PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA STASIUN CUTTING

PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS )

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Perancangan atau redesain

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PADA PERANCANGAN MESIN COAK RAILING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGEMASAN EMPING MELINJO DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia (ukuran, berat, volume) dan karakteristik khusus lain dari tubuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ALAT PEMOTONG NENAS YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

Usulan Perbaikan Meja Kerja Yang Ergonomis Untuk Proses Pemasangan Karet Kaca Pada Kendaraan Niaga Jenis TD di PT XYZ

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

PERANCANGAN ULANG ALAT PERONTOK PADI YANG ERGONOMIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KEBERSIHAN PADI

EFISIENSI LINTASAN PRODUKSI PADA STASIUN KERJA PENYABLONAN

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

BAB II LANDASAN TEORI

kondisi fasilitas kerja yang tidak beraturan menyebabkan produk yang dihasilkan kurang produktif.

PERANCANGAN ULANG MESIN AMPLAS KAYU PROFIL LENGKUNG UNTUK PERBAIKAN POSISI KERJA DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

Endhika Aulia Wildana ( Angkatan 2012 ) Maria Theresia Yessi K P ( Angkatan 2012 )

Ergonomic and Work System Implementasi Desain Ergonomi Mobil Mesin Penggilingan Padi

TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

Ketidaknyamanan sikap duduk berperan terhadap timbulnya keluhan rasa sakit yang dirasakan. Untuk itu diperlukan pengembangan produk yang dapat berfung

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

Kata kunci : Kursi, Ergonomis, Antropometri, Perancangan Produk, Quality Function Deployment

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN KURSI ERGONOMIS UNTUK MEMPERBAIKI POSISI KERJA PADA PROSES PACKAGING JENANG KUDUS

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

RANCANGAN KURSI OPERATOR SPBU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

PERANCANGAN FASILITAS KERJA ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE OVAKA WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami. pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi internasional. Industri seperti ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. baik, salah satunya adalah fasilitas kerja yang baik dan nyaman bagi karyawan,

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN MEJA ERGONOMIS BAGI PEKERJA PEMBUATAN ROTI

Perancangan Meja Laboratorium Analisis Perancangan Kerja (APK) yang Ergonomis di Program Studi Teknik Industri Univet Bantara Sukoharjo

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI LITERATUR

PERBAIKAN RANCANGAN PERALATAN DAN FASILITAS KERJA PEMBUATAN GELAMAI (Studi Kasus : Usaha Galamai X)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERBAIKAN DESAIN KURSI DAN MEJA SORTASI BIJI KOPI UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN KERJA DI UPH HARAPAN MAKMUR 6 BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. tulang belakang (Benjamin W. Niebel, 2003). Serge Simoneau, dkk (1996)

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

ANALISIS PERBAIKAN BENTUK ROMPI PELINDUNG TUBUH PENGENDARA SEPEDA MOTOR

RANCANG ULANG KURSI TAMAN DENGAN EVALUASI ERGONOMI - ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. pada perindustrian kecil masih menggunakan dan mempertahankan mesin

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Furnitur Ergonomis untuk Siswa Sekolah Dasar Usia 6-10 Tahun

USULAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMNET (REBA) DI PT Z

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, Desember 2011 ISSN 1412-6869 PERANCANGAN MEJA DAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA STASIUN KERJA PEMOTONGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS Pendahuluan Agung Kristanto 1, Dianasa Adhi Saputra 2 Abstrak: Industri Barokah Jaya merupakan industri yang terletak di Desa Turus Gede Rembang. Industri ini memproduksi krupuk rambak. Salah satu proses produksinya adalah pemotongan krupuk yang dilakukan operator dengan posisi duduk di kursi kecil (dingklik) dan krupuk yang akan dipotong diletakkan di lantai. Berdasarkan observasi awal, operator mengalami rasa sakit pada bagian tubuh tertentu. Hal ini mengakibatkan target produksi menjadi tidak optimal. Melihat kondisi kerja tersebut perlu dilakukan perancangan kursi dan meja kerja pada stasiun pemotongan. Untuk merancang fasilitas kerja tersebut digunakan data antropometri tubuh operator di Industri Barokah Jaya, keluhan-keluhan selama bekerja dan waktu proses pemotongan krupuk. Hasil penelitian ini adalah rancangan meja dan kursi kerja pada stasiun pemotongan. Berdasarkan implementasi dihasilkan perbandingan kondisi awal dan akhir sebagai berikut : kondisi sebelum perancangan, waktu baku dan output standar adalah 9,068 detik/unit dan 396 unit/jam. Setelah perancangan, waktu baku dan output standar adalah 7,377 detik/unit dan 468 unit/jam. Terjadi peningkatan produktivitas sebesar 18,18 %. Kata kunci: meja kerja, kursi kerja, antropometri, ergonomis Industri Barokah Jaya adalah sebuah industri yang bergerak dalam bidang industri makanan ringan khususnya krupuk rambak. Dalam proses produksinya, untuk menghasilkan produk krupuk tersebut meliputi beberapa tahapan yaitu proses pengadukan (pencampuran bahan baku), perebusan, pemotongan, pengupasan (dari cetakan), penjemuran, pengumpulan, pengepakan. Dari hasil observasi dan tanya jawab langsung dengan pekerja di Industri Barokah Jaya, pada stasiun kerja pemotongan menunjukkan beberapa keluhan dari para pekerja yang merasa kurang nyaman pada saat melakukan pekerjaannya. Pada stasiun pemotongan, pekerja melakukan pekerjaannya dengan kondisi kerja duduk di kursi yang terlalu kecil tanpa meja dengan posisi kerja kaki tertekuk dan badan membungkuk, membuat para pekerja pada saat proses bekerja tidak dapat duduk dengan nyaman, sehingga sering mengalami kesemutan, pegal-pegal, dan cepat merasa lelah (gambar 1). Hal ini mengakibatkan jumlah output yang dihasilkan pada stasiun pemotongan tidak optimal yaitu rata-rata hanya 2300 unit/hari, sedangkan target produksi adalah 2600 unit/hari. Tidak adanya fasilitas kerja yang sesuai dan sikap kerja yang salah ini akan menjadi penyebab turunnya produktivitas dan terjadinya masalah-masalah pada tubuh pekerja. 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan Kampus III Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH., Janturan, Warungboto, Umbulharjo Yogyakarta 55164. Email : agung.kristanto@yahoo.co.id 2 Program Studi Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan Kampus III Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH., Janturan, Warungboto, Umbulharjo Yogyakarta 55164. Naskah diterima: 1 Nopember 2011, direvisi: 10 Nopember 2011, disetujui: 1 Desember 2011 78

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul Perancangan Meja dan Kursi Kerja Yang Ergonomis Pada Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Kerja. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan mampu menghasilkan desain kursi dan meja kerja pemotongan dan dapat memperbaiki posisi kerja operator, serta mengurangi kelelahan sehingga produktivitas kerja akan tercapai dan pekerja merasa Efektif, Nyaman, Aman, Sehat dan Efisien (ENASE) dalam bekerja. Landasan Teori Gambar 1. Kondisi awal operator pemotongan Istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun yang sebelumnya. Definisi Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergon dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, managemen dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang ergonomi dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai Human Factor. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli atau professional pada bidangnya masing-masing, misalnya seperti : ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk ergonomi, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi dan teknik ergonomi. Aspek-aspek Pendekatan Ergonomi Berkaitan dengan perancangan stasiun kerja dalam industri, ada beberapa aspek pendekatan ergonomis yang harus dipertimbangkan, antara lain : 1. Sikap dan Posisi Kerja. 2. Kondisi Lingkungan Kerja. 3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja. Perancangan Produk Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan konsep produk, kemudian diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk. Keberadaan produk di dunia ditempuh melalui suatu tahap-tahap siklus kehidupan, yaitu: 1. Ditemukan kebutuhan produk 79

2. Perancangan dan pengembangan produk 3. Pembutan dan pendistribusian produk 4. Pemanfaatan produk (pengoperasian dan perawatan produk) 5. Pemusnahan. Perancangan produk adalah sebuah proses yang berawal pada ditemukannya kebutuhan manusia akan suatu produk sampai diselesaikannya gambar dan dokumen hasil rancangan yang dipakai sebagai dasar pembuatan produk. Hasil rancangan yang dibuat menjadi produk akan menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Proses perancangan sangat mempengaruhi produk sedikitnya dalam tiga hal yang sangat penting, yaitu: 1. Biaya pembuatan produk 2. Kualitas produk 3. Waktu penyelesaian produk Konsep Perancangan atau Desain Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli) dan fungsional. Untuk menilai suatu hasil akhir dari produk sebagai kategori nilai desain yang baik biasanya ada tiga unsur yang mendasari, yaitu fungsional, estetika, dan ekonomi. Desain yang baik berarti mempunyai kualitas fungsi yang baik, tergantung pada sasaran dan filosofi mendesain pada umumnya, bahwa sasaran berbeda menurut kebutuhan dan kepentingannya, serta upaya desain berorientasi pada hasil yang dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan seoptimal mungkin. Ergonomi merupakan salah satu dari persyaratan untuk mencapai desain yang qualified, certified, dan customer need. Ilmu ini akan menjadi suatu keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan, proses desain, dan desain final (periksa gambar 2. Skema Design Management). Antropometri dan Aplikasi dalam Perancangan Fasilitas Kerja Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomi, dan arsitektur. Dalam bidangbidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri. Gambar 2. Skema Design Management Gambar 3. Ukuran Antropometri dalam Rancangan (Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2008) 80

Adapun ukuran yang akan digunakan dalam perancangan dapat dilihat pada gambar 3. Antropometri dengan karateristik fisik tubuh manusia, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai rata-rata dan standar deviasi dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai yang menayatakan sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95% populasi berada dengan atau lebih rendah dari 95 persentil, 5% populasi berada sama dengan atau lebih 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan dalam tabel 1. Definisi Produktivitas Produktivitas sering diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Beberapa faktor yang menjadi masukan atau input dalam menentukan tingkat produktivitas adalah: 1. Tingkat pengetahuan (Degree of Knowledge) 2. Kemampuan teknis (Technical Skill) Tabel 1. Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil Persentil Perhitungan 1-st X 2,325σχ 2,5-th X 1,96σχ 5-th X 1,64σχ 10-th X 1,28σχ 50-th X 90-th X +1,28σχ 95-th X +1,64σχ 97-th X +1,96σχ 99-th X + 2,325σχ Gambar 4. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Persentil (Sumber : Stevenson,1989; Nurmianto, 1991) (Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2000) Metodologi kerja dan pengaturan organisasi (Managerial skill) Motivasi kerja Berdasarkan hal tersebut diatas maka produktivitas secara umum dapat diformulasikan sebagai berikut: output Produktivitas = (1) input(measurable) + input(invisible) Untuk mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja manusia, operator mesin, dapat diformulasikan sebagai berikut: Produktivitas Tenaga kerja = output 2 output 1 output 1 x 100% (2) Metodologi Penelitian Objek penelitian adalah fasilitas kerja pada stasiun pemotongan di Industri Krupuk Barokah Jaya. Adapun yang menjadi alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 81

1. Alat tulis. 2. Stopwacth. 3. Meteran/ penggaris 4. Kamera foto. 5. Papan Pengamatan. Gambar 5. Flowchart Penelitian Hasil Penelitian dan Pembahasan Data Antropometri Rancangan Meja dan Kursi Kerja Pemotongan Gambar fasilitas kerja dan posisi kerja pada aktivitas pemotongan di Industri Barokah Jaya setelah perancangan ulang dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Posisi kerja operator setelah perancangan 82

Waktu Baku dan Output Standar Dalam menentukan besarnya produktivitas untuk kondisi sebelum dan sesudah perancangan dapat diketahui dengan output yang dihasilkan dan waktu kerja yang digunakan oleh operator. Adapun waktu baku dan output standar pada aktivitas pemotongan Industri Barokah Jaya sebelum dan setelah perancangan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Data Waktu Baku dan Output Standar No Keterangan Waktu baku (detik/unit) Output Standar (unit/jam) 1. 2. Proses pemotongan sebelum perancangan 9,0848 396 Proses pemotongan setelah perancangan 7,6766 468 Produktivitas Dari hasil pengolahan data, sebelum dan sesudah dilakukan perancangan diperoleh data peningkatan produktivitas dapat dilihat pada tabel 3 No 1 Waktu Proses Tabel 3. Data Peningkatan Produktivitas Penurunan waktu baku Peningkatan Produktivitas (detik/unit) (%) (unit/jam) (%) Pemotongan krupuk 1,4082 16 72 18,18 Pendapatan yang Dihasilkan sebelum dan sesudah Perancangan Sebelum Perancangan Dengan diketahuinya output standar yang dihasilkan pada kondisi sebelum perancangan, maka kita dapat menganalisis berapa pendapatan yang akan diperoleh dari output standar tersebut. Dengan output standar sebesar 396 unit/jam dimana pekerjaan tersebut dilakukan dalam 6 jam kerja efektif, sehingga dalam satu hari dihasilkan 2376 unit/hari. Sedangkan isi satu pak krupuk adalah 100 buah krupuk, sehingga dalam satu hari dihasilkan 23,76 pak/hari. Dan kemudian untuk harga 1 pak krupuk adalah Rp.30.000,- maka pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 712.800,- perhari. b. Setelah Perancangan Dengan diketahuinya output standar yang dihasilkan pada kondisi setelah perancangan, maka kita dapat menganalisis berapa pendapatan yang akan diperoleh dari output standar tersebut. Dengan output standar sebesar 468 unit/jam dimana pekerjaan tersebut dilakukan dalam 6 jam kerja efektif, sehingga dalam satu hari dihasilkan 2808 unit/hari. Sedangkan isi satu pak krupuk adalah 100 buah krupuk, sehingga dalam satu hari dihasilkan 28,08 pak/hari. Dan kemudian untuk harga 1 pak krupuk adalah Rp.30.000,- maka pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 842.400,- perhari. Dari hasil tersebut maka terjadi peningkatan pendapatan dari sebelum perancangan Rp 712.800,- Dan setelah perancangan Rp 842.400,-. Terjadi peningkatan sebesar Rp 129.600,- Hasil perhitungan waktu pemotongan, produktivitas dan pendapatan perhari seperti pada tabel 4. Tabel 4. Perbandingan keseluruhan kondisi sebelum dan setelah perancangan 83

Perbandingan Kondisi Sebelum Perancangan Kondisi Setelah Perancangan Waktu Baku 9,0848 detik/unit 7,6766 detik/unit Output Standar 396 unit/jam 468 unit/jam Peningkatan Pendapatan Rp. 129.600,-/hari Peningkatan Produktivitas 18,18 % Efisiensi Waktu % Analisis Biaya Rincian biaya dalam pembuatan meja dan kursi digunakan untuk mengetahui berapa total biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan meja dan kursi. Adapun perhitungannya biaya bahan baku, bahan penolong dan tenaga kerja pembuatan meja dan kursi adalah sebagai berikut : Bahan Baku : Kayu Jati Kampung 5 batang @ Rp. 35.000,- = Rp 175.000,- Kayu Jati Kampung 1½ lmbar @ Rp. 60.000,- = Rp 90.000,- Busa ½ m 2 @ Rp. 40.000,- = Rp 20.000,- Jok kursi ½ m 2 @ Rp. 30.000,- = Rp 15.000,- Keranjang Loyang @ Rp. 20.000 = Rp. 20.000,- Jumlah biaya Bahan Baku =Rp.320.000,- Bahan finishing : Dempul ½ kg @ Rp. 20.000,- = Rp 10.000,- Sanding IMPRA ½ kg @ Rp. 22.000,- = Rp 11.000,- Amplas 2 lembar @ Rp. 1.500,- = Rp 3.000,- Lem kuning Fox ¼ kg = Rp 9.000,- Jumlah biaya Bahan finishing = Rp 33.000,- Tenaga Kerja : Tenaga kayu = Rp 50.000,- Tenaga finishing = Rp100.000,- Jumlah biaya tenaga kerja = Rp150.000,- Total Biaya pembuatan Meja dan Kursi : Bahan Baku = Rp320.000,- Bahan finishing = Rp 33.000,- Tenaga Kerja = Rp150.000,- Jumlah biaya Pembuatan Meja dan Kursi = Rp503.000,- Jadi jumlah biaya untuk pembuatan 1 pasang meja dan kursi adalah sebesar Rp. 503.000,-. Uji Kelayakan Perancangan Dengan melihat data kuisioner terdahulu, maka kita lakukan lagi uji kelayakan perancangan dengan menggunakan kuisioner. Apakah keluhan-keluhan pekerja pada kuisioner terdahulu dapat berkurang atau semakin bertambah. Kuisioner diberikan pada 3 orang responden yang sama dengan kuisioner awal sebelum perancangan. Pada tabel 5 berikut dapat kita lihat hasil dari kuisioner tersebut : Tabel 5. Perbandingan Hasil Kuisioner sebelum dan setelah Perancangan 84

Sesudah Sebelum Bagian Perancangan Perancangan Jumlah No Tubuh Tidak Tidak Responden Nyaman Nyaman Nyaman Nyaman 1 Punggung 3 0 0 3 3 2 Pinggang 3 0 0 3 3 3 Pantat 3 0 0 3 3 4 Paha 3 0 0 3 3 5 Lengan 3 0 1 2 3 6 Lutut 3 0 0 3 3 7 Betis 3 0 0 3 3 Hasil Perancangan Meja dan Kursi Kerja Pemotongan Ukuran meja dan kursi kerja dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Ukuran Meja dan kursi kerja No. Bagian Kursi dan Meja Ukuran (cm) 1. Tinggi Kursi 43,74 2. Panjang Alas Tempat Duduk 41,43 3. Lebar Alas Tempat Duduk 37,03 4. Tinggi Sandaran Kursi 56,9 5. Tinggi Meja Kerja 76,2 6. Panjang Meja 70 7. Lebar Meja 54,49 8. Tinggi Tempat Loyang 10 9. Panjang Tempat Loyang 35 10. Lebar Tempat Loyang 30 11. Panjang alat transportasi kerja 100 12. Lebar alat transportasi kerja 30 Kesimpulan 1. Dengan penerapan antropometri ukuran tubuh manusia dalam merancang fasilitas meja dan kursi pada stasiun kerja pemotongan ternyata dapat berpengaruh dalam merubah posisi serta kenyamanan kerja operator yang semula dengan kondisi kerja duduk di kursi yang terlalu kecil (dingklik) tanpa meja dengan posisi kerja kaki tertekuk dan badan membungkuk menjadi duduk pada kursi sesuai ukuran tinggi popliteal operator. Pada proses pengujian kelayakan perancangan fasilitas meja dan kursi kerja, diperoleh hasil kuisioner dari 3 operator, yang merasakan kenyamanan pada bagian punggung sebanyak 3 responden, pada bagian pinggang 3 responden, pada bagian pantat 3 responden, pada bagian paha 3 responden, pada bagian lengan 3 responden, pada bagian lutut 3 responden, pada bagian betis 3 responden. 2. Perancangan meja dan kursi fasilitas kerja dapat berpengaruh terhadap waktu baku dan output standar untuk penyelesaian pemotongan. Kondisi awal sebelum perancangan waktu bakunya sebesar 9,0848 detik/unit dan output standarnya sebesar 396 unit/jam. Sedangkan waktu baku pada kondisi setelah perancangan sebesar 7,6766 detik/unit dan output standarnya sebesar 468 unit/jam. Hal tersebut berarti terjadi peningkatan output sebanyak 72 unit/jam dan produktivitas sebesar 18,18 %. 85

Gambar 7. Desain Meja dan Kursi Kerja Daftar Pustaka A.M. Madyana. 1996. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. Universitas Atma Jaya. Jogyakarta. Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi pertama. Guna Widya. Jakarta. 86

Santoso S. 2003. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. Sutalaksana, Anggawisastra, Tjakarmajaya. 1979. Teknik Tatacara Kerja. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. Bandung. Wingjosoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu (Teknik Analisa untuk Peningkatan Produktivitas Kerja). Guna Widya. Edisi Kedua. Jakarta. 87