KURIKULUM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA BERBASIS KOMPETENSI KEMBALI TERJEBAK DALAM UTOPIA. Juairiyah Universitas Islam Negeri Banjarmasin

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi

KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )

Tristanti PLS UNY

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Bagi siswa, buku ajar menjadi sumber belajar utama. Bagi guru, berfungsi sebagai salahsatu sumber pembelajaran. Menyediakan struktur dan penerapan

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tadinya tidak terampil menjadi terampil (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan bersifat umum atau universal. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Pembelajaran Sastra yang Integratif Berbasis Kompetensi. Dra. Elfia Sukma, M.Pd. Dosen PGSD FIP UNP

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks. Materi Pembelajaran.

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

KOMPETENSI INTI (KI) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

melibatkan imajinasinya, pengetahuannya, pengalamannya, perasaannya pada saat mereka berinteraksi dengan teks sastra. Peluang ini harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

Bagaimana Cara Guru Matematika Meningkatkan Kecakapan Mengenal Diri Sendiri Para Siswa? Fadjar Shadiq

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. pelangsungan berbahasa Indonesia. Termasuk di dalam kegiatan pelangsungan berbahasa

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 3 Beban belajar : 4 SKS. Materi Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bertahan hidup dan mampu menghadapi perkembangan

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS. Mendengarkan diskusi Merangkum seluruh isi pembicaraan. Menanggapi rangkuman yang dibuat teman. Mendengarkan pendapat seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan

STANDAR ISI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN. Mata Pelajaran Bahasa Daerah (Jawa) Untuk SMA/ SMK/ MA

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

LATIHAN KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS) DAN KAITANNYA DENGAN PENUMBUHAN KARAKTER. Oleh : Elia Flurentin

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KURIKULUM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA BERBASIS KOMPETENSI KEMBALI TERJEBAK DALAM UTOPIA Juairiyah Universitas Islam Negeri Banjarmasin Abstrak Pendidikan diharapkan mampu menegakkan nilai-nilai manusia universal dan mampu mengembangkan kebutuhan dasar belajar bagi tiap anak dengan pemberdayaan kemampuan mereka dalam menghadapi problema kritis. Tuntutan ini dicoba direaliasasikan ke dalam kurikulum yang berbasis kompetensi. Tujuan mulia tersebut ternyata belum berhasil diwujudkan dalam kurikulum pembelajaran apresiasi sastra yang menuntut terlalu banyak teori tentang sastra yang tidak sesuai dengan tingkat mental siswa terutama tingkat TK dan SD. Kata kunci: kurikulum, apresiasi sastra, lifeskill. PENDAHULUAN Pertemuan UNESCO 1994 berhasil merumuskan penyelenggaraan pendidikan lewat The Delhi Declaration. Dalam deklarasi itu tertuang beberapa rumusan, yaitu (1) pendidikan diharapkan mampu menegakkan nilai-nilai manusia universal, kualitas sumber daya manusia (SDM) dan penghargaannya terhadap keragaman budaya dan (2) dalam kaitan isi dan metode, pendidikan seharusnya mampu mengembangkan kebutuhan dasar belajar bagi tiap anak, pemberdayaan kemampuan mereka dalam menghadapi problema kritis di antaranya adalah melawan kemiskinan, peningkatan produktiitas, perbaikan kondisi hidup, pelestarian lingkungan, dan mampu memwujudkan dan menegakkan kehidupan masyarakat demokrasi, serta mampu memperkaya warisan budaya (Djohar, dalam Anshari, 2000:113) Rumusan di atas sejalan dengan Kebijakan dan Strategi Pendidikan Nasional, antara lain dijabarkan dalam visi, misi, dan tujuan Pendidikan Nasional. Visi Pendidikan Nasional melalui terwujudnya sistem pendidikan yang kuat dan berwibawa serta memberdayakan semua warga negara berkualitas. Misi yang terkandung terdiri dari, (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan memperoleh pendidikan, (2) memfasilitasi potensi anak sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar, (3) meningkatkan kesiapan input dan kualitas proses pendidikan, pembentukan kepribadian bermoral agama, penguasaan iptek dan life skill, (4) profesionalitas dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan, pengalaman, nilai berdasarkan standar nasional dan global, dan (5) peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan otonomi dalam konteks Negara Kesatauan Republik Indonesia. Adapun Tujuan Pendidikan Nasional itu sendiri membangun potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, kompeten, terampil, kreatif, mandiri, estetis, demokratis, tanggung jawab, memiliki rasa kemasyarakatan dan kebangsaan (Syafi ie, 2002) Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan dan mempersiapkan SDM yang unggul, kompetitif, dan kooperatif yang memenuhi standar nasional dan internasional adalah meningkatkan penguasaan life skills (kecakapan hidup). Penguasaan kecakapan hidup bagi peserta didik diharapkan dapat membekali diri mereka dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mereka memiliki nilai tambah dan mampu bersaing secara internasional. Di samping itu, mereka dapat mengenali potensi diri, lingkungan dan bagsanya sehingga menjadi kan hidup mereka lebih bermakna. KECAKAPAN HIDUP Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Kecakapan hidup (life skill) lebih luas dari keterampilan untuk bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun pun tetap memerlukan kecakapan hidup karena akan tetap menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh pendidikan juga memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentu juga memiliki permasalahan yang harus dipecahkan.(depdikbud) Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima, yaitu: a. kecakapan mengenal diri (self awarness) yang juga sering disebut kemampuan personal (personal skill): b. kecakapan berpikir rasional (thinking skill); c. kecakapan sosial (social skill); d. kecakapan akademik (academic skill); e. kecakapan vokasional (vocational skill) Kecakapan mengenal diri sendiri 1) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara; 2) meyadari dan mensyukuri kelebihan dankekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional (thinking skill) mencakup: 1) kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), 2) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skill), 3) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif (creative problem solving skill)

Kecakapan sosial (social skill) 1) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill) 2) kecakapan bekerjasama (collaboration skill) Berempati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik akanmenumbuhkan hubungan yang harmonis. KecakapanAkademik 1) identifikasi variabel 2) merumuskan hipotesis 3) melaksanakan penelitian Kecakapan vokasional (vocational skill) sering disebut keterampilan kejuruan,artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat Kecakapan hidup itu sendiri dirumukan lebih jauh dalam kurikulum berbasis kompetensi yang bertujuan menciptakan siswa yang berkompeten dengan cara belajar tuntas. IMPLEMENTASI KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN SASTRA Pembahasan pendidikan kecakapan hidup diorientasikan pada berbagai jenjang pendidikan mulai TK/SD/SLTP terfokus pada kecakapan hidup secara umum (general life skill) yang mencakup kesadaran diri atau kecakapan personal (self awareness or personal skill), kecakapan berpikir rasional (thinking skill), dan kecakapan sosial (social skill). Di tingkat SMU terfokus pada kecakapan akademik (academic skill) dengan terus memantapkan kecakapan hidup secara umum. Implementasi kecakapan hidup dalam pembelajaran sastra mencakup kemampuan mengapresiasi sastra. Pada level 0 di tingkat TK, tujuan apresiasi sastra, yaitu siswa mendeklamasikan beberapa sajak dan lagu atau syair yang sudah dihapa, menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan guru dan mengapresiasikan diri melalui dramatisasi. Level 1 mendeklamasikan puisi, lagu, mendengarkan dan membaca dongeng, bermain peran. Level 2 mendengarkan, mengikuti, dan mengingat cerita/dongeng/cerita rakyat, membaca dalam hati teks fiksi, membaca bersuara/nyaring puisi/syair lagu/cerita anak-anak, mendengarkan pembacaan teks drama, mencatat penokohan dalam cerita, memberikan tanggapan cerita/peristiwa, dan mendengarkan hasil sastra (pantun). Level 3 siswa dapat memahami isi karya sastra melalui kegiatan mendengarkan, membaca, dan melisankan hasil karya sastra. Siswa dapat mendengarkan puisi secara apresiatif,mendengarkan dan mengikuti cerita rakyat, melisankan hasil sastra, menulis hasil sastra, dan memerankan cerpen anak. Level 4 siswa melisankan puisi dan drama, mendengarkan pembacaan cerpen dongeng, dan kutipan novel. Level 5 siswa mengapresiasikan sastra melalui kegiatan mendengarkan pembaca puisi, cerpen, novel, atau drama danmenceritakan kembali dan membahas unsur-unsur yang terdapat di dalamnya, menulis ringkasan, dan membaca puisi, atau penggalan cerpen, novel, atau drama serta memerankan penggal cerpen, novel, atau drama. Level 6

mengapresiasi sastra melalui mendengarkan dan menonton pementasan drama, puisi atau pembaca cerpen, mengiterpretasi teks, puisi, cerpen, novel, dan drama serta menganalisis unsur-unsur yang terdapat di dalamnya serta memerankan tokoh-tokoh dalam drama. Secara leboh terperinci pembelajaran apresiasi sastra pada level 6 adalah sebagai berikut. Membaca puisi dan mendiskusikan isinya:membaca puisi dengan penghayatan sesuai isi, mendiskusikan puisi dari segi bahasanya, menangkap pokok yang digambar/diceritakan dalam puisi. Menganalisis tema penokohan: mengenali danmemahami pelaku dalam perwatakannya melalui dialog drama Memahami latar dan tema dalam pementasan drama: menonton pementasan drama dan menangkap latar serta tema dengan memberikan alasan, menangkap dan memahami pelaku dan perwatakan dalam cerpen yang dibacakan Membaca teks gurindam XII dan mendiskusikan pesan /amanat; membaca gurindam XII dengan lafal dan intonasi yang wajar, mendiskusikan pesan/amant dalam gurindam XII Menanggapi tema karya sastra: menanggapi tema karya sastra yang berkaitan dengan manfaat isinya untuk memperbaiki perilaku dan pola hidup diri sendiri. Menulis kritik dan esai tentang seni dan film: menuliskan kritik dan esai tentang sastra dan film didukung teori dan alasan Memerankan berbagai emosi dan perangai tokoh: memerankan berbagai emosi dan perangai tokoh dengan penghayatan. Membaca cerpen/drama: lancar membawakan kalimat-kalimat dengan jelas cerpen dan drama, menangkap dan memahami pelaku dan perwatakannya dalam cerpen yang dibacakannya. Menulis resensi: menilai hasil karya sastra berdasarkan kelebihan dan kekurangannya. Melisankan dialog drama: melisankan dialog drama dengan lancar dan jelas, menyertai pembawaan dialog dengan perasaan dan imajinasi Membuat ikhtisar novel/cerpen dan drama: memahami isi cerpen, novel, atau drama dan membuat ikhtisarnya. Membaca karya sastra terjeamhan dan karya sastra Indonesia: Memahami karya sastra terjemahan diri karya sastra Indonesia serta membandingkan nilai-nilai budaya di dalamnya. Menulis resensinovel karya pengarang Indonesia: Menilai karya seseorang berdasarkan kelebihan dan kekurangannya. Mendeskrisikan watak pelaku dalam cerpen, novel dan drama: memahami isis karya sastra dan mendeskripsikan watak pelaku-pelakunya dengan memberikan contoh kalimat pendukung Membaca karya sastra yang mendapat penghargaan: memahami dan membahas sastra yang mendaapt penghargaan dari berbagai aspek Mendengarkan pembacaan karya sastra lama: Menangkap dan memahami jalan cerita dalam hikayat yang dituturkan, menangkap dan memahami latar dan hikayat yang dituturkan, menagkap dan memahami tema dalam kalimat yang dituturkan. Melihat urutan pokok bahasa yang dirumuskan tergambar suatu kegiatan yang

terpecah-pecah. Siswa tidak dibimbing untuk diarahkan pada suatu kemampuan tertentu sehingga berkompeten semisal membuat cerpen atau membuat puisi. Siswa digirng untukmenguasai berbagai kegiatan yang menuntut kepiawaian yang tinggi, seperti merensensi atau mengkritik karya sastra. Kedua kemampuan ini merupakan kemampuan seorang pakar. Ini perlu diingat kritikus sastra Indonesia saat ini belum ada yang memadai (Pradopo, 2000). Seorang kritikus dituntut memiliki pengetahuan luas tentang teori dan sejarah sastra. Bagaimana seorang anak SD memiliki kemampuan seperti itu. Kita perlu realistis dalam hal ini Secara psikologis anak belum mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk. mental mereka belum stabil masih perlu bimbingan guru. sebuah proyek besar yang telah dicanangkan dan disusun secara berkelanjutan kembali terjebak dalam ketidakpastian. PENUTUP Dengan perumusan kurikulum yang terlalu melambung membuat daftar panjang keprihatinan kita tentang pembelajaran sastra saat ini. Upaya yang dilakukan Taufik Ismail menjadi mubazir karena kurangnya kepekaan penyusun kurikulum terhadap perkembangan psikologi anak. Akhir kata

DAFTAR PUSTAKA Anshari. 2002. Penguasaan Keterampilan Hidup (Life Skill) Melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Makalah diskusi kelas PPS Univ. Negeri Malang. Departemen Pendidikan nasional, 2002. Draf Kurikulum Nasional Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum Nasional Pradopo, Rahmat Djoko. 2000. Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia. Syafi ie, Imam, 2002a. Kebijakan dan Strategi pendidikan Nasional, Bahasa Perkuliahan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang. Syafi ie, Imam, 2002a. Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bahasa Perkuliahan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang