MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN

dokumen-dokumen yang mirip
DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

Emisi global per sektornya

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

DANA INVESTASI IKLIM. 7 Juli 2009 DOKUMEN RANCANG UNTUK PROGRAM INVESTASI HUTAN, PROGRAM YANG DITARGETKAN BERDASARKAN DANA PERWALIAN SCF

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

II. TINJAUAN PUSTAKA. pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi. 7 Untuk

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Rangkuman Eksekutif. Konteks. Seberapa efektif pendekatan atau strategi IFC untuk operasi-operasinya di Indonesia sebelum krisis? RANGKUMAN EKSEKUTIF

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

Deklarasi Dhaka tentang

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

INDONESIA NEW URBAN ACTION

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

DANA INVESTASI IKLIM

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Deklarasi Changwon untuk Kesejahteraan Manusia dan Lahan Basah

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Kerjasama Internasional Mengenai Perubahan Iklim ME4234 KEBIJAKAN IKLIM

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

Jakarta, 10 Maret 2011


2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Inisiatif Accountability Framework

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

Kerangka Kerja Sendai untuk pengurangan Risiko Bencana Tahun

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

Infografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Versi 27 Februari 2017

STIE DEWANTARA Lembaga Keuangan Internasional

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

Sambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban

Diskusi Post event Feedback G20 Summit. INFID, 3 Oktober 2013

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Membangun pasar kopi inklusif

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

Transkripsi:

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN 11. Penanggulangan perubahan iklim merupakan tema inti agenda pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Dalam Penilaian Keempat (2007), Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) mengonfirmasikan bahwa pemanasan sistem iklim telah pasti dan penundaan dalam penurunan emisi gas rumah kaca (greenhouse gas/ghg) secara signifikan membatasi peluang untuk mencapai tingkat stabilisasi yang lebih rendah dan kemungkinan akan meningkatkan risiko dampak perubahan iklim yang lebih parah. Dengan peningkatan variabilitas dan risiko iklim, negara dan masyarakat termiskin kemungkinan besar lebih dahulu mengalami dan mendapatkan dampak terbesar. Perubahan iklim berpotensi memundurkan kemajuan pembangunan yang telah dicapai oleh negara-negara berkembang dalam dasawarsa terakhir dan kemajuan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (MDG), seperti mengentaskan kemiskinan, memerangi penyakit menular dan kelangsungan lingkungan. Tanggapan efektif terhadap perubahan iklim harus menggabungkan mitigasi - untuk menghindari hal yang tidak terkendali - dan adaptasi - untuk mengelola hal yang tidak dapat dihindari. 22. Tahun lalu terjadi pembangunan konsensus yang luar biasa mengenai pentingnya mengatasi perubahan iklim yang berakhir pada kesepakatan Konferensi Para Pihak (COP) 13 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali untuk meluncurkan negosiasi menuju tindakan bersama jangka panjang oleh semua negara. Kerangka kerja negosiasi mencakup mitigasi perubahan iklim (termasuk, untuk kali pertama, pertimbangan untuk mengurangi emisi dari penggundulan hutan dan degradasi lahan), adaptasi, pembangunan dan transfer teknologi, serta penyediaan sumber daya keuangan untuk mendukung tindakan negara-negara berkembang. Karena kontribusi historis mereka yang rendah terhadap konsentrasi GHG, penggunaan energi per kapita yang lebih rendah, dan kerentanan yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim, negara-negara berkembang mengharapkan pengaturan kerja sama untuk membiayai transisi mereka menuju pertumbuhan rendah karbon dengan cara yang tidak berkompromi dengan akses energi mereka, agenda pertumbuhan dan usaha adaptasi, sesuai dengan prinsip tanggung jawab bersama yang dibedakan. Sama pentingnya, sumber daya keuangan diperlukan sebagai tambahan atas tingkat pembiayaan Overseas Development Assistance (ODA) saat ini sehingga tidak bersaing dengan upaya pencapaian MDG. 33. Kelompok Bank Dunia (WBG) telah mengakumulasi pengalaman substansial dalam mengatasi perubahan iklim dalam konteks pembangunan dan pengentasan kemiskinan, yang baru-baru ini dilakukan melalui Kerangka Kerja Energi Bersih untuk Investasi Pembangunan (Clean Energy for Development Investment Framework/CEIF) (Lihat Apendiks 1). CEIF mencapai hasil yang patut dipuji: pemberian pinjaman atas akses energi dan proyek energi rendah karbon, dan usaha Carbon Finance (CF) telah meningkat secara signifikan. Peningkatan kesadaran atas dampak perubahan iklim dicerminkan dalam Strategi Bantuan Negara (Country Assistance Strategies/CAS) serta peningkatan

program karya analitis dan uji coba. Upaya telah dimulai pada mekanisme inovatif tambahan untuk pembiayaan iklim, baik untuk mitigasi maupun adaptasi. WBG merupakan badan pelaksana Global Environment Facility (GEF), pemberi pinjaman utama untuk energi terbarui dan efisiensi energi (RE/EE), perintis dalam pasar karbon, dan fasilitator reformasi sektor energi yang menyediakan insentif bagi efisiensi, penghematan energi dan praktik lingkungan yang lebih baik. ii 14. Kemajuan pada CEIF menghasilkan mandat untuk mengembangkan Kerangka Kerja Strategis mengenai Perubahan Iklim untuk keterlibatan WBG. CEIF merupakan langkah penting dalam mempercepat investasi dalam energi rendah karbon, sambil memajukan pengetahuan WBG mengenai tindakan iklim, baik mitigasi maupun adaptasi. Pada Pertemuan Tahunan 2007, Komite Pembangunan menyambut kemajuan yang dibuat dalam menerapkan CEIF, mengakui pentingnya akses energi terhadap pertumbuhan, dan meminta manajemen untuk mengembangkan kerangka kerja strategis komprehensif untuk keterlibatan Kelompok Bank Dunia, termasuk dukungan bagi usaha negara-negara berkembang untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim dan mencapai pertumbuhan energi rendah karbon sambil mengentaskan kemiskinan. Komite juga meminta peningkatan kerja sama dan harmonisasi dengan mitra pembangunan lain, dan katalisasi sumber daya tambahan substansial dari sumber publik maupun swasta. 25. Kerangka Kerja Strategis mengenai Perubahan Iklim dan Pembangunan (Strategic Framework on Climate Change and Development/SFCCD) untuk Kelompok Bank Dunia akan diusulkan untuk didukung oleh Dewan di bulan September 2008 dan selanjutnya didiskusikan pada Pertemuan Tahunan 2008. Draf awal ini, yang merangkum tujuan, prinsip, pendekatan dan masalah-masalah utama, akan didistribusikan pada Pertemuan Musim Panas 2008, bersama dengan Kerangka Kerja Energi Bersih untuk Investasi Pembangunan - Laporan Penerapan mengenai Rencana Kerja Kelompok Bank Dunia, yang berfungsi sebagai platform untuk meluncurkan SFCCD yang lebih komprehensif dan multisektoral. 36. Usulan SFCCD akan menjadi cara untuk mengartikulasikan visi WBG mengenai cara mengintegrasikan perubahan iklim dan tantangan pembangunan, tanpa berkompromi terhadap pertumbuhan dan upaya pengentasan kemiskinan, melalui operasi negara, termasuk dialog kebijakan, pemberian pinjaman, dan karya analitis di negara klien, serta melalui operasi regional dan global. SFCCD akan mencakup kerangka kerja hasil, prioritas, pendekatan operasional dan jadwal tindakan, termasuk penanggulangan hambatan internal, untuk mencapai hasil. 47. Peningkatan tindakan WBG mengenai perubahan iklim bertumpu pada pemahaman bahwa (a) pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan dan pencapain MDG di negara-negara berkembang merupakan prioritas yang berkesinambungan, (b) akses terhadap layanan energi dan peningkatan penggunaan energi oleh negara-negara berkembang merupakan dasar bagi sasaran ini, dan (c) adaptasi terhadap variabilitas dan perubahan iklim kritis dalam memelihara dan mengembangkan kemajuan pembangunan di sebagian besar negara-negara berkembang. Penanggulangan perubahan iklim tidak boleh mengalihkan sumber daya dari kebutuhan inti pembangunan. WBG memberikan

prioritas paling penting - dan telah menunjukkan komitmennya dengan menyediakan dananya sendiri - atas peningkatan sumber daya International Development Association (IDA). 58. WBG akan terus meningkatkan keterlibatannya dalam akses energi melalui Rencana Kerja Infrastruktur Berkesinambungan (akan datang) dan Rencana Kerja Afrika. SFCCD akan membantu mengeksplorasi peluang untuk menghubungkan program akses energi ke pembiayaan karbon serta menyediakan solusi hemat biaya dan andal melalui energi terbarukan dan perangkat efisien energi. 69. Dengan bercermin pada sifat tantangan yang multisektoral dan multidimensi, SFCCD akan mencakup kegiatan di banyak sektor, termasuk energi, transportasi, pembangunan perkotaan, air, pertanian, kehutanan, industri, kebijakan ekonomi, serta pembangunan sosial dan manusia. SFCCD mengakui dan akan mengatasi beragam dimensi di mana perubahan iklim berdampak pada pembangunan: ekonomi, keuangan, sosial, jender dan lingkungan, termasuk dampak pada komponen lingkungan global lain, seperti keragaman hayati. iii 110. Pengembangan SFCCD juga dipandu oleh prinsip: (a) mendukung proses UNFCCC; (b) bersikap netral terhadap posisi pihak yang bernegosiasi; (c) membantu negara-negara berkembang dalam mengelola tantangan perubahan iklim dan mewujudkan peluang tindakan iklim; (d) karena perubahan iklim adalah mencakup masalah pembangunan dan ekonomi, bukan hanya masalah lingkungan, yang membutuhkan keterlibatan dan kepemimpinan kementerian pembangunan dan keuangan, selain kementerian lingkungan; (e) mengenali pentingnya kemitraan karena banyaknya pemain di arena internasional dengan mandat yang berbeda mengenai masalah ini; serta (f) membangun SFCCD sebagai bagian integral dari strategi Bank Dunia dalam hal globalisasi yang inklusif dan berkesinambungan. 211. Perubahan iklim merupakan tantangan global yang sangat besar yang membutuhkan kerja sama antar sejumlah besar mitra pembangunan, termasuk sistem PBB, GEF, bank pembangunan regional, donor bilateral, sektor swasta, lembaga penelitian dan kelompok masyarakat sipil. SFCCD akan merinci peran dan mandat para pemain utama di arena internasional, mengidentifikasi ceruk tertentu yang akan ditempati WBG, dan mengusulkan langkah khusus menuju penguatan kerja sama dengan para pemain utama sehubungan dengan usaha bersama dan berbagi tanggung jawab. Fokus yang signifikan akan diberikan untuk terus memperkuat kerja sama dengan GEF di area pembiayaan perubahan iklim. 312. Untuk memanfaatkan keunggulan komparatif, WBG akan mengadopsi kerangka kerja tindakan berdasarkan enam pilar berikut: (a) peningkatan pendekatan operasional untuk mengintegrasikan adaptasi dan mitigasi dalam strategi pembangunan; (b) mengonsolidasikan usaha untuk memobilisasi dan menyampaikan pembiayaan; (c) memperluas peran WBG dalam mengembangkan pasar baru; (d) menggunakan sumber daya sektor swasta untuk pembangunan ramah iklim; (e) mengklarifikasi peran WBG

dalam mempercepat pembangunan dan penyebaran teknologi; dan (f) meningkatkan penelitian kebijakan, pengelolaan pengetahuan dan pembangunan kapasitas. 413. SFCCD mengenali kebutuhan dan permintaan yang berbeda dari kelompok negara yang berbeda berdasarkan beragam kriteria: pendapatan (pembedaan pendekatan terhadap negara IDA dan IBRD), kapasitas kelembagaan dan tekanan sosial (misalnya, negara yang rawan dan mengalami konflik mungkin membutuhkan strategi khusus), kerentanan terhadap risiko iklim (terutama relevan terhadap negara-negara Afrika, negara-negara pulau kecil, dan negara-negara dengan garis pantai yang panjang, tekanan air yang akut, atau pemajanan terhadap pencairan glasier); profil emisi GHG (misalnya, dominasi sumber energi dibandingkan dengan sumber kehutanan emisi GHG), serta struktur ekonomi dan ketergantungan terhadap sektor energi. Kepemilikan negara yang dibangun atas peluang pembangunan yang ditunjukkan dan beragam manfaat dari strategi kebal iklim yang rendah karbon yang disesuaikan dengan keadaan negara tertentu merupakan kunci SFCCD. Sama pentingnya, peluang pembangunan harus bertumbuh di semua kelompok negara berkembang, termasuk negara yang perekonomiannya tergantung pada ekspor energi, misalnya negara penghasil minyak. 514. SFCCD akan menjelaskan bagaimana sinergi dalam WBG dapat dimanfaatkan untuk mengatasi perubahan iklim. Karya untuk mengartikulasi strategi khusus untuk setiap lembaga dalam kerangka kerja yang sama telah dimulai, dan akan diperluas selama proses persiapan. Penting untuk menekankan bahwa SFCCD dibayangkan sebagai kerangka kerja yang menetapkan arah dan prinsip, serta mengusulkan alat, insentif, produk global, dan cara untuk menelusuri kemajuan, dengan kesepakatan pada pesan utama untuk disampaikan kepada klien kita dan pemangku kepentingan eksternal. Hal ini bukanlah pengganti International Finance Corporation (IFC), Multilateral Investment Guarantee iv 1Agency (MIGA), strategi bisnis sektoral dan regional, yang akan jauh lebih spesifik dan terperinci mengenai pengintegrasian tindakan iklim dalam operasi dan penyampaian hasil mereka. 215. Kebutuhan untuk terus memobilisasi dan menginovasi pembiayaan untuk perubahan iklim muncul sebagai pelajaran kritis dari penerapan CEIF, dan diperbesar oleh fokus SFCCD atas peningkatan tindakan iklim. Dengan berkonsultasi dengan pihak yang tertarik, WBG dan Bank Pembangunan Regional (Regional Development Banks/RDB) menggabungkan usaha untuk menetapkan portofolio Climate Investment Funds (CIF). Dana ini bertujuan untuk melengkapi, membangun dan meningkatkan kegiatan instrumen lain yang telah ada, seperti GEF, IDA, International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan IFC. Untuk lebih lanjut mengembangkan usulan untuk dana investasi iklim, WBG akan terlibat dalam konsultasi efektif dengan semua pemangku kepentingan untuk memperluas jumlah donor, mencari pandangan negara penerima dan pihak tertarik lain serta memajukan rancangan dana dan instrumen keuangan. Prakarsa lain untuk meningkatkan pembiayaan tindakan iklim sedang dilakukan. Setelah merintis dan menghasilkan kemajuan signifikan dalam pembiayaan karbon, WBG terus memfasilitasi pembangunan dan inovasi pasar karbon.

316. Selanjutnya, SFCCD akan memperhitungkan dan mengartikulasikan komplementaritas di antara peningkatan sejumlah instrumen dan menjelaskan rencana tindakan yang akan berfungsi untuk: (a) mempromosikan penggunaan yang lebih efektif dan inovatif dari instrumen pembiayaan yang ada dan yang baru muncul (IBRD, IDA, IFC, MIGA, GEF, dana CF, skema jaminan iklim inovatif, dan lainnya) dalam operasi WBG; (b) memfasilitasi aplikasi instrumen baru pada skala target; (c) mengidentifikasi kesenjangan dan kebutuhan untuk mengembangkan produk baru, memberi perhatian khusus pada kemitraan publik-swasta dalam pembiayaan adaptasi; dan (d) memperkuat kapasitas negara untuk menggunakan instrumen ini. 417. Karena pengetahuan mengenai perubahan iklim, terutama aspek ekonomi dan sosialnya, terus berubah dan tetap ada ketidaktentuan, rancangan SFCCD akan fleksibel sehingga menyertakan pengetahuand an tindakan pendukung baru, yang manfaatnya kuat di bawah skenario negosiasi dan dampak perubahan iklim masa depan apa pun. SFCCD akan mendapatkan keuntungan dari koordinasi erat dengan usulan World Development Report 2010 on Climate Change dan beberapa produk analitis utama lain, seperti program penelitian global mengenai ekonomi adaptasi terhadap perubahan iklim, karya pada kebijakan ekonomi dan perubahan iklim di PREM, serta program penelitian berkelanjutan dan meluas di DEC. Temuan-temuan ini serta studi lain akan menginformasikan perumusan dan penerapan SFCCD. 18. Pengembangan SFCCD akan mencakup konsultasi ekstensif dengan serangkaian penuh pemangku kepentingan, termasuk klien negara berkembang, mitra pembangunan (badan PBB, RDB, donor bilateral), sektor swasta, dan masyarakat sipil. Perhatian khusus akan diberikan untuk memahami kebutuhan dan kekhawatiran pemangku kepentingan WBG dari negara-negara berkembang, dan menunjukkan bagaimana pandangan mereka telah diperhitungkan dalam persiapan SFCCD.