1. BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Tulisan Pada Baju Bermerek Gurita Bandung

, 2015 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA RAGAM TULIS DALAM SURAT PRIBADI MAHASISWA KOREA DI YOUNGSAN UNIVERSITY

2015 PERUBAHAN MAKNA UNGKAPAN PADA TULISAN BAJU GURITA BANDUNG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SEJARAH SINGKAT, KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN RAGAM BAHASA INDONESIA. Pengantar Awal Perkuliahan Bahasa Indonesia Oleh Ari Kusmiatun_UNY

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB III METODE PENELITIAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang akan

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

A. Konsep Dasar Karya Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

Bahasa Indonesia. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Khaerunnisa,2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bahasa, baik yang positif atau bahkan memberi suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHASA INDONESIA 1. Sejarah Singkat 2. Kedudukan 3. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

Pendapat lain menurut Sugiyono (2010, hlm. 50) bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB III METODE PENELITIAN. komunitas, atau bahkan suatu bangsa (Poerwandari 2011). tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan fenomena atau hubungan antarfenomena yang diteliti secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. 28 Oktober 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri Indonesia

BAB I PENDAHULUAN MAKALAH BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Terlebih lagi, motivasi dalam melakukan suatu hal yang nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV.

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. a. Apa faktor yang menyebabkan tiga siswa jurusan TAV SMK Negeri 6

Transkripsi:

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tradisi. Salah satunya adalah tradisi bersumpah. Beberapa orang sangat mudah menyebutkan sumpah untuk meyakinkan lawan tutur mereka. Akan tetapi, kebenaran dan kepercayaan lawan tutur menjadi rahasia Tuhan karena tidak ada yang bisa menjamin. Sumpah biasanya muncul pada obrolan masyarakat sehari-hari, bahkan kenyataannya sumpah dapat muncul dalam berbagai kondisi. Sumpah memiliki berbagai macam bentuk dari yang biasa sampai yang ektsrem seperti sumpah pocong, sumpah jabatan, sumpah pramuka, sumpah pemuda, sumpah serapah, dan sumpah saksi. Sumpah yang beragam tersebut menunjukkan sisi faktual bahwa sumpah banyak digunakan dalam berbagai elemen kehidupan masa kini. Dalam tatanan hukum modern Indonesia khususnya dalam persidangan, seorang saksi dan saksi ahli memiliki kewajiban untuk disumpah sebelum memberikan keterangan. Istilah sumpah saksi adalah sumpah yang digunakan oleh saksi dalam persidangan untuk berjanji mengatakan hal sejujurnya. Saksi ahli adalah saksi yang memiliki keahlian yang dibutuhkan dalam persidangan untuk dimintai keterangan. Sumpah dalam persidangan untuk saksi biasanya memiliki lafal, seperti demi Allah saya bersumpah, bahwa saya akan memberikan keterangan yang sebenarnya, dan tiada lain daripada yang sebenarnya untuk yang beragama Islam dan saksi ahli bersumpah dengan lafal demi Allah saya bersumpah, bahwa saya akan memberikan pendapat, soal-soal yang dikemukakan, menurut pengetahuan saya sebaik-baiknya. Sumpah telah melekat dalam tradisi beberapa masyarakat daerah, seperti sumpah pocong. Sumpah pocong tersebut ada dalam tatanan hukum adat daerah beragama Islam. Tradisi tersebut dilakukan dengan cara pembungkusan seseorang

2 dengan kain kafan. Orang tersebut harus mengatakan hal sejujurnya mengenai sesuatu yang difitnahkan padanya. Sumpah tersebut biasanya digunakan untuk menghilangkan fitnah atau keraguan terhadap tertuduh. Sementara itu, sumpah juga digunakan dalam penyebutan bukti perjuangan Indonesia, yaitu sumpah pemuda. Salah satu sumpah pemuda adalah Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Dalam kutipan tersebut tidak ada kata demi atau pun sumpah. Namun, keseluruhan kalimat yang ditulis dengan ejaan van Ophuysen tersebut tetap dijuluki sumpah para pemuda khususnya pada zaman itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumpah memiliki nilai penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sumpah menjadi hal yang sakral untuk menguatkan perjuangan pemuda pada zaman itu. Kekayaan sumpah Indonesia terus berkembang. Sumpah tidak hanya digunakan dalam ranah hukum tradisional atau modern, tetapi juga digunakan dalam ranah lain, seperti ranah organisasi, pekerjaan, sosial, dan agama. Contoh nyata penggunaan sumpah dalam ranah sosial saat ini ada pada kehidupan remaja. Indonesia memiliki sumpah yang digunakan dalam komunitas pramuka, yaitu demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh... Lafal tersebut digunakan sebagai syarat resmi untuk masuk dalam keanggotaan pramuka di Indonesia. Berdasarkan fakta faktual tersebut tampak bahwa konsep budaya sumpah sudah melekat dan dikenal oleh masyarakat. Hal tersebut juga muncul ketika masyarakat mulai mengenyam pendidikan. Budaya penggunaan sumpah muncul pada masa remaja beranjak dewasa. Umumnya remaja beranjak dewasa menggunakan kata alay dan menyebut diri mereka sebagai anak alay. Alay adalah representasi anak dan bahasa gaul yang memiliki pengetahuan kekinian atau biasa disebut trend oleh sebagian orang. Beberapa sumpah muncul pada komunitas tersebut seperti ciyus? Mi apah? yang jika diartikan bermakna serius? demi apa? Berdasarkan kutipan tersebut terlihat jelas tujuan pertanyaan tersebut adalah agar pembaca membalas pertanyaan penulis dengan menggunakan sumpah.

3 Hal tersebut menjadi bukti bahwa sumpah adalah sebuah budaya bertutur. Rahasia Tuhan mengenai kejujuran seseorang ketika bersumpah tidak akan pernah diketahui manusia. Akan tetapi, ada beberapa hal lain yang menarik selain rahasia Tuhan untuk diketahui, yaitu apa yang digunakan orang-orang setelah kata sumpah, membawa nama Tuhan, nama barang, nama benda, nama orang tersayang, siapa target sumpah, dll. Salah satu hal yang dapat dijadikan kajian penelitian adalah bagaimana konteks sumpah? Peneliti menyadari bahwa tidak mungkin peneliti melakukan perekaman terhadap semua obrolan masyarakat. Kemungkinan seseorang mengucapkan sumpah akan sangat kecil, karena sangat dipengaruhi keadaan lingkungan, konteks, dll. Oleh karena itu, peneliti menggunakan data nonverbal untuk dijadikan data utama, yaitu jejaring sosial Twitter. Ujaran nonverbal dalam Twitter memungkinkan peneliti mengembangkan data dengan sangat baik. Hal yang memungkinkan Twitter menjadi sumber utama data adalah peneliti dapat mengambil sumpah dengan kriteria penelitian. Ujaran sumpah dalam Twitter memiliki kelebihan lain, yaitu data akan tercipta secara alamiah. Peneliti tidak ikut campur dalam pembuatan sumpah itu. Data alamiah dapat menghasilkan penelitian yang menjanjikan keaslian serta hasil yang tepat. Sumpah memiliki beragam persepsi dalam masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Luring 1.5) mengartikan sumpah sebagai pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci, pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya, berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar, dan janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut peneliti menggarisbawahi pengertian utama, yaitu pernyataan seorang tindak tutur untuk menguatkan pernyataan. Sumpah memiliki tafsir dan penggunaannya yang beragam. Hal tersebut terlihat ketika peneliti melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukatani Kecamatan Ngamprah. Anak-anak di desa tersebut menggunakan sumpah Demi Allah untuk meyakinkan lawan tutur ketika berujar.

4 Beberapa kawan mengatakan sebaiknya tidak perlu menggunakan nama Tuhan dalam sumpah karena dikhawatirkan menjadi dosa. Akan tetapi, anak-anak tersebut tetap yakin menggunakan nama Tuhan dalam sumpahnya. Keyakinan anak tersebut menjadi bukti bahwa pengajaran penggunaan sumpah telah mengakar dalam usia yang masih muda. Budaya bersumpah semakin terlihat ketika peneliti bertanya pada salah satu dari mereka, yaitu Asep. Peneliti bertanya mengenai jujur atau tidak apa yang dia ujarkan, sumpah demi apa? Kemudian dia menjawab Demi Allah. Budaya penggunaan sumpah demi Allah muncul dalam percakapan tersebut, yaitu sebuah ujaran untuk menguatkan kebenarannya agar memiliki posisi tawar yang kuat. Perbincangan dengan anak tersebut menjadi dasar dari banyak rasa keingintahuan peneliti. Keingintahuan peneliti mengenai Bolehkah seseorang menggunaan nama Tuhan ketika bersumpah? Bagaimana sumpah dikonsep? Bagaimana respon penutur terhadap sumpah tersebut? Apa konteks sumpahnya? Bagaimana imej yang ingin dimunculkan petutur? Hal yang sangat menarik adalah bagaimana seseorang memilih diksi sumpah untuk menguatkan pembenaran yang telah diucapkan. Penelitian mengenai sumpah dalam ranah ilmu linguistik atau kebahasaan belum ada yang meneliti, terutama jika meninjau pada jurnal online yang tersedia. Ada beberapa penelitian dalam jurnal online yang memiliki topik yang sama, seperti penelitian yang dilakukan oleh Kinasih (Kinasih, 2013). Namun, penelitian tersebut dilakukan dengan ilmu sosial. Pikiran manusia yang abstrak menyebabkan kebutuhan satu teori yang mumpuni untuk menganalisisnya. Saussure telah mengawali penelitian kebahasaan tentang cara dan bagaimana memetakan kebahasaan, yaitu dengan teorinya langue dan parole. Akan tetapi, hal tersebut tidak cukup untuk mengetahui bagaimana proses pemahaman terjadi. Pada awal 1970 berkembang satu ilmu modern yang muncul oleh beberapa ahli kebahasaan. Ilmu tersebut muncul karena rasa tidak puas terhadap pendekatan bahasa formal. Ilmu baru tersebut adalah linguistik kognitif.

5 Peneliti melihat kesempatan besar untuk mengungkapkan misteri bagaimana pola pikiran manusia terkonsep. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan linguistik kognitif. Teori mengenai linguistik kognitif ada banyak. Salah satu ahli yang menciptakan beberapa thesis, yaitu Evans dan Green. Evans dan Green menyebutkan bahwa linguistik kognitif mempelajari inti bahasa berdasarkan asumsi bahwa bahasa merefleksikan pola sebuah pemikiran (Evans & Green, 2006, hlm. 5). Berdasarkan teori tersebut, tujuan penelitian yang ingin melihat pola dan reaksi responden terhadap sumpah dapat tercapai. Penggunaan ilmu semantik kognitif diharapkan bisa memaksimalkan hasil penelitian dan fakta apa saja yang ada dalam pola pemikiran seseorang. Penelitian sebuah sumpah harus melihat sisi konteks sumpah tersebut. Konteks sangat dibutuhkan guna melihat beberapa faktor yang memengaruhi penggunaan atau pemilihan diksi seseorang dalam bersumpah. Oleh karena itu, teori seperti konteks ditambahkan dalam penelitian ini. Penggunakan teori tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini menggunakan kajian semantik kognitif. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mencoba untuk memotret suatu fenomena atau kejadian, statistika hasil dari penelitian ini akan dideskripsikan dengan baik. Rasinger (2008, hlm. 16) menyebutkan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang lebih fokus pada berapa banyak hal atau sebuah isu yang sedang kita teliti. Dalam penelitian kuantitatif, hasil penelitian akan berupa satu set nomer angka yang secara baik menjelaskan apa yang terjadi dengan data yang diteliti (Rasinger, 2008, hlm. 13). Agar sebuah penelitian dikatakan berhasil, perlu sebuah rincian terhadap apa yang akan dicari dan bagaimana data tersebut diperoleh. Sebelum pendeskripsian, data-data dikumpulkan terlebih dahulu dengan teknik dokumentasi. Kemudian, sumpah dipindahkan dalam bentuk angket. Angket yang sudah dibentuk kemudian disebarkan kepada informan sesuai kriteria responden. Setelah itu, angket diharapkan dapat menunjukkan bagaimana skema imej dan

domain. Berdasarkan penelitian ini kita dapat melihat bagaimana skema pikiran mereka. 6 B. Rumusan Masalah Pada penelitian ini, dirumuskan masalah-masalah yang nantinya akan dianalisis pada bab pembahasan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana bentuk lingual sumpah yang digunakan oleh pengguna Twitter? (2) Bagaimana skema imej narasumber terhadap sumpah? (3) Bagaimana kategori domain sumpah yang muncul? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: (1) mengetahui bentuk lingual sumpah yang digunakan oleh pengguna Twitter; (2) mengetahui skema imej narasumber terhadap sumpah; (3) mengetahui kategori domain sumpah. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat, (1) manfaat secara teoretis dan (2) praktis. Dua manfaat tersebut akan dipaparkan sebagai berikut: (1) Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam menunjukkan ilmu skema imej narasumber terhadap sumpah. (2) Secara praktis, penelitian ini bisa menjadi referensi bagaimana bahasa diterapkan sebagai alat komunikasi. Skema imej sumpah bisa digunakan untuk keperluan kebudayaan, seperti kategori seseorang ketika bersumpah dalam media Twitter. Kategori tersebut bisa menjadi ciri-ciri khusus bagaimana orang Indonesia menggunakan sumpah dalam meyakinkan lawan tutur. E. Struktur Organisasi Skripsi

7 Penulisan sistematika skripsi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Pada bab satu yakni pendahuluan akan memaparkan latar belakang, masalah penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada bab dua yakni Landasan teoretis akan memaparkan landasan teoretis, penelitian terdahulu, dan posisi teoretis. Pada bab tiga yakni metode penelitian akan memaparkan desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, dan analisis data. Pada bab empat yakni temuan dan bahasan akan dibahas temuan skema imej yang banyak digunakan, bentuk sumpah tersebut, apa saja skema imej yang muncul dari representasi beberapa pengguna Twitter dalam menyebut sumpah, dan domain sumpah. Pada bab 5 yakni simpulan akan memaparkan simpulan, implikasi dan rekomendasi.