Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran pernafasan obstruktif intermitten, reversible dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

PENGARUH YOGA TERHADAP KONTROL ASMA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB IV METODE PENELITIAN

Bab 3. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik dengan rancangan yang

SURAT PERSETUJUAN. Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dr. Masrul Basyar Sp.P (K)

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

PANDUAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN LOGO RS X

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

LAMPIRAN 1 Instrumen Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

ANALISIS KETEPATAN CARA PENGGUNAAN INHALER PADA PASIEN ASMA DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal , Mei-Agustus 2013, ISSN

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah.

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit


III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Tempat dan waktu penelitian. 3.3 Populasi dan sampel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Asma dengan Tingkat Kontrol Asma

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

Transkripsi:

Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan Herry Priyanto*, Faisal Yunus*, Wiwien H.Wiyono* Abstract Background : Method : April 2009 Result : Conclusion : Keywords : PENDAHULUAN Asma merupakan penyakit saluran napas kronik yang penting dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia dengan prevalens yang bervariasi di setiap 1-3 Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini terlihat dari data studi Survei Kesehatan Rumah urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan bersama- SKRT 1992 didapatkan bahwa asma, bronkitis prevalens asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, di bandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan 4 bahwa pasien asma yang menganggap penyakit terkontrol, ternyata yang terkontrol penuh sebanyak 5% dan yang terkontrol sebagian sebanyak 35%, hanya 10% yang menggunakan inhalasi steroid untuk mengontrol asmanya sedangkan yang 5 Oleh karena itu penatalaksanaan asma ditujukan agar pasien mendapatkan asmanya dalam kondisi optimal menyerupai orang yang sehat, sehingga 138 J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011

dapat melakukan aktivitas harian layaknya orang normal dan berdampak pada peningkatan kualitas 4 Keberhasilan penatalaksanaan asma ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya tiga faktor terpenting adalah faktor tenaga medis, faktor pasien dan faktor ada kondisi under atau overdiagnosis pada pasien karena variasi konsep pemahaman dan pengobatan pasien yang sangat rendah tentang penyakitnya, 4,6 Berbagai pasien asma sering menganggap remeh mengenai Hal ini mempengaruhi perilaku pasien asma dalam hal keteraturan untuk kontrol teratur ke fasilitas kesehatan, serta kepatuhan minum obat sesuai 6 Kontrol teratur merupakan proses yang penting dalam penatalaksanaan asma karena melalui prosedur ini, kita dapat mengamati perkembangan pasien dalam hal perubahan derajat dan berat asma, teratur ini dilakukan antara tiap 1-6 bulan sekali sesuai dengan berat penyakit dan kesanggupan yang bervariasi dalam hal sosial ekonomi, jarak rumah ke fasilitas kesehatan serta pengetahuan tentang asma menyebabkan terjadinya variasi 4 Oleh karena kontrol teratur ini erat kaitannya dengan keberhasilan terapi, maka perlu dilakukan kajian mengenai bagaimana perilaku kontrol asma pada pasien yang tidak berobat teratur di RS perilaku kontrol asma, serta pengaruhnya terhadap METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian cross sectional pre-posttest study. Tempat dan waktu penelitian pasien asma melalui kunjungan rumah pada bulan Populasi dan sampel sudah tidak kontrol lebih dari dalam 6 bulan terakhir consecutive sampling yaitu mengambil semua sampel yang memenuhi kriteria penerimaan sampai jumlah sampel penelitian Kriteria penerimaan Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan pada formulir informed consent Kriteria penolakan Alamat tidak bisa di telusuri J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011 139

apabila tidak dapat di hubungi peneliti melakukan apabila pasien bersedia datang ke poliklinik asma ataupun pada saat kunjungan ke rumah Sebelum pengisian kuesioner serta pemeriksaan dilakukan penelitian ini dan pasien setuju untuk menandatangani informed consent tertinggi dari tiga hasil yang dapat diterima dengan perbedaan 2 hasil terbaik tidak lebih menggunakan obat inhalasi sambil peneliti pasien mampu mengisinya HASIL PENELITIAN sampai dengan April 2009 pada pasien asma yang tidak berobat teratur lebih dari 6 bulan ke poliklinik asma yang terkumpul dan akan di teliti awalnya berjumlah 123 orang, tetapi hanya 102 orang yang dapat dihubungi melalui telepon dan kunjungan ke apabila pasien bersedia datang ke poliklinik Asma RS Karakteristik umum subyek Sebaran pasien asma berdasarkan jenis kelamin sebagian besar dewasa 72 orang (70,6%), lanjut Karakteristik pendidikan pasien yang berpendidikan orang (30,40%), D3 13 orang (12,7 %) dan perguruan tinggi 41 orang (40,20%) sedangkan yang tidak (ibu rumah tangga dan pensiunan ) 47 orang ( 46,1 %), karyawan swasta 35 orang (34,3 %), pegawai besar pasien telah menikah 79 orang (77,5%) dan Alasan pasien asma tidak berobat teratur di RS Persahabatan Alasan utama pasien asma tidak berobat teratur waktu berobat pada jam kerja dan jam sekolah 47 jauh dari poliklinik asma 15 orang (14,71%), tidak tidak ada uang untuk menebus resep 10 orang 140 J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011

adalah sikap perawat kurang ramah 5 orang (4,9%), merasa tidak yakin penyakit untuk disembuhkan lagi 5 orang (4,9%) dan sikap dokter kurang ramah 4 Perilaku kontrol asma teratur antara 1-6 bulan di pelayanan kesehatan lainnya adalah sebanyak 16 orang (15,6 %) dan terdiri dari 71 orang (69,61%) kontrol hanya bila ada keluhan dan 15 orang (14,71%) yang hanya kontrol Tempat untuk melakukan kontrol asmanya sebagian besar pasien masih memilih rumah sakit orang (32,35%) sedangkan tempat kontrol asma lainnya praktek dokter umum 26 orang (25,49%), puskesmas/balai pengobatan 22 orang (21,57%) Hal yang dilakukan pasien saat mendapat serangan asma sebagian besar memeriksakan diri ke RS 40 orang (39,21%) sedangkan lainnya membeli obat di toko obat 26 orang (25,49%), memeriksakan diri ke Sebagian besar kehendak untuk memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan berdasarkan keinginan berdasarkan dipaksa keluarga dan famili 10 orang dan anjuran tetangga/teman sekolah/kantor 4 orang dan mengontrol asmanya, sebagian besar pasien sedangkan 93 orang (91,17%) belum mengikuti tertarik untuk ikut serta senam asma 5 orang (4,9%), tidak ikut senam karena akan menambah keluhan 5 orang (4,9%) dan tidak tahu ada senam asma 20 Sebagian besar pasien berusaha menghindari disebabkan pasien tidak melakukan apa-apa 12 pasien, keluarga dan dokter dalam penatalaksanaan pelayanan di RS Persahabatan Sebaran jarak tempuh dari rumah ke RS (40,2%), 5-10 km 35 orang (34,3%), 1-5 km (20,6%) mempunyai persepsi mengenai jarak tempuh dari (40,2%), jauh 41 orang (40,2%) dan dekat 19 orang juta 22 orang (21,6%) dan di atas 2 juta 20 orang sedangkan tergantung orang lain dalam penyediaan pasien menggunakan biaya sendiri 51 orang (50%), pasien menjawah biaya pengobatan masih mahal dan Sebaran lama menunggu antrian dokter adalah antara 15 sampai 30 menit 40 orang (39,2%), 30 J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011 141

pasien yang berpersepsi telah menunggu antrian terlalu lama adalah sebanyak 54 orang (52,9%) yang umumnya mengalami waktu menunggu antara 30 Sebagian besar pasien berpendapat perawat dan dokter ramah dan melayani dengan baik, tetapi sekitar 20% dokter belum memberitahukan efek samping obat atau menganjurkan perlunya lain dalam hal pengobatan asma, namun sebesar sama/tidak ada pengaruhnya dengan pelayanan terakhir dan penelitian terbagi atas 2 bagian, yaitu kondisi saat kontrol data sekunder rekam medis dan kondisi pada saat terakhir, paling banyak pasien tergolong dalam kategori asma intermiten (AI) 43 orang (42,2%), berat asma saat kontrol terakhir yaitu sebagian Ketepatan pengobatan asma obat yang tepat sesuai dengan derajat berat asma masih kurang tepat dalam pengobatan asma, jenis (27,5%) pasien yang melakukan teknik inhalasi MDI Kesalahan paling banyak adalah melupakan mengeluarkan napas terlebih dahulu sebelum disemprotkan 69 orang (67,6%), menahan napas selama mungkin setelah menekan inhaler 66 orang Faktor pencetus asma pasien adalah makanan 34 orang (33,3%), obat nyamuk 33 orang (32,4%), perokok aktif di rumah 30 orang (29,4%), serta pasien sendiri seorang perokok yang merupakan perokok berat, meskipun terdapat Nilai skor Melalui pengisian Asthma Control Test pada saat penelitian didapatkan sebanyak 22 orang satupun pasien asma termasuk kategori terkontrol 142 J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011

baik pengetahuan pasien maka perilaku kontrolnya yang mempengaruhi Asthma Control Test Karakteristik pasien asma yang masih kontrol teratur di luar RS Persahabatan Dari 16 orang pasien asma yang masih kontrol sebagian besar perempuan (69%) dengan usia umumnya kelompok ini bekerja (69%) dan sudah saat kontrol terakhir sebanyak 10 orang dengan hanya 1 orang dalam kelompok tersebut derajat tetap mengalami penurunan berdasarkan nilai terkontrol sebagian hanya 44% dan tidak terkontrol dan sudah menggunakan jenis dan dosis obat yang Hubungan bivariat antara perilaku kontrol dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Dari analisis berbagai faktor yang dipertimbangkan berhubungan dengan perilaku kontrol, didapatkan bahwa pengetahuan tentang asma dan pendidikan dapat meningkatkan persentase perilaku kontrol teratur Tetapi datadata tersebut belum menunjukkan perbedaan yang Hubungan bivariat antara terkontrolnya asma dan faktor-faktor yang mempengaruhi Dari hubungan antara terkontrolnya asma serta berbagai faktor, didapatkan bahwa ketepatan jenis dan dosis obat, ketepatan teknik inhalasi serta odd ratio, pengaruh yang paling kuat adalah ketepatan jenis menyebabkan terkontrolnya asma, sedangkan pengetahuan baik menyebabkan proporsi asma nyamuk, menunjukkan proporsi pasien dengan asma yang terkontrol lebih sedikit, sehingga menunjukkan Tetapi keduanya belum menunjukkan perbedaan peningkatan proporsi asma terkontrol pada pasien yang teratur kontrolnya J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011 143

faktor yang mempengaruhi Lower Upper pasien asma akan dianalisis meliputi berbagai aspek pelayanan dan sosial budaya untuk memperkuat penelitian yang sudah dilakukan mengenai perilaku yaitu terhadap terkontrol atau tidaknya asma yang mereka derita merupakan perhatian khusus pada lain yang berhubungan seperti perilaku merokok, ketepatan pengobatan asma serta terdapat faktor Perbandingan nilai APE saat kontrol terakhir dan penelitian penelitian di dapatkan penurunan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan terakhir, baik dari Wilcoxon perbandingan antara kedua hasil pemeriksaan, dapat dilihat melalui diagram Boxplot pada (gambar Boxplot penelitian dengan hasil uji Wilcoxon p < 0,001 PEMBAHASAN kontrol asma pada pasien yang sudah tidak berobat Berbagai hal yang melatar belakangi perilaku kontrol Desain Penelitian cross sectional, karena belum ada penelitian yang khusus menganalisis pasien asma yang tidak berobat desain tersebut dapat dianalisis hubungan beberapa variabel sekaligus, yaitu hubungan antara perilaku kontrol, terkontrol tidaknya asma serta faktor menggunakan uji analisis hubungan statistik yang tepat dapat dianalisis hubungan diantara berbagai Alat Ukur Alat ukur yang digunakan pada penelitian sebagai perbandingan dari data rekam medis pengetahuan pasien tentang asma adalah umum diadaptasi dari Asthma General Knowledge Questionnaire For Adults yang digunakan untuk menilai terkontrol tidaknya Beberapa model pertanyaan menggunakan 32 dan 33 untuk menganalisis hal yang berhubungan dengan penyebab tidak kontrolnya dalam penelitian berdasarkan kuesioner standar tervalidasi yang telah digunakan pada penelitian 144 J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011

penelitian ini berdasarkan gambaran gejala klinik Penentuan Sampel Besar sampel ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus untuk desain cross sectional convenience karena kesulitan untuk mendapatkan Beberapa alamat pasien dalam rekam medis sebaran pasien berdasarkan jarak rumah dari RS Subjek penelitian ini sebagian besar perempuan, 14 yang menyatakan di daerah urban seperti Jakarta yaitu juga sesuai dengan penelitian Iskandar dkk 12 yang menyatakan bahwa untuk usia dewasa pasien 12 yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien bekerja, yaitu ibu rumah tangga juga dikategorikan Alasan Pasien Asma Tidak Berobat Teratur ke RS Persahabatan Alasan utama pasien tidak berobat teratur di RS kerja dan jam kerja menyulitkan pasien untuk berobat 12 yang menyatakan alasan tidak kontrol utama adalah Alasan ekonomi ini tidak relevan dengan kondisi persepsi biaya pengobatan didapatkan sebanyak 45% menjawab mahal, hanya 10% pasien yang menggunakan alasan mahalnya biaya pemeriksaan ini sebagai alasan tidak berobat teratur di RS telah menimbulkan rasionaliti terhadap kewajaran mahalnya biaya pengobatan, sehingga tidak dijadikan alasan utama pasien tidak berobat pelayanan rumah sakit, perlu diperhatikan bahwa alasan tidak tahan dengan efek samping obat, terlalu lama antri dan tidak ada perbaikan setelah utama pelayanan yaitu dokter dan perawat hanya ujung tombak kepuasan pasien dalam manajemen Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kontrol Asma RS lain atau langsung ke dokter spesialis paru lain yang lebih dekat atau mampu dikunjungi di luar jam asma dan faktor yang diperkirakan berhubungan a. Faktor yang berhubungan dengan perilaku kontrol asma dapat meningkatkan perilaku kontrol asma pasien 34 yang menyatakan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku edukasi pasien mengenai masalah asma dalam setiap konsultasi dokter spesialis paru, karena J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011 145

tingginya pendidikan pasien saja ternyata tidak Dengan pemahaman yang baik tentang konsep asma dipertimbangkan dapat meningkatkan perilaku b. Faktor yang memiliki kecenderungan meningkatkan perilaku kontrol asma variabel tersebut menunjukkan data peningkatan persentase perilaku kontrol asma yang baik apabila peningkatan ini sesuai dengan data penelitian 12 yang mendapatkan ada hubungan Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, pendidikan saja Faktor Yang Mempengaruhi Terkontrolnya Asma aspek ketepatan pengobatan asma yang khusus dilakukan pada pasien yang tidak berobat teratur 12 13 meneliti menunjukkan hubungan dengan terkontrol tidaknya a. Perilaku kontrol asma Kontrol teratur 1-6 bulan merupakan variabel dengan odd ratio bivariat menunjukkan bahwa berobat teratur 1-6 bulan di pelayanan kesehatan harus dilakukan Ketepatan jenis dan dosis obat dapat Hal ini sesuai dengan penelitian lain mengenai ketepatan pengobatan tuberkulosis, serta diabetes melitus, yaitu dengan pengobatan yang tepat pada pasien yang jarang kontrol sekalipun masih dapat memberikan peluang untuk mengontrol gejala asma c. Ketepatan teknik inhalasi diedukasi ke pasien karena teknik inhalasi yang benar dapat meningkatkan kemungkinan terkontrolnya suatu lembar komunikasi efektif mengenai teknik inhalasi yang benar setiap diresepkan, sehingga dapat dipakai sebagai panduan bagi pasien terutama d. Faktor pencetus asma Keberadaan perokok aktif di rumah dapat kali atau jika dibalik dapat menyebabkan asma tidak terkontrol 11,94 kali dibandingkan yang tidak ada penderita asma sudah mengurangi merokoknya ( penderita asma merokok 21%) tetapi masih pengaruh dari perokok aktif di lingkungan rumah, maka peran dokter spesialis paru dan dokter keluarga dalam mengedukasi keluarga untuk berpartisipasi dalam kesembuhan pasien perlu ditingkatkan, khususnya menyikapi ada faktor mengurangi persentase terkontrolnya asma 146 J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011

e. Pengetahuan asma untuk meningkatkan proporsi terkontrolnya asma yaitu pengetahuan pasien mengenai ditanyakan mengenai konsep asma, penyebab ketepatan pengobatan asma, maka hasilnya peningkatan proporsi asma terkontrol pada pasien Dengan demikian pengetahuan mengenai konsep ke setiap pasien KESIMPULAN Alasan utama yang menyebabkan pasien tidak harus bekerja atau sekolah (46%), datang bila Hanya sebanyak 15,6% yang masih kontrol teratur ke pelayanan kesehatan lain yaitu obat yang tepat sesuai derajat asma sebesar 43,14%, dan yang menggunakan teknik inhalasi orang yang asmanya terkontrol sebagian, berhubungan dengan terkontrol tidaknya asma adalah perilaku kontrol teratur, ketepatan jenis dan dosis obat, ketepatan teknik inhalasi serta DAFTAR PUSTAKA th adulthood, 3 rd J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011 147

evaluation of a group asthma selt-managemen 148 J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011

penyakit asma bronkial pada penderita yang serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap J Respir Indo Vol. 31, No. 3, Juli 2011 149