arsitektur dengan proses terciptanya kebudayaan. GEJALA DAN WUJUD KEBUDAYAAN Menurut J.J. Honingmann terdapat tiga gejala kebudayaan, yaitu ideas, activities dan artifacts (dalam Koentjaraningrat, 2005 hal 74). Koentjaraningrat sendiri menawarkan empat wujud kebudayaan, yaitu: kebudayaan sebagai nilai ideologis; kebudayaan sebagai sistem gagasan; kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola; dan kebudayaan sebagai benda fisik (artifak) (Koentjaraningrat, 2005). Gambar 1. Kerangka Konsentris Kebudayaan Sumber: Koentjaraningrat (2005: 92) Dari empat wujud yang ditawarkan dalam lingkaran kerangka kebudayaan di atas, masing-masing memiliki kecenderungan bentuk yang berbeda satu dengan lainnya. Berikut penjelasan dari keempat wujud kebudayaan tersebut. 1. Nilai-nilai budaya merupakan tahap filosofis atau ideologis yang terbentuk karena pengalaman manusia, tahap ini 53

merupakan hasil pemikiran yang biasanya memiliki bentuk tekstual tersurat maupun tersirat dalam norma, aturan adat, cerita rakyat atau karya seni. 2. Sistem budaya berupa gagasan dan konsep juga merupakan manifestasi hasil pemikiran. Tahap wujud ini juga memiliki bentuk tertulis tersurat dan beberapa dapat berbentuk gambar atau konfigurasi. 3. Sistem sosial sebagai tahap wujud selanjutnya merupakan tindakan dalam rangka mewujudkan konsep. Tahap wujud ini dapat berbentuk tulisan, gambar, konfigurasi maupun kegiatan. 4. Kebudayaan fisik merupakan wujud hasil dalam sebuah kebudayaan. Sehingga pada wujud terakhir ini kebudayaan memiliki bentuk paling nyata diantara bentuk yang lain. Pada wujud inilah kebudayaan seringkali sudah memiliki bentuk benda, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dirasakan. Untuk membantu memahami Arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan telaah melalui kacamata di atas. Untuk itu kegiatan ber-arsitektur perlu dipahami sebagai sebuah proses, dari ideologi yang melandasi, konsep, metode dan teknik yang digunakan, hingga hasil karya. 1. Ideologi dan Nilai Budaya Arsitektur sebagai sebuah ilmu terapan merupakan muara bertemunya berbagai ilmu dan seringkali juga menjadi muara manifestasi berbagai nilai budaya yang ada di masyarakat. Nilai budaya ini seringkali muncul sebagai landasan ideologis karyakarya arsitektur. Munculnya isme pada tataran ideologi lebih tepat disebut sebagai era dalam arsitektur bukan gaya dalam arsitektur. Munculnya era arsitektur klasik, modern dan post-modern menandakan adanya evolusi perbedaan rumusan mengenai keindahan secara ideologis. 54 2. Gagasan dalam Konsep Karya Unsur yang akan selalu ada dalam proses penciptaan karya arsitektur adalah keindahan. Keindahan selalu menjadi latar belakang atau tuntutandalam sebuah karya arsitektur. Keindahan merupakan gagasan mengenai bentuk estetika yang pada akhirnya akan diwujudkan menjadi sebuah karya fisik melalui teknik dan metode dalam arsitektur. Dalam hal ini bentuk estetika merupakan sebuah gagasan yang muncul dalam sebuah kebudayaan. Estetika merupakan wujud kedua dari kebudayaan atau merupakan wujud gagasan. 3. Tindakan dalam Proses Menuju Karya Dalam proses ber-arsitektur terdapat tahapan hingga terciptanya sebuah karya arsitektur. Proses hingga terwujudnya karya arsitektur ini memerlukan teknik dan metode yang dikuasai oleh para pelaku arsitek. Teknik-teknik atau metode-metode yang digunakan untuk mencapai tahap realisasi fisik ini dapat difahami sebagai sebuah sistem perilaku atau tindakan tertentu. Aktifitas dalam bentuk teknik-teknik tertentu yang sudah terbentuk menjadi struktur sistem baku dalam dunia arsitektur merupakan wujud ketiga arsitektur sebagai sebuah kebudayaan atau merupakan wujud tindakan. 4. Artefak dalam Karya Arsitektur Karya arsitektur sebagai produk arsitektur merupakan wujud fisik yang secara nyata dapat dilihat, disentuh dan dirasakan kehadirannya dalam masyarakat. Wujud fisik ini, baik dalam skala bangunan tunggal maupun sebuah lingkungan buatan, dapat difahami sebagai sebuah artefak. Sebuah karya arsitektur mengkomunikasikan kondisi masyarakat di mana artefak tersebut berada. Artefak merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan, wujud fisik.

Kebudayaan dalam wujud fisik merupakan bagian terluar dari lingkaran konsentris kerangka kebudayaan (Koentjaraningrat, 2005). PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DALAM SISTEM NILAI KEBUDAYAAN Apabila dilihat dari proses yang terjadi, maka tahap gagasan merupakan awal terjadinya proses ber-arsitektur tersebut. Proses diawali oleh gagasan melalui tindakan hingga akhirnya terbentuk hasil karya fisik. Sehingga sedikit perubahan yang terjadi pada tahap gagasan berarti akan terjadi perubahan pula pada karya akhirnya. Namun demikian, keberadaan konsep estetika sebagai wujud gagasan yang abstrak selalu dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing individunya maupun pengalaman kolektif yang dialami kelompok masyarakat tertentu. Pengalaman ini meliputi: pengembangan kepercayaan terhadap kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi; hubungan sosial dengan orang atau kelompok lain; ekspresi kepribadian individual kepada lingkungan masyarakat di sekitarnya; mengupas makna-makna yang dapat diterima oleh lingkungan (Mulder, 1975, dalam Koentjaraningrat, 2005). Manifestasi dari pengalaman ini adalah rumusan ideologi estetika masyarakat. Gambar 2. Diagram Hubungan Pengalaman, Kerangka Kebudayaan dan Perkembangan Arsitektur Sumber: Analisis (2010) Pengalaman yang berbeda-beda antar individu akan menghasilkan perbedaan dalam rumusan bentuk estetika masing-masing. Dalam sebuah kelompok masyarakat, perbedaan rumusan bentuk estetika tercermin dalam sistem nilai kebudayaannya. Hal ini yang akan menentukan munculnya berbagai gaya dalam arsitektur. Perbedaan gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan bentuk estetika masingmasing. Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, karya arsitektur dalam sebuah masyarakat dapat menjadi alat untuk membaca kondisi pengalaman dan sistem nilai kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya, gagasan mengenai setting perilaku dalam masyarakat merupakan hasil dialog dari perilaku sebagai tindakan dan desain sebagai artifak kebudayaan. Sebagai contoh gambaran hubungan antara kebudayaan dengan arsitektur adalah perkembangan gaya dalam dunia arsitektur itu sendiri. 55

CONTOH KASUS: REVOLUSI GAYA ARSITEKTUR DALAM EVOLUSI KEBUDAYAAN Secara singkat di bawah ini akan dicontohkan terjadinya perkembangan berbagai gaya dalam dunia Arsitektur dalam kaitannya dengan perkembangan kebudayaan yang melingkupinya. Arsitektur pra-yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan mitologi dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-yunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep nilai ke-estetika-an pada saat itu terfokus pada terciptanya bangunan-bangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam semesta (Fletcher, 2004). Abad pertengahan ditandai oleh menguatnya pengaruh agama dalam masyarakat. Arsitektur gothic berkembang sebagai simbol cahaya dan pencerahan terhadap manusia. Wahyu Tuhan melalui ajaran gereja merupakan landasan ideologis mutlak. Manusia dan kehidupan duniawi cenderung terbelenggu sehingga semua ilmu diarahkan untuk kepentingan pengembangan gereja (Fletcher, 2004). Filsafat berkembang seputar manusia sebagai makhluk penuh dosa yang dilahirkan untuk mengabdi kepada Tuhan. Satu-satunya yang dapat menolong manusia dari kegelapan adalah cahaya Tuhan melalui ajaran gereja yang direpresentasikan oleh adanya keindahan permainan cahaya dalam bangunan-bangunan bergaya gothic. 56 Gambar 3. Kuil Parthenon, Athena Yunani. Gaya arsitektur Yunani (Sumber: Fletcher, 2004) Pada perkembangannya Arsitektur Yunani kuno mulai meninggalkan tahapan mitologi dan menuju tahap filsafat ilmu. Pada masa ini ilmu ukur menjadi penting dalam menentukan bentuk dan proporsi bangunan. Rumus matematis berperan penting dalam menentukan nilai estetika sebuah bangunan. Keindahan pada era ini tersirat dalam penggunaan proporsi golden section dan pemanfaatan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan keindahan bangunan-bangunan utamanya. Gambar 4. Katedral Lichfield, Inggris. Gaya arsitektur Gothic.. (Sumber: Fletcher, 2004) Era Renaissance merupakan masa peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern. Arsitektur Renaissance menggambarkan perjuangan lepas dari doktrin gereja. Ornamenornamen organis muncul sebagai bagian dari keindahan bangunan. Cahaya masih menjadi bagian dari keindahan bangunan, namun unsurunsur duniawi juga muncul dalam bentuk detail-detail yang indah. Detail yang bersifat

duniawi pada era pertengahan sangat dibatasi. Kemunculan detail ini dilandasi oleh ideologi untuk melepaskan diri dari doktrin gereja (Moffet, 2003). makna tunggal. Pada era post-modern ini filsafat strukturalisme hingga poststrukturalisme menjadi landasan ideologis nilainilai budaya masyarakatnya (Ikhwanuddin, 2005). Gambar 5. Katedral St. Paul, Inggris. Gaya arsitektur Renaissance. (Sumber: Moffet, 2003) Secara umum zaman modern sendiri merupakan masa di mana seluruh cabang ilmu berkembang dengan sangat pesat. Penemuan mesin, revolusi Industri dan penemuan material baru menimbulkan berbagai perubahan dalam masyarakat secara cepat. Sehingga perkembangan ilmu-ilmu tersebut juga memunculkan berbagai gaya dan aliran dalam dunia arsitektur sendiri. Minimalisme, fungsionalisme, industrialisme, konstruktifisme dan rasionalisme merupakan gambaran adanya berbagai gaya arsitektur yang muncul pada zaman modern ini. Meski terdapat berbagai macam gaya arsitektur, kondisi kebudayaan masyarakatnya yang terbentuk tetap dalam koridor ideologi yang cenderung humanis, monoton dan rasionalis akibat perkembangan ilmu itu sendiri. Zaman post-modern secara garis besar berusaha lepas dari batasan-batasan ketat yang ada pada zaman modern. Dekonstruksi, simbiosisme, eklektisisme, feminisme dan hibridisme memberi gagasan pada kebebasan dan kemajemukan. Meski diwarnai oleh berbagai nama gaya atau aliran, ternyata semua tetap merujuk pada pembebasan manusia yang pada era modern terbelenggu ketat oleh struktur-struktur konsensus dan Gambar 6. Gedung Seagram, Kota New York. Gaya arsitektur Modern (Sumber: Moffet, 2003) Gambar 7. Gedung Portland. Gaya arsitektur Post- Modern (Sumber: Moffet, 2003) Arsitektur Barat dan Timur berkembang berbeda karena pengalaman dan 57

perkembangan filsafat ilmu, filsafat agama dan filsafat alam masing-masing wilayah ini memang berbeda. Dalam kasus era modern dan post-modern meski ditemukan berbagai macam gaya arsitektur yang muncul, namun memiliki landasan ideologis yang sama. Sehingga kemunculan berbagai gaya ini dalam telaah antropologi budaya hanya merupakan perubahan pada dua wujud lingkaran terluar pada kerangka kebudayaan Koentjaraningrat, sehingga tidak menyentuh perubahan pada taraf ideologi dan konsepnya. 4. Moffet, M., Fazio, M., and Wodehouse,L., 2003, A World History of Architecture, Laurence King Publishing Ltd, London 5. Sumalyo, Yulianto., 2003. Arsitektur Modern Akhir Abad IX dan Abad XX, Gadjahmada University Press, Yogyakarta KESIMPULAN 1. Telaah Arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan melalui keempat wujud kebudayaan, yakni: nilainilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik. 2. Karya arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan yang secara nyata dapat dilihat, disentuh, dan dirasakan dapat dipahami sebagai sebuah artefak. Artefak merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan (wujud fisiknya). 3. Perbedaan gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan bentuk estetika masing-masing. Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA 1. Fletcher, B.S., 2004. A History of Architecture, 20th edition, Architectural Press, London 2. Ikhwanuddin, 2005. Menggali Pemikiran Posmodernisme dalam Arsitektur, Gadjahmada University Press, Yogyakarta 3. Koentjaranigrat, 2005. Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta. 58