BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi Daerah bermula dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut terjadi perubahan yang sangat mendasar dalam sistem pengelolaan negara yang selama ini bersifat sentralistik menjadi bersifat desentralistik. Peran pemerintah pusat tentu akan semakin kecil sebaliknya peran pemerintah daerah akan semakin besar dalam pembangunan wilayahnya. Sebagai implikasi pelaksanaan Undang-Undang tersebut, Pemerintah Daerah dituntut memiliki kemandirian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Oleh karena itu Pemerintah Daerah harus dapat melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerahnya, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tersebut. Hal ini menuntut Pemerintah Daerah untuk melakukan perubahan mendasar dalam mengelola daerahnya, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan investasi dan aset daerah. Pengelolaan aset daerah di Kabupaten Solok Selatan masih belum memenuhi harapan, selain kurangnya pengelolaan dalam pemanfaatan aset juga masih banyaknya aset yang belum optimal bahkan tidak berfungsi sama sekali sesuai dengan perencanaannya. Diantara sekian banyak aset tersebut salah satunya adalah Pasar Baru Muara Labuh. Pasar terbentuk sebagai akibat dari pola kehidupan manusia yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan sistem pertukaran barang dan jasa yang dilakukan pada suatu tempat yang disebut pasar. Kompleksitas kebutuhan membuat kompleksitas jumlah baik orang, jenis barang, cara pertukaran, dan tempat yang semakin luas. Kemajuan teknologi juga membuat definisi pasar berubah dimana
pasar tidak lagi hanya sebagai tempat dimana terjadi kontak langsung antara penjual dan pembeli dalam sebuah transaksi jual beli, dalam paradigma baru pasar lebih berorientasi kepada transaksi antara pembeli dan penjual tanpa perlunya kontak langsung antara penjual dan pembeli. Walaupun definisinya bertambah luas, definisi pasar sebagai tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang masih tetap masih bertahan (Kotler, 2009). Pasar Lama Muara Labuh yang mempunyai luas 1,5 ha, merupakan pusat perekonomian yang terbesar dan tertua di Kabupaten Solok Selatan yang tetap eksis sampai saat ini. Namun seiring dengan kemajuan pembangunan sangat dirasakan bahwa Pasar Lama sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai sebuah pasar yang bersih, aman dan nyaman. Pasar ini tidak akan mampu menanggung beban pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, jumlah pedagang dan jumlah kendaraan yang cenderung meningkat setiap tahun. Ketidakmampuan ini disebabkan lokasi pasar yang sempit dan terbatas karena disekitar pasar terdapat kawasan pemukiman, pendidikan dan perkantoran yang cukup padat. Solusi yang dirancang Pemda adalah membangun sebuah pasar yang nantinya direncanakan akan berfungsi sebagai pengganti Pasar Lama. Lokasi Pasar Lama dan Pasar Baru terlihat pada Gambar 1.1 berikut : Gambar 1.1 Lokasi Pasar Lama dan Pasar Baru Muara Labuh (Bappeda Kab. Solok Selatan, 2009) 2
Pembangunan Pasar Baru Muara Labuh telah selesai pada tahun 1997 dengan fasilitas utama berupa toko/kios berjumlah 124 unit, 10 unit los yang dapat ditempati 224 pedagang, 4 unit gudang dan areal yang cukup luas untuk pedagang tenda/lapak-lapak. Pasar ini dibangun diatas tanah seluas 5 Ha yang berjarak 700 m dari Pasar Lama, dengan harapan dapat menjadi sebuah pasar yang bersih, aman dan nyaman serta dapat berkembang menjadi pasar yang mengikuti perkembangan dan selera konsumen sehingga menjadi pasar penting yang dapat menarik minat masyarakat Solok Selatan dan kabupaten tetangga untuk berbelanja di Muara Labuh. Namun Pasar Baru ini tidak dapat difungsikan sebagai pasar, pengguna pasar tetap saja melakukan aktifitas perdagangan di Pasar Lama Muara Labuh. (Dinas Koperindag Kab. Solok Selatan, 2009). Sebagai upaya menunjang berfungsinya Pasar Baru, Pemerintah Daerah pada tahun 2006 membangun terminal angkutan umum yang berada di sisi Selatan Pasar Baru dan kemudian pada tahun 2007 Pemerintah Daerah kembali membangun jalan melingkari Pasar Baru tersebut. (Dinas Koperindag Kab. Solok Selatan, 2009). Harapan Pemerintah ternyata belum bisa tercapai hanya dengan menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut. Pasar Baru belum bisa merealisasikan fungsinya sebagai lokasi dan tempat aktifitas perdagangan. Kegiatan atau aktifitas perdagangan masih dilakukan di Pasar Lama, dari 124 kios yang telah dibangun hanya sekitar 86% yang telah disewa, dan hanya sekitar 54% dari toko yang telah disewa tersebut dibuka setiap hari sedangkan sisanya hanya dibuka hari Senin dan Kamis yang merupakan hari pekan di Muara Labuh. Sementara hari-hari biasa pedagang lebih senang membuka tokonya yang di Pasar Lama. (Dinas Koperindag Kab. Solok Selatan, 2009). Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui tingkat persepsi pengguna pasar terhadap Pasar Baru dan Pasar Lama Muara Labuh dan kemudian merumuskan strategi penyelesaian permasalahan yang tepat agar pedagang dan pengunjung pasar mau beraktifitas di Pasar Baru, sehingga Pasar Baru dapat berfungsi optimal yang tentunya akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat dan peningkatan pendapatan asli daerah. 3
1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut di atas, permasalahan pokok adalah tidak optimalnya fungsi Pasar Baru menggantikan Pasar Lama Muara Labuh sehingga pertanyaan penelitiannya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat harapan pengguna pasar Muara Labuh terhadap faktorfaktor pemilihan sebuah pasar di Muara Labuh? 2. Bagaimana tingkat persepsi pengguna pasar terhadap Pasar Baru dan Pasar Lama Muara Labuh? 3. Faktor-faktor apa saja yang merupakan kelebihan dan kekurangan Pasar Baru dibandingkan dengan Pasar Lama Muara Labuh, berdasarkan harapan dan persepsi pengguna pasar? 4. Bagaimana rumusan strategi agar pengguna pasar dapat di pindahkan dari Pasar Lama ke Pasar Baru Muara Labuh? 1.3 Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui tingkat harapan pengguna pasar Muara Labuh terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi pengguna pasar dalam memilih sebuah pasar. 2. Mengetahui tingkat persepsi pengguna pasar Muara Labuh terhadap Pasar Baru dan Pasar Lama Muara Labuh. 3. Mengetahui faktor-faktor yang merupakan kelebihan dan kekurangan Pasar Baru dibandingkan dengan Pasar Lama Muara Labuh. 4. Merumuskan strategi untuk memindahkan pengguna Pasar Lama ke Pasar Baru Muara Labuh. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan berguna dikemudian hari untuk : 1. Pengembangan wawasan dan keilmuan bagi peneliti. 4
2. Sebagai saran/masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Solok Selatan dalam mengambil langkah-langkah kebijakan untuk mengoperasikan Pasar Baru menggantikan Pasar Lama Muara Labuh. 1.5 Batasan Masalah Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas serta dapat memberikan arah yang baik dan memudahkan dalam menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka perlu dilakukan pembatasan dalam penelitian, batasan penelitian ini adalah : 1. Penelitian dilakukan di Pasar Lama dan Pasar Baru Muara Labuh, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan. 2. Penelitian ini meninjau penyebab tidak optimalnya fungsi Pasar Baru menggantikan Pasar Lama Muara Labuh dari aspek lokasi, sosial, produk/harga dan fasilitas, yang ditentukan berdasarkan hasil kajian pustaka, penelitian terdahulu, pengamatan kondisi eksisting serta hasil wawancara dengan para ahli/expert. 3. Obyek penelitian adalah pedagang dan pengunjung pasar, yang berada di Pasar Lama Muara Labuh tanpa meninjau karakteristik fisik dan teknisnya (kecuali untuk profil responden). 4. Penelitian ini dilakukan untuk merumuskan strategi pemindahan Pasar Lama ke Pasar Baru Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan. 5. Penelitian ini tidak membahas rancang bangun pasar. 5
6