II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN WALIKOTA MAGELANG NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU BUPATI MADIUN,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG KEWENANGAN PENANDATANGANAN SEBAGIAN PERIZINAN DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BELITUNG TIMUR

REGULASI MEKANISME PENGAWASAN PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 14 Tahun : 2010 Seri : E

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 BAB I PENDAHULUAN

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. kegiatan perekonomian. Secara geografis terletak pada sampai dengan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI SINJAI BUPATI SINJAI,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku

1. Izin Usaha Industri (IUI) Besar

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG. Nomor 17 Tahun 2011 TENTANG

39. PROSEDUR TETAP / STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR (IPALASA)

N O M O R T A H U N S T A N D A R O P E R A S I O N A L P R O S E D U R PELAYANAN PERIZINAN T E R P A D U

I. PENDAHULUAN. bersifat jasa. Karena di suatu usaha atau negara atau kegiatan tidak bisa terlepas

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 23 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME WALIKOTA SURABAYA,

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kota Bandar Lampung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

BERITA DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2007 NOMOR: 24 PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR: 24 TAHUN 2007 TENTANG

LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PUBLIKASI STANDAR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 53 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PERIJINAN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 24 TAHUN 2006

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

Satuan Kerja : Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

TENTANG WALIKOTA BEKASI,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Menimbang : 1. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan perizinan kepada masyarakat, diterapkan pola pelayanan perizinan terpadu satu pintu;

PADA KECAMATAN : TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2010

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERITA DAERAH PERATURAN BUPATT CIANJUR KABUPATEN CIANJUR. : l. $lygqen Dalam Lingkup Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun :4.

WALI KOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pengawasan 1. Pengertian Pengawasan Dalam suatu system atau organisasi yang fungsional, kinerja sangat dipengaruhi oleh adanya pengawasan karena system atau organisasi dapat berjalan dengan baik apabila mekanisme pengawasan telah berjalan sesuai dengan fungsinya dengan demikian maka tujuan dari suatu system tertentu dapat tercapai dengan maksimal. Pengawasan merupakan fungsi terakhir yang harus dilakukan dalam manajemen, pengawasan adalah fungsi manajemen yang merupakan pengukuran dan perbaikan dari pelaksanaan atau kegiatan kegiatan para bawahan agar rencana rencana yang sudah dirancang dapat tercapai. Mc. Ferlan yang dikutif oleh Soewarno Handayaniningrat (1992:43) mendefinisikan pengawasan sebagai suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, atau tujuan yang telah ditentukan. Menurut Hartadi (1991:35) pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan, organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan

10 yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Kaho (1997:26) menjelaskan pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen yang sangat penting untuk diterapkan dalam setiap organisasi. Melalui pengawasan dapat diukur kemajuan yang dicapai, mencegah terjadinya penyimpangan sehingga memudahkan pembinaan. Pengawasan diperlukan juga guna menjamin tetap berjalannya suatu pekerjaan agar sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Menurut Handoko pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (2001:25). Pengertian pengawasan menurut Sujatno (1992:107) adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. Situmorang, dkk (1998:2) menjelaskan bahwa: Peranan Pengawasan dalam suatu organisasi muncul sebagai hal yang sangat penting artinya apabila dalam kehidupan organisasi terjadi suasana ketidak tertibnya yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang datang dari luar lingkungan sendiri P. Siagian (1990:135) mengemukakan bahwa: Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya

11 Berdasarkan pengertian pengertian pengawasan dari para ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah suatu tindakan atau usaha untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan apakah sesuai dengan rencana atau tidak. 2. Pengawasan oleh Kepala Satuan Kerja Dalam praktik pemerintahan sehari hari Kepala Satuan Kerja memberikan pembinaan dan pengawasan berupa : 1.Pengarahan dan bimbingan dalam pemecahan permasalahan urusan 1. pemerintahan. 2.Koordinasi dan pengawasan dibidang kegiatan pemerintahan umum 3.Pembinaan organisasi dan aparatur satuan kerja. (Saparin 1986:246) Apabila pengertian pengawasan diartikan sebagai suatu tindakan atau untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan rencana atau tidak maka dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan Kepala Satuan Kerja adalah suatu tindakan atau yang dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja untuk mengetahui pelaksnaan administrasi Dinas/Badan/Intansi pemerintah apakah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan atau tidak.

12 3. Macam Macam Pengawasan Menurut Handoko (2001:361) macam macam pengawasan yaitu : a. Pengawasan pendahuluan/steering control dirancang untuk mengantisipasi masalah masalah atau penyimpangan dari estándar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan. b. Pengawasan yang dilakukan dengan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan/ concurent control. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan bisa dilanjutkan. c. Pengawasan umpan balik/ feedback control dikenal untuk mengukur hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab sebab penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan dan penemuan penemuan yang diterapkan untuk kegiatan kegiatan serupa dimasa mendatang. Menurut Situmorang, dkk (1998:29) macam macam pengawasan yaitu : 1. Pengawasan langsung dan pengawsan tidak langsung a. Pengawasan langsung Adalah pengawsan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri ditempat pekerjaan, dan menerima laboran laboran secara langsung dari pelaksanaan. Hal ini dilakukan dengan Inspeksi.

13 b. Pengawasan tidak langsung Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laboran laboran yang diterima dari pelaksanaan baik lisan maupun tertulis dan mempelajari pendapat pendapat masyarakat. 2. Pengawasan Preventif dan Represif a. Pengawasan preventif dilakukan melalui praaudit sebelum pekerjaan dimulai Misalnya mengadakan pengawasan terhadap persiapan persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana pengawasan tenaga dan sumber sumber lain. b. Pengawasan Represif dilakukan melalui post audit., dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi), meminta laboran pelaksanaan dan sebagainya. 3. Pengawasan intern dan pengawasan ekstern; a. Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. b. Pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi seperti halnya pengawasan dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Menurut Soewarno Handayaningrat (1992:44) macam macam pengawasan itu adalah sebagai berikut;

14 a. Pengawasan dari dalam Pengawasan yang dilaksanakan oleh aparat atau unit pengawasan yang dibentuk di dalam organisasi itu sendiri atau pimpinan unit organisasi, ini bertindak mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan kegiatan, dan hasil pengawasan ini dapat pula digunakan dalam menilai kebijaksanaan pimpinan. Untuk itu pimpinan perlu meninjau kembali kebijaksanaan atau keputusan yang telah dikeluarkan, sebaliknya pimpinan dapat pula melakukan tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya. b. Pengawasan dari luar Pengawasan dari luar berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi itu, aparat atau unit pengawasan dari luar organisasi itu adalah aparat pengawasan yang bertindak atas nama pimpinan unit organisasi itu karena permintaan. c. Pengawasan preventif Pengawasan preventif berarti pengawasan yang dilaksanakan sebelum rencana itu dilakukan adapun maksud pada pengawasan preventif ini adalah mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan didalam pelaksanaan. 4. Prinsip Prinsip dan Tujuan Pengawasan Menurut Koontz dan O Donnel (1996:129) suatu pengawasan harus mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

15 1. dapat memflektif sifat sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi 2. dapat dengan segera melaporkan penyimpangan penyimpangan 3. fleksibel 4. ekonomis 5. dapat dimengerti 6. dapat menjamin diadakannya tindakan korektif Menurut M. Manulang (1996:128) tujuan dari pengawasan adalah : 1. Agar dipelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang sudah ditetapkan 2. Untuk mengetahui kelemahan kelemahan serta kesulitan kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana sehingga diambil tindakan tindakan untuk memperbaikinya. B. Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan atas penyelengaraan pemerintahan daerah adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan Gubernur selaku wakil Pemerintah didaerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan Otonomi Daerah dalam rangka pembinaan oleh pemerintah, menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan propinsi oleh Gubernur untuk pembinaan dan pengawasan Kabupaten/Kota.

16 Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah agar berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku. Pengawasan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan penyelengaraan urusan pemerintahan dan terutama terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah dalam hal pengawasan terhadap rancanagan peraturan daerah, Pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara sebagai berikut: 1. Pengawsan terhadap rancanagan peraturan daerah (RAPERDA), yaitu terhadap rancanagan peraturan daerah yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh Kepala daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Raperda Provinsi, dan oleh Gubernur terhadap Raperda Kabupaten/Kota mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal hal tersebut dapat mencapai dayaguna dan hasilguna yang optimal. 2. Pengawasan terhadap semua Peraturan Daerah diluar yang termaksud dalam angka (1), yaitu setiap Peraturan Daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk Provinsi dan Gubernur untuk Kabupaten/Kota untuk memperoleh klarifikasi. Terhadap Peraturan daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelengaraan pemerintah daerah apabila

17 diketemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelengaraan pemerintahan tersebut. Sanksi dimaksud antara lain dapat berupa penataan kembali suatu daerah otonom, pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan daerah baik peraturan daerah, keputusan kepala daerah, dan ketentuan lain yang ditetapkan daerah serta dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan perundang undangan. Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah sebagian dari rencana yang diwujudkan dengan program berdasarkan potensi dan sumber daya dan metodenya, program tersebut direalisasikan kedalam tindakan yang disalurkan melalui proses interaksi sehingga terjalin suatu hubungan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini pelaksanaan yang dimaksud adalah proses yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Bandar Lampung dalam Perizinan Pemasangan Reklame dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. C. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Perizinan Pada Badan Pnanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung. 1. Pendahuluan Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan peluang yang besar kepada daerah untuk melakukan inovasi, mengatur dan membuat

18 berbagai kebijakan pembangunan serta peningkatkan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat benarbenar merupakan pelayanan yang prima. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan prima dari aparatur pemerintah merupakan keharusan yang tidak dapat ditunda tunda lagi pelaksanaanya karena merupakan manifestasi dari aparatur pemerintahan selaku abdi masyarakat dan abdi negara, selain itu arus globalisasi dan persaingan pasar bebas serta tuntutan dunia bisnis yang semakin liberal menginginkan adanya berbagai kemudahan dalam melakukan investasi usaha khususnya dalam pengurusan seluruh perizinan yang dapat dilakukan dalam satu wadah. Sejalan dengan hal itu maka Pemerintah Kota Bandar Lampung telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tehnis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Daerah Kota Bandar Lampung yang mana salah satu lembaga tehnis yang dibentuk adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dengan dibentuknya sistem pelayanan terpadu satu pintu tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan citra aparatur pemerintah, menyederhanakan birokrasi dan peningkatana mutu

19 pelayanan kepada masyarakat serta tercapainya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Disamping itu agar sistem dan prosedur pelayanan dan penerbitan perizinan pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan dapat berjalan dengan baik dan terkoordinir maka diperlukan suatu standar pelayanan yang akan menjadi acuan bagi semua pihak dalam pelaksanaannya. 2. Lingkup Kegiatan Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 37 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Perizinan kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung maka ada 14 (empat belas) jenis perizinan yang dilaksanakan, yaitu: a. Izin Usaha Industri (IUI) b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) d. Tanda Daftar Gudang (TDG) e. Tanda Daftar Industri (TDI) f. Izin Tempat Usaha (ITU)/Surat Izin Gangguan (HO) g. Keterangan Rencana Kota (KRK) h. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) i. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) j. Surat Izin Usaha Kepariwisataan (SIUK)

20 k. Izin Perletakan Titik Reklame l. Surat Izin Usaha Angkutan 3. Prosedur Tetap Penerbitan Perizinan 1. Pemohon datang ke kantor Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung. 2. Pemohon datang ke petugas informasi / Costumer Service atau dapat langsung menuju petugas pendaftaran untuk memperoleh formulir pengajuan izin. a. Petugas Informasi / costumer service dan atau petugas pendaftaran member salam serta harus berpenampilan menarik, ramah, sopan dan dapat memberikan semua informasi yang dibutuhkan pemohon berkaitan dengan pengurusan perizinan. b. Petugas pelayanan harus menyediakan formulir permohonan izin dan menjelaskan dengan rinci tata cara pengisian formulir permohonan. 3. Setelah Pemohon Menerima formulir izin : a. Pemohon mengisi formulir permohonan dan melengkapi persyaratan. b. Petugas pendaftaran memeriksa kelengkapan berkas: - Bila lengkap, berkas permohonan di agenda dan pemohon diberi resi penerimaan berkas, selanjutnya berkas permohonan dikirim ke bagian proses. - Bila tidak lengkap berkas dikembalikan ke pemohon 4. Sub Bidang Pemrosesan Izin mempelajari berkas permohonan, dengan 2 (dua) alternatif keputusan :

21 a. Bila pengajuan izin dapat menimbulkan dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat maupun lingkungan sekitarnya maka perlu dilakukan peninjauan lapangan dan pembahasan oleh Tim Teknis b. Jika tidak perlu peninjauan lapangan/pembahasan oleh Tim Teknis Perizinan maka berkas dapat langsung diproses 5. Membuat surat undangan kepada Tim Teknis Perizinan untuk pembahasan, Berdasarkan Pembahasan Tim Teknis dibuat: a. Berita Acara Pemeriksaan Lapangan b. Rekomendasi Tim Teknis Perizinan. c. Untuk perizinan tertentu sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat 3 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Perizinan Kepada Kepala Penanaman Modal dan Perizinan maka untuk penerbitan izinnya, tim teknis perizinan meminta persetujuan terlebih dahulu kepada Walikota. 6. Rekomendasi Tim Teknis Perizinan apakah diizinkan atau ditolak. Bila diizinkan berkas permohonan dikirimkan ke Sub Bidang Penetapan dan Penerbitan Izin, bila tidak diizinkan berkas dikembalikan ke pemohon dan diberi surat penolakan. 7. Bidang Perizinan memproses dan menetapkan Izin 8. Proses pemeriksaan dan pemarafan oleh Kepala Bidang Perizinan dan Sekretaris serta Penandatanganan Izin Oleh Kepala BPMP. 9. Pemohon Membayar Retribusi

22 10. Petugas menerima resi pembayaran, registrasi Izin (pencatatan, penomoran dan pengarsipan) dan penyerahan Izin kepada pemohon; 4. Prosedur Pengajuan Dan Penanganan Pengaduan Pelayanan Perizinan Dalam proses penyelenggaraan pelayanan perizinan juga diperlukan pengawasan baik pengawasan internal maupun pengawasan eksternal yaitu dengan cara membuka akses yang luas bagi masyarakat menyampaikan keluhan dan hambatan dalam proses penerbitan perizinan. Pengaduan dapat dilakukan dengan cara: a. Membuat Surat Pengaduan yang ditujukan ke Kantor Badan Penanaman Modal dan Perizinan Jl.Way Pengubuan No.3 Pahoman Bandar Lampung. b. Melalui telp./fax ke no.0721-265723 c. Mengisi formulir pengaduan dan memasukannya ke KOTAK PENGADUAN d. LISAN, menyampaikan pengaduan langsung ke Bidang Informasi dan Pengaduan. b. Prosedur pengajuan pengaduan: a. Pemohon dapat mengisi formulir pengaduan yang dapat diperoleh di meja informasi dan memasukannya ke KOTAK PENGADUAN yang disediakan di ruang tunggu.

23 b. Pemohon perizinan juga dapat menyampaikan keluhan atau pengaduan langsung kepada petugas yang ada di Bidang Informasi dan Pengaduan atau melalui surat/telp./fax. c. Prosedur penanganan pengaduan masyarakat: a. Petugas yang menerima pengaduan langsung dari masyarakat harus segera memberi tanggapan awal kepada masyarakat dan akan memberi tanggapan selengkapnya setelah dilakukan klarifikasi dan indentifikasi permasalahan yang diajukan. b. Petugas penerima pengaduan dalam tempo 1 ( satu ) hari setelah menerima pengaduan harus meneruskan proses pengaduan kepada Subbid Pengawasan Pelayanan Perizinan. c. Subbid Pengawasan Pelayanan Perizinan melakukan pengumpulan data dan fakta serta melakukan klarifikasi dan identifikasi terhadap permasalahan yang ada. d. Setelah dilakukan klarifikasi dan pembahasan tim teknis jika dianggap perlu, maka paling lama 10 hari setelah menerima laporan pengaduan, petugas harus menginformasikan tindakan yang dilaksanakan dalam penyelesaian permasalahan kepada masyarakat yang mengajukan pengadua

24 D. Perencanaan Dan Penataan Lokasi Reklame 1. Perencanaan dan penempatan titik lokasi reklame dilaksanakan oleh Tim Teknis Perizinan Reklame berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 35 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelasanaan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 T Perencanaan dan penempatan reklame ditetapkan pada peta titik lokasi reklame sebagai berikut : a. Jalan kelas utama diperuntukan untuk peletakan titik reklame besar dan sedang kecuali pada jalan yang telah ditetapkan sebagai kawasan bebas reklame. b. Jalan kelas I diperuntukkan untuk peletakan titik reklame besar, sedang dan kecil kecuali pada jalan yang telah ditetapkan kawasan bebas reklame. c. Jalan kelas II hanya untuk peletakan titik reklame sedang dan kecil kecuali jalan yang telah ditetapkan kawasan bebas reklame. d. Jalan kelas lingkung hanya untuk peletakan titik reklame kecil kecuali jalan yang telah ditetapkan kawasan bebas reklame. e. Penentuan kelas jalan khusus untuk peletakan titik reklame sebagaimana terdapat dalam lampiran. 2. Penentuan kelas jalan sebagaimana ditetapkan berdasarkan nilai komersil reklame 3. Ketentuan sebagaimana dapat dikecualikan untuk pemasangan reklame neon box. 4. Perencanaan dan penempatan reklame ditetapkan pada peta titik lokasi reklame sebagai berikut :

25 a. Jalan kelas utama diperuntukan untuk peletakan titik reklame besar dan sedang kecuali pada jalan yang telah ditetapkan sebagai kawasan bebas reklame. b. Jalan kelas I diperuntukkan untuk peletakan titik reklame besar, sedang dan kecil kecuali pada jalan yang telah ditetapkan kawasan bebas reklame. c. Jalan kelas II hanya untuk peletakan titik reklame sedang dan kecil kecuali jalan yang telah ditetapkan kawasan bebas reklame. d. Jalan kelas lingkung hanya untuk peletakan titik reklame kecil kecuali jalan yang telah ditetapkan kawasan bebas reklame. e. Penentuan kelas jalan khusus untuk peletakan titik reklame sebagaimana terdapat dalam lampiran. 5. Penentuan kelas jalan sebagaimana ditetapkan berdasarkan nilai komersil reklame 6. Ketentuan sebagaimana dapat dikecualikan untuk pemasangan reklame neon box. E. Penertiban Izin Peletakan Titik Dan Pemasangan Reklame Setiap kegiatan peletakan titik dan pemasangan reklame harus mendapat izin dari Walikota Bandar Lampung atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 35 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelasanaan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame :

26 1. Obyek izin peletakan titik reklame adalah semua kegiatan peletakan titik relame bertiang luar ruang, reklame yang menempel pada bangunan di sarana dan prasarana Kota dengan ukuran diatas 24 M2. 2. Dikeualikan dari obyek izin peletakan titik reklame untuk reklame sementara. 3. Subyek izin peletakan titik reklame adalah setiap orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan kegiatan peletakan titik reklame di wilayah Kota Bandar Lampung. Syarat-syarat izin peletakan titik reklame sebagai berikut : 1. Mengajukan permohonan dengan cara mengisi blanko permohonan yang tersedia kepada Walikota Bandar Lampung cq. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung. 2. Melampirkan rencana peletakan titik reklame dan persetujuan pemilik lahan dan bangunan untuk reklame yang dipasang diluar sarana dan prasarana Kota Bandar Lampung. 3. Melampirkan bukti pembayaran sewa lahan untuk reklame di sarana dan prasarana Kota Bandar Lampung 4. Melampirkan tanda bukti kepemilikan tanah/bangunan yang dipasang diluar sarana dan prasarana Kota Bandar Lampung. 5. Melampirkan surat pernyataan bersedia menanggung segala resiko sebagai akibat penempatan dan pemasangan reklame yang menimbulkan kerugian pada pihak lain. 6. Melampirkan surat pernyataan untuk menyerahkan biaya jaminan pembongkaran kepada Pemerintah Daerah apabila tidak melaksanakan

27 perpanjangan izin atau permohonan perpanjangan izin ditolak oleh Walikota Bandar Lampung dan penyelenggaraan reklame tidak melaksanakan pembongkaran konstruksi reklame dalam jangka waktu paling lama 1 (bulan) sejak berakhirnya masa berlaku izin. 7. Melampirkan polis asuransi resiko (risk insurance) konstruksi reklame (setelah mendapat persetujuan Tim Teknis Perizinan Reklame) sesaui dengan masa berlaku izin. F. Kerangka Pikir Badan Penananaman Modal Dan Perizinan Kota Bandar Lampung adalah merupakan unsur pendukung tugas Walikota yang melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang pelayanan perizinan dan penananman modal yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan Daerah dalam hal ini pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modan dan pelayanan perizinan. Badan Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Bandar Lampung merupakan tumpuan dan ujung tombak dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan perizinan. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap perizinan pemasangan

28 reklame berdasarkan fungsi kepala Badan dalam pelaksanaannya tugasnya bertanggungjawab kepada Walikota Bandar Lampung. Pengawasan adalah suatu tindakan atau usaha untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Peraturan daerah Nomor 14 Tahun 2008 Pengawasan dan Pengendalian Tim Perizinan Pemasangan Reklame Pengawasan dan Pengendalian Tim Perizinan Pemasangan Reklame Kota Bandar Lampung 1. Pemantauan/Pengawasan : a. Mekanisme pemeriksaan perizinan reklame b. Frekuensi pemeriksaan perizinan reklame c. Mekanisme pemeriksaan kontruksi reklame d. Frekuensi pemeriksaan kontruksi reklame 2. Pembinaan : a. Metode pembinaan b. Materi pembinaan c. Frekuensi pembinaan 3. Peringatan : a. Bentuk Teguran b. Frekuensi teguran 4. Penindakan/Pemberian Sanksi : Mekanisme pencabutan/pembongkaran Reklame Gambar 1.1. Skema kerangka piker Pengawasan dan Pengendalian Tim Perizinan Pemasangan Reklame Kota Bandar Lampung

29