BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAPPEDA Planning for a better Babel

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI

Rencana Strategis (RENSTRA)

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA STRATEGIS TAHUN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

disampaikan oleh : Kepala BAPPEDA Provinsi Kalimantan Tengah

Pendahuluan. Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

Bab II Perencanaan Kinerja

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pengaruh yang cukup luas pada tata kehidupan masyarakat, baik secara nasional

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Rencana Strategis

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dasar Hukum. Penyusunan Hubungan Antar Dokumen Sistematika Penulisan Maksud dan Tujuan 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN PENGGERAK UTAMA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Renstra BAPPEDA Kabupaten Probolinggo Tahun BAB I PENDAHULUAN

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB III PERMASALAHAN DAN ISU - ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Perangkat Daerah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RKPD Kabupaten Sintang Tahun 2013

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

Rancangan RPJMD Kabupaten Belitung Timur Tahun

Transkripsi:

BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Dalam kurun waktu 5 (lima) terakhir 2003-2007, sebagai kabupaten hasil pemekaran, pembangunan Kabupaten Sukamara telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Upaya untuk mewujudkan pembangunan telah dinyatakan dalam visi yaitu Terwujudnya Kabupaten Sukamara yang maju, sejahtera dan mandiri dalam suasana demoktratis, damai, adil dan pemerintah yang bersih, profesional dan berwibawa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 20 tahun, dalam lima tahun pertama dengan penekanan pada periode tersebut, untuk mewujudkan visi tersebut, dicapai melalui 8 (delapan) misi dengan penekanan sebagai berikut: (1) penambahan personil pemerintahan; (2) meningkatkan sarana dan prasarana; (3) meningkatkan harkat dan martabat; (4) meningkatkan kualitas sumberdaya manusia; (5) memberdayakan masyarakat; (6) mewujudkan kehidupan sosial budaya; (7) mewujudkan kesejahteraan rakyat; dan (8) mewujudkan kondisi aman, damai dan tertib. Berbagai kemajuan dan perkembangan dalam masa lima tahun (2003-2007) telah dapat dilihat dan dinikmati oleh masyarakat kabupaten Sukamara. Meskipun demikian, pencapaian yang menjadi cita-cita bersama masih perlu waktu yang panjang. Dan sesuai dengan tahapan-tahapan pembangunan, pelaksanaan 80

pembangunan berlangsung dalam jangka pendek (satu tahun atau lebih), jangka menengah (lima tahun), dan jangka panjang (20 tahun). Masa pembangunan tahap pertama (Renstrada) periode 2003 2007 merupakan periode awal dan penting bagi pemerintahan untuk meletakan dasar-dasar yang kuat bagi kesinambungan pembangunan daerah. Sehingga pada saatnya kelak masyarakat dan generasi berikutnya dapat merasakan bahwa hasil pembangunan benar-benar memberikan kesempatan kepada warga masyarakat Sukamara dalam mengangkat harkat, martabat, dan kualitas kehidupan yang lebih baik dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Di dalam Properda Kabupaten Sukamara Periode 2003-2007 menyebutkan bahwa arah pembangunan daerah dititikberatkan dalam upaya: (1) memantapkan penyelenggaraan pemerintahan; (2) pembangunan sarana-prasarana; (3) mengatasi dampak krisis ekonomi; (4) memantapkan ketentraman dan ketertiban serta kestabilan politik; (5) kesejahteraan rakyat; (6) mewujudkan supremasi hukum dan pemerintah yang baik. Apa yang sudah dan akan dicapai oleh daerah (Provinsi, Kabupaten dan Kota) melalui rencana-rencana pembangunan dan pelaksanaan pembangunan merupakan bagian intergral dan merupakan penjabaran dari pembangunan nasional (RPJMN) yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi, dan permasalahan pembangunan di daerah. 81

Dalam pada itu, maka terdapat kesamaan dalam melihat pembangunan daerah. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah. Pembangunan sektoral dilakukan di daerah disesuaikan dengan kondisi dan potensinya. Kedua, dari sisi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan perdesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahannya. Agar tujuan dan usaha pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah daerah perlu berjalan dengan baik. Pemerintah pusat di dalam Buku Pegangan 2006, 2007, dan 2008 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah mengkategorikan isu-isu strategis pembangunan nasional dalam 5 (lima) isu utama, yaitu: 1. Isu-isu Penyelenggara Pemerintah Daerah; 2. Isu-isu Dalam Pembangunan Daerah; 3. Isu-Isu Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah; 4. Isu-isu Strategis Lintas Sektoral; dan 5. Isu-isu Strategis Sektoral A. Isu-isu Strategis Mencermati kelima isu-isu di atas dan dikaitkan dengan konteks Kabupaten Sukamara, terdapat beberapa isu relevan di antaranya isu-isu: 1. Isu-isu Penyelenggara Pemerintah Daerah a. Pelaksanaan PP No. 41 Tahun 2007 82

Pemerintah daerah telah menyusun organisasi perangkat daerah sesuai dengan PP No. 41 tahun 2007. Pelaksanaan dari PP tersebut bagi daerah adalah satu keharusan mengingat bahwa PP No. 8 tahun 2003 dianggap belum cukup memberikan pedoman yang menyeluruh bagi penyusunan dan pengendalian organisasi perangkat daerah yang dapat menangani seluruh pemerintahan. Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Pelaksanaan dari PP 41 tersebut membawa dampak positif berupa harapan agar penanganan tugas-tugas pelayanan dapat dimaksimalkan. Di sisi lain akan membawa kepada perampingan, karena hilangnya beberapa dinas tertentu dan konsekuensinya hilangnya jabatan atau perlunya penambahan apatur untuk mengisi perangkat yang baru tersebut. Dari sisi sarana dan prasarana, khususnya bagi daerah pemekaran, seperti Kabupaten Sukamara, isu-isu yang dihadapi adalah dari segi kemampuan aparatur untuk mengisi semua jabatan terutama yang fungsional bagi dinas atau badan yang baru serta kantor beserta kelengkapannya dan anggaran karena semuanya masih terbatas. Hal ini akan membawa konsekuensi kepada kebijakan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, ataupun pengawasan pembangunan. b. Tata Kepemerintahan yang Baik Tata kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis dan efektif, serta di dalamnya mengatur pola hubungan yang sinergis dan 83

konstruktif antara pemerintah, dunia usaha swasta dan masyarakat. Tata kepemerintahan yang baik meliputi tata kepemerintahan untuk sektor publik (good public governance) yang merujuk pada lembaga penyelenggara negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif) dan tata kepemerintahan untuk dunia usaha swasta (good corporate governance), serta adanya partisipasi aktif dari masyarakat (civil society). Para pihak inilah yang sering disebut sebagai 3 (tiga) pilar penyangga penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Dua yang disebut terakhir (swasta dan masyarakat) masih perlu ditingkatkan keterlibatan dalam konsep tata pemerintahan yang baik. Upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik membutuhkan komitmen kuat, tekad untuk berubah menjadi lebih baik, sikap konsisten, dan waktu yang tidak singkat karena diperlukan pembelajaran, pemahaman, serta implementasi nilai-nilai atau prinsip-prinsipnya secara utuh oleh seluruh komponen bangsa termasuk oleh aparatur pemerintah dan masyarakat luas. Di samping itu, perlu kesepakatan bersama serta sikap optimistik yang tinggi dari seluruh komponen bangsa bahwa penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik dapat diwujudkan demi mencapai masa depan bangsa dan negara yang lebih baik. Secara umum terdapat 4 (empat) prinsip utama dalam tata kepemerintahan yang baik, yakni transparansi, partisipasi, penegakan hukum dan akuntabilitas. Berbagai pihak mengembangkan dan melakukan elaborasi lebih lanjut dalam berbagai prinsip turunan tata kepemerintahan yang baik, serta melaksanakannya sesuai dengan tugas pokok organisasi, seperti prinsip wawasan ke depan, supremasi hukum, demokrasi, 84

profesionalisme dan kompetensi, daya tanggap, keefisienan dan keefektifan, desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat, komitmen pada pengurangan kesenjangan, komitmen pada lingkungan hidup, dan komitmen pada pasar yang fair. c. Standar Pelayanan Minimal Pelaksanaan SPM secara luas menghadapi beberapa kendala dan tantangan yaitu : (1) belum jelasnya pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai akibat dari belum selesainya revisi PP Nomor 25 Tahun 2000; (2) kompleksitas dalam merancang SPM; (3) ketersediaan dan kemampuan penganggaran relatif terbatas; (4) penyusunan SPM Bidang Kesehatan telah ditetapkan melalui peraturan Menteri Kesehatan RI nomor:741/menkes/per/vii/2008 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Pendidikan, dan layanan dasar lainnya perlu dilakukan melalui proses konsultasi publik untuk menentukan norma dan standar tertentu yang disepakati bersama. Hal ini untuk menghindari adanya perbedaan persepsi di dalam memberikan pelayanan publik sesuai SPM. 2. Isu-Isu Pembangunan Daerah a. Penyusunan RPJM Daerah Sesuai amanat Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pemerintah daerah harus menyusun RPJM Daerah dan RPJP Daerah, dengan berpedoman dan/atau mengacu kepada RPJM dan RPJP Nasional yang disusun Pemerintah Pusat. Dalam hal penyusunan RPJMD, sebelum terbitnya PP RI. No 8 Tahun 85

2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, penyusunan RPJMD mengacu kepada Surat Edaran Menteri No. 50/2020/SJ tahun 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Penyusunan RPJMD mesti mengikuti visi-misi-program kepala daerah terpilih dan dalam kaitannya dengan RPJM Nasional mesti perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian agar selaras dengan agenda pemerintah pusat. Persoalan lain adalah menyangkut penjabaran lebih lanjut oleh SKPD, yaitu Program Pembangunan Daerah semestinya mengacu kepada rancangan Renstra-SKPD yang disiapkan oleh masing-masing SKPD agar jelas mana Program SKPD, Program Lintas SKPD, dan Program Kewilayahan. Di sisi lain, Renstra SKPD menginginkan RPJMD sebagai acuan. Dengan demikian forum musyawarah rencana pembangunan menjadi media yang efektif untuk sinkronisasi RPJMD dengan program SKPD. 3. Isu-Isu Pengelolaan Keuangan Daerah Isu-Isu dalam Pengelolaan Keuangan Daerah menyangkut sumber pendapatan daerah, alokasi belanja, dan kebijakan umum anggaran. Permasalahan terkait dengan aspek perencanaan dalam pengelolaan keuangan daerah adalah masih belum soinkronnya antara kebijakan, perencanaan, dan penganggaran. Apa yang sudah ditetapkan dalam kebijakan pemerintahan daerah belum tentu sama dengan yang tertuang dalam dokumen perencanaan (RPJPD, RPJMD, dan RKPD). Selanjutnya pada saat dilakukan penganggaran, apa yang ditetapkan dalam dokumen 86

perencanaan seringkali diterjemahkan berbeda dalam dokumen penganggaran. Akibatnya tidak dilihat hubungan keterkaitan antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran ini. Permasalahan yang timbul akibat keterlambatan penganggaran adalah keterbatasan pelaksanaan anggaran. 4. Isu-isu Strategis Sektoral Isu-isu Strategis Sektoral yang berkaitan dengan: (a) Revitalisasi Pertanian; (b) Kependudukan, kesehatan, kemiskinan, gender, dan anak; (c) Sarana dan Prasarana; (d) Lingkungan Hidup a. Revitalisasi Pertanian/Perkebunan Isu-isu penting di bidang pembangunan pertanian antara lain peningkatan kualitas SDM petani dan petugas penyuluh pertanian, pertanian yang modern dan berwawasan lingkungan, pendekatan produksi pangan menjadi pendekatan agribisnis, dan diversifikasi komoditas andalan yang bernilai tambah. Pentingnya sektor pertanian (dalam arti luas) ini mengingat kontribusinya yang besar terhadap pembentukan PDRB, penyerapan tenaga kerja. Di tahun 2007, sekitar 70 persen lebih tenaga kerja dari total angkatan kerja terserap di sektor ini. Oleh karena itu bahwa pertanian, perkebunan, perikanan merupakan sektor padat karya yang berpotensi menyerap angkatan kerja dan menanggulangi kemiskinan. Mengingat perannya yang strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, penyerapan tenaga kerja, dan penanggulan kemiskinan, maka pemerintah daerah perlu menempatkan revitalisasi sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan 87

daerah. Untuk membantu peningkatan produktivitas maka penangangan fungsi penyuluh pertanian yang sudah menjadi kewenangan daerah perlu ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang, baik pelayanan teknologi, pengelolaan usaha, pemasaran dan peningkatan nilai tambah. Begitu pula dari sisi pendanaan dalam pelaksanaannya kurang mendapat dukungan dari perbankan sehingga dalam beberapa kasus program revitalisasi pertanian dianggap gagal. b. Administrasi Sistem Kependudukan dan Catatan Sipil Penduduk merupakan modal utama pembangunan. Penduduk yang berkualitas tinggi akan mempercepat pertumbuhan dan pencapaian tujuan pembangunan. Keberhasilan mengendalikan pertumbuhan dan meningkatkan kualitas penduduk serta keluarga akan mempercepat pembangunan pembangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Isu penting di dalam pembangunan kependudukan di antaranya adalah perlunya terus menerus menata sistem administrasi kependudukan dalam upaya terakomodasinya hakhak penduduk; tertib administrasi penduduk; tersedianya data dan informasi penduduk yang akurat dan terpadu; reformasi pelayanan registrasi penduduk. Berbagai permasalahan dalam pembangunan kependudukan di Kabupaten Sukamara di antaranya: (1) masih belum dapat melaksanakan pemuktakhiran Data Kependudukan; pelayanan KTP dan KK dengan menggunakan sistem SIAK di Kecamatan terutama disebabkan kurangnya sarana dan 88

prasarana akses komunikasi, (2) masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendaftaran dan pencatatan identitas diri/kepemilikan Akta. Jangkauan layanan kesehatan masyarakat Di bidang Kesehatan, permasalahan yang di hadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk, yang antara lain terlihat dengan masih tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu; kesenjangan kualitas kesehatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu antar wilayah, gender dan kelompok pendapatan; belum memadainya jumlah, penyebaran, komposisi dan mutu tenaga kesehatan; dan terbatasnya sumber pembiayaan kesehatan serta belum optimalnya alokasi pembiayaan kesehatan. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi banyak faktor, seperti: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Definisi kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Jumlah penduduk kategori miskin di Kabupaten Sukamara berdasarkan hasil pendataan sampai dengan tahun 2007, terdapat kurang lebih 12,37 persen atau 4.894 dari total penduduk 39.576 jiwa. Dalam bidang ekonomi, meskipun terjadi peningkatan stabilitas ekonomi, karakteristik pertumbuhan tahun 2002 2007 berkisar 4,90 persen 5,27 persen belum mampu 89

menciptakan lapangan kerja yang memadai guna menampung angkatan kerja serta pengangguran yang ada. Hal ini disebabkan masih minimnya investasi yang masuk sebagai investor penggerak ekonomi daerah. Pembangunan perdesaan merupakan salah satu isu strategis guna mendukung peningkatan ekonomi daerah dan pengembangan wilayah. Di awal RPJM Nasional 2004-2009, Kabupaten Sukamara adalah satu dari 199 kabupaten dengan kategori tertinggal. Ada 6 (enam) kategori untuk disebut sebagai daerah tertinggal: (1) kondisi perekonomian masyarakat, (2) sumberdaya manusia, (3) prasarana (infrastruktur), (4) kemampuan keuangan daerah (celah fiskal), (5) aksesibilitas, dan (6) karakteristik daerah. Pengembangan wilayah terpencil dihadapkan pada banyaknya wilayah tertinggal yang harus ditangani dan tersebar luas di seluruh pelosok Kabupaten Sukamara. Sedangkan pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh dihadapkan pada kurangnya kesiapan daerah dalam memanfaatkan peluang yang ada, terbatasnya SDM. Rendahnya peranan swasta dalam pembangunan serta terbatasnya jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi daerah. c. Peningkatan Sarana dan Prasarana 1) Peningkatan akses transportasi darat antar desa, antar kecamatan, dan kabupaten Secara umum kondisi jalan di wilayah Kabupaten Sukamara cukup baik dan membuka akses antar wilayah baik sebagian antar kecamatan, antar kabupaten dan antar provinsi. Pada tahun 2006, panjang jalan di Kabupaten 90

Sukamara mencapai 702,90 kilometer (km). Dengan rincian jalan beraspal 115,15 km, jalan kerikil 212,31 km, jalan tanah 362,25 km, dan jalan tidak dirinci 13,02 km. Tahun 2007 terdapat peningkatan dalam panjang jalan menjadi 753,42 km dengan jenis permukaan jalan: beraspal 134,96 km; kerikil 226,54 km; tanah 378,72 km; dan tidak dirinci 13,20 km. Dibandingkan dengan tahun 2002, jalan beraspal sekitar 31,14 km yang berarti selama 5 tahun terakhir terjadi pengaspalan jalan 103,82 km atau kenaikan rata-rata per tahun 20,76 km (20 persen pertahun). Dari ketiga jenis permukaan jalan, maka jalan tanah adalah yang terpanjang. Kondisi menjadi tuntutan untuk pembangunan jalan dimasa mendatang menjadi jalan kerikil. Sementara untuk kelas jalan, baik jalan provinsi dan jalan negara berada di kelas II, sedangkan jalan kabupaten berada di kelas III.A. Kondisi jalan pada tahun 2007 sekitar 35,6 persen jaringan jalan dalam kondisi sedang, rusak sekitar 7,07 persen dan rusak berat berkurang menjadi 5,40 persen. Pembangunan infrastruktur masih dihadapkan pada berbagai kendala akibat kurangnya dana. Kendala lain yang dihadapi sub bidang tranportasi meliputi aspek kelembagaan dan peraturan, SDM, teknologi, pendanaan investasi, kapasitas serta operasi pemeliharaan. 2) Peningkatan listrik Kebutuhan akan listrik dapat dikatakan salah satu kebutuhan mendasar untuk dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, saat ini meskipun PLN dapat 24 jam per hari, namun belum mampu melayani seluruh wilayah yang ada karena 91

kurangnya daya yang dimiliki. Kondisi menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Sukamara akan membantu pengadaan listrik hingga dapat beroperasi diseluruh wilayah Sukamara. d. Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Hidup Pengelolaan sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH) secara benar dan berkesinambungan (lestari) akan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi. Masalah SDA dan LH menjadi isu strategis yang penting karena perlu dikelola secara arif dan memberikan manfaat yang optimal bagi daerah. Isu-isu SDA dan LH di Kabupaten Sukamara berkenaan dengan (1) pemberantasan penebangan liar; (2) penanggulan kebakaran hutan dan lahan; (3 restruk-turisasi sektor kehutanan, (4) rehabilitasi dan konvervasi sumberdaya hutan, serta (5) pemanfaatan potensi tambang. Kabupaten Sukamara memiliki lahan kritis dan tidak produktif yang begitu besar, yaitu kurang lebih 169.895,28 ha atau hampir 45 persen dari luas wilayah Sukamara (382.700). Lahan seluas itu seharusnya perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk mengetahui apa penanganan yang sesuai untuk dilakukan. Sementara lahan sawit di tahun 2006 mencapai 33.951,20 ha atau baru mencapai sekitar 9 persen dari luas lahan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kalimantan Tengah yang sampai saat belum disahkan menjadi kendala sendiri bagi rencana pengembangan daerah ke depan berkaitan dengan rencana investasi dan peruntukan lahan. Proporsi luas kondisi hutan adalah untuk cagar alam 37.977 ha, hutan produksi terbatas 20.310 ha, hutan produksi 104.312, hutan transmigrasi 8.524 ha, KPPL 3.35 ha dan KPP 139.475 ha. 92

Sumberdaya kelautan dan perikanan juga menjadi isu penting, mengingat garis pantai sepanjang 75 km dan potensi perikanan darat yang potensial perlu menjadi perhatian dalam pembangunan SDA dan LH secara keseluruhan. Pertambangan bijih besi belum bisa tergali secara optimal. Masalah biji besi ini di antaranya menimbulkan persoalan tapal batas antara Kabupaten Sukamara dan Kabupaten Lamandau, khususnya di Kecamatan Balai Riam dan Kecamatan Permata Kecubung. Perlu dirancang ke depan agar kedua daerah melakukan pengelolaan bersama-sama untuk menghindari saling klaim dan menyulitkan proses investasi. 93