BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan

dokumen-dokumen yang mirip
Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

3. Karakteristik tari

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Tari Legong Lasem Gaya Peliatan Dibengkel Tari Ayu Bulan Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

UPAYA PELESTARIAN TARI KECAK MELALUI PENGEMBANGAN WISATA DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG JENIS, MUTU DAN TEMPAT PERTUNJUKAN KESENIAN DAERAH UNTUK WISATAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini tari pendet dikenal sebagian masyarakat sebagai tarian

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tahun di bumi Indonesia. Berbagai bentuk kesenian, upacara keagamaan, ritual, dan

2014 TARI WAYANG HIHID DI SANGGAR ETNIKA DAYA SORA KOTA BOGOR

Pertemuan PENGERTIAN, TUJUAN, PENDIDIKAN SENI TARI. 1. Pengertian Seni Tari. 2. Konsep Pendidikan Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap manusia sudah mengenal yang namanya seni yang sudah diterapkan

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Taksu Seni Budaya Mewujudkan Ajeg Bali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari

PERSOALANSAKRALISASI TARI ANDIR DI DESA TISTA, KERAMBITAN,KABUPATEN TABANAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain, tak dapat begitu saja terlepas dari beragam unsur kehidupan. Salah satunya yakni unsur kesenian. Dengan kesenian, manusia dapat mencapai kehidupan spiritual yang penuh kedamaian dan kesejahteraan sebagai tujuan hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan bahwasanya dalam kehidupan manusia tidak serta merta hanya melihat aspek realitas, namun juga terdapat sisi abstrak melalui adanya kebutuhan spiritual. Tak dapat dipungkiri pada sebagian besar masyarakat Indonesia, sisi spiritualitas merupakan salah satu jembatan komunikasi yang dapat menghubungkan individu maupun kelompok manusia. Oleh sebab itu, kesenian pun merupakan suatu produk komunikasi yang diciptakan manusia sebagai sesuatu yang dinamis dan hasil budaya asli daerah masing-masing. Tentunya setiap daerah atau kawasan etnik di Indonesia memiliki cita rasa orisinil terhadap kreativitas dan karya para leluhur setempat. Namun, seiring perkembangan zaman, warisan budaya yang sudah ada sejak zaman lampau ini tentunya mengalami pembaharuan. Pembaharuan dapat merupakan sebuah pencerminan dari semangat kreativitas seniman sebagai upaya pengolahan seni yang bersifat dinamis (Sudirga, 2005 : 1). Warisan kebudayaan yang turun temurun diwariskan kepada generasi kini, tentunya masih terjaga salah satunya akibat dari idealisme para seniman. Tak hanya garis keturunan yang membuat warisan kebudayaan tetap lestari, namun jasa dari para seniman pun turut diapresiasi. Kreativitas yang mereka miliki untuk terus berinovasi terhadap hal-hal baru untuk ditampilkan, memicu semangat para pelakon seni

untuk tetap meletarikannya. Idealisme seniman untuk mewujudkan atau menampilkan suatu karya dalam bentuk-bentuk baru, atau kemungkinan-kemungkinan dari kelaziman yang telah berlaku, tentunya didukung dengan suatu keberanian untuk mengungkapkan gagasan, karena setiap karya seni bentuk baru belum tentu dapat diterima begitu saja oleh masyarakat (Sudirga, 2005 : 1). Untuk itu, kalaupun adanya pembaharuan, tentunya bukan berarti berisfat destruktif sebab pembaharuan dapat terjadi jika telah adanya kesepakatan dari seluruh anggota masyarakat yang terkait. Seni Tari Bali pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu; 1) Wali atau seni rari pertunjukan sakral, 2) Bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, 3) Balih-Balihan atau seni tari untuk hiburan dan diadakan di luar Pura. Pakar seni tari Bali, I Made Bandem, pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut, antara lain; 1) yang tergolong ke dalam Wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, 2) Bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan, dan Wayang Wong, 3) Balih-Balihan antara lain Legong, Parwa, Arja, Prembon, Janger, Joged, dan Kecak. Pada penelitian ini, sangat dispesifikasikan untuk membahas makna simbolik dari Tarian Kecak yang berasal dari Bali. Tarian ini merupakan satu dari sekian banyak tari tradisional khas Bali yang mampu menjadi daya tarik dari sebagian besar wisatawan domestik maupun asing yang datang ke Bali. Hingga saat ini, eksistensi Tari Kecak sanggup dilestarikan dan dijaga keasliannya oleh masyarakat lokal setempat dan membuat tarian ini menjadi salah satu simbol khas Bali. Tari kecak atau Seni tari Kecak merupakan sebuah seni tari yang berasal dari Bali Indonesia, Seni Tari Kecak ini dipertunjukkan oleh banyak puluhan atau lebih (50-150) para

penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu dan sambil menyerukan cak serta mengangkat kedua lengan. Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Tari Kecak menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapanharapannya kepada masyarakat. Khususnya di Bali, menurut Prof. Dr. I Made Bandem pada bukunya yang berjudul Etnologi Tari Bali (1996), barangkali memang tidak ada suatu etnik di Indonesia yang menjadi bahan studi dan penulisan buku sebanyak yang terjadi di Bali. Kemungkinan ini terjadi berdasarkan telah banyaknya seniman, peneliti, juga kaum intelektual yang berdatangan ke pulau ini kemudian melakukan beragam interaksi dengan penduduk setempat, khususnya di Pulau Bali. Derasnya arus wisatawan yang datang ke Pulau Bali, menimbulkan berbagai macam perubahan terutama pada kesenian, misalnya Tari Sang Hyang Cak, Barong, Legong, Keraton dan lain-lain. Jika pada masa lalu, pertunjukkan tari-tari tersebut dipertunjukkan pada hari dan tempat-tempat tertentu. Namun, dewasa ini sudah bisa dipertunjukkan pada hari dan tempat yang biasa (umum). Begitu pula fungsinya, yang jika pada mulanya sebagai media persembahan, kini bergeser menjadi sebuah suguhan persembahan bagi para wisatawan. Dapat dibedakan antara tari sakral yang berfungsi sebagai pengiring upacara keagamaan dan tarian yang semata-mata hanya untuk hiburan para wisatawan. Sayangnya, banyak pula yang

beranggapan bahwa sebagai hiburan yang dikomersialisasikan akan berdampak negatif, misalnya : Tari Kecak yang berdurasi 60 menit, dikurangi menjadi 30 menit. Anggapan semacam ini pun perlu dikaji kebenarannya. Pengurangan waktu sebuah tarian sejatinya telah diperhitungkan agar tidak mematikan tari aslinya. Sebaliknya, dengan bertambahnya animo wisatawan baik dalam maupun luar negeri ke Pulau Bali, menimbulkan banyak ide masyarakat lokal yakni berupa kreativitas-kreativitas yang bernilai tinggi tanpa mematikan kebudayaa yang telah., seperti : kesenian kontemporer. Dari berbagai kesenian yang dikomersialisasikan, Tari Kecak merupakan salah satu tarian yang digemari oleh wisatawan karena memiliki ciri khasnya sendiri, seperti : 1). Tata busana, 2). Struktur gerakan, 3). Suara atau vokal, dan sebagainya. Pada tahun 1972 di Dusun Tegeskanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, kabupaten Gianyar, ada seorang koreografer kontemporer yang bernama Sardono Waluyo Kusumo untuk mendirikan sekehe Cak yang bernama Sekehe Cak Gunung Jati. Sekehe Cak yag dikoordinirnya itu terdiri dari tiga kelompok penari, yaitu : 1). Kelompok penari anak-anak, 2). Kelompok penari remaja, 3). Kemlompok penari dewasa. Adapun lakon yang dibawakan oleh Sekehe Cak ini yang merupakan bagian dari wiracarita Ramayana. Pertunjukannya sendiri dilaksanakan di Jaba Pura Dalem Dusun Tegeskanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Lakon adalah cerita yang dimainkan dalam wayang, sandiwara, dan film, atau peran utama, pelakon, pemain dalam sandiwara, tokoh dalam cerita (Poerwadarminta, 1984 : 552). Lakon dalam hal ini adalah cerita yang dapat dimainkan dalam seni pewayangan, sandiwara, dan film. Dimana dalam cerita ada yang berperan utama sebagai pelaku atau tokoh.

Dalam sebuah cerita drama, nama peran utama dalam cerita biasanya langsung disebutkan sebgai lakonnya. Seperti yang dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa lakon adalah : 1). Karangan yang berupa cerita sandiwara (dengan gaya percakapan langsung), 2). Peran utama, 3). Cerita yang dimainkan dalam wayang (film, sandiwara, dan sebagainya (Moeliono, 1998 : 488). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian lakon adalah tokoh, peran utama, pelakon, dalam cerita yang dimainkan dalam wayang, sandiwara, dan film. Dalam buku Ensiklopedi Tari Bali disebutkan bahwa Kuntir adalah sebuah cerita yang digunakan sebagai lakon Legong Keraton dan cak. Kuntir merupakan kisah pertapaan Bali dan Sugriwa, dua raja Kiskenda (Bandem, 1983 : 91). Lakon Kuntir pada pertunjukkan Tari Kecak yang ada di Dusun Tegeskanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, menceritakan tentang perang Subali dengan Sugriwa untuk memperebutkan Dewi Tara. Perang ini pun dimenangkan oleh Sugriwa. Pada buku Djawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Tari Tradisional di Indonesia, dinyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono, 1972 : 4). Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tari adalah gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya) (Departemen Pendidikan, 1995 : 1011). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tari adalah gerak-gerak yang indah dari seluruh tubuh manusia disusun selaras dengan irama musik yang mengandung makna tertentu, dapat dirasakan, dijiwai, dan diresapi oleh seseorang. Gerak-gerak tari yang memang merupakan

suatu gerak-gerak yang indah untuk dipandang. Indah disini bukan saja berarti bagus, melainkan juga berarti dapat memberikan kepuasan orang lain yang melihatnya. Tari Kecak biasanya disebut sebagai tari "Cak" atau tari api (Fire Dance) merupakan tari pertunjukan masal atau hiburan dan cendrung sebagai sendratari yaitu seni drama dan tari karena seluruhnya menggambarkan seni peran dari "Lakon Pewayangan" seperti Rama Sita dan tidak secara khusus digunakan dalam ritual agama hindu seperti pemujaan, odalan dan upacara lainnya. Bentuk - bentuk "Sakral" dalam tari kecak ini biasanya ditunjukan dalam hal kerauhan atau masolah yaitu kekebalan secara gaib sehingga tidak terbakar oleh api. Tidak seperti Tari Bali lainnya menggunakan gamelan sebagai musik pengiring tetapi dalam pementasan tari kecak ini hanya memadukan seni dari suara - suara mulut atau teriakan - teriakan seperti "cak cak ke cak cak ke" sehingga tari ini disebut tari kecak. Cak juga adalah tarian yang berlatar belakang cerita Ramayana, dilakukan oleh puluhan orang laki-laki bertelanjang dada yang berlaku sebagai pasukan kera dan sekaligus menyuarakan bunyi cak...cak... sepanjang pertunjukkan Kecak (Departemen Pendidikan : 1995 : 166). Tari Cak yang dipentaskan oleh sekehe Gunung Jati di Dusun Tegeskanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar adalah bentuk tari cak versi baru yang digarap oleh Sardono Waluyo Kusumo yang melibatkan penari sebanyak 75 orang. Dalam buku Enslikopedi Tari Bali, Cak adalah salah satu tari rakyat Bali yang merupakan peninggalan Pra-Hindu. Pada mulanya, Cak merupakan bagian dari Tari Sang Hyang (Tari Kerawuhan), yang berfungsi sebagai koor yang mengiringi pertunjukannya (Bandem, 1983 : 441). Tari Cak atau Tari Kecak adalah tari klasik atau tari tradisional yang dimainkan oleh para penari pria, dengan menyuarakan vokal Cak...Cak...Cak...

Dalam penelitian ini, penulis hendak menganalisa pemaknaan yang membentuk seorang penari Kecak untuk tetap bertahan sebagai penari Tari Kecak, mengingat pada zaman sekarang kesenian terus berkembang. Tari-tari dengan koreografi modern dan pula memikat semakin menjamur. Namun, rupanya hal tersebut seolah tak memengaruhi eksistensi tari tradisional seperti Tari Kecak ini. Untuk itu, peneliti melakukan analisa mengapa hingga hari ini penari Tari Kecak bertahan dan apakah ada perkembangan di dalam dirinya sendiri selama ia menjadi penari Tari Kecak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian: 1) Bagaimana penari Tari Kecak di Dusun Tegeskanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, memberi makna pada Tari Kecak, baik tari sakral maupun komersil, 2) Apa dasar yang menjadi pertimbangan untuk menjadi penari Tari Kecak, baik sakral maupun komersil, hingga saat ini, 3) Bagaimana keterkaitan Tari Kecak pada pembentukkan identitas diri penari sebagai penari Tari Kecak tradisional maupun sakral, 4) Bagaimana proses interaksi sesama penari Tari Kecak di Dusun Tegeskanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, dalam pembentukkan makna Tari Kecak, baik yang bersifat sakral maupun komersil. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan substansi pertanyaan yang telah telah diungkapkan, maka adapun penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengarah kepada asumsi-asumsi pokok interaksi simbolik. Di samping itu pula bertujuan untuk mendeskripsikan; 1) pemberian makna penari Tari Kecak pada Tari Kecak sakral maupun komersil, 2) dasar yang menjadi pertimbangan untuk tetap menjadi seorang penari Tari Kecak hingga saat ini, 3) keterkaitan Tari Kecak pada

pembentukkan identitas diri penari tari Kecak sebagai penari Tari Kecak tradisional, baik bersifat sakral maupun komersil, 4) proses interaksi sesama penari Tari Kecak di Dusun Tegeskanginan, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, dalam pembentukkan makna Tari Kecak, baik yang bersifat sakral maupun komersil. 1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Teoretis Signifikansi akademik dari penelitian ini adalah menambah referensi mengenai analisis atau penelitian mengenai proses terjadinya interaksi simbolik antara seorang penari Kecak dengan orang lain yang menginterpretasikannya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran konsep dan analisis yang memungkinkan seseorang memahami makna dari Tari Kecak itu sendiri bagi penarinya. 1.4.2. Signifikansi Sosial Signifikansi sosial pada penelitian ini adalah menginformasikan pada masyarakat bahwa Tari Kecak bukanlah bernilai sebagai substansi hiburan semata. Lebih dari itu, Tari Kecak merupakan sesuatu yang bernilai lebih bagi kehidupan seseorang, terutama yang mendalaminya. Sehingga dalam penelitian ini pun hendak dipaparkan agar masyarakat dapat lebih menghargai nilai-nilai kehidupan dalam suatu hasil budi dan daya kearifan lokal.