AKTIVITAS FISIK DAN RASIO KOLESTEROL (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
AYU CANDRA RAHMAWATI J

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH DAN TAK JENUH DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

Jl.Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk Jakarta Barat

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI SITI Khadijah Palembang

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

B A B I P E N D A H U L U A N

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi ilmu kimia kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

Kadar Kolesterol Tinggi Dan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kadar Kolesterol Darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA USIA DEWASA DI RS HAJI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN PROFIL LIPID DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LANSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI SURABAYA

FAKTOR RESIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN SENAM JANTUNG SEHAT


BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

Transkripsi:

AKTIVITAS FISIK DAN RASIO KOLESTEROL (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA Ayu Candra Rahmawati, Siti Zulaekah dan Setyaningrum Rahmawaty Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract Coronary Heart Disease (CHD) is the cause of death which raises every year. And lack of physical activity are included as the risk of CHD and lack of high fat intake. Cause aterosklerosis and become factors that can raise ratio level between total cholesterol and HDL of the sufferer of CHD. This research is conducted in RSUD DR. Moewardi Surakarta because of high amount CHD in that policlynic.this research is aimed to describe and expalin the relationship between physical activity and the ratio level betwen total cholesterol and HDL of the CHD sufferer of RSUD DR. Moewardi Surakarta. This research is included in the observational research with crossectional approach of this research are 30 suffrers of CHD in RSUD DR. Moewardi Surakarta on April May 2008.The result of his study that there is relationship between physical activity and the ratio between total cholesterol and HDL of the CHD sufferers. Physical activity are factors that influence ratio between total cholesterol and HDL of the suffers of CHD. Keywords: Physical activity, ratio between total cholesterol and HDL, the suffers of CHD PENDAHULUAN Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang timbul akibat adanya penyempitan pada arteri koronaria, sehingga mengganggu aliran darah ke otot jantung. Penyebab terbanyak dari penyempitan tersebut adalah arterosklerosis (Lubis, 2007). Penyakit Kardiovaskular (PKV) yang di dalamnya termasuk PJK menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu 16% pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992. Pada SKRT 1995 meningkat menjadi 18,9%. Hasil Sensus Kesehatan Masyarakat 2001 menunjukan angka kejadian PJK meningkat menjadi 26,4% (Yahya, 2007). Peningkatan prevalensi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain asupan lemak yang tinggi dan kurangnya tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Proses PJK didahului oleh proses arterosklerosis, berawal dari penumpukan kolesterol terutama Low Density Lipoprotein (LDL) di dinding arteri (Kusmana, 2007). Hal tersebut mengakibatkan pembuluh darah koroner menyempit, sehingga pasokan oksigen dan darah berkurang yang menyebabkan kinerja jantung terganggu dan menimbulkan nyeri dada (Maulana, 2007). Faktor risiko terjadinya PJK antara lain asupan lemak yang tinggi dan kurangnya tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Menurut Diet-Heart Hipotesis asupan tinggi lemak, kolesterol, dan asupan rendah lemak tidak jenuh akan meningkatkan kadar total kolesterol (Willett, 1998). Kadar kolesterol darah tinggi dipengaruhi oleh seringnya mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL darah yang rendah akan berpengaruh pada Aktivitas fisik dan rasio kolesterol / HDL pada penderita... (Ayu Chandra Rahmawati dkk) 11

rasio total kolesterol dan HDL, yang dapat digunakan untuk memprediksi risiko PJK. Semakin tinggi angka rasio total kolesterol dan HDL akan semakin tinggi pula risiko kejadian PJK (Bronchu et al., 2000). Aktivitas fisik berupa olahraga dan kegiatan harian yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan konsentrasi HDL kolesterol dan bermanfaat untuk mencegah timbunan lemak di dinding pembuluh darah (arterosklerosis). Suatu study kasuskelola, melaporkan bahwa risiko PJK menjadi dua kali lipat pada wanita yang kurang aktivitas fisiknya. Pada orangorang yang terbiasa melakukan aktivitas fisik secara rutin umumnya meningkatkan daya kontraksi jantung, memperlebar pembuluh darah jantung yang mempengaruhi pada peningkatan suplai darah dan oksigen. Keadaan ini akan meningkatkan stabilitas kerja sistem jantung (Soeharto, 2004). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas fisik dan rasio kolesterol atau HDL pada penderita PJK di Poliklinik Kardiologi RSUD DR. Moewardi Surakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah sakit mengenai hubungan aktivitas fisik dengan rasio total kolesterol /HDL dan sebagai bahan untuk menentukan strategi yang lebih baik yang akan digunakan bagi instalasi gizi di rumah sakit dalam pemberian informasi mengenai asupan lemak yang sebaiknya dikonsumsi bagi penderita PJK. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan gizi dan memberikan informasi mengenai hubungan aktivitas fisik dengan kadar rasio antara total kolesterol dan HDL. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah observasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah pasien PJK yang melakukan rawat jalan di poli penyakit Kardiologi RSUD Dr Moewardi Surakarta sebanyak 30 orang dengan kriteria sebagai berikut: mempunyai data laboraturium profil lipid yang lengkap, bertempat tinggal di karisidenan Surakarta, dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak mempunyai komplikasi penyakit yang mempengaruhi total kolesterol atau HDL, seperti penyakit Diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertiroid, dan hipotiroid. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi: data aktifitas fisik dan data rasio antara total kolesterol dan HDL. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya, diperoleh melalui recall aktivitas fisik kegiatan yang biasa dilakukan dalam sehari. Aktivitas fisik dihitung berdasarkan nilai perkiraan pengeluaran energi pada kegiatan tertentu, kemudian dibandingkan dengan total kebutuhan energi penderita PJK. Data aktivitas fisik yang diperoleh melalui form recall aktivitas fisik kegiatan harian yang biasa dilakukan. Rasio total kolesterol/hdl adalah nilai perbandingan antara kadar total kolesterol darah dengan kadar HDL darah pada penderita PJK. Data kadar kolesterol dan HDL diperoleh melalui pencatatan data rekam medik. Menurut Soeharto (2004) data rasio total kolesterol/hdl diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : Baik bila kurang dari 4 dan Tinggi bila lebih atau sama dengan 4,1. Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua analisis yaitu 12 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 11-18

analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari data-data yang diolah antara lain jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, aktivitas fisik dan rasio total kolesterol subjek penelitian. Analisis data dilakukan dengan analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat dengan uji Person Product Moment data berdistribusi normal dan menggunakan Rank Spearman data berdistribusi tidak normal dengan program SPSS for windows 13.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Subjek Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 30 penderita Penyakit Jantung Koroner yang menjadi subjek penelitian. Subjek pada penelitian ini adalah pasien di Poliklinik Jantung RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Karakteristik penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dilihat dari usia, jenis kelamin, status gizi, tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia subjek penelitian berkisar antara 49-78 tahun dengan frekuensi terbesar adalah usia di atas 61 tahun. Hal ini membuktikan kejadian PJK meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Pada laki-laki usia 45 tahun merupakan faktor risiko terjadinya PJK jika kebiasaan hidupnya tidak baik, antara lain merokok, jarang berolahraga, hipertensi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol. Wanita pada saat memasuki usia 55 tahun atau mengalami menopouse merupakan faktor risiko terjadinya PJK. Sebelum memasuki menoupouse kaum perempuan memiliki pelindung alami terhadap penyakit jantung yaitu estrogen. Estrogen berperan dalam menjaga tingkat HDL agar tetap tinggi dan LDL tetap rendah (Maulana, 2007). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan distribusi 53,33% untuk laki-laki sedangkan sisanya perempuan. Penelitian membuktikan bahwa lakilaki mempunyai risiko lebih besar menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan perempuan. Risiko kejadian PJK secara bermakna lebih tinggi pada laki-laki dibanding wanita sampai usia 75 tahun. Pada wanita didapatkan risiko absolut PJK meningkat secara subtansial pada usia pertengahan oleh karena setelah menopouse terjadi perubahan metabolisme lemak (Matthews et al.,2001). Aktivitas fisik dan rasio kolesterol / HDL pada penderita... (Ayu Chandra Rahmawati dkk) 13

Tabel 1. Karateristik Subjek Penelitian Variabel N % Usia 40-49 tahun 50-60 tahun > 61 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Status Gizi Normal Lebih Kurang Obes I Obes II Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Pekerjaan Buruh tani Karyawan Swasta Pedagang Pensiunan Tukang Pijat Tidak Bekerja 3 12 15 16 14 12 4 1 9 8 5 16 9 3 6 5 2 1 13 10% 40% 50% 53,33% 46,66% 40% 13,3% 3,3% 30% 13,3% 16,66% 53,33% 30% 10% 20% 16,6% 6,6% 3,33% 43,33% Status gizi subjek penelitian dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi subjek penelitian terbesar adalah status gizi normal sebanyak 40% dan status gizi terkecil adalah status gizi kurang 3,3%. subjek penelitian yang mengalami obesitas tingkat I sebesar 30%. Tingkat sosial ekonomi yang tinggi dapat mengakibatkan masalah berat badan lebih bahkan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya PJK. Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak dalam tubuh >19% pada laki-laki dan 21% pada perempuan. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko PJK jelas meningkat jika BB mulai melebihi 20% dari BB ideal (Anwar, 2004). Kelompok masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah mempunyai faktor risiko PJK yang lebih tinggi (Chandola,1998 dan Wamala et al., 1999). Pendidikan subjek penelitian sebagian besar adalah SMP sebesar 53,33%, pendidikan paling rendah yaitu SD sebesar 16,66%. Tingkat pendidikan bukan satusatunya faktor yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan yang bergizi namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Pekerjaan subjek penelitian antara lain buruh tani, karyawan swasta, pedagang, pensiunan, tukang pijat dan ada yang tidak bekerja. 14 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 11-18

Sebagian besar subyek penelitian tidak bekeja sebesar 43,33% dan paling rendah sebagai pensiunan sebesar 6,6%. Jenis pekerjaan bukan merupakan faktor risiko terjadinya PJK, melainkan merupakan faktor pendukung. Di negara berkembang hubungan yang erat selalu ditemukan antara tingkat sosial ekonomi yang tinggi yang ditandai dengan jenis pekerjaannya dengan kejadian PJK. Kelompok masyarakat yang mempunyai tingkat sosial ekonomi tinggi tinggal di daerah perkotaan mempunyai masalah obesitas, hipertensi dan tingginya kadar kolesterol darah merupakan faktor risiko terjadinya PJK (Singh et al., 1999). Tabel 2. Deskripsi Umur, BB, TB, IMT pada Subyek Penelitian Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standart Devisiasi Umur (tahun) Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (m) IMT 49 42 1,50 18 78 74 1,76 28 60,27 58,33 1,60 22,92 8,317 9,297 0,067 2,186 Hasil pengolahan data diperoleh hasil rata-rata umur subyek penelitian adalah 60,27 tahun ± 8,317. Berat badan subyek penelitian rata-rata adalah 58 kg ± 9,297. Tinggi badan subyek penelitian rata-rata tinggi badan subyek penelitian adalah 1,60 m ± 0,067. Indeks Massa Tubuh (IMT) rata-rata adalah 22,92kg/m 2 ± 2,186. Aktivitas fisik dan Rasio Total Kolesterol/HDL Subyek Penelitian Penyakit Jantung Koroner merupakan problem kesehatan utama di negara maju. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK, pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko PJK. Berdasarkan hasil beberapa penelitian membuktikan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya PJK antara lain umur, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi, tingginya kandungan kadar kolesterol dalam darah, hipertensi, merokok, diabetes melitus, obesitas, aktivitas fisik, diet, perilaku, kebiasaan, stress dan keturunan (Anwar, 2004). Tabel 3. Deskripsi Aktifitas Fisik dan Rasio Total Kolesterol/HDL pada Subyek Penelitian Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Aktivitas Fisik(kcal) 1177 2760 1702 380,99 RasioTotal Kolesterol/HDL 2,80 6,20 4,30 0,90 Penilaian aktivitas fisik dalam penelitian ini meliputi kegiatan harian, mingguan, dua mingguan dan bulanan. Data aktivitas fisik kemudian dinilai berdasarkan angka perkiraan pengeluaran energi dan dibandingkan dengan Bassal Metabolisme Rate (BMR). Kriteria aktifitas fisik dibedakan menjadi 3 yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada awalnya aktifitas fisik dikategorikan menjadi 3 kategori, setelah dilakukan pengolahan dari data Aktivitas fisik dan rasio kolesterol / HDL pada penderita... (Ayu Chandra Rahmawati dkk) 15

yang diperoleh hanya terdapat 2 kategori yaitu aktifitas fisik sedang sebanyak 50% dan subjek penelitian dengan aktivitas fisik tinggi sebanyak 50%. Rasio antara total kolesterol dan HDL diperoleh dari data rekam medis pasien. Kriteria data rasio antara total kolesterol dan HDL dibedakan menjadi 2 yaitu baik dan tinggi. Rasio total kolesterol baik jika 4 dan tinggi jika lebih dari 4,1. Rasio antara total kolesterol dan HDL subjek penelitian sebagian besar tinggi yaitu 56,7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas fisik subjek penelitian adalah 1702 kcal ± 380,99 dengan nilai minimal 1177 kcal dan maksimal 2702 kcal. Sedangkan ratarata rasio total kolesterol/hdl subjek penelitian adalah 4,30 ± 0,90 dengan nilai minimal 2,80 dan maksimal 6,20. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik dan Rasio Total Kolesterol/HDL Subyek Penelitian Variabel N Frekuensi(%) Aktifitas Fisik Sedang Tinggi Rasio total kolesterol/hdl Baik Tinggi 15 15 13 17 50% 50% 43,3% 56,7% Hubungan Aktivitas Fisik dengan Rasio Total Kolesterol/HDL Penderita Penyakit Jantung Koroner Aktivitas fisik berupa kegiatan harian ataupun olahraga dengan intensitas yang tepat dan teratur merupakan pola hidup yang sehat mempunyai pengaruh pada penyakit jantung koroner. Aktivitas fisik yang tinggi dapat menghidarkan dari proses arterosklerosis, yaitu penumpukan kolesterol terutama LDL pada dindingdinding arteri (Sumosardjuno, 2007). Deskripsi aktivitas fisik dan rasio total kolesterol/hdl penderita penyakit jantung koroner dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Deskripsi Aktifitas Fisik dan Rasio Total Kolesterol/HDL Rasio total kolesterol/hdl NO Aktivitas Baik Tinggi Total p Fisik N % N % N % 1 Sedang 3 23,07 2 28,57 15 50 0,045 b 2 Tinggi 10 76,92 5 71,42 15 50 b : Uji Rank Spearman Hasil penelitian menunjukkan subyek penelitian yang memiliki aktivitas fisik tinggi sebanyak 50%. Berdasarkan hasil uji hubungan bivariat dengan menggunakan uji Rank Spearman didapatkan nilai p value 0,045 maka Ho ditolak karena nilai P value <0,05 berarti ada hubungan 16 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 11-18

antara aktivitas fisik dengan rasio total kolesterol/hdl. Tabel 5 di atas, menunjukkan subyek penelitian yang memiliki aktifitas fisik tinggi dengan rasio total kolesterol/hdl baik yaitu 76,92%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumosardjuno (2007) bahwa orang yang banyak menggunakan aktifitas fisik dalam kegiatan sehariharinya dibandingkan dengan orang yang hanya sedikit melakukan aktifitas fisik memiliki risiko menderita PJK 60% lebih besar. Penelitian membuktikan bahwa aktivitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan kadar HDL dalam darah. Demikian pula dengan hasil penelitian Anwar (2004) aktivitas fisik dapat meningkatkan kadar HDL dalam darah dan memperbaiki kolateral koroner sehingga risiko PJK dapat dikurangi. Selain itu aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan sehingga lemak yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : subyek penelitian terdiridari 53,33% jenis kelamin laki-laki, umur berkisar antara 49-78 tahun, status gizi 3,3% kurang, 40% normal, 13,3% lebih, 30% obesitas tingkat I, 13,3% obesitas tingkat II. Tingkat pendidikan sebagian besar SMP 53,33%, dan 43,33% subyek penelitian tidak bekerja. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan rasio antara total kolesterol dan HDL pada penderita Penyakit Jantung Koroner. UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Rektor UMS dan Ketua LPPM UMS yang telah memfasilitasi penelitian ini. Selanjutnya kepada Direktur RSUD Dr Moewardi yang telah memberikan ijin sebagai lokasi penelitian. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada dokter dan ahli gizi yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data serta kepada penderita PJK telah bersedia menjadi responden penelitian. Yang terakhir kepada semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu. DAFTAR PUSTAKA Anwar. TB, 2004. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Bagian Ilmu Gizi Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara. Digitized by USU digital library Bronchu, M., et al. Coronary risk profiles in men with coronary disease: effects of body composition, fat distribution, age and fitnes. Coronary Artery Diseases. 2000. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler.Andalas: University Press. Chandola T. 1998. Social inequality in coronary heart disease: a comparison of occupational claaifications. Sosial Science&Medice 1998; 47:525-33. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas: University Press. Aktivitas fisik dan rasio kolesterol / HDL pada penderita... (Ayu Chandra Rahmawati dkk) 17

Kusmana D. 2007. Aktifitas Fisik Membantu Mencegah Aterosklerosis. Diakses tanggal 12 Agustus 2007. http:www.kompas.com/kompas-cetak/0306/19/iptek/ 378701.htm Lubis. EN. 2007. Penyakit Jantung Koroner pada anak dan pencegahannya. Bagian ilmu kesehatan anak fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam malik Medan. Diakses tanggal 28 September 2007. http: www.gizinet.com. Maulana, M. 2007. Penyakit Jantung Pengertian, Penanganan, dan Pengobatan. Jogjakarta: Penerbit Kota Hati Matthews, KA., et al. 2001. Changes in cardiovascular risk factors during the perimenopause and postmenopause and carotid atherosclerosis in healthy women. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas: University Press.Mensink RP. Dietary monounsaturated fatty acids and serum lipoprotein levels in healty subjects. Atherosklerosis 1994; 110 Suppl: S65-S68. Sigh, RB, et al. 1999. Body fat percent by bioelectrical impedance analysis and risk of coronary artery disease among urban men with low rates of obesity: the Indian paradok. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas: University Press. Soeharto, I, 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan Lemak dan Kolestrol. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sumosardjuno. S. 2007. Aktif Bergerak Kurangi Risiko PJK.. Diakses tanggal 26 Agustus 2008. http ;www.idi.or.id Wamala, SP., Lynch, J., Kaplan, GA. 1999. Women s exposure to early and later life socioeconomic disadvantage and coronary heart disease risk: the Stockholm Female Coronary Risk Study of Swedish women. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas: University Press. Willet, WC. 1998. Is dietary fat amajor determinant of body fat. Dalam: Lipoeto I, Dr., MMedsci, PHD. 2006. Zat Gizi dan Makanan pada Penyakit Kordiovaskuler. Andalas: University Press. Yahya, FA. Pilihan Terapi Penyakit Jantung Koroner. http://www.idi.or.id (12 Agustus 2007). 18 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 11-18