Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

PENERAPAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

PENINGKATAN MOTIFASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PLUS

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD

Linda Yuliana 1, Ani Nur Aeni 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang

PENINGKATAN LIFE SKILL SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAME SIMULATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA YANG DILENGKAPI MIND MAP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mengadakan perbaikan ke jenjang yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2011 ISBN : Surabaya, 19 Pebruari 2011

Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Problem Based Learning

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2, Hal 70-77, Mei 2017

ABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING PADA MATERI STATISTIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jenis penelitian

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI SIKLUS ACE PADA PEMBELAJARAN KIMIA Oleh I Wayan Soma 1

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Segiempat

PROSIDING ISBN :

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL, AUDITORIAL, DAN KINESTETIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Seminar Pendidikan Serantau 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Persada Bandar Lampung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

Abstrak. Nurina Rahma

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 1, No. 2, pp September 2012 ISSN:

Oleh Fathorrasi (1), Hasan Muchtar Fauzi (2)

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon dengan

BAB I PENDAHULUAN. ongkos angkot, berbelanja, berjalan, dan lain-lain. Bahkan Niss (Hadi, 2005)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Spontaneous Group Discussion

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY PADA MATERI KOMPOSISI TRANSFORMASI GEOMETRI DI KELAS XII IPA 2 SMA NEGERI 3 NGANJUK

Kata kunci: pembelajaran, project based learning, audiovisual, hasil belajar, geografi

BAB III METODE PENELITIAN. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki definisi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil di SMA Negeri 7 Bandar

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

Anisa Nabilasari, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

Oleh: Parliyah SDN 3 Watuagung, Watulimo, Trenggalek

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

TAHAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMK YANG MENGARAH PADA PEMECAHAN MASALAH (POLYA)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

berpikir kritis adalah kemampuankemampuan PENDAHULUAN

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

Rinendah Sihwinedar 16

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER II SMP

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

Transkripsi:

PENERAPAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS Risma Agustina dan Endang Susantini Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya Email: dinda.annaconda@gmail.com ABSTRAK Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi yaitu dengan mengajarkan kepada siswa tentang berpikir kritis. Berpikir kritis yang dilatihkan dalam penelitian ini meliputi: kemampuan merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, dan melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu dan untuk mengetahui ketuntasan belajar dan respons siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran pada materi pencemaran dan pelestarian lingkungan. Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen dengan menggunakan rancangan one shot case study design. Sasaran penelitian adalah 36 siswa Kelas X-5 SMA Negeri 3 Kediri. Hasil penelitian menunjukan penerapan perangkat pembelajaran dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari ketuntasan belajar siswa sebesar,5%. Sebagian besar siswa memberikan respons positif dan menganggap baru terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan guru. Kata Kunci : ketuntasan hasil belajar, berpikir kritis, pencemaran dan pelestarian lingkungan PENDAHULUAN Pada umumnya, materi pelajaran biologi yang dikaji di kelas berkisar pada buku yang sedikit memberikan contoh kehidupan nyata. Konsep-konsep yang ada di dalam buku diinformasikan secara rinci oleh guru di depan kelas. Lembar kegiatan siswa yang digunakan hanya seperti resep yang merupakan penuntun kegiatan untuk menguji konsep atau teori yang ada di dalam buku atau materi yang disampaikan oleh guru. Guru jarang mengangkat permasalahan yang ada di lingkungan sebagai bahan yang dikaji di dalam kelas. Siswa tidak dilatih memecahkan masalah yang berkaitan dengan permasalahan di lingkungannya. Dari kenyataan tersebut dapat dikatakan dalam pembelajaran biologi, guru belum mengarahkan siswa pada keterampilan berpikir. Berdasarkan penelitian Arnyana (2004), salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi yaitu dengan mengajarkan kepada siswa tentang cara berpikir khususnya tentang berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat diajarkan di sekolah melalui proses pembelajaran. Seperti yang dilaporkan oleh Kronberg dan Griffin, dalam (Arnyana, 2004) Bahwasanya guru dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui analisis masalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hasilnya adalah siswa sangat senang dalam belajar dan siswa memiliki kemampuan untuk berpikir kritis. Morgan, dalam (Arnyana, 2004) mengemukakan kemampuan berpikir kritis merupakan komponen berpikir tingkat tinggi, sangat penting diajarkan di sekolah sebagai bagian dari proses 220

pembelajaran. Mengajarkan siswa untuk berpikir secara langsung membuat siswa menjadi cerdas. Berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental yang mencakup kemampuan merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, serta melakukan evaluasi untuk memecahkan suatu masalah. Adapun indikator-indikator dari kemampuan yang termasuk ke dalam berpikir kritis yaitu memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memberi arah untuk memperoleh jawabannya, argumen dengan alasan yang sesuai, melakukan interpretasi terhadap pernyataan, memberikan asumsi yang logis, evaluasi diberikan berdasarkan fakta (Arnyana, 2004). Berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran biologi berlangsung, umumnya guru tidak memberikan tantangan atau permasalahan yang menarik perhatian siswa untuk berpikir, di lain pihak siswa kurang berani mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran biologi menjadi tidak menarik. Kelemahan di atas merupakan masalah yang perlu diatasi, di antaranya menyelenggarakan proses pembelajaran yang memberikan motivasi kepada siswa agar pembelajaran biologi menjadi lebih menantang siswa untuk berpikir kritis, dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan implementasi KTSP yang melibatkan siswa secara aktif (Mulyasa, 2006). Pemilihan materi ekosistem yaitu pada subbab Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan diambil karena permasalahan-permasalahan di dalamnya berhubungan dengan kehidupan nyata yang kompleks serta memerlukan pemikiran yang kritis untuk dapat memecahkannya. Melalui pembelajaran ini siswa diberikan wawasan tentang lingkungan yang dapat diangkat sebagai masalah aktual untuk dipikirkan dan dipecahkan. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam keterampilan berpikir kritis yang meliputi kemampuan merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, serta melakukan evaluasi untuk memecahkan suatu masalah, (2) Mengetahui respons siswa terhadap komponen perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada materi Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan dengan berpikir kritis. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan pre experiment dengan menggunakan rancangan one shot case study design, seperti berikut ini: X O (Arikunto, 1998) Keterangan: X = Perlakuan, yaitu penyampaian materi dengan menggunakan perangkat pembelajaran Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan untuk melatih berpikir kritis 221

O = Pengamatan terhadap perlakuan, berupa ketuntasan hasil belajar dan respon siswa Sasaran penelitian yaitu siswa-siswi kelas X-5 SMA Negeri 3 Kediri tahun ajaran 2009-2010, yang berjumlah 36 orang dengan siswa laki-laki 14 orang dan siswi perempuan 22 orang. Perangkat pembelajaran materi Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan yang digunakan meliputi silabus, RPP, buku siswa, LKS, dan soal. Perangkat pembelajaran tersebut mengacu pada kompetensi dasar menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran dan pelestarian lingkungan, dengan berpikir kritis. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah penerapan perangkat pembelajaran Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan diperoleh data ketuntasan belajar siswa pada setiap indikator berpikir kritis sebagai berikut. Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa pada Setiap Indikator dengan Berpikir Kritis No. Indikator Jumlah siswa tuntas Jumlah siswa tidak tuntas % ketuntasan Indikator 1. Merumuskan masalah 30 6 83,3 berdasarkan fakta perubahan lingkungan yang terjadi di suatu daerah. 2. Mengajukan argumen terkait 32 4 88,8 masalah perusakan lingkungan. 3. Melakukan deduksi terhadap 25 11 69,4 perusakan lingkungan. 4. Melakukan induksi terkait 29 7,5 masalah perusakan lingkungan. 5. Membuat evaluasi untuk memecahkan masalah perusakan lingkungan. 27 9 75 Batas Standart Ketuntasan Minimal per indikator yang ditetapkan SMA Negeri 3 Kediri, apabila siswa yang tuntas % Gambar 1. Grafik Perbandingan antara Siswa dan Tidak pada Setiap Indikator Berpikir Kritis 222

Adapun ketuntasan setiap siswa setelah penerapan perangkat pembelajaran Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan dengan berpikir kritis disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 2 berikut. Tabel 2. Ketuntasan Siswa setelah Penerapan Perangkat Pembelajaran dengan Berpikir Kritis No. Nilai Ketuntasan Belajar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 60 55 85 85 60 75 90 95 75 45 75 50 50 95 45 90 85 75 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Persentase ketuntasan siswa = = 223

Gambar 2. Grafik persentase ketuntasan siswa Respons siswa berupa tanggapan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran Pencemaran dan pelestarian Lingkungan disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 3 dan 4. Tabel 3. Respons siswa terhadap perangkat pembelajaran berpikir kritis No. Pertanyaan Pilihan Jawaban Persentase (%) 1. Bagaimana pendapat kalian mengenai: Senang Tidak Senang Senang Tidak Senang Buku siswa (materi ajar) 30 orang 6 orang 83,3 16,7 Lembar Kegiatan Siswa 32 orang 4 orang 88,8 11,2 Soal-soal Latihan 25 orang 11 orang 69,4 30,6 Cara guru mengajar 30 orang 6 orang 83,3 16,7 2. Bagaimana pendapat kalian mengenai : Rata-rata persentase respons 81,2 18,8 Baru Tidak Baru Baru Tidak Baru Buku siswa (materi ajar) 32 orang 4 orang 88,8 11,2 Lembar Kegiatan Siswa 31 orang 5 orang 86,1 13,9 Soal-soal Latihan 27 orang 9 orang 75 25 Cara guru mengajar 30 orang 6 orang 83,3 16,7 Rata-rata persentase respons 83,3 16,7 Gambar 3. Grafik respons siswa terhadap komponen Pembelajaran 224

Gambar 4. Grafik respon siswa terhadap kebaruan komponen pembelajaran Berdasarkan Tabel 3, Gambar 3 dan Gambar 4 di atas, 81,2% siswa di kelas menjawab senang terhadap komponen-komponen perangkat yang dikembangkan seperti buku siswa, LKS, soal-soal serta cara guru mengajar di kelas. Sebesar 83,3% siswa mengatakan perangkat pembelajaran ini baru diterapkan di kelas tersebut. Hal ini berarti, siswa merespon positif terhadap cara guru mengajar dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Berdasarkan Tabel 1, lima indikator berpikir kritis yang dikembangkan dalam soal menunjukkan rata-rata siswa mampu untuk mengaplikasikannya pada setiap soal tes yang diberikan. Menurut Gunter, 1990 (dalam Arnyana, 2004) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir akan menguasai materi pelajaran dengan baik, mudah memahami pelajaran, dan mengingat pelajaran dengan baik. Pada indikator merumuskan masalah berdasarkan fakta perubahan lingkungan yang terjadi di suatu daerah, 83,3% siswa mampu menjawab dengan soal dengan benar. Pada indikator mengajukan argumen terkait masalah perusakan lingkungan 88,8% siswa menjawab dengan benar, ini merupakan indikator yang paling tinggi ketuntasannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu berargumen dengan logika dan pikiran serta mampu mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah lingkungan yang terjadi dalam soal. Pada indikator melakukan deduksi terhadap perusakan lingkungan 69,4% siswa dapat menjawab soal dengan benar, ini merupakan indikator tidak tuntas. Terdapat 11 orang siswa kurang benar dalam menjawab soalnya, hal ini berarti siswa tersebut belum mampu mengaitkan suatu peristiwa alam dengan dampaknya di lingkungan, selain itu pada jenis soal melakukan deduksi siswa cenderung untuk menulis kembali soalnya tetapi tidak menjawab apa yang ditanyakan dalam soal. Selain itu, ketidakjelasan pada saat guru membahas soal-soal pada saat latihan dapat berakibat siswa tidak bisa mengerjakan jenis soal yang sama pada saat tes. Untuk mengatasinya diperlukan latihan yang lebih sering dalam mengerjakan soal-soal yang mengaitkan antara dua peristiwa. Seperti yang dikemukakan Vernon, 1990 (dalam Arnyana, 2004) setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda yang ditunjukkan dalam kemampuannya dalam memberikan deskripsi. Orang yang memiliki intelegensi lebih tinggi, memiliki kecepatan kerja otak lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki intelegensi yang lebih rendah. Pada 225

indikator keempat yaitu melakukan induksi terkait masalah perusakan lingkungan,5% siswa dapat menjawab soal dengan benar, tetapi menurun jumlahnya pada indikator kelima tentang membuat evaluasi untuk memecahkan masalah perusakan lingkungan, hanya 75% siswa yang mampu menjawab dengan benar. Ini menunjukkan ada sebagian siswa yang dapat menyebutkan alternatif solusi masalah lingkungan tetapi dia tidak mengerti alasan memilih solusi tersebut, hal ini bisa disebabkan karena siswa hanya menghafal apa yang ditulis di dalam buku siswa saja tetapi belum memahami maksud dari solusi tersebut. Dari kelima soal yang dibuat berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis tidak ada soal yang dapat terjawab dengan benar %. Hal ini disebabkan jenis soal yang dibuat model soal analisis (C4), hal ini membutuhkan kemampuan yang tinggi dalam menganalisis serta latihan yang terus-menerus dalam proses belajar mengajar (Suryanti, 2008). Sesuai dengan pendapat Stenberg, 1998 (dalam Arnyana, 2004) bahwa setiap orang memiliki kecerdasan berbeda-beda yang ditunjukkan dalam kemampuannya membatasi masalah, mendefinisikan masalah, dan memecahkan masalah serta latihan yang terus-menerus. Berdasarkan Tabel 2, terdapat 29 siswa tuntas dan tujuh siswa tidak tuntas, dengan persentase ketuntasan sebesar,5%. Hal ini berarti bahwa siswa kelas X-5 SMA Negeri 3 Kediri mampu menuntaskan soal-soal yang dikembangkan dengan indikator-indikator berpikir kritis. Hal ini tentunya disebabkan oleh banyak faktor diantaranya: pendalaman materi pada setiap pertemuan dengan mengerjakan soal-soal di LKS yang dikembangkan sesuai indikator berpikir kritis, konsentrasi dan semangat siswa dalam menerima pelajaran bagus karena waktu ujicoba dilaksanakan pada pagi hari sehingga siswa belum jenuh dengan pelajaran, penguasaan konsep yang baik dari siswa karena sebelumnya guru mencontohkan dengan pembelajaran langsung yang menyenangkan. Disamping itu ada tujuh orang siswa yang tidak tuntas secara individu dalam mengerjakan soal berpikir kritis. Hai ini lebih disebabkan karena faktor dari dalam diri siswa sendiri. Berdasarkan Tabel 3. hasil respons siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan menunjukkan respons positif karena hasil perhitungan persentase adalah 61% (Riduwan, 2007), yaitu sebesar 81,2% menunjukkan bahwa siswa senang terhadap buku siswa, LKS, dan soal-soal yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa yang menunjukkan respons positif terhadap bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran dan cara guru mengajar menarik karena kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berbeda dengan pembelajaran sebelumnya yaitu guru memberikan tantangan kepada siswa untuk memecahkan masalah riil yang ada di sekitar mereka, sehingga pembelajaran dirasakan sangat nyata. Selain itu dapat meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam pembelajaran dan kebiasaan ini dapat dibawa dalam kehidupan sehari-hari siswa (Ibrahim, 2000). Seperti yang dilakukan Kronberg dan Griffin, 2000 (dalam Arnyana, 2004) mereka melatih siswa untuk berpikir kritis melalui materi pelajaran biologi. Mereka melatih kemampuan berpikir melalui analisis masalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hasilnya adalah siswa sangat senang dalam belajar dan siswa memiliki kemampuan untuk berpikir kritis. 226

Selain itu 83,3% komponen perangkat pembelajaran yang digunakan menurut siswa baru. Hasilnya, siswa terlatih untuk memecahkan masalah aktual yang ada di lingkungannya. Masalah ini diangkat dalam pembelajaran untuk dipecahkan dan menentukan solusi terhadap masalah tersebut. Buku yang digunakan sebagai sumber belajar sangat mendukung dalam memecahkan permasalahan. Produk belajar yang dihasilkan adalah siswa menemukan solusi terhadap masalah-masalah yang ada disekitar siswa, lebih memahami konsepkonsep yang diajarkan karena mereka langsung mengaplikasikannya dengan berpikir kritis, dan terbentuk kebiasaan cara menangani masalah secara ilmiah. Sebagian kecil dari siswa yang memberikan respons negatif. Hal ini dapat disebabkan siswa tersebut kurang bisa bekerjasama dengan kelompok karena sifat individual yang tinggi, siswa yang cenderung acuh dan tidak mau memperdulikan materi yang diajarkan karena merasa sudah bisa, serta ada sebagian kecil siswa yang memang kemampuannya sangat kurang dibandingkan dengan rata-rata siswa lainnya sehingga siswa ini cenderung diam selama proses belajar mengajar. Hal yang perlu diperhatikan bahwasanya ketuntasan belajar siswa dalam mengerjakan soal-soal tingkat tinggi juga tergantung dari respons siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan guru yang mengajar. Sesuai dengan pendapat Schibechi, 1984 (dalam Arnyana, 2004) yang mengemukakan bahwa sikap terhadap pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Penerapan perangkat pembelajaran Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa baik, hal ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa sebesar,5%. Ada satu indikator yang tidak tuntas dari lima indikator berpikir kritis yang dikembangkan. Respons siswa terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan pada materi Pencemaran dan Pelestarian lingkungan dengan berpikir kritis menunjukkan respons positif karena 61 % siswa menjawab senang dan menganggap baru (Riduwan, 2007). DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S.1998.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arnyana,I.B.P.2004.Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Kooperatif Serta Pengaruh Implementasinya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi tidak diterbitkan.malang:universitas Negeri Malang. BSNP.2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Uiversitas Negeri Surabaya. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 227

Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. 2006. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:Alfabeta. Suryanti.2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya 228