STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD)

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN METODE REKRISTALISASI YANG TEPAT UNTUK MENINGKATKAN KEMURNIAN KRISTAL AMONIUM PERKLORAT (AP)

PENGARUH WAKTU KRISTALISASI DENGAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP PERTUMBUHAN KRISTAL AMONIUM SULFAT DARI LARUTANNYA

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA Sperisa Distantina KRISTALISASI

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK

LAPORAN RESMI PRATIKUM KIMIA ORGANIK

MAKALAH AIK (ALAT INDUSTRI KIMIA) CRYSTALLIZER

B T A CH C H R EAC EA T C OR

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN F:S PADA PROSES PEMURNIAN GARAM DENGAN METODE HIDROEKSTRAKSI BATCH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KRISTALISASI. Kristalisasi empat macam, yaitu :

BAB I DISTILASI BATCH

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR

PENGARUH KONSENTRASI NaCl TERHADAP LAJU REAKSI PENGENDAPAN CaSO 4

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

4016 Sintesis (±)-2,2'-dihidroksi-1,1'-binaftil (1,1'-bi-2-naftol)

TRANSFORMASI FASA PADA LOGAM

GARAM INDUSTRI BERBAHAN BAKU GARAM KROSOK DENGAN METODE PENCUCIAN DAN EVAPORASI

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

PRINSIP DASAR KRISTALISASI

REKRISTALISASI GARAM RAKYAT DARI DAERAH DEMAK MENCAPAI SNI GARAM INDUSTRI

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

MAKALAH. PERANCANGAN ALAT PROSES ALAT KRISTALISASI (Crystallizer) DOSEN: Prof. Dr. Zuhrina Masyithah, S.T., MSc.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

Pabrik Asam Oksalat dari Kulit Pisang dengan Proses Oksidasi Asam Nitrat X - 1. BAB X Kesimpulan BAB X KESIMPULAN

PENGARUH SUHU SATURATOR TANK DAN FLOWRATE FEED TERHADAP KADAR IMPURITAS Fe DALAM PRODUK KRISTAL PADA PROSES KRISTALISASI ASAM SITRAT

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

Leaching (Ekstraksi Padat-Cair)

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

Gambar 1 Open Kettle or Pan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1/14/2014 NERACA MASSA DALAM PENGOLAHAN PANGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MENYARING DAN MENDEKANTASI

LEACHING (EKSTRAKSI PADAT CAIR )

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

ANALISIS GRAVIMET RI. Dosen : Dr. Tutus Gusdinar Kelompok Keilmuan Farmakokimia SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PEMBUATAN THERMOLUMINESCENCE DOSIMETER (TLD) SERBUK CaSO 4 :Tm SEBAGAI PROSES AWAL PRODUKSI DOSIMETER PERSONAL

1. Werthein E, A Laboratory Guide for Organic Chemistry, University of Arkansas, 3 rd edition, London 1953, page 51 52

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

PHENOMENA PERPINDAHAN PANAS PADA TANGKI AERASI

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB II. KESEIMBANGAN

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI

METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROSES PEMBUATAN MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI-DESTILASI DENGAN PELARUT N-HEXAN DAN PELARUT ETANOL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

Abstrak. Kata kunci: Flotasi; Ozon; Polyaluminum chloride, Sodium Lauril Sulfat.

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

KRISTALISASI AMMONIUM PERKLORAT (AP) DENGAN SISTEM PENDINGINAN TERKONTROL UNTUK MENGHASILKAN KRISTAL BERBENTUK BULAT

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

METODE PENELITIAN. Efek medan magnet pada air sadah. Konsep sistem AMT yang efektif

PROSES DESORPSI GAS KHLOR DALAM LARUTAN SODIUM HYPOKHLORIT DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR TRICKLE BED

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM STEARAT TERHADAP BERAT RENDEMEN, WAKTU EVAPORASI SERTA KADAR MAGNESIUM DAN KALSIUM DALAM KRISTALISASI GARAM

7. Pertumbuhan Kristal (Growth of Crystal)

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

Transkripsi:

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam STUDI EKSPERIMENTAL PEMURNIAN GARAM NACL DENGAN CARA REKRISTALISASI Puguh Setyopratomo, Wahyudi Siswanto dan Heru Sugiyanto Ilham Jurusan Teknik Kimia, Universitas Surabaya Abstrak Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal dengan kualitas seperti yang diharapkan. Kualitas kristal yang dihasilkan dapat ditentukan dari parameter-parameter produk yaitu distribusi ukuran kristal), kemurnian kristal dan bentuk kristal. Salah satu syarat terjadinya kiristalisasi adalah terjadinya kondisi supersaturasi. Kondisi supersaturasi adalah kondisi dimana konsentrasi larutan berada di atas harga kelarutannya. Kondisi supersaturasi ini dapat dicapai dengan cara penguapan, pendingin atau gabungan keduanya. Terdapat dua phenomena penting pada proses kristalisasi yaitu pembentukan inti kristal (nukleasi) dan pertumbuhan kristal (crystal growth ). Dari penelitian didapatkan bahwa garam yang berasal dari tambak mempunyai kandungan NaCl sebesar 88,38 %. Melalui proses pencucian dan rekristalisasi maka kualitas garam tersebut dapat ditingkatkan dengan meningkatnya kandungan NaCl hingga 99,01 %. Kata kunci : crystallization, purification, sodiun chloride PENDAHULUAN Kristalisasi memegang peranan yang sangat penting dalam industri kimia. Hal ini mengingat kurang lebih 70 % dari produk-produk kimia dihasilkan dalam bentuk padatan/kristal. euntungan dari menghasilkan produk dalam bentuk padatan antara lain adalah biaya 17

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 transportasi lebih murah, padatan lebih tahan terhadap kerusakan akibat terjadinya dekomposisi dan bentuk padatan lebih memudahkan dalam pengepakkan dan penyimpanannya. Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu : distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD), kemurnia kristal (crystal purity) dan bentuk kristal (crystal habit/shape). Pada proses kristalisasi kristal dapat diperoleh dari lelehan (melt crystallization) atau larutan (crystallization from solution). Dari kedua proses ini yang paling banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi dari larutan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari efektifitas pemurnian garam NaCl dengan cara rekristalisasi. TEORI Mekanisme kristalisasi Kristalisasi dari larutan terdiri dari dua phenomena yang berbeda : pembentukan inti kristal/nukleasi (nucleation) dan pertumbuhan kristal (crystal growth). Baik nukleasi maupun pertumbuhan kristal memerlukan kondisi supersaturasi dari larutannya. Supersaturasi didefinisikan sebagai perbedaan antara konsentrasi aktual dalam larutan dan konsentrasi dimana fasa cair secara termodinamik berkesetimbangan dengan fasa padat (kelarutan). 18

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam Keadaan supersaturasi dapat diperoleh dengan beberapa cara yaitu : dengan perubahan suhu (pendinginan untuk sistem yang gradien kurva kelarutannya positif atau pemanasan untuk sistem yang gradien kurva kelarutannya negatif), dengan pemisahan pelarut (biasanya dengan penguapan) atau dengan penambahan bahan tertentu (drowning-out agent). Pada diagram konsentrasi terhadap suhu, kelarutan suatu bahan digambarkan sebagai kurva kelarutan (solubility). Kelarutan suatu bahan ada yang naik terhadap kenaikan suhu (gradien positif), tetapi ada juga yang turun terhadap kenaikan suhu (gradien negatif). Ada bahan yang gradien kurva kelarutannya sangan besar, tetapi juga ada yang gradien kurva kelarutannya kecil. Semua sifat-sifat tadi ikut menentukan pemilihan metode kristalisasi yang akan digunakan. Daerah di bawah kurva solubility adalah daerah undersaturated, sehingga daerah ini dikatagorikan daerah stabil karena pada daerah ini tidak akan terjadi peristiwa pembentukan inti kristal (nukleasi). Kurva supersolubility adalah batas dimana nukleasi spontan mulai terjadi. Daerah antara kurva solubility dan supersolubility disebut metastable zone. Kedudukan kurva supersolubility dapat bergeser tergantung beberapa variabel proses, sehingga lebar daerah metastabil (metastable zone width) juga bisa berubah-ubah. Pada daerah metastabil ini bisa terjadi nukleasi sekunder. Daerah diatas kurva supersolubility disebut daerah labil karena pada daerah ini nukleasi spontan pasti terjadi yang mengakibatkan konsentrasi turun dan membawa kondisi keluar dari daerah ini. 19

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 Nukleasi (nucleation) Nukleasi adalah terbentuknya inti kristal yang muncul dari larutan. Teori nukleasi menyatakan bahwa ketika kelarutan dari larutan telah dilewati (supersaturated), molekul-molekul mulai mengumpul dan membentuk cluster. Cluster tersebut akhirnya akan mencapai ukuran tertentu yang disebut critical cluster. Penambahan molekul lebih lanjut ke critical cluster akan melahirkan inti kristal (nucleus). Untuk menjadi inti kristal yang stabil maka cluster harus mempunyai ketahanan terhadap kecenderungan unutk melarut kembali dan terorientasi pada lattice tertentu. Klasifikasi nukleasi digambarkan dengan skema sebagai berikut : Nukleasi Primer Sekunder (dipengaruhi oleh kristal) Homogen (spontan) Heterogen (dipengaruhi partikel asing) Gambar 1 : Skema Klasifikasi Nukleasi Nukleasi primer adalah nukleasi pada sistem yang tidak mengandung kristal. Nukleasi spontan adalah nukleasi dalam larutan lewat jenuh yang terbebas dari padatan kristal adatu padatan lainnya. Sedangkan nukleasi heterogen adalah nukleasi dalam larutan lewat jenuh di mana terdapat substansi padatan asing dalam larutan. Kinetika nukleasi secara umum dapat digambarkan oleh persamaan empirik berikut : ( C ) b B = K N (1) 20

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam dimana : B : laju nukleasi K N : konstanta laju nukleasi C : supersaturasi ( C = C C* ; C* : kelarutan) b : konstanta empiris (umumnya : 2 5) Pertumbuhan Kristal (crystal growth) Tahap berikutnya dalam proses kristalisasi adalah inti bertumbuh menjadi lebih besar dengan penambahan molekul solut dari larutan lewat jenuh. Phenomena ini disebut pertumbuhan kristal (crystal growth). Berthoud (1912) dan Valeton (1924) menggambarkan model pertumbuhan kristal dengan model pertumbuhan dua tahap, yaitu proses difusi, di mana molekul solut berpindah dari bulk fase liquid ke permukaan solid, diikuti tahap reaksi orde satu, di mana molekul solut menyusun dirinya dalam geometri kristal (crystal lattice). Daya dorong terjadinya kedua tahap ini adalah perbedaan konsentrasi, yang dapat ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut : dm = kd A ( C Ci ).(2) dt dan dm = kr A ( Ci C *).(3) dt di mana : m : masa padatan yang terdeposit selama waktu t C : konsentrasi solut dalam larutan Ci :konsentrasi solut pada bidang antarfasa kristal-larutan C* : konsentrasi jenuh kesetimbangan k d k r : koefisien perpindahan massa difusi : konstanta laju reaksi permukaan 21

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 Secara skematik model pertumbuhan dua tahap ini digambarkan pada Gambar 3 C b C R Y S T A L Cb - Ci = driving force untuk difusi C i Konsentrasi Ci - C* =driving force untuk integrasi C* Stagnant Film Badan larutan Gambar 2 : Driving Force Konsentrasi dalam Teori Difusi-reaksi Persamaan (2) dan (3) sulit untuk diterapkan dalam prakteknya karena mengandung konsentrasi antarfasa (interfacial) yang sulit diukur. Biasanya lebih disukai bentuk yang mengeliminasi mengeliminasi Ci dengan menetapkan driving force overall, C - C*, yang lebih mudah diukur. Persamaan umum untuk laju pertumbuhan kristal berdasarkan driving force overall tersebut adalah : dm = KG A ( Cb C *) dt.. (4) di mana K G adalah koefisien laju pertumbuhan kristal overall, yang juga dapat dituliskan dalam bentuk : K G k d k r = k d + k r...(5) 22

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam Nukleasi dan pertumbuhan kristal berlangsung secara simultan, dan keduanya seolah berkompetisi dalam mengontrol distribusi ukuran kristal yang dideroleh. Karena pada nukleasi supersaturasi berorde lebih tinggi dari laju pertumbuhan kristal, maka kristalisasi pada tingkat supersaturasi yang tinggi akan cenderung menghasilkan kristal dengan distribusi ukuran yang akan didominasi oleh ukuran yang kecil. Pengotor (Impurities) Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu pengotor yang ada pada permukaan kristal dan pengotor yang ada di dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaan kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses pemisahan padatan dari larutan induknya (retention liquid). Pengotor pada permukaan kristal ini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian.cairan yang digunakan untuk mencuci harus mempunyai sifat dapat melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu cairan yang memenuhi sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci,namun dapat juga dipakai pelarut pada umumnya yang memenuhi kriteria tersebut. Adapun pengotor yang berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian. Salah satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah dengan jalan rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotor hanya bisa terbawa dalam kristal jika terorientasi secara bagus dalam kisi kristal. 23

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 METODOLOGI Pada penelitian ini garam yang akan dimurnikan didapat dari tambak. Garam tambak tersebut mula-mula dicuci terlebih dahulu dengan larutan jenuh garam NaCl. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk memisahkan pengotor-pengotor yang ada pada permukaan kristal. Selanjutnya dibuat larutan jenuh dari garam yang telah dicuci tersebut. Larutan jenuh garam NaCl ini selanjutnya dipanaskan dari suhu kamar sampai titik didihnya di dalam kristaliser batch dengan volume 1,5 liter. Setelah mencapai titik didihnya pemanasan dilakukan terus sehingga terjadi penguapan air dan kristalisasi garam dari larutan. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan oli pemanas yang berada di dalam jacket kristaliser. Selama proses kristalisasi dilakukan pengadukan pada kecepatan 300 500 rpm dan pencatana suhu larutan dari waktu ke waktu. Pada akhir percobaan kristal yang terbentuk dipisahkan dari larutan induknya dengan cara penyaringan. Kristal yang telah terpisahkan selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan udara sekitar. Selanjutnya dilakukan analisa kandungan pengotor (impurities) dari kristal yang sudah kering tersebut dengan metode spektrofotometri dan titrasi kompleksometri. Dari hasil analisa kandungan impurities ini selanjutnya ditentukan kadar NaCl dalam garam. Pada tahap akhir dilakukan pengayakan terhadap kristal yang sudah kering untuk mengetahui distribusi ukuran kristal dan rata-rata ukuran kristal. Dari harga ratarata ukuran kristal ini dapat diketahui laju pertumbuhan kristalnya (crystal growth rate). HASIL DAN DISKUSI Kemurnian garam Kadar NaCl dan pengotor dari umpan (garam tambak), garam 24

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam tambak tercuci dan garam hasil rekristalisasi dapat dilihat pada Tabel-1 berikut : JENIS GARAM % % % % % NaCl MgCl 2 MgSO 4 CaSO 4 Insoluble Garam tambak 88,38 1,47 1,65 0,29 8,20 Garam tercucian 94,71 0,65 0,47 0,25 3,92 Garam kristalisasi 99,01 0,10 0,03 0,05 0,82 Dari Tabel-1 di atas terlihat bahwa pencucian berperanan cukup besar dalam meningkatkan kandungan NaCl karena pencucian dapat menurunkan kadar pengotor. Hal ini menunjukkan bahwa cukup besar pengotor yang berada pada permukaan garam yang diperleh langsung dari tambak. Pada tahap berikutnya dengan rekristalisasi kandungan pengotor dapat diturunkan lagi sampai harga yang cukup kecil sehingga didapatkan garam dengan kandungan NaCl mencapai 99,01 %. Pada tahap rekristalisasi ini pengotor-pengotor yang berada /terperangkap di dalam kristal akan terlepaskan dari kristal karena pelarutan kristal. Selanjutnya proses kristalisasi mempunyai selektifitas yang cukup tinggi sehingga kadar pengotor yang masih berada dalam kristal yang dihasilkan cukup kecil. Laju Pertumbuhan Kristal (crystal growth rate) Salah satu phenomena yang penting dari kristalisasi adalah pertumbuhan kristal. Tahap ini sangat berperanan dalam menghasilkan distribusi ukuran kristal. Menurut teori difusi-reaksi pertumbuhan kristal dapat dikontrol oleh tahap difusi atau reaksi. Jika tahap yang mengontrol adalah tahap difusi maka laju pertumbuhan kristal dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laju pengadukan. Meningkatnya laju pengadukan 25

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 akan meningkatkan harga bilangan Reynold dari sistem dan akan mengurangi tebal lapisan film. Dengan menurunnya tebal lapisan film ini akan meningkatkan koefisien difusi zat terlarut (k d ) maupun koefisien overall (K G ) yang berarti akan meningkatkan laju pertumbuhan kristal. Tabel-2 berikut menyajikan data yang diperoleh dari percobaan dengan kecepatan pengadukan yang berbeda. T nukleasi adalah menit (dihitung mulai awal percobaan) saat nukleasi pertama terjadi. Sedangkan T akhir adalah menit pada saat percobaan dihentikan. Jadi selisih antara T akhir dan T nukleasi adalah merupakan rentang waktu yang digunakan untuk pertumbuhan kristal. Tabel-2 : Laju Pertumbuhan Kristal Kecepatan pengadukan Diameter rata-rata kristal (µm) 300 rpm 301,2 400 rpm 296,2 500 rpm 294,0 T nukleasi 134 menit T akhir 230 menit laju 3,2 (µm/menit) pertumbuhan kristal T nukleasi 125 menit T akhir 230 menit laju 2,8 (µm/menit) pertumbuhan kristal T nukleasi 113 menit T akhir 230 menit laju 2,5 (µm/menit) pertumbuhan kristal 26

Setyopratomo, Siswanto, Ilham, Studi Eksperimental Pemurnian Garam Dari data percobaan yang disajikan dalam Tabel-2 di atas terlihat bahwa meningkatnya laju pengadukan tidak mengakibatkan meningkatnya laju pertumbuhan kristal. Dengan demikian hasil ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan pada kristalisasi garam NaCl tidak dikontrol oleh tahap difusi. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Pencucian berperanan cukup besar dalam meningkatkan kandungan NaCl karena pencucian dapat menurunnkan kadar pengotor. Hal ini menunjukkan bahwa cukup besar pengotor yang berada pada permukaan garam yang diperleh langsung dari tambak 2. Dengan rekristalisasi kandungan pengotor dapat diturunkan lagi sampai harga yang cukup kecil sehingga didapatkan garam dengan kandungan NaCl mencapai 99,01 %. 3. Laju pertumbuhan pada kristalisasi garam NaCl tidak dikontrol oleh tahap difusi. DAFTAR PUSTAKA De Haas, M.P., 1999. Eutectic Freeze Crystallization. experimental research on the separation of acid KNO3-HNO3-H2O-solution in a 15 liter Cooled Disc Column Crystallizer. Laboratory For Process Equipment. TU Delft. Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and Unit Operations, edisi 3, halaman 737-747. Prentice-Hall, Inc. Industrial Crystallization and Precipitation Workshop.1998. The AJ Parker Cooperative Research Centre for Hydrometallurgy and The Technical University of Delft. 27

Unitas, Maret 2003 - Agustus 2003, Vol. 11 no.2 Kirt-othmer. 1991. Encyclopedia of Chemical Technology, Volume XXI, halaman 865-903. U.S.A. : John Willey and Sons. Mc Cabe, W.L., Smith, J.C., Harriott, Peter. 1976. Unit Operations of Chemical Engineering, edisi 5, halaman 894-899. New York : Mc Graw-Hill Book Company. Mullin, J.W. 1993. Crystallization, 3rd edition. Butterworth-Heinemann Ltd. Sedivy, V.M.1993. Purification of Salt for Chemical and Human Consumption. Krebs Swiss. Zurich. Swittzerland. 28