BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 TOLERANSI PENGUNJUNG DAN WISATAWAN TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

GAMBAR 6.1 KOMPOSISI PENGUNJUNG YANG DATANG DAN TERDAPAT DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Tabel 1.1 Wilayah Segmentif Wisata Belanja Jenis Wisata Wilayah Segmentif

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu

KAJIAN PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUCTION DEPLOYMENT (QFD)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

Bab III Gambaran Umum Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahendra Andry Irawan, 2015

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

OPTIMALISASI PRODUK PARIWISATA PERKOTAAN SESUAI TREN PARIWISATA BERTANGGUNGJAWAB (RESPONSIBLE TOURISM) DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Pariwisata Kota Bandung Kota Bandung dikenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

PAKET WISATA BANDUNG BIL ITIHAD MANDIRI

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

Imperialisme Baru dan Ketergantungan dalam Pembangunan Kepariwisataan Indonesia: Studi Kasus Pariwisata di Kota Bandung Oleh: Dieny Ferbianty Sekilas

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata saat ini merupakan industri terbesar di dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

Denpasar, Juli 2012

PENGEMBANGAN WISATA KOTA SEBAGAI PARIWISATA MASA DEPAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menarik wisatawan datang ke kota ini. Selain itu Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SI-40Z1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL BARANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini kota Bandung menjadi salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Cara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Membangun Wilayah yang Produktif

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB 3 GAMBARAN UMUM PARIWISATA KOTA BANDUNG Pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang telah menjadi suatu industri dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota Bandung. Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan wisata utama di Wilayah Jawa Barat bagi wisatawan dari wilayah sekitarnya maupun dari mancanegara. Selain itu berbagai faktor seperti faktor posisi Kota Bandung sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian, pusat perdagangan dan industri atau dapat dikatakan sebagai pusat kegiatan jasa dan kegiatan perekonomian Jawa Barat, serta kondisi geografis Kota Bandung mendukung Kota Bandung untuk menjadi salah satu tujuan wisata utama di Jawa Barat. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Kota Bandung dapat berkembang sebagai kota jasa dan pariwisata. (RIPPDA Kota Bandung 2006) 3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Potensi Pariwisata Kota Bandung Kota Bandung dapat dikatakan sebagai kota yang merupakan tujuan utama wisata yang memiliki banyak faktor penarik bagi wisatawan (pull factor) yang merupakan potensi pengembangan pariwisata yang dimiliki Kota Bandung. Identifikasi potensi produk pariwisata di Kota Bandung dapat dipisahkan kedalam tiga komponen, yaitu daya tarik wisata, amenitas dan aksesibilitas. Berikut ini akan dijelaskan mengenai masing-masing komponen potensi produk wisata di Kota Bandung. 3.1.1.1 Potensi daya tarik wisata (Attraction) Berdasarkan kondisi pariwisata dan pola pengembangan perkotaannya, Kota Bandung dapat diklasifikasikan sebagai destinasi pariwisata urban tourism dengan berbagai variasi dari potensi daya tarik wisata alam, budaya, buatan dan berbagai kegiatan lainnya. Tipologi potensi daya tarik wisata di Kota Bandung dapat dilihat pada TABEL III-1 berikut ini.

TABEL III-1 TIPOLOGI POTENSI DAYA TARIK WISATA KOTA BANDUNG No Jenis Daya Tarik a. Heritage ( Peninggalan Sejarah) b. Belanja dan Kuliner c. Pendidikan d. Rekreasi dan Hiburan (Alam, Budaya, Buatan) e. MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006 Berikut ini akan diuraikan mengenai potensi daya tarik wisata yang terdapat di Kota Bandung. a. Heritage. heritage yang terdapat di Kota Bandung didominasi oleh pengaruh peninggalan budaya asing akibat penjajahan, khususnya peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Potensi pengembangan wisata heritage di Kota Bandung dapat dilihat dengan banyaknya tempattempat yang bias dikunjungi seperti kawasan-kawasan yang memiliki nilai-nilai sejarah kolonial dan pecinan yang ditandai dengan karakteristik fisik bangunan di kawasan-kawasan tersebut. Kawasan-kawasan di Kota Bandung yang memiliki potensi daya tarik wisata heritage antara lain terdapat pada kawasan pemerintahan dan perkantoran seperti pada ruas jalan Asia Afrika-Braga-Cikapundung, kawasan militer seperti yang terdapat pada gedung Kodam Siliwangi yang terdapat pada Jalan Aceh, kawasan pemukiman seperti yang terdapat pada wilayah Cipaganti-Dago- Riau dan kawasan perdagangan seperti pada ruas Jalan Otista dan Gardu Jati. Dalam pengembangan potensi wisata heritage ini, terdapat berbagai hambatan, yaitu tingginya tingkat perubahan guna lahan dari bangunan-bangunan tua dan bersejarah menjadi lahan komersial dan perdagangan, seperti tingginya tingkat perubahan guna lahan pemukiman

di kawasan Jalan Dago maupun pada kawasan Jalan Riau menjadi kawasan perdagangan dan kegiatan ekonomi seperti Factory Outlet. b. Pendidikan. pendidikan merupakan salah satu jenis daya tarik wisata yang mulai digemari oleh masyarakat, khususnya akan kebutuhan mengenai pendidikan yang bersifat outdoor dan berbagai fasilitas penunjang aktivitas wisata pendidikan yang telah terdapat di Kota Bandung. Berbagai objek wisata penunjang kegiatan pendidikan yang terdapat di Kota Bandung antara lain adalah daya tarik wisata museum (museum Geologi, museum Konferensi Asia Afrika, dan museum Pos, dll), berbagai institusi pendidikan (ITB, Universitas Padjajaran, Universitas Parahayangan, dll), pondok pesantren (Daarut Tauhid) dan taman kota (Taman lalu lintas, Gasibu, Kebun Binatang, dll). c. Belanja dan Kuliner. Kegiatan wisata belanja dan kuliner dapat dikatakan menjadi daya tarik utama bagi pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Jenis wisata belanja yang marak ada di Kota Bandung yang menjadi daya tarik seperti Factory Outlet yang berada pada kawasan Jl. Dago dan Jl. Riau, kawasan pusat perbelanjaan lain seperti Cihampelas dan Alun-alun Kota Bandung. Untuk keberadaan Factory Outlet, saat ini telah terdapat sedikitnya sekitar 39 unit, sedangkan untuk kegiatan wisata kuliner, keberadaan rumah makan dan restoran cenderung tersebar di Kota Bandung dengan jumlah restoran mencapai 96 unit dan rumah makan sebanyak 190 unit. Kegiatan wisata belanja dan kuliner di Kota Bandung dirasa perlu memperhatikan berbagai infrastruktur pendukung kegiatan tersebut, karena kegiatan wisata belanja di Kota Bandung telah memberikan dampak yaitu kemacetan di daerah pemusatan kegiatan wisata belanja dan kuliner. Pemusatan kegiatan wisata belanja tersebut juga menimbulkan berbagai dampak bagi industri-industri wisata belanja lainnya seperti kawasan belanja Cibaduyut dan Alun-alun yang sekarang telah sepi dari

pengunjung karena kalah oleh kegiatan wisata belanja di kawasan Bandung Utara. (RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013) Kegiatan wisata belanja dan kuliner juga didukung oleh bertambahnya pusat perbelanjaan seperti mall, hypermarket dan plaza yang memberikan berbagai fasilitas penunjang yang lebih lengkap yang dirasa akan semakin menarik wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata belanja dan kuliner dan dapat mengembalikan citra Kota Bandung sebagai kota fashion dan cuisine. Hal tersebut dapat menggambarkan sedikit mengenai pentingnya berbagai sarana prasarana yang dapat menunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung, seperti ketersediaan lahan parkir. d. Rekreasi dan Hiburan Posisi Kota Bandung yang cukup dekat dengan Jakarta menjadikan Kota Bandung sebagai salah satu daerah tujuan utama bagi warga Jakarta yang ingin berekreasi guna melepaskan segala kepenatan kerja dan aktifitas sehari-hari, khususnya setelah dibangunnya akses yang memudahkan wisatawan untuk pergi menuju Kota Bandung. Oleh karena hal tersebut, maka Kota Bandung sangat berpotensi sebagai destinasi wisata utama bagi warga Jakarta. Untuk kegiatan rekreasi dan hiburan di Kota Bandung sendiri lebih banyak merupakan jenis wisata buatan, bukan jenis wisata alam, yaitu seperti kolam renang, berbagi pusat perbelanjaan, Factory Outlet. Untuk kegiatan hiburan yang berupa wisata budaya, wisatawan dapat menikmati berbagai jenis kegiatan di Saung Angklung Mang Udjo. Selain itu, Kota Bandung juga memiliki berbagai jenis wisata religi seperti berbagai tempat peribadatan (Mesjid Agung, Gereja Katedral, dll). Peluang Kota Bandung sebagai salah satu wadah budaya dan kesenian sunda perlu dikembangkan dan diberi perhatian lebih, mengingat Kota Bandung sebagai pusat distribusi wisatawan di Jawa Barat.

e. MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) Potensi jenis wisata MICE di Kota Bandung cukup besar, terutama dalam skala kecil. Hal tersebut didukung oleh tersedianya berbagai sarana prasarana pendukung seperti aksesibilitas, jaringan telekomunikasi, sarana dan prasarana transportasi, gedung konfrensi, dll. Salah satu bentuk kegiatan MICE yang berskala internasional yang pernah diadakan di Kota Bandung adalah Konferensi Asia Afrika yang dihadiri oleh berbagai Negara sahabat Indonesia yang diadakan di Gedung Asia Afrika. Sesuai dengan visi misi Kota Bandung, maka pengembangan jenis wisata MICE perlu lebih diperhatikan guna memperkuat visi dan misi Kota Bandung tersebut. 3.1.1.2 Potensi amenitas Dalam pengembangan suatu kota, baik itu secara keseluruhan maupun pengembangan per sektor seperti pariwisata, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sangat diperlukan. Ketersediaan amenitas tersebut berperan sebagai infrastruktur pendukung pengembangan sektor pariwisata. Untuk ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwista di Kota Bandung sendiri dapat dikatakan cukup penting. Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung seperti akomodasi masih dianggap dapat mencukupi permintaan kebutuhan wisatawan, namun pada beberapa waktu tertentu seperti pada waktu long weekend, banyak hotel di Kota Bandung yang telah penuh. Untuk sarana kuliner, makin banyaknya café, restoran, warung tenda menandakan makin banyaknya pilihan makanan dan minuman yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Untuk ketersediaan sarana pengelola wisata, ketersediaan biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata dapat dimanfaatkan oleh wisatawan guna mempermudah wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara dalam berwisata di Kota Bandung. Untuk sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata lain di Kota Bandung, ketersediaannya dapat dikatakan sudah mencukupi, namun ada beberapa fasilitas yang dirasa masih

kurang, yaitu ketersediaan prasarana parkir, baik prasarana parkir di masingmasing objek wisata maupun prasarana parkir komunal atau gedung parkir umum khususnya di wilayah objek wisata di Kota Bandung. Saat ini, ketersediaan prasarana gedung parkir umum hanya tersedia di pusat perbelanjaan dan ketersediaan lahan parkir belum terdapat diseluruh pusat-pusat kegiatan wisata. Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung akan dijelaskan kemudian. 3.1.1.3 Potensi aksesibilitas Ketersediaan aksesibilitas yang cukup baik bagi perjalanan wisata ke Kota Bandung ditandai dengan tersedianya berbagai jenis prasarana transportasi pendukung seperti lapangan terbang, stasiun kereta api dan terminal bus. Jenis transportasi yang biasa digunakan dalam perjalanan wisata ke Kota Bandung adalah transportasi darat, seperti kereta api, kendaraan pribadi, bus dan travel. Cepatnya perkembangan jasa transportasi di Kota Bandung dapat dilihat dari banyaknya perusahaan jasa angklutan travel antar kota yang memudahkan perjalanan para wisatawan. Perkembangan jasa travel tersebut didukung lagi oleh tersedianya jalan tol Purbaleunyi. Pembangunan jalan tol Purbaleunyi telah memberikan dampak secara signifikan bagi kualitas aksesibilitas menuju Kota Bandung. Dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan yang memanfaatkan jasa jalan tol Purbaleunyi untuk melakukan perjalanan wisata ke Kota Bandung. Untuk jenis transportasi yang biasa digunakan dalam perjalanan wisatawan di Kota Bandung sendiri antara lain adalah kendaraan pribadi, taksi, dan angkutan kota. Untuk jumlah kendaraan pribadi yang datang ke Kota Bandung yang melewati gerbang tol Pasteur adalah sebanyak 7 juta unit kendaraan. (Bandung Dalam Angka) Arus deras kendaraan meningkat dengan tajam pada akhir pekan atau pada masa liburan. Kelengkapan sarana transportasi di Kota Bandung masih dapat dikatakan kurang, dapat dilihat dari rendahnya kualitas dari angkutan-angkutan umum dan kurangnya ketersediaan halte-halte serta sarana parkir. Selain memiliki berbagai potensi internal yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu daya tarik, amenitas dan aksesibilitas, pengembangan

pariwisata di kota Bandung juga memiliki potensi lain yang dapat mendukung pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, yaitu potensi pasar. Potensi pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung tidak dapat dipisahkan oleh kondisi pasar. Jenis pariwisata baru (experience) dan pariwisata konvensional (leisure) dapat berkembang secara proporsional di Kota Bandung. Potensi pasar yang besar yang dimiliki Kota Bandung dapat dilihat dari tingginya jumlah wisata yang datang ke Kota Bandung. Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006, jumlah wisatawan yang menginap ke Kota Bandung hingga tahun 2005 mencapai jumlah 1.837.500 jiwa wisatawan nusantara dan 91.350 wisatawan mancanegara dengan persentase pertumbuhan jumlah kunjungan mencapai 9,5% untuk wisatawan nusantara dan 6% untuk wisatawan mancanegara. 3.1.2 Sarana Prasarana Penunjang Pariwisata Kota Bandung Tidak diragukan lagi bahwa pengembangan pariwisata berkaitan erat dengan kelengkapan infrastruktur perkotaan seperti kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata. Sebagai sebuah kota besar dengan salah satu tujuan wisata, maka ketersediaan infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung dirasa menjadi elemen utama dalam pengembangan pariwisata di Kota Bandung. Namun, ketersediaan dan penyediaan infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung masih dirasa kurang dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat Kota Bandung secara umum, dan khususnya untuk memenuhi kebutuhan para pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Berbagai masalah yang timbul yang berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur dapat dilihat jelas pada akhir minggu atau weekends dan pada hari-hari libur. Dimana ketersediaan infrastruktur penunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung (supply) dirasa tidak dapat mengimbangi kebutuhan para wisatawan yang datang ke Kota Bandung (demand). Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan sarana prasarana yang terjadi di Kota Bandung berdasarkan RTRW Kota Bandung Tahun 2003-2013 antara lain adalah sebagai berikut:

Terjadinya kesenjangan yang cukup besar antara permintaan (supply) prasarana oleh pemerintah daerah yang masih sangat kurang dibandingkan dengan permintaan (demand) masyarakat akan prasarana perkotaan. Level Of Services penyediaan prasarana kota antara yang direncanakan dalam RUTR Kota Bandung yang melayani rata-rata 80% penduduk kota dalam kenyataannya mengalami penurunan hingga 70% yang antara lain disebabkan oleh berbagai hal seperti pembiayaan, perencanaan, pengelolaan, kelembangaan, kualitas prasarana dan aspek lokasi. Hal tersebut dapat terjadi karena yang menggunakan berbagai sarana tersebut bukan hanya penduduk Kota Bandung saja, melainkan pengunjung yang datang ke Kota Bandung baik pada waktu weekdays maupun pada waktu weekends sehingga seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas. Masalah sarana sosial, pendidikan, kesehatan, prasarana hiburan, kuburan, taman kota kurang mendapat perhatian khusus dalam RUTR Kota Bandung. Dikaitkan dengan kegiatan pariwista yang terdapat di Kota Bandung, maka ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung antara lain: Hotel Hotel yang terdapat di Kota bandung, terdiri dari berbagai tipe mulai dari hotel melati hingga hotel berbintang. wan nusantara yang menginap di Kota Bandung dengan tingkat daya beli yang relatif beraneka ragam, dapat memanfaatkan jasa hotel melati maupun hotel berbintang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki wisatawan tersebut. Beragamnya jenis hotel atau penginapan di Kota Bandung memungkinkan pengunjung untuk lebih memilih hotel/penginapan yang sesuai dengan budget yang dimiliki. Restoran/rumah makan Dengan dijulukinya Kota Bandung sebagai kota fashion and cuisine, maka otomatis kegiatan jasa yang bergerak dalam bidang kuliner sangat banyak dan beragam. Dalam hal ini, keanekaragaman kuliner merupakan

salah satu daya tarik yang dimiliki Kota Bandung dalam menarik wisatawan untuk datang dan menikmati Kota Bandung. Pusat Perbelanjaan Pusat perbelanjaan yang terdapat di Kota Bandung dapat dikatakan bervariasi, tidak hanya terpaku pada ketersediaan mall yang biasa terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Di Kota Bandung, salah satu bentuk sarana perbelanjaan yang menjadikan Kota Bandung sebagai daya tarik bagi wisatawan adalah keberadaan Factory Outlet selain berbagai sarana belanja berupa mall yang memiliki daya tarik tersendiri. Untuk jenis sarana perbelanjaan Factory Outlet dan Mall, wistawan yang menggunakan sarana tersebut lebih kepada wisatawan yang memiliki kemampuan lebih, walaupun untuk menikmati kenyamanan yang diberikan tidak harus mengeluarkan biaya. Sistem Transportasi Transportasi di Kota Bandung terbagi menjadi sistem transportasi jalan raya, rel, dan transportasi udara. Untuk pergerakan di Kota Bandung, sistem pergerakan untuk masyarakat Kota Bandung lebih mengarah pada kawasan-kawasan di pusat kota seperti Diponegoro, Asia Afrika, Dewi Sartika, Merdeka, Dago, Riau dan berbagai daerah lainnya karena terdapat arus masuk dari wilayah luar Kota Bandung, khususnya saat akhir pekan dengan tujuan melakukan pergerakan untuk berwisata maupun hanya untuk lewat (trough traffic). Dalam hubungannya dengan pergerakan di dalam maupun luar Kota Bandung, pengaruh rel atau kereta api cukup besar dimana menjadi salah satu moda transportasi utama bagi penduduk yang ingin melakukan mobilisasi salam skala regional selain dengan bus. Keberadaan jasa angkutan travel juga menjadi salah satu pendorong perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung dimana banyak wisatawan yang datang ke Kota Bandung dengan memanfaatkan jasa travel tersebut.

Pola jaringan tranportasi di Kota Bandung memiliki beberapa karakteristik tertentu. Pola jaringan transportasi di Kota Bandung berdasarkan RTRW Kota Bandung tahun 2003-2013 antara lain adalah sebagai berikut: a. Pola jaringan jalan cenderung membentuk pola kombinasi radial konsentris sesuai dengan pola guna lahannya dengan beberapa poros utama kota, serta pada sebagian besar ruas jalan utama terdapat interaksi (simpangan) dengan jarak antar persimpangan yang cukup dekat. b. Pola jaringan pada kawasan perluasan (internal kota) pola radial untuk mengarahkan arus pergerakan tidak melalui pusat kota c. Pola jaringan pada kawasan pinggiran (luar kota) dilayani dengan jaringan jalan tol untuk memisahkan arus pergerakan regional tidak bercampur dengan pergerakan internal kota. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, pola jaringan jalan di Kota Bandung belum dapat mendukung perkembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari seringnya terjadi kemacetan lalu lintas karena berlebihnya kapasitas jalan, khususnya di kawasan wisata. Jaringan jalan di Kota Bandung sendiri terdiri dari jaringan jalan primer untuk lalu lintas regional dan antar kota serta jaringan jalan sekunder yang dugunakan untuk melayani pergerakan di dalam kota. Sampai tahun 2005, total jalan di Kota Bandung mencapai 1.221.69 km. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sarana transportasi di Kota Bandung belum terlalu mencukupi. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya ketersediaan prasarana parkir yang disediakan oleh tempat-tempat kegiatan baik kegiatan pariwisata meupun kegiatan lainnya. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya kapasitan yang dimiliki oleh ruas jaln tersebut karena biasanya terdapat on street parking yang seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas. Untuk lokasi prasarana parkir gedung yang dapat menampung parkir kendaraan dalam jumlah besar, hanya dimiliki oleh pusatpusat perbelanjaan dan tidak digunakan secara khusus untuk memfasilitasi kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat

dilihat panjang jalan di Kota Bandung dan jumlah prasarana parkir yang tersedia di Kota Bandung. TABEL III-2 PANJANG JALAN, JUMLAH FASILITAS PARKIR DAN JUMLAH KENDARAAN MASUK KOTA BANDUNG TAHUN 2003-2006 Tahun Panjang Jalan (km) Fasilitas Parkir Jalan Umum Jumlah Kendaraan Datang ke Kota Bandung 2002 1,103.71 n/a n/a 2003 1,103.71 246 n/a 2004 1,221.69 245 6.995.187 2005 1,221.69 238 7.814.355 Sumber: Bandung Dalam Angka Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan pertambahan jumlah kendaraan yang masuk ke Kota Bandung dari tahun ke tahun, namun peningkatan jumlah kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan fasilitas pendukung seperti panjang jalan dan ketersediaan fasilitas parkir seperti terlihat pada tabel diatas. Grafik mengenai panjang jalan dan jumlah tempat parkir umum dapat dilihat pada grafik berikut ini. GAMBAR 3.1 PANJANG JALAN DI KOTA BANDUNG 1,250.00 1,200.00 1,150.00 1,100.00 1,050.00 1,000.00 2002 2003 2004 2005 Panjang Jalan Sumber : Bandung Dalam Angka Dari grafik di atas dapat diihat bahwa terjadi kenaikan jumlah panjang jalan di Kota Bandung antara tahun 2003 dan 2004, namun pada tahun 2005, panjang jalan di Kota Bandung belum bertambah. Panjang jalan di Kota Bandung

dirasa masih belum dapat melayani kebutuhan masyarakat Kota Bandung maupun kebutuhan pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota Bandung. Hal tersebut dapat dilihat dari seringnya terjadi kemacetan lalu lintas khususnya pada waktu akhir pekan. Saat ini, yang menggunakan prasarana jalan raya bukan hanya masyarakat Kota Bandung saja, melainkan wisatawan yang datang ke Kota Bandung dalam jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu, pada akhir pekan maupun pada hari-hari libur, kemacetan lalu lintas dapat terjadi karena kapasitas jalan yang ada tidak dapat menampung kendaraan masyarakat Kota Bandung dan wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada akhir pekan. TABEL III-3 JUMLAH LOKASI PARKIR UMUM DI KOTA BANDUNG Jenis Parkir Tahun 2003 2004 2005 2006 Parkir Jalan Umum 227 226 222 222 Pelataran Parkir 3 3 2 2 Parkir Gedung 16 16 14 14 Sumber : Hasil Analisis 2008 Untuk ketersediaan fasilitas parkir, berdasarkan Bandung Dalam Angka Tahun, Kota Bandung memiliki sekitar 238 lokasi parkir umum pada tahun 2006. Jumlah lokasi parkir umum di Kota Bandung pada tahun 2003-2006 mengalami penurunan. Lokasi parkir umum yang terdapat di Kota Bandung terdiri dari parkir di jalan (on street parking), gedung parkir dan pelataran parkir. Penurunan jumlah lokasi parkir dapat dikarenakan larangan parkir di pinggir jalan, penggunaan lahan parkir untuk kepentingan lain, maupun perubahan guna lahan yang terjadi yang mengganti lahan parkir menjadi fungsi lainnya. Untuk berbagai objek wisata seperti wisata belanja dan wisata kuliner, biasanya setiap objek wisata memiliki pelataran parkir sendiri, namun kapasitasnya tidak semua dapat menampung kendaraan wisatawan yang datang. Hal tersebut dapat menjadi permasalahan karena semakin sulit wisatawan untuk mendapatkan parkir, maka jumlah

kendaraan yang berada di jalan raya akan menjadi besar dan akan menimbulkan kemacetan lalu lintas karena jalan tersebut tidak dapat menampung kapasitas gabungan kendaraan masyarakat Kota Bandung maupun kendaraan wisatawan. Selain itu, minimnya ketersediaan prasarana gedung parkir dan pelataran parkir umum di kawasan pemusatan objek wisata menjadi isu utama yang menyebabkan kemacetan lalu lintas pada ruas jalan tersebut, karena banyak kendaraan yang mengantri untuk mencari parkir dan menimbulkan hambatan yang cukup besar. Jalan raya dan ketersediaan berbagai sarana prasarana merupakan elemen utama dalam pengembangan kepariwisataan, apabila melihat dari konsep destinasi yang diutarakan oleh Gunn. Jalan raya tercakup dalam aksesibilitas, baik antara daerah di sekitar Kota Bandung, maupun antar tujuan wisata di Kota Bandung. Sedangkan ketersediaan sarana prasarana akan berpengaruh kepada kenyamanan yang akan dirasakan oleh pengunjung dan wisatawan yang datang ke Kota Bandung, maupun oleh penduduk Kota Bandung itu sendiri. Selain beberapa sarana dan prasarana dasar yang telah dijelaskan di atas, Kota Bandung memiliki berbagai sarana penunjang kegiatan pariwisata lainnya. Berdasarkan www.bandungtourism.com, sarana dan prasarana yang dimaksud yang terdapat di Kota Bandung adalah sebagai berikut: 55 Hotel berbintang ( 4.511 kamar ) 171 Hotel melati ( 3.359 kamar ) 96 Restoran 190 Rumah makan 238 Usaha hiburan 132 Usaha Perjalanan 12 Agen Perjalanan 3 Penyelanggara MICE 1 Konsultan Pariwisata Selain berbagai jenis sarana dan prasarana tersebut yang menunjang kegiatan pariwisata di Kota Bandung, terdapat pula berbagai jenis usaha pariwisata yang saling berkaitan dengan kegiatan pariwisata di Kota Bandung. Berdasarkan Page dalam Urban Tourism, yang menjadikan sebuah kota menjadi daya tarik seperti

Kota Bandung adalah ketersediaan sarana dan prasarana pelengkap dan pendukung kegiatan pariwisata. 3.1.3 wan di Kota Bandung Sebagai salah satu kota tujuan wisata skala nasional, Kota Bandung tentu saja memiliki berbagai macam tipe wisatawan. Berdasarkan WTO, wisatawan digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu pengunjung domestik dan pengunjung internasional. Untuk wisatawan yang datang ke Kota Bandung, dapat pula dikategorikan berdasarkan pengertian dari WTO tersebut, yaitu wisatawan baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara dimana wisatawan merupakan pengunjung yang datang dan menginap di Kota Bandung. Kelompok yang ketiga adalah para day tripper, yaitu para pengunjung datang datang dan melakukan aktivitas di Kota Bandung dalam waktu kurang dari 24 jam. Pengunjung yang datang ke Kota Bandung untuk berbagai keperluan didominasi oleh wisatawan nusantara maupun day tripper yang berasal dari daerah-daerah di sekitar Kota Bandung. Kota Bandung tidah hanya menarik pengunjung yang berasal dari daerah sekitar Kota Bandung, namun daya tarik yang dimiliki oleh Kota Bandung mampu menarik wisatawan dari Jawa, luar Jawa, bahkan wisatawan mancanegara. Berdasarkan WTO, wisatawan domestik sendiri terdiri dari beberapa jenis wisatawan, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dan menginap di Kota Bandung, serta wiatawan yang melakukan perjalanan wisata dan tidak menginap di Kota Bandung. wan yang melakukan perjalanan dan menginap di Kota Bandung biasanya berasal dari kota-kota lain di sekitar Bandung seperti Jabodetabek, bahkan para wisatawan dari Yogyakarta maupun daerah lain. wan yang melakukan perjalanan wisata tetapi tidak menginap, lebih didominasi oleh wisatawan yang datang dari daerah-daerah sekitar Kota Bandung seperti Cimahi, Subang, Sumedang, Soreang, dan daerah lain di sekitar Kota Bandung yang masih memiliki jarak tempuh yang cukup dekat. Kegiatan pariwisata di Kota Bandung diharapkan dapat terus berkembang. Salah satu cara untuk melihat perkembangan pariwisata Kota Bandung adalah melihat kecenderungan pertambahan wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada

beberapa tahun ke depan. Proyeksi jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung dapat dilihat pada TABEL III-4 berikut ini. TABEL III-4 PROYEKSI JUMLAH WISATAWAN YANG DATANG KE KOTA BANDUNG TAHUN 2006-2010 Tahun wan Nusantara wan Mancanegara 2006 2.012.063 96.831 2007 2.203.208 102.641 2008 2.412.513 108.799 2009 2.641.702 115.327 2010 2.292.664 122.247 Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, wisatawan yang datang ke Kota Bandung terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara (wisman). Untuk wisatawan nusantara, wisatawan yang datang ke Kota Bandung masih didominasi oleh wisatawan dari wilayah sekitar Kota Bandung seperti Jabodetabek apalagi setelah dibukanya akses melalui jalan Tol Purbaleunyi yang memudahkan akses menuju Kota Bandung dan wisatawan lainnya yang berasal dari kabupaten/kota lain di Jawa Barat. Selain itu, wisatawan nusantara yang datang ke Kota Bandung juga ada yang berasal dari daerah lain di luar Jawa Barat seperti Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur maupun dari daerah lain di luar pulau Jawa. Untuk wisatawan mancanegara, wisatawan yang datang ke Kota Bandung masih didominasi oleh wisatawan asal Eropa Barat seperti Belanda, Jerman, Inggris, dan Perancis. Khusus untuk wisatawan yang berasal dari macanegara, perjalanan pariwisata ke Kota Bandung bukanlah merupakan tujuan utama, tetapi merupakan bagian dari rangkaian kunjungan wisata ke Indonesia selain Yogyakarta dan Bali. Ketersediaan bandar udara (airport) juga sangat membantu arus wisatawan mancanegara yang datang ke Kota Bandung yaitu dengan dibukanya jalur penerbangan langsung dari Malaysia dan Singapura ke Kota Bandung. Berikut ini dapat dilihat gambar pola perjalanan wisatawan dari luar Kota Bandung.

GAMBAR 3.2 POLA PERJALANAN WISATAWAN NUSANTARA KE KOTA BANDUNG WISATAWAN NUSANTARA JABODETABEK KOTA CIMAHI KAB. SUBANG CIREBON, DLL KOTA BANDUNG KAB. SUMEDANG KAB. BANDUNG KAB. GARUT JAWA TENGAH, DLL Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006 GAMBAR 3.3 POLA PERJALANAN WISATAWAN MANCANEGARA KE KOTA BANDUNG WISATAWAN MANCANEGARA wan ke Indonesia Malaysia, SIngapura Jakarta Bandung Yogyakarta, Bali Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006 Pola perjalanan wisata dari wisatawan yang datang ke Kota Bandung cenderung berbeda antara wisatawan nusantara dengan wisatawan mancanegara. Untuk wisatawan nusantara, wisatawan yang datang cenderung menggunakan kendaraan pribadi, khususnya yang datang dari arah Jabodetabek karena segmentasi wisatawan yang datang ke Kota Bandung banyak yang menggunakan mobil. Hal tersebut disebabkan oleh mudahnya akses untuk mencapai Kota

Bandung, apalagi setelah dibangunnya jalan Tol Purbaleunyi. Hal tersebut juga mendukung Kota Bandung menjadi daerah tujuan wisata utama bagi daerahdaerah di sekitar Kota Bandung. wan nusantara yang datang ke Kota Bandung datang baik secara individual, keluarga maupun dengan rombongan. Untuk wisatawan yang berasal dari mancanegara, Kota Bandung bukanlah merupakan daerah tujuan akhir wisata. Kedatangan wisatawan mancanegara tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan paket perjalanan wisata ke Indonesia seperti ke Yogyakarta dan Bali. wan yang datang ke Kota Bandung sendiri, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara memiliki segmentasi berdasarkan berbagai aspek. Berikut ini dapat dilihat segmentasi pasar wisatawan yang datang ke Kota Bandung pada TABEL III-5 dan TABEL III-6 baik wisatawan nusantara maupun wusatawan mancanegara.

TABEL III-5 SEGMENTASI PASAR WISATAWAN NUSANTARA DI KOTA BANDUNG Aspek Deskripsi Aspek Geografis (Geographic Segmenting) Aspek Demografis (Demographic Segenting) Aspek Psikologis (Psychographic Segmenting) Perilaku Berwisata (Behavioristic Segmenting) Wistawan asal daerah sekitar Kota Bandung (Kab. Bandung, Sumedang, Subang, Garut, Purwakarta, Cianjur, dan Kota Cimahi. wan asal Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) wan asal kabupaten / kota lainnya di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogjakarta. wan remaja wan keluarga Cenderung memiliki edukasi yang baik Memiliki daya beli yang bervariasi, mulai dari yang membatasi diri dalam berbelanja maupun yang memiliki kebebasan dalam berbalanja Mayoritas bertujuan untuk melakukan rekreasi, sebagian besar melakukan bisnis dan MICE Telah menjadikan Kota Bandung sebagai daerah tujuan utama wisata mereka Kota Bandung telah ditetapkan sebagai wisata perkotaan (belanja dan kuliner) dan wisata alam pegunungan Sebagian besar wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi, namun cukup signifikan yang menggunakan kendaraan umum Lama tinggal kurang dari 1 hari, dan 1-2 hari Untuk wisatawan yang menginap, cenderung menggunakan hotel baik itu hotel melati maupun hotel berbintang Sifat kunjungan cenderung individual dan berkelompok Pengunjung repeater jumlahnya cukup banyak Adanya keinginan dari wisatawan untuk mendapatkan pilihan wisata yang memberikan pengetahuan dan pengalaman yang dikemas secara menarik Menikmati keanekaragaman pilihan cinderamata asal Kota Bandung baik berupa barang maupun berupa makanan Kurangnya apresiasi terhadap atraksi budaya sunda karena keterbatasan akan atraksi budaya yang ditawarkan Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006 TABEL III-6 SEGMENTASI PASAR WISATAWAN MANCANEGARA DI KOTA BANDUNG Aspek Aspek Geografis (Geographic Segmenting) Aspek Demografis (Demographic Segenting) Aspek Psikologis (Psychographic Segmenting) Perilaku Berwisata (Behavioristic Segmenting) Deskripsi Sebagian besar wisatawan berasal dari Eropa Barat, dan kini mulai berkembang untuk wisatawan dari Malaysia dan Singapura Wistawan usia remaja dan dewasa Memiliki edukasi yang baik Memiliki daya beli yang tinggi Mayoritas bertujuan untuk rekreasi dan sebagian untuk nostalgia Lama tinggal 1-2 hari Membutuhkan hotel berbintang Mayoritas menggunakan biro perjalanan wisata dan mengikuti program kunjungan ke beberapa daerah seperti Jawa dan Bali Apresiasi terhadap budaya Sunda dan keindahan alam tinggi Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006

wan yang datang ke Kota Bandung pasti memiliki tempat tujuan wisata untuk dikunjungi. Terdapat 15 kantong-kantong wisata atau kawasan wisata yang dapat dikunjungi wisatawan di Kota Bandung. Kantong-kantong atau kawasan-kawasan wisata yang dimaksud adalah sebagai berikut: Gegerkalong Setiabudi Sukajadi Sarijadi Setrasari Pasteur Cihampelas Cipaganti Alun alun Sudirman Otista Gardujati Pasirkaliki Dago Utara Punclut Gedung Sate Gasibu Sabuga Padasuka Suci Ir. H. Juanda Merdeka Riau Braga Asia Afrika- Dikapundung Gatot Subroto Binong Jati Tegallega Cibaduyut Cigondewah Ujung Berung, dan Gede Bage wan yang datang ke Kota Bandung pada akhir minggu atau pada hari libur kerap kali memenuhi berbagai kawasan wisata seperti kawasan wisata belanja di daerah Dago dan Riau, khususnya bagi wisatawan yang datang dari Jakarta dan sekitarnya. Selain memenuhi kawasan wisata belanja, wisatawan yang datang ke Kota Bandung juga memenuhi kawasan wisata lain seperti kebon binatang Bandung dan kolam renang karangsetra. Selain kebon binatang, objek wisata lain yang selalu dikunjungi oleh wisatawan pada akhir pekan atau hari libur adalah kawasan perbelanjaan Factory Outlet di kawasan Dago dan Riau. Berdasarkan berbagai potensi daya tarik wisata yang dimiliki oleh Kota Bandung, maka wisatawan datang ke Kota Bandung dengan berbagai alasan dan tujuan, tergantung dari kebutuhan dari wisatawan itu sendiri. Alasan dan tujuan para

wisatawan tersebut dapat dikatakan sebagai karakteristik dari wisatawan tersebut. Tujuan dan alasan tersebut juga yang mempengaruhi pola pergerakan wisatawan baik itu yang dari dan ke Kota Bandung, maupun perkerakan wisatawan di dalam Kota Bandung sendiri. Selain itu, perbedaan kepentingan dan tujuan dari tiap-tiap individu wisatawan akan mempengaruhi persebaran wisatawan di berbagai lokasi objek wisata di Kota Bandung. Berikut ini pada TABEL III-7 dapat dilihat alasan wisatawan untuk datang ke Kota Bandung. TABEL III-7 ALASAN KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG Kawasan Penelitian Pendidikan Mengunjungi Teman Lainnya Belanja Total Cihampelas 63.6 % - - - 36.4% 100 % Setiabudi 33.3 % - 25 % - 41.7% 100 % Riau 5 % 5 % 35 % 5 % 50 % 100 % Total 29.1 % 1.8 % 23.6% 1.8 % 43.6 % 100 % Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar wisatawan yang datang ke Kota Bandung dengan tujuan belanja. Hal tersebut dapat dilihat dari persentasenya yang paling besar, yaitu sebesar 43,6%. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kegiatan wisata belanja di Kota Bandung didominasi oleh kegiatan wisata belanja di Factory Outlet dan berbagai pusat perbelanjaan lain seperti daerah Alun-alun dan sekitarnya. 3.2 Pengembangan dan Permasalahan Parwisata Kota Bandung Dalam pengembangan pariwisata Kota Bandung, terdapat suatu konsep yang mengklasifikasikan wilayah-wilayah di Kota Bandung menjadi kelompokkelompok kawasan wisata yaitu konsep Honeypot Clustering yang membagi wilayah pengembangan pariwisata kedalam beberapa kelompok area yang menggabungkan fungsi-fungsi kota dan fitur-fitur unik kota dengan tema yang menggambarkan karakteristik daya tarik wisata yang dominan (primer) di area tersebut yang didukung oleh keberadaan daya tarik wisata pendukung

(sekunder/tersier) dalam satu konsep area yang kemudian lebih dikenal dengan istilah kantong-kantong wisata. Berikut ini dapat dilihat pembagian kantongkantong wisata di Kota Bandung pada TABEL III-8. TABEL III-8 KANTONG-KANTONG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOTA BANDUNG Kantong - kantong No Kawasan 1 Gegerkalong - Setiabudi 2 Sukajadi - Sarijadi - Setrasari - Pasteur 3 Cihampelas - Cipaganti 4 Alun - alun - Sudirman - Otista - Gardujati - Pasirkaliki 5 Dago Utara - Punclut 6 Gedung Sate - Gasibu - Sabuga Jenis Primer Sekunder Tersier Pendidikan Religi Belanja & Kuliner Belanja & Kuliner Belanja & Kuliner, Hiburan & Rekreasi Rekreasi, Kuliner Heritage 7 Padasuka - Suci Seni Budaya Seni Budaya Heritage Heritage Budaya Pendidikan, Rekreasi, MICE Belanja Keterangan - Terdapat pondok pesantren Daarut Tauhid yang cukup menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke daerah ini. Selain itu, terdapatnya beberapa FO juga menjadi daya tarik tambahan. Keduanya seringkali menimbulkan kepadatan dan kemacetan lalu lintas, khususnya pada akhir pekan. - Terdapat pusat perbelanjaan seperti Paris Van Java yang menjadi salah satu tempat tujuan wisata bagi wisatawan maupun bagi pensusuk lokal. Terdapat juga galeri nu art yang menjadi atraksi wisata seni dan budaya. Hiburan (Night Life Activities) Religi Religi Cihampelas merupakan salah satu daerah yang terkenal sebagai daerah wisata belanja dimana terdapat banyak pusat perbelanjaan seperti Ciwalk dan toko konveksi dan jeans. Daerah Cihampelas hampir selalu dilanda kemacetan karena minimnya sarana dan prasarana pendukung seperti trotoar, lahan parkir dan zebra cross. Wilayah Alun - alun merupakan salah satu daerah tujuan wisata belanja bagi wisatawan nusantara. Selain itu, keberadaan mesjid agung juga menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah ini. Untuk wisata heritage, dapat dilihat dari banyaknya bangunan peninggalan Belanda yang kembali digunakan dan dilestarikan sebagai bangnan perkantoran maupun hotel. - Pada area ini terdapat beberapa permasalahan yang muncul mengenai degredasi lingkungan yang berakibat bagi wilayah lain di sekitarnya. Pada wilayah ini terdapat trademark Kota Bandung, yaitu Gedung Sate. Terdapat pula beberapa pendidikan tinggi ternama yang menjadi salah satu faktor panarik pergerakan penduduk ke Kota Bandung. Pada hari minggu terdapat Pasar Kaget di kawasan sekitar Gedung Sate dan Gasibu yang kerap menimbulkan berbagai permasalahan seperti kemacetan lalu lintas. - Terdapat Saung Angklung Mang Udjo yang menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Akses yang kurang

8 Ir. H. Juanda - Merdeka - Riau 9 Braga - Asia Afrika - Cikapundung 10 Gatot Subroto - Binong Jati Belanja Heritage Belanja & Kuliner 11 Tegallega Rekreasi 12 Cibaduyut Belanja 13 Cigondewah Belanja 14 Ujung Berung Budaya 15 Gede Bage Konveksi (MICE) Heritage & Pendidikan Belanja & MICE Pendidikan Kuliner Belanja nyaman menuju lokasi daya tarik wisata perlu diperhatikan oleh pemerintah. Rekreasi Pada wilayah ini terjadi banyak permasalahan, seperti konversi fungsi guna lahan menjadi lahan komersil. Terjadi pemusatan kegiatan perdagangan seperti FO memberikan dampak langsung berupa kemacetan lalu lintas setiap akhir pekan akibat kurangnya sarana parkir yang memadai. Selain FO, beberapa toko oleh - oleh khas Bandung juga terdapat pada daerah ini. - Pada wilayah ini terdapat banyak bangunan peninggalan Belanda yang dimanfaatkan kembali sebagai hotel dan gedung perkantoran yang menyebabkan wilayah ini terkesan "Bandoeng Tempoe Doeloe". - - Pada wilayah ini terdapat pusat perbelanjaan Bandung Super Mall - Pada wilayah ini terdapat Taman Tegallega yang menjadi tempat rekreasi bagi penduduk Kota Bandung. Permasalahan yang timbul pada wilayah ini dalah ketidakteraturan PKL yang mengganggu kualitas lingkungan dan estetika. - - Pusat penjualan sepatu dan produk kulit di daerah ini kini sudah tidak seramai dahulu karena telah tergantikan oleh keberadaan berbagai jenis pusat perbelanjaan dan FO yang tersebar di Kota Bandung. Sebaiknya kegiatan wisata belanja di wilayah ini dapat kembali dikembangjan agar terjadi pemerataan kegiatan, khususnya kegiatan wisata. - Kawasan Cigondewah sebagai sentra kawasan konveksi kini sudah kehilangan pamornya dan kini tidak dapat menjadi place of onterest bagi wisatawan. - - Terdapat rencana pengembangan kawasan Ujung Berung sebagai Pusat Kebudayaan Sunda. - Wilayah ini diperuntukkan sebagai pusat primer kawasan Bandung Timur yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas seperti fasilitas olahraga (Jalak Harupat). Keberadaan pasar induk Gede Bage juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wilayah ini. Sumber : RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006 Berdasarkan pembagian kantong-kantong wisata diatas, dapat dikatakan bahwa pengembangan pariwisata di Kota Bandung diarahkan untuk memiliki dua tema kawasan wisata, yaitu:

1. Bandung Urban Heritage Tourism Tema ini menekankan pada pengembangan aktivitas WIsata Belanja dan Kuliner- Heritage serta potensi lain yang dimiliki seperti potensi budaya dan MICE sebagai sector pendukung kegiatan pariwisata di Kota Bandung. 2. Bandung Tempoe Doeloe Menekankan pada peningkatan kualitas lingkungan menjadi sebuah lingkungan yang nyaman, aman dan sejuk yang didapat dengan cara merawat dan memperbaiki taman-taman kota yang berada di Kota Bandung. Kota Bandung memiliki berbagai macam objek wisata, baik itu wisata belanja maupun tempat rekreasi yang terdapat di dalam kantong-kantong kawasan pariwisata di atas. Objek-objek wisata tersebut merupakan berbagai macam objek wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke dan di Kota Bandung. Berikut ini dapat dilihat jumlah pengunjung objek wisata di Kota Bandung beberapa tahun terakhir. TABEL III-9 JUMLAH PENGUNJUNG DI BERBAGAI OBJEK WISATA DI KOTA BANDUNG TAHUN 2003-2006 Objek Jumlah wan Berdasarkan Tahun 2003 2004 2005 2006 Kebun Binatang Bandung 1,105,058 1,070,968 1,068,793 656,870 Taman Lalu Lintas AISN 131,006 187,655 187,655 126,708 Karang Setra 119,148 135,153 135,153 96,776 Museum Geologi 112,438 102,729 102,729 147,989 Museum Pos Indonesia 17,225 18,935 18,935 16,660 Museum Konferensi Asia Afrika 58,298 54,478 54,478 75,629 Museum Mandala Wangsit Siliwangi 9,954 7,740 7,740 5,966 Museum Sri Baduga 109,945 114,521 114,521 65,140 Saung Angklung Ujo 27,026 19,776 19,776 31,674 Menara Mesjid Raya Jawa Barat 73,012 0 0 0 Jumlah 1,763,110 1,711,955 1,709,780 1,223,412 Sumber: Bandung Dalam Angka

Selain berbagai macam objek wisata diatas, Kota Bandung yang dikenal dengan Kota Fashion dan Cuisine juga memiliki berbagai macam objek wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan melakukan perjalanan wisata di Kota Bandung. Objek wisata yang dimaksud adalah berbagai fasilitas perbelanjaan, Factory Outlet dan berbagai objek wisata kuliner. Factory-factory Outlet yang menjadi daya tarik utama bagi pariwisata Kota Bandung dapat dilihat pada TABEL III-10. Berbagai jenis objek wisata belanja dan kuliner tersebut saat ini dapat dikatakan menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk datang ke Kota Bandung, khususnya pada akhir pekan atau pada hari libur. Sebagai daya tarik utama bagi pariwisata Kota Bandung saat ini, kegiatan pariwisata di Kota Bandung secara tidak langsung akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Hubungan antara kegiatan pariwisata dengan perekonomian Kota Bandung akan dijelaskan kemudian. Kegiatan pariwisata tersebut selain membawa berbagai dampak positif bagi Kota Bandung, juga membawa berbagai masalah. Salah satu permasalahan yang kerap timbul khususnya pada akhir pekan dan pada hari libur adalah kemacetan lalu lintas pada beberapa tempat yang menjadi konsentrasi kegiatan wisata di Kota Bandung. Salah satu penyebab timbulnya berbagai permasalahan tersebut adalah minimnya ketersediaan fasilitas parkir dan ketidakmampuan jalan untuk menampung jumlah kendaraan, baik kendaraan milik penduduk Kota Bandung, maupun kendaraan wisatawan yang masuk ke Kota Bandung. Untuk berbagai jenis permasalahan lain yang terkait dengan kegiatan pariwisata di Kota Bandung akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

TABEL III-10 FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008 No. Factory Outlet Lokasi No. Factory Outlet Lokasi 1 Victoria 21 FOS Clothing Gallery 2 Dago Stock Export 22 Rumah Mode 3 Rich & Famous 23 China Town 4 VIV 24 Colour Fashion 5 Raffles Hills 25 Rainbow 6 Blossom IR. H. Juanda (Dago) 26 Graha Mode 7 Happening 27 De Cosmo Factory Outlet 8 Up Town 28 Stock Corner Setiabudhi Sukajadi Jl. Pelajar Pejuang 45 9 Glamour 29 Gani Artha Ujung Berung 10 Grande Art & Style 30 Balai Anak 11 Dago Skate n Surf 31 Export Station 12 Oasis Jl. Sumatra 32 Stock Center Soekarno Hatta 13 Metropolis 33 Terminal Mode Jl. Lombok 14 Summit Boutique 34 The Big Price Cut Jl. Aceh 15 Herritage 35 Blossom Jl. BKR 16 Riau Stock Mall R.E. Martadinata (Riau) 36 Cargo Factory Outlet Jl. Diponegoro 17 Decoral 37 Raja Collection Jl. Kebon Sirih 18 Renariti 38 Renaldijaya Eka Inti Kebon Kawung 19 Emirates 20 China Emporium Sumber : www.bandung.go.id Tahun 2008 Kegiatan pariwisata di Kota Bandung dapat dikatakan sedang dalam tahap puncak. Hal tersebut dapat dilihat dengan pertumbuhan berbagai jenis daya tarik wisata yang ditawarkan kepada wisatawan dalam kurun waktu yang cukup singkat. Berbagai macam usaha dilakukan untuk terus menarik pengunjung sebanyak-banyaknya untuk datang dan berwisata di Kota Bandung. Namun dalam praktiknya, perkembangan pariwisata di Kota Bandung kurang didukung oleh berbagai faktor pendukung kegiatan pariwisata lain seperti kurangnya kenyamanan yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas yang selalu terjadi setiap akhir pekan, dimana merupakan waktu wisatawan untuk berkunjung dan berwisata. Walaupun, pada kenyataannya para wisatawan itu sendiri yang memberikan pengaruh yang cukup besar dalam menyebabkan kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. wan yang datang ke Kota Bandung, khususnya yang datang dari Jakarta dan sekitarnya lebih banyak yang menggunakan

kendaraan paribadi dibandingkan dengan wisatawan yang menggunakan sarana transportasi umum, baik itu bus, kereta api, pesawat terbang, maupun jasa travel. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwiwsata di Kota Bandung dapat dikatakan belum cukup memadai dalam usaha mendukung keberlangsungan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, khususnya di daerah-daerah yang merupakan daerah pemusatan kegiatan wisata serta pemusatan wisatawan. Oleh karena itu, kondisi pariwisata di Kota Bandung saat ini dapat dikatakan sedang berada di puncak, dimana untuk kedepannya apabila tidak dilakukan perbaikan di berbagai sektor, maka ditakutkan kegiatan pariwisata di Kota Bandung akan semakin menurun dan kehilangan daya tariknya. Hal tersebut dapat digambarkan dari kondisi pariwisata di Kota Bandung saat ini. Dari tabel jumlah pengunjung dapat dilihat terdapat penurunan jumlah wisatawan di beberapa lokasi wisata. Hal tersebut dapat dijadikan suatu gambaran bahwa kegiatan pariwisata di Kota Bandung keberadaannya serta keberlanjutannya sedang terancam atau berada pada posisi yang kritis. Untuk lebih jelasnya, posisi pariwisata Kota Bandung dalam Tourism Life Cycle dapat dilihat pada GAMBAR 3.4 berikut ini. GAMBAR 3.4 POSISI PARIWISATA KOTA BANDUNG DALAM TOURISM LIFE CYCLE Jumlah kunjungan Daerah Kritis E Penurunan Peningkatan A B C D Stagnan Pembangunan Posisi Pariwisata Kota Bandung Eksplorasi Waktu Sumber : Hasil Analisis 2008

Dalam pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Bandung, selain memiliki berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai pemicu pengembangan pariwisata, terdapat berbagai hal yang menghambat proses pengembangan pariwisata. Berberapa permasalahan yang timbul juga dirasa telah memberikan dampak negatif terhadap pengembangan pariwisata di Kota Bandung. Berdasarkan RIPPDA Kota Bandung Tahun 2006, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi Kota Bandung dalam usaha pengembangan sektor pariwisata, baik permasalahan internal maupun eksternal. Untuk permasalahan internal pengembangan pariwisata Kota Bandung, permasalahan yang terjadi antara lain sebagai berikut: Terbatasnya kebijakan mengenai pengembangan investasi usaha pariwisata. Selain permasalahan mudahnya perizinan, juga perlu diperhatikan berbagai kebijakan mengenai daya saing usaha, agar pengembangan suatu kegiatan pariwisata tidak mematikan jenis usaha lainnya, melainkan dapat saling melengkapi. Terbatasnya kualitas objek wisata perkotaan di Kota Bandung. Aktivitas dalam berbagai daya tarik wisata di Kota Bandung yang dirasa masih terpaku pada jenis aktivitas rekreasi pasif yang masih sedikit melakukan interaksi dengan sumberdaya yang ada. Kurangnya pemanfaatan sumber daya alam sebagai wisata perkotaan. Perkembangan zaman dan teknologi mendorong terganggunya potensi alami Kota Bandung sebagai daerah wisata. Pembanguina berbagai fasilitas dalam upaya membangun kota Bandung sebagai kota metropolitan dirasa dapat menggangu potensi alami yang dimiliki Kota Bandung sebagai kota yang sejuk dan asri. Perkembangan budaya yang tersendat sebagai suatu daya tarik wisata di Kota Bandung karena masuknya berbagai pengaruh dari kebudayaan luar. Masih sedikitnya event yang dapat menjadi daya tarik wisata perkotaan, misalnya Dago Festival yang dapat menjadi salah satu jenis atraksi wisata dan daya tarik Kota Bandung.

Daya tarik wisata-wisata lama yang tergantikan oleh daya tarik wisata yang baru. Pusat perbelanjaan yang lama seperti Cibaduyut yang tersaingi oleh berbagai pusat perbelanjaan modern seperti Factory Outlet. Masih terhambatnya hubungan kegiatan wisata perkotaan di Kota Bandung dengan daya tarik wisata lain di wilayah sekitar Kota Bandung yang dapat ditandai oleh terjadinya kemacetan lalu lintas pada akhir pekan serta rendahnya kualitas database dan sistem informasi wisata yang dimiliki Kota Bandung akibat akses yang belum memadai. Dalam hal ini, koordinasi antar berbagai stakeholders memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata Kota Bandung. Kurang teraturnya pemanfaatan lahan pariwisata di Kota Bandung yang dapat dilihat dari penumpukan kegiatan wisata di beberapa kawasan di Kota Bandung. Pembangunan berbagai fasilitas umum yang masih kurang mendukung pengembangan pariwisata di Kota Bandung. Pembangunan berbagai fasilitas perkotaan yang tidak sesuai dengan RTRW, kurangnya sarana pendukung seperti sarana parkir, sistem pengelolaan lalu lintas, prasarana jalan, dan desain berbagai fasilitas yang tidak mewakili karakter budaya sunda dirasa menjadi beberapa contoh permasalahan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur dalam pengembangan pariwisata. Masih rendahnya kualitas SDM baik itu SDM pariwisata maupun SDM masyarakat lokal serta kesadaran masyaraat dalam berbagai hal turut memberi peran dalam permaslahan pengembangan pariwisata di Kota Bandung. Selain permasalahan internal, pengembangan pariwisata di Kota Bandung juga menemui berbagai permasalahan eksternal. Permasalahan eksternal yang dihadapi Kota Bandung dalam pengembangan kegiatan pariwisata antara lain adalah sebagai berikut: Kurangnya koordinasi antara pengembangan pariwisata Kota Bandung dengan destinasi wisata lainnya di sekitar Kota Bandung.