2015 KONVERSI LIGNOSELULOSA TANDAN PISANG MENJADI 5-HIDROKSIMETIL-2-FURFURAL (HMF) : OPTIMASI KOMPOSISI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Annisa Dwi Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang semakin meningkat serta

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

2014 HIDROLISIS LIMBAH BIOMASSA TEMPURUNG KEMIRI MENGGUNAKAN HOT COMPRESSED WATER DENGAN KATALIS

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN. Saat ini biomassa telah banyak menarik perhatian para peneliti. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI RAGI DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP KADAR ETANOL DAN KADAR GLUKOSA HASIL FERMENTASI KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus)

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan bakar. Sumber energi ini tidak dapat diperbarui sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kartika Mayasai, 2014

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

PEMANFAATAN LIMBAH POD KAKAO UNTUK MENGHASILKAN ETANOL SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu tantangan besar yang dihadapi secara global dewasa ini adalah krisis

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi di dunia terus berjalan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia (5,78 % pada 2013) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang UKDW. minyak semakin meningkat, sedangkan cadangan energi minyak bumi (fosil)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri

I. PENDAHULUAN. Pada masa sekarang konsumsi bahan bakar minyak sangat tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kita pada krisis energi dan masalah lingkungan. Menipisnya cadangan bahan

PEMANFAATAN SAMPAH SAYURAN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

(Pra <Rancangan <Pa6rik\,'Furfurat dariampas Tebu (Bagasse) Xapasitas ton pertahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pemenuhan energi semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TESIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. adalah salak. Salak merupakan buah meja yang cara mengonsumsinya tidak

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ervi Afifah, 2014 Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir 2012 Jurusan Teknik Konversi Energi 1

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan bahan bakar saat ini masih sangat bergantung pada sumber daya fosil. Sumber energi berbasis fosil masih merupakan sumber energi utama yang digunakan di hampir setiap negara tak terkecuali Indonesia. Data yang dimiliki Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia menunjukkan bahwa konsumsi energi nasional pada tahun 2011 masih didominasi oleh penggunaan sumber energi berbasis fosil, yaitu minyak bumi sebesar 594 juta SBM (Setara Barel Minyak) atau sebesar 39 % dari total konsumsi energi nasional. Sementara itu, penggunaan sumber energi yang lain semisal batu bara, biomassa, gas alam, tenaga air dan panas bumi masing-masingnya sebesar 22 %, 18 %, 17 %, 2 % dan 1 % (Kementerian ESDM RI, 2011). Salah satu masalah yang timbul saat ini adalah tidak disertainya ketergantungan terhadap sumber energi berbasis fosil tersebut oleh ketersediaannya. Lain dari pada itu, tingginya emisi gas CO 2 dari pembakaran bahan bakar fosil serta harganya yang fluktuatif cukup untuk dijadikan alasan untuk menimbang ulang penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber bahan bakar utama. Dalam pencarian alternatif sumber bahan bakar yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya fosil di Indonesia, penggunaan biomassa merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan. Sampai saat ini penggunaan biomassa sebagai sumber bahan bakar di Indonesia masih menempati posisi ketiga di bawah minyak bumi dan batu bara. Melimpahnya sumber biomassa di Indonesia dapat dijadikan modal penting untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia di masa depan tanpa harus terus bergantung pada sumber daya fosil. Penggunaan biomassa sebagai sumber bahan bakar jika dibandingkan dengan penggunaan sumber daya fosil memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah harga bahan mentahnya yang lebih murah, ketersediaannya yang lebih melimpah serta kemampuannya untuk dapat diperbaharui. Salah satu limbah biomassa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar adalah lignoselulosa. Di Indonesia, limbah biomassa lignoselulosa 1

2 kebanyakan bersumber dari sektor pertanian dan kehutanan serta sampah perkotaan. Salah satu sumber biomassa dari sektor pertanian adalah limbah biomassa tandan pisang. Tandan pisang merupakan bagian dari pohon pisang yang menghubungkan batang pisang dengan buahnya. Data FAO pada tahun 2012 menunjukkan bahwa produksi pisang di Indonesia telah mencapai 6,2 juta ton dan merupakan negara peringkat ketujuh terbanyak dalam jumlah produksi pisang pada tahun tersebut. Ketika dipanen, buah pisang diambil beserta dengan tandannya. Namun pada umumnya, tandan pisang tidak dikonsumsi oleh konsumen akhir dan biasanya dianggap sebagai sampah dan dibuang sehingga menjadi limbah. Limbah tandan pisang tersebut dapat menjadi sumber biomassa yang murah dan melimpah yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar dengan mengubah lignoselulosanya menjadi 5-Hidroksimetil-2- Furfural (HMF) yang merupakan salah satu prekursor biofuel (Kim, 2004). Pemanfaatan tandan pisang sebagai sumber bahan bakar alternatif dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketergantungan terhadap sumber daya fosil. Selain itu, dapat juga menjadi solusi bagi masalah pengolahan limbah tandan pisang agar memiliki nilai manfaat dan tidak mencemari lingkungan. HMF merupakan satu dari 12 senyawa building block yang dapat dihasilkan dari biomassa baik melalui proses fermentasi maupun konversi. (U.S. Departement of Energy, 2004). Senyawa building block selain HMF diantaranya adalah asam glutamat, asam levulinat, gliserol, dan asam propionat. Selain senyawa-senyawa yang telah disebutkan, Departemen Energi Amerika Serikat telah menemukan setidaknya 18 senyawa kimia lainnya yang telah dapat diperoleh dari pengolahan biomassa. Dewasa ini penelitian mengenai konversi selulosa dari biomassa menjadi HMF yang dapat menjadi intermediet bagi senyawa lain semakin berkembang. Penelitian yang telah dilakukan banyak memanfaatkan berbagai macam katalis baik homogen maupun heterogen. Penelitian yang ada juga meneliti media yang digunakan semisal pelarut aqueous pelarut organik dan cairan ionik. (Wang dkk., 2013; Binder dkk., 2009; Li dkk., 2010) Derivat HMF yang dapat digunakan sebagai biofuel adalah DMF (Dimethylfuran). DMF memiliki kandungan energi sebesar 31,5 MJ/L. Kandungan energi yang dimiliki DMF tersebut hampir setara dengan kandungan energi bensin (35 MJ/L) dan 40% lebih besar daripada kandungan energi etanol (23 MJ/L) (Roman-Leshkov dkk., 2007). Selain dapat diubah menjadi DMF,

3 HMF juga dapat diubah menjadi senyawa biodiesel yang menjanjikan, yaitu EMF (ethoxymethyl-2-furfural). EMF dapat diperoleh dari HMF melalui proses eterifikasi menggunakan etanol dan zeolit yang dilapisi asam (Nurjamilah, 2013). Ada tiga komponen utama yang menyusun biomassa lignoselulosa yaitu hemiselulosa, selulosa dan lignin. Lignoselulosa merupakan senyawa yang sukar larut dalam beberapa pelarut dikarenakan strukturnya yang cukup kompleks. Sukar larutnya lignoselulosa membuat proses konversi biomassa secara umum menjadi kurang efektif dan efisien. Salah satu pelarut yang diketahui dapat melarutkan lignoselulosa dengan baik adalah cairan ionik seperti [OMIM]Cl yang ketika dipasangkan dengan katalis krom-halida mampu menghasilkan 58,7% perolehan HMF (Lee dkk., 2010). Namun, cairan ionik memiliki suatu kekurangan yaitu harganya yang relatif mahal. Karena itu perlu dicari pelarut alternatif yang dapat melarutkan lignoselulosa sebaik cairan ionik namun dengan harga yang lebih murah. Salah satu pelarut selain cairan ionik yang dapat melarutkan lignoselulosa dengan baik adalah larutan ZnCl 2 (Deng dkk., 2012; Wang dkk., 2013). Selain dapat melarutkan lignoselulosa, larutan ZnCl 2 dapat mendehidrasi glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, selulosa pati dan serat. Oleh karena itu, ZnCl 2 dapat berperan sebagai media pelarut pada proses konversi biomassa menjadi HMF. Larutan ZnCl 2 memiliki potensi yang besar untuk menggantikan cairan ionik sebagai pelarut dalam proses konversi lignoselulosa menjadi senyawa turunannya. Hal ini dikarenakan keberadaan ZnCl 2 yang cukup melimpah serta harganya yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan cairan ionik. Untuk mengetahui lebih jauh potensi ZnCl 2 sebagai media dalam proses konversi lignoselulosa menjadi HMF, perlu dilakukan pengujian terhadap pengaruh dari konsentrasi ZnCl 2 sebagai media terhadap perolehan HMF hasil konversi lignoselulosa. Pengujian terhadap pengaruh konsentrasi ZnCl 2 terhadap perolehan HMF pernah dilakukan Deng dkk. (2012), yang melakukan pengujian hingga konsentrasi ZnCl 2 65 %. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah, HMF baru bisa diperoleh dengan bantuan ZnCl 2 dengan konsentrasi diatas 60 % dan semakin tinggi konsentrasi ZnCl 2 semakin banyak HMF yang diperoleh. Namun, pengamatan terhadap apa yang terjadi dengan perolehan HMF jika konsentrasi

4 ZnCl 2 yang digunakan di atas 65 % masih belum dilakukan dan masih perlu untuk diamati. Dalam sintesis HMF terjadi dehidrasi tiga molekul air dan untuk meningkatkan hasilnya diperlukan peranan katalis. Salah satu katalis yang menunjukkan hasil positif dalam proses konversi biomassa menjadi HMF adalah CrCl 3 yang ketika dikombinasikan penggunaannya dengan DMA-LiCl mampu menghasilkan perolehan HMF sebesar 48% (Binder dkk., 2009). Untuk lebih mengetahui lebih jauh potensi CrCl 3 sebagai katalis dalam proses konversi lignoselulosa menjadi HMF, perlu dilakukan pengujian terhadap pengaruh dosis CrCl 3 terhadap perolehan HMF dari hasil konversi lignoselulosa. Pengujian terhadap pengaruh dosis CrCl 3 ini utamanya adalah untuk mengetahui kombinasi optimal dari CrCl 3 sebagai katalis jika dipasangkan dengan media ZnCl 2 karena pada pada penelitianpenelitian sebelumnya CrCl 3 dipasangkan dengan katalis lain semisal cairan ionik. Sementara itu, pada penggunaan CrCl 3 yang digabungkan dengan ZnCl 2 (A dawiyah R.A., 2014 ; Herlina, E., 2014), komposisi optimal dari katalis dan media tersebut belum ditemukan. Setelah proses konversi, pemisahan HMF yang diperoleh dari sisa pereaksi serta produk samping yang ada di dalamnya merupakan tantangan yang harus dihadapi selanjutnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memurnikan HMF adalah dengan menggunakan resin penukar ion. Penggunaan resin penukar ion pernah dilakukan oleh Binder dkk. (2009) sebagai fasa diam dan air hasil destilasi sebagai fasa geraknya dalam proses pemurnian HMF dari kandungan logam Li. Fokus dari penelitian ini adalah optimasi konsentrasi ZnCl 2 dan dosis katalis CrCl 3 dalam proses konversi biomassa lignoselulosa tandan pisang menjadi HMF yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi kemampuan resin penukar ion dalam memisahkan pereaksi dari HMF. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui jumlah optimal dari dosis CrCl 3 serta konsentrasi ZnCl 2 untuk konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi HMF serta dapat diketahui pula potensi resin penukar ion dalam memurnikan hasil konversi dari kandungan logam Zn.

5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Berapa konsentrasi media ZnCl 2 yang optimal untuk konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi HMF? 2. Berapa dosis katalis CrCl 3 yang optimal untuk konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi HMF? 3. Bagaimana potensi resin penukar ion dalam memurnikan HMF hasil konversi lignoselulosa dari logam Zn? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui konsentrasi media ZnCl 2 yang optimal untuk konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi HMF, 2. Mengetahui pengaruh dosis katalis CrCl 3 yang optimal untuk konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi HMF, 3. Mengetahui potensi resin penukar ion dalam memurnikan HMF hasil konversi lignoselulosa dari logam Zn.. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tandan pisang sebagai substrat dalam konversi lignoselulosa menjadi HMF dan mengetahui konsentrasi ZnCl 2 dan dosis CrCl 3 yang optimal untuk konversi lignoselulosa menjadi HMF serta mengetahui potensi resin penukar ion dalam memurnikan hasil konversi dari logam Zn. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab utama yaitu bab I yang berisi pendahuluan, bab II tentang tinjauan pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV yang berisi hasil dan pembahasan serta bab V yang berisi kesimpulan dan saran.

6 Secara umum, bab I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Pada latar belakang dikemukakan alasan yang mendasari penelitian yang dilakukan peneliti. Menindaklanjuti latar belakang, muncul rumusan masalah yang mengetengahkan masalah-masalah yang muncul dalam penelitian. Tujuan penelitian memberi poinpoin dari tujuan penelitian ini. Pada bagian akhir, dibahas manfaat penelitian yang berisi manfaat dari penelitian secara keseluruhan dan struktur organisasi skripsi yang menguraikan susunan skripsi. Bab II berjudul tinjauan pustaka yang mengulas dasar-dasar ataupun teori penelitian yang mendasari penelitian ini. Bab III membahas metode penelitian secara keseluruhan. Sub-bab dari bab III terdiri dari pertama, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian. Kedua, alat dan bahan digunakan selama proses penelitian. Ketiga, metode penelitian yang memperinci prosedur dari penelitian dari satu tahap ke tahap lain. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan hasil berdasarkan literatur. Adapun bab V berisi kesimpulan umum yang menjawab tujuan penelitian dan berisi saran untuk penelitian selanjutnya.