HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

MAKALAH KESADARAN BUDAYA PENDIDIKAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENSUKSESKAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 19

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG SEKOLAH GRATIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KABUPATEN GUNUNG MAS

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

GARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH...

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 49 SERI E

WALIKOTA PONTIANAK PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR : 29 TAHUN 2012 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Oleh : Sri Handayani NIM K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

LEMBARAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas ini akan

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

BAB I PENDAHULUAN. skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan seutuhnya serta masyarakat

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

Kata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya tingkat kesejahteraan menjadi alasan yang sempurna rendahnya

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja KEpala Desa dalam Mendukung Program Wajardikdas 9 Tahun

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2015

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BEASISWA SISWA DAN MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA TIDAK MAMPU

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENANDATANGANAN IJAZAH ATAU SURAT TANDA TAMAT BELAJAR PADA SATUAN PENDIDIKAN FORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agent of change masyarakat bahkan

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR 9 TAHUN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

Transkripsi:

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Hasil Pemetaan dan Pendataan Program Wajar Dikdas di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Garut tanggal 21-22 Agustus 2007 oleh HERNAWAN, S.Pd. NIP 132306424 SEMINAR HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

2 HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT 1 Hernawan, S.Pd. 2 A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat menentukan kualitas masyarakat. Selain itu juga, pendidikan merupakan suatu investasi bagi pembangunan bangsa kita sekarang ini. Dengan kebudayaan yang terus berkembang, maka pendidikan berperan penting dalam menentukan kualitas manusia itu sendiri. Sesuai dengan pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini ditegaskan lebih rinci dalam BAB XII Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: (1). setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan (2). setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Berdasarkan keterangan di atas, maka pemerintah memiliki tanggungjawab yang mendasar untuk mencerdaskan bangsanya seoptimal mungkin. Salah satu kebijakan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dan mendapatkan perhatian khusus adalah penuntasan wajib belajar sembilan tahun, yaitu wajib belajar pada tingkat SD sampai SMP. Pencanangan Wajar Dikdas sembilan tahun merupakan salah satu kegiatan pokok yang terdapat dalam APBN 2001 (Tilaar, 2002:70). Wajar Dikdas sembilan tahun merupakan produk kebijakan publik, sebagai program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan tindakan yang terarah. Adapun landasan kebijakannya berdasarkan Instruksi Presiden No. 1 tahun 1994 yaitu: Wajib Belajar Sembilan Tahun adalah suatu gerakan nasional yang diselenggarakan diseluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia bagi warga negara yang berusia 7-15 tahun untuk mengikuti pendidikan atau pendidikan setara sampai tamat. Hal tersebut tertuang pula dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat (18), pasal 6 Ayat (1) dan pasal 34 Ayat (1). 1 Judul makalah yang disampaikan dalam Seminar Hasil Pemetan dan Pendataan di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Garut tanggal 21-22 Agustus 2007. 2 Dosen FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

3 Penduduk Indonesia saat ini jika dikaji dari pendidikan masih sangat mengkhawatirkan, bahkan dibeberapa wilayah Indonesia tidak sedikit yang masih buta huruf. Banyak sekali alasan yang melatarbelakangi hal ini, baik itu kondisi ekonomi, kurangnya motivasi, letak geografis, ataupun faktor lainnya yang kurang mendukung. Untuk menanggulangi masalah tersebut indonesia menggalakkan wajib belajar sembilan tahun, tapi dalam pelaksanaannya belum optimal dan masih sangat jauh dari harapan. Walaupun demikian program ini masih terus dilaksanakan, dan pemerintah sedang merencanakan untuk meningkatkannya menjadi wajib belajar dua belas tahun. Dengan diadakannya wajib belajar dua belas tahun, diharapkan mutu pendidikan di indonesia menjadi lebih baik. Dalam meningkatn HDI ( Human Development Indeks), salah satu variabel yang mempengarunya adalah pendidikan. Banyaknya persoalan yang menjadi hambatan bagi pembangunan bagsa Indonesia dalm setiap aspek kehidupan, kecenderungan diakibatkan oleh tingkat kompleksitas persoalan pada dunia pendidikan. Salah satu komponen hasil penilaian yang menji indikator sulitnya meningkatkan IPM (Indek Pembangunan Manusia), adalah masih rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murmi (APM), masih rendahnya tingkat rata-rata lama sekolah dan rendahnya kualipikasi hasil lulusan sekolah pada tiap jenjang. Dilihat dari kualitas hasil lulusan pada penguasan dan pemahaman bidangnya, yang akhirnya hasil lulusan tidak memiliki daya saing dan keterampilan, sehingga berdampak pada relevansi pendidikan yang mengkibatkan tingginya angka pengangguran pada masyarakat terpelajar. Masalah tersebut diatas, tentunya mesti diantisipasi dengan resolusi dan revitalisai secara efektif dan efesien. Upaya yang dipandang relevan untuk ditempuh adalah dengan meningkatkan peran peranan masyarakat dalam meningkatkan partisipasi pendidikan yakni; meningkatkan Angka Prtisipasi Kasar (APK) dan Angka Prtisipasi Murni (APM). Secara yuridis sebagi bentuk kejibakan pemerintah yaitu; dengan digulurkannya program wajib belajar sembilan tahun, yang harus menjadi pusat perhatian bersama. Upaya dalam mewujudkan wajib bejar sembilan tahun ditempuh dalam dua jalur

4 pendidikan formal dan non formal. Pada pendidikan formal upaya dalam meningkatkan rata-rata lamasekolah adalah dengan diberlakukannya wajib belajar sebilan tahun yaitu pendidikan dasar diselesai dari kelas (satu) SD sampai dengan kelas (sembilan) atu kelas (tiga) SLTP. Sedang pada pendidikan PLS (Pendidikan Luar Sekolah) yanmg berperan sebagi pengganti dalam pendidikan formal, wajib belajar sembilan tahun diselenggarakan dalam bentuk kejar paket A dan B sebagai bentuk penmyetaraan yang berperan menjadi jalur pendidikan alternatif dari pencapaian pemerataan pendidikan dan peningkatan rata-rata lam sekolah guna tercapainya pembangunan suberdaya manisia yang berkualitas. Pendidikan adalah salah satu unsur vital bagi pembangun bangsa yang harus tetap menjadi prioritas utama karena pendidikan merupakan aset dasar bagi upaya bangsa kita dalam meningkatkan Indek Pembangunan Manusia (IPM). Secara Yuridis dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potrensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sejak dikeluarkannya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang disebutkan dalam BAB IV pasal 6 ayat 1 bahwa Setiap Warga Negara yang Berusia 7 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, maka program pendidikan dasar bagi warga negara Indonesia ditingkatkan dari universal basic education menjadi cumpolsary education. Ini berarti konsekuensinya adalah perlu adanya sanksi bagi yang tidak mau melaksanakan tanggung jawabnya baik bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, orang tua mau pun peserta didik. Pendidikan berlaku bagi seluruh warga negara Indonesia tampa terkecuali bagi unsur dan lapisan masarakat indonesia tertentu. Artinya setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, bahwa pelaksanaan pendidikan dasar menjadi kewajiban pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu penuntasan wajib belajar

5 sembilan tahun perlu kerjasama sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah propinsi dan pemerintah kabupaten /kota. Dan ini dijelaskan juga dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam Pasal 34 (3) bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Ini juga Di pertegas lagi dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Pembangunan Nasional yang menyebutkan bahwa pengembangan pendidikan dilaksanakan selain kerjasama sinergis antara pihak pemerintah juga mengoptimalkan peran serta masyarakat. Dimana di dalam UU Sisdiknas juga yang dinyatakan pada Pasal 8 dijelaskan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Juga dalam Pasal 54 dinyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, Keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. B. Pemetaan Program Wajar Dikdas 1. Profil dan Pemetaan Kecamatan Kersamanah Kecamatan Kersamanah merupakan kecamatan termuda di kabupaten Garut. Kecamatan Kersamanah merupakan hasil pemekaran kecamatan pokok yaitu Kecamatan Cibatu. Kecamatan ini dibentuk sesuai dengan peraturan daerah Kab. Garut Nomor 2 Tahun 2004 tentang pembentukan Kecamatan di Kabupaten Garut yang secara resmi terhitung sejak tanggal 11 Maret 2004. Pemekaran Kecamatan Cibatu tersebut memiliki tujuan, yaitu untuk memperlancar tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan serta meningkatkan pelayanan pada masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Dengan adanya pelaksanaan tugas-tugas diatas, seorang camat yang berperan sebagai perangkat daerah mendapat pelimpahan sebagian wewenang yang diberikan oleh Bupati Garut melalui Surat Keputusan Bupati Garut Nomor 524 tahun 2001. Kecamatan Kersamanah memiliki lima desa dengan jumlah sarana pendidikan yaitu sebagai berikut:

6 1. Desa Kersamanh : Memiliki 5 SD/MI 2 SMP dan 1 SMA 2. Desa Sukamaju : Memiliki 6 SD/MI dan 1 MTs 3. Desa Girijaya : Memiliki 4 SD/MI 1MTs 4. Desa Nanjungjaya : Memiliki 4 SDMI 1 SMP 5. Desa Sukamerang : Memiliki 4 SD 1 SMP Keadaan wilayah atau geografis kecamatan Kersamanah sebagian besar berupa tanah sawah dan yang lainnya berupa tanah daerah yang berbukit, terletak di jalur jalan raya yang menghubungkan kecamatan Limbangan dengan kecamatan baypngbong dan Kabupaten Tasikmalaya. Dengan batas wilayah sebagi berikut : 1. Sebelah Utara : Wado Kabupaten Sumedang 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Cibatu 3. Sebelah Timur : Kecamatan Malangbong 4. Sebelah Barat : Kecamatan Limbangan 1.1. Desa Kersamanah Desa Kersamanah memiliki lima Sekolah Dasar dan satu Madrasah Ibtidaiyah. Sasaran dari pendataan ini adalah siswa kelas 1-6 SD. Dalam program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Wajar Dikdas 9 Tahun), Sekolah Dasar merupakan titik awal dimulainya pendidikan formal bagi anak. Berikut ini adalah hasil analisa terhadap SD yang ada di Desa Kersamanah. a. Analisis Jumlah Siswa SD No. Jumlah Siswa SD/MI/Sederajat Nama Usia 7-12 Dibawah/Diatas SD/MI/Sederajat Seluruhnya th 7-12 th 1 SDN Kersamanah I 324 306 18 2 SDN Kersamanah II 149 139 10 3 SDN Kersamanah III 412 412-4 SDN Kersamanah IV 150 150-5 SDN Kersamanah V 286 286-6 MI Panamur 69 69 - Jumlah 1390 1362 28 Temuan : Rata-rata siswa sekolah dasar berusia 7-12 tahun.

7 Dari enam sekolah tingkat dasar yang terdapat di desa kersamanah terdapat 28 anak atau sekitar 2%-nya berusia di bawah/diatas 7-12 tahun. Dari 9336 jiwa penduduk desa kersamanah 1366 jiwa diantaranya adalah penduduk usia 7-12 tahun. Hal ini berarti seluruh penduduk desa kersamanah yang berusia 7-12 tahun duduk di bangku sekolah. b. Analisis Minat Siswa Kelas 6 SD Melanjutkan ke SMP Angka kelulusan Th 2006/2007 No Nama SD/MI/sdrjt Angka melanjutkan 2006/2007 Melanjutkan ke SMP/MTs/Sdrjt Peserta ujian Lulus Lulus 06/07 orang % orang % 1 SDN Kersamanah I 57 57 100 57 55 96,5 2 SDN Kersamanah 21 21 100 21 21 100 II 3 SDN Kersamanah 73 73 100 73 73 100 III 4 SDN Kersamanah 25 25 100 25 25 100 IV 5 SDN Kersamanah 47 47 100 47 47 100 V 6 MI Panamur 17 17 100 17 17 100 JUMLAH 240 240 100 240 238 Desa Kersamanah merupakan Desa yang memiliki jumlah penduduk usia sekolah yang tergolong banyak dibandingkan dengan desa lain. Temuan : Angka kelulusan untuk tingkat sekolah dasar desa kersamanah mencapai seratus persen. Dari 240 siswa yang lulus SD tahun pelajaran 2006/2007 98,25% diantaranya melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Dari hasil kunjungan ke semua SD dan MI yang ada di Kersamanah ternyata semua siswa kelas 6 memiliki antusias dan minat yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini

8 mengartikan bahwa penduduk Kersamanah telah memahami pentingnya pendidikan dasar demi kelangsungan masa depan putra-putrinya c. Analisis Jumlah SD/MI/Sederajat No. Nama SD/MI/Sederajat Seluruhnya Jumlah Siswa SD/MI/Sederajat Usia 7-12 th Dibawah/Diatas 7-12 th 1 SDN Kersamanah I 324 306 18 2 SDN Kersamanah II 149 139 10 3 SDN Kersamanah III 412 412-4 SDN Kersamanah IV 150 150-5 SDN Kersamanah V 286 286-6 MI Panamur 69 69 - Jumlah 1390 1362 28 Berdasarkan data diatas terdapat lima sekolah dasar dan satu Madrasah Ibtidaiyah di lingkungan Desa Kersamanah. Lima SD tersebut berstatus negeri sedangkan untuk MI berada di bawah Yayasan Pendidikan Islam Kurnia (Yapika). Temuan : Persebaran Siswa Usia 7-12 tahun disetiap SD didesa kersamanah belum merata hal ini tergantung pada jumlah penduduknya disekitar SD tersebut. Pada SDN Kersamanah I, III dan V mengindikasikan bahwa jumlah siswa melebihi kapasitas atau daya tampung ideal ruang kelas yang idealnya setiap kelas berisi 25-30 siswa agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan efektif. Lain halnya dengan MI Panamur yang jumlah siswanya dibawah ratarata jumlah siswa SD yang ada di Kersamanah kebanyakan orang tua di Desa Kersamanah lebih mempercayakan putraputrinya untuk bersekolah di Sekolah Dasar.

9 Alternative Solusi : Penambahan unit kelas baru untuk mencapai daya tampung siswa yang ideal sehingga belajar akan kondusif dengan cara megajukan proposal ke insatansi atau dinas terkait. Pemotivasian kepada orang tua bahwa pembelajaran di madrasah ibtidaiyah tidak jauh beda dengan sekolah dasar biasanya Peningkatan mutu pembelajaran di madrasah ibtidaiyah dan saranaprasarana agar timbul ketertarikan dari masyarakat untuk meyekolahkan anaknya di satuan pendidikan tersebut d. Hasil Perhitungan APK dan APM SD Desa Kersamanah 1. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD Dari data yang telah dikumpulkan, diperoleh : Jumlah siswa di jenjang pendidikan SD : 1390 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun : 1366 Jumlah siswa di jenjang pendidikan SD APK SD = x 100% Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 th 1390 APK SD = x 100% = 101, 76% 1366 Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk tingkat SD sebesar 101,76%. Angka 101,76% ini menunjukkan semua penduduk yang berada pada kelompok usia 7-12 tahun (100%) berada di bangku sekolah, sedangkan sisanya (1,76%) adalah siswa SD yang berada di luar usia resmi SD (7-12 tahun) atau berasal dari luar Desa Kersamanah. Berarti tingkat partisipasi penduduk Desa Kersamanah tergolong tinggi, karena seluruh penduduknya terutama yang ada pada usia 7-12 tahun mengenyam bangku sekolah.

10 2. Angka Partisipasi Murni (APM) SD Dari data yang telah dikumpulkan, diperoleh : Jumlah siswa kelompok usia 7-12 th di jenjang pendidikan SD : 1363 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun : 1366 Jumlah siswa kel. Usia 7-12 th di jenjang pendidikan SD APM SD = x 100% Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 th 1363 APM SD = x 100% = 99,78% 1366 Dari hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa angka partisipasi murni sekolah dasar sebesar 99,78%, berarti tingkat partisipasi masyarakat Kersamanah tergolong tinggi. Hasil Perhitungan APK dan APM SMP/MTs/Sederajat 1. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/sederajat Dari data yang telah dikumpulkan, diperoleh : Jumlah siswa di jenjang pendidikan SMP : 571 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun : 579 Jumlah siswa di jenjang pendidikan SMP APK SMP = x 100% Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 th 571 APK SMP = x 100% = 98,62% 579 Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa APK untuk tingkat SMP di Kersamanah sebesar 98,62%. Artinya tingkat partisipasi penduduk Kersamanah untuk tingkat SMP tergolong tinggi. 2. Angka Partisipasi Murni (APM) SD Dari hasil pendataan diperoleh data sebagai berikut : Jumlah siswa kelompok usia 13-15 th di jenjang pendidikan SMP : 565 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun : 579

11 Jumlah siswa kel. Usia 13-15 th di jenjang pendidikan SMP APM SMP = x 100% Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 th 565 APM SMP = x 100% = 97,58% 579 Dari perhitungan di atas terlihat bahwa APM penduduk Kersamanah yang termasuk usia resmi SMP terutama 13-15 tahun termasuk tinggi karena tingginya persentase hasil perhitungan APM sebesar 97,58%. Kersamanah memiliki APK dan APM yang sempurna untuk tingkat SMP, perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkannya hingga mencapai 100%. Gambar 1. Pemetaan Wajar Dikdas 9 Tahun Desa Kersamanah MTsN I Kersamana h SD IV SMPN I Kersamana h SD III SMP PGRI Kurnia SD II SD I MI PAN Area Desa SD V