Strategi Pengembangan Keragaman Model Pendidikan dan Pendidikan Karakter

dokumen-dokumen yang mirip
HOMESCHOOLING PRIMAGAMA SEKOLAH BERBASIS BAKAT DAN MINAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014 PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROSPEKTUS KERJASAMA KEMITRAAN/WARALABA HOMESCHOOLING PRIMAGAMA 2016/2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

Oleh: Sumardiono Layout: Mira Julia

BAB I PENDAHULUAN. Era teknologi ditandai dengan adanya persaingan yang sangat kuat dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

PELAKSANAAN PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kualitas dan kemampuan antara lain: (1) memiliki identitas diri

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini.

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENAMAAN PROGRAM STUDI PADA PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Australia Awards Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PAKET C KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pasal 28 menyatakan bahwa: (1) Pendidikan Anak Usia Dini

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB V PEMBAHASAN. meningkatkan kualitas peserta didik agar lulusannya mampu bersaing. dalam skala nasional maupun internasional. Tuntutan kebutuhan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS DAN MANAJEMEN

Yuk, berkenalan dengan SABUMI! Komunitas Muslim Homeschooling BANDUNG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR LINGKUNGAN BINAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

KOMPETENSI SARJANA BIOLOGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia terus menerus dilakukan dalam segala bidang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

KEPUTUSAN KETUA UMUM DHARMA WANITA PERSATUAN NOMOR 516 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN HUT KE-16 DHARMA WANITA PERSATUAN TAHUN 2015

BAB V PENUTUP. Islamic School) Kota Pekanbaru, belum sepenuhnya berorientasi pada manajemen

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN DAN SEKOLAH DASAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PANDUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI MUTU ITS

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN BABY SITTER JENJANG 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan Bangsa

RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Beri putra putri Anda awal yang tepat untuk masuk universitas

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah masalah penting keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan

KURIKULUM KURSUS DAN PELATIHAN SULAM JENJANG 2 BERBASIS

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

PROGRAM DAN EVALUASI. Pendidikan Keluarga. Warisno, S.Sos., MPd. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Transkripsi:

Strategi Pengembangan Keragaman Model Pendidikan dan Pendidikan Karakter Untuk menjabarkan visi misi Nawacita (9 Agenda Prioritas) pemerintah Jokowi-JK dalam bidang pendidikan, izinkanlah kami memberikan sedikit pandangan dan masukan sebagai berikut: A. Pengembangan Keragaman Model Pendidikan melalui Jalur NonFormal dan Informal 1. Dalam visi misi diajukan ke KPU, pemerintahan Jokowi-JK memberikan penekanan pada pendidikan karakter dan penolakan terhadap model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional. Visi ini mengimplikasikan sebuahperubahan secara mendasar strategi pendidikan nasional yang saat ini ada, yang sangat menekankan pada standardisasi secara nasional (Jakarta-centris) dan bergantung sepenuhnya pada jalur pendidikan formal (sekolah). Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat berbeda (pedalaman, desa, kota, metropolitan) menuntut pendekatan-pendekatan tak-tunggal untuk mengatasi berbagai masalah dalam pendidikan. 2. Pendekatan awal yang perlu dilakukan untuk mengembangkan strategi pendidikan yang beragam adalah mengubah mindset dan fokus tentang pendidikan dari fokus pada persekolahan (schooling) menjadi pembelajaran (learning). Fokus pada sekolah (lembaga fisik yang disediakan pemerintah) membuat pendidikan menjadi barang langka (scarce resource) yang harus disediakan pemerintah dan tak akan pernah tercukupi hingga kapan pun. Jika fokus perhatian dialihkan pada belajar dan pencapaian tujuan-tujuan belajar, berbagai strategi pendidikan yang berbeda bisa dibangun dan partisipasi masyarakat dalam pendidikan bisa lebih ditingkatkan.

3. Walaupun jalur pendidikan formal (sekolah) menjadi jalur pendidikan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, ada 2 jalur pendidikan lain yang selama ini belum termanfaatkan dengan baik (under-utilized) yaitu jalur pendidikan nonformal dan informal. Jalur pendidikan nonformal memiliki potensi yang sangat besar untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian visi-misi pemerintahan Jokowi-JK, terutama dalam aspek pengembangan jenis-jenis pendidikan yang beragam. 4. Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal (sekolah) dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal dan nonformal diakui sama dengan pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. 5. Problem dari mandulnya pendidikan nonformal dan informal hingga saat ini disebabkan oleh proses subordinasi pendidikan nonformal dan informal ke model pendidikan formal (sekolah). Pendidikan nonformal dan informal tidak diberi ruang untuk mengembangkan keunikan dan keragaman model pendidikan karena dipaksa mengikuti standar-standar persekolahan, baik standar isi, standar proses, bahkan standar tenaga administrasi pendidikan. Hal ini mengakibatkan pendidikan nonformal dan informal tak ada bedanya dengan pendidikan formal (sekolah). Inovasi pendidikan tak muncul akibat standar yang terlalu ketat dan koridor yang terlalu sempit untuk mengembangkan model-model pendidikan inovatif yang memenuhi kebutuhan masyarakat. 6. Jika ruang penyelenggaraan pendidikan nonformal dibuka secara luas dan diperkuat, masyarakat bisa berpartisipasi lebih luas dan membangun aneka model pendidikan yang relevan dengan konteks kebutuhan masyarakat. Aneka model pendidikan alternatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat bisa lebih banyak terlahir, seperti: Sokola Rimba (Jambi), Sekolah Mesjid Terminal Mester (Depok), SR Sangu Akik (Malang), Qaryah Thayibah (Salatiga), sekolah alam, sekolahrumah, dan aneka inisiatif sekolah berbasis komunitas lainnya. Peluang-peluang inovasi juga akan lebih terbuka untuk 2

mengembangkan aneka model pendidikan untuk memenuhi beragam kebutuhan kelompok masyarakat Indonesia, seperti pendidikan berbasis seni-budaya, pendidikan berbasis teknologi, pendidikan berbasis profesi (petani, nelayan, pemusik, dan sebagainya) yang memanfaatkan keragaman dan kekayaan yang ada di masyarakat. 7. Kunci dari pengembangan pendidikan alternatif melalui jalur pendidikan nonformal dan informal adalah: a. Memberikan ruang yang luas dan independen untuk membangun model pendidikan sesuai kebutuhan dan kondisi nyata di masyarakat. Pendidikan nonformal dan informal tidak boleh didorong secara langsung atau tidak langsung untuk menjadi serupa dengan sekolah (formal). b. Untuk mendorong partisipasi luas dari masyarakat, penyelenggaraan pendidikan nonformal dan informal harus tepat-esensi yang dilakukan dengan cara menyederhanakan proses administrasi. c. Dalam proses penyelenggaraan, pemerintah hanya mengatur standar isi minimal pendidikan, tetapi memberikan kebebasan dalam proses dan kelonggaran sarana untuk mencapai isi pendidikan. Standar isi pendidikan yang ada pada saat ini perlu lebih disederhanakan lagi sehingga hanya memuat 3-5 pelajaran wajib dan selebihnya diisi dengan materi pilihan sesuai kebutuhan anak dan sesuai kondisi masyarakat tempat belajar. d. Untuk proses integrasi dengan pendidikan formal (sekolah), pemerintah melakukan proses ujian penyetaraan yang berkualitas. 8. Untuk mengembangkan isi dan proses pendidikan alternatif, kami mengusulkan untuk mengambil inspirasi dari model pendidikan yang dikembangkan Cambridge International Examination (CIE). a. CIE adalah sebuah lembaga not-for-profit yang secara kelembagaan merupakan bagian dari University of Cambridge, Inggris. Lembaga ini mengembangkan standar-standar pendidikan yang digunakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan hasilnya diakui secara internasional di lebih dari 150 negara. 3

b. CIE mengembangkan standar kurikulum untuk setiap mata pelajaran (saat ini ada lebih dari 70 pelajaran) mulai jenjang primary (usia 5-11 tahun), Secondary 1 (usia 11-14 tahun), Secondary 2 (usia 14-16 tahun), dan Advanced (usia 16-19 tahun). c. Mata pelajaran-mata pelajaran tersebut seperti menu. Siswa bisa memilih mata pelajaran yang diinginkan dan belajar menggunakan metode apapun, baik melalui sekolah, belajar mandiri, online learning, dan sebagainya. Siswa juga bisa belajar menggunakan buku, audio, multimedia, aplikasi dan sarana lain yang sesuai untuk siswa. d. Untuk menilai perkembangan proses belajar, siswa dapat mengikuti ujian. Ujian dilakukan dua kali setiap tahun dan tak dibatasi dengan usia minimal maupun usia maksimal. Syarat untuk mengikuti ujian hanya identitas diri, tanpa syarat rapor atau ijazah pada jenjang sebelumnya. Ujian pada jenjang primary dan secondary bersifat pilihan (optional) dan hanya merupakan checkpoint untuk mengevaluasi perkembangan proses belajar siswa. e. Ujian dilakukan per mata pelajaran, bukan dalam paket pelajaran. Kelulusan juga dinilai per mata pelajaran. Kelulusan pada tingkat Advanced bisa digunakan sebagai kredit saat perkuliahan. B. Pengembangan Pendidikan Karakter melalui Keluarga dan Masyarakat 1. Visi pendidikan pemerintahan Jokowi-JK sangat menekankan pada pendidikan karakter sebagai pondasi pendidikan anak yang juga merupakan pondasi masyarakat. Pendidikan karakter yang ditekankan adalah pendidikan budi pekerti melalui jalur pendidikan formal (sekolah). 2. Pembentukan karakter anak bukan hanya domain sekolah (pemerintah), tetapi juga merupakan domain keluarga dan masyarakat. Untuk itu, tanggung jawab dan program pembentukan karakter anak perlu diperluas bukan hanya pada sekolah, tetapi juga pada tingkat keluarga dan masyarakat. 4

3. Pada tingkat keluarga dan masyarakat, perlu dilakukan edukasi tentang keterampilan pengasuhan anak yang baik (parenting skills). Edukasi dan pelatihan keterampilan parenting dilakukan dengan membuat gerakan nasional Keluarga Kuat, Indonesia Hebat atau apapun namanya untuk memperkuat peran keluarga dalam pembentukan karakter anak. 4. Gerakan nasional Keluarga Kuat, Indonesia Hebat dilakukan dengan kepemimpinan Departemen Pendidikan (yang membawahi pendidikan informal) dan BKKBN. Gerakan ini harus melibatkan partisipasi gerakan-gerakan madani yang telah bergerak dalam pendidikan orangtua (parenting) seperti gerakan Ibu Profesional (Septi Peni Wulandani), Indonesia Strong from Home (Ayah Edy), Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (Ratna Megawangi), Yayasan Buah Hati (Elly Risman), dan lain-lain. 5. Pengembangan model-model pendidikan parenting dapat dilakukan dengan memperkuat gerakan yang menggunakan jalur struktural seperti PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), Dharma Wanita, dan organisasi-organisasi perempuan lainnya. Selain itu, pendidikan parenting juga dapat dilakukan melalui jalur-jalur umum seperti layanan parenting untuk calon mempelai (bekerjasama dengan KUA), persiapan kelahiran (bekerjasama dengan Rumah Sakit Bersalin), dan saat anak mulai bersekolah (bekerjasama dengan sekolah). Demikian beberapa masukan dari kami. Semoga bermanfaat untuk menjadi salah satu masukan tentang kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Hormat kami, Sumardiono Praktisi Pendidikan Berbasis Keluarga 5