INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

Makna dan Dimensi Budaya \

Inisiatif Accountability Framework

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

Pesan CEO. Rekan kerja yang terhormat,

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

60 menit tahun. Misi: Kesetaraan Gender. Subjek. Hasil Belajar. Persiapan. Total waktu:

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. identitas sebuah organisasi maupun perusahaan dikarenakan masing-masing. memberikan dampak yang buruk terhadap organisasi tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Team Building & Manajeman Konflik

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

Nilai, Sikap, dan Kepuasan Kerja

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular

Persiapan untuk Wawancara Disiplin Mulailah untuk mempersiapkan diri dengan memperbarui bagaimana Anda tahu karyawan tersebut telah melakukan suatu

S P E E THE CODE OF M Y BUSINESS CONDUCT J E P A S S

Interpersonal Communication Skill

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

Jenis dan Bentuk Perubahan Organisasi

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

Memastikan Kepatuhan yang Teliti dengan Peraturan-peraturan Anti-Gratifikasi

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

Materi #4 EMA503 Manajemen Kualitas 2013 BUDAYA MUTU

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BUSSINESS ETHNICS ACROSS CULTURAL

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982,

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015

INTEGRITAS KEUNGGULAN KERJA TIM KOMITMEN NILAI DALAM BERTINDAK

Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

BAB II LANDASAN TEORI

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

BUDAYA (Moeljono, 2003:16)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan

INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

To protect animal welfare and public health and safety

Organizational Theory & Design

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

MEMBINA HUBUNGAN BISNIS YANG SUKSES Harapan Cisco terhadap Mitra Bisnisnya

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

PERATURAN PELAKSANAAN

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP

Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

MANAGEMENT. (Chapter 2)

USAID DBE3 Life Skills for Youth 29

Indorama Ventures Public Company Limited

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

KODE ETIK GLOBAL TAKEDA

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

Deklarasi Dhaka tentang

Prinsip Tempat Kerja yang Saling Menghormati

1. Mengelola penyampaian bantuan

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

Administrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

Program "Integritas Premium" Program Kepatuhan Antikorupsi

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

Transkripsi:

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDONESIA ONE HEALTH UNIVERSITY NETWORK Bab: Budaya, Kepercayaan, Nilai dan Etika

Buku ini dapat diterbitkan berkat dukungan United States Agency for International Development (USAID). Opini yang tertulis dalam buku ini murni merupakan pendapat tim penulis dan tidak merefleksikan pandangan USAID ataupun pemerintah Amerika Serikat. USAID menjamin hak bebas royalti noneksklusif dan permanen untuk mereproduksi, mempublikasi, serta mempergunakan buku ini dalam bentuk apapun, juga memberikan wewenang bagi pihak lain dalam menggunakannya untuk kepentingan Pemerintah.

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health Editor: Tim Indohun ISBN 978-602-72509-0-1 Diterbitkan oleh: Indohun National Coordinating Office Kampus Baru UI Depok Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Gedung G Lantai 3 Ruang 316 Depok, Jawa Barat 16424 Telp./Fax.: 021 2930 2084 E-mail: nco@indohun.org Website: www.indohun.org

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Contoh: Modul OH menjadi Paparan PowerPoint Contoh Pemakaian Materi Dalam Mata Kuliah Sub bab: Konsep dan Pengetahuan tentang One Health Sub bab: Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat Sub Bab: Kolaborasi dan Kemitraan Sub Bab: Komunikasi dan Informatika Contoh Pemakaian Materi Dalam Pelatihan Sub bab: Konsep dan Pengetahuan tentang One Health Sub bab: Kesehatan Ekosistem Sub Bab: Kepemimpinan Sub Bab: Budaya, Kepercayaan, Nilai dan Etika i

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Kata Pengantar Dalam rahmat Tuhan YME kami dapat menyelesaikan terjemaahan Buku Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health. Buku ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan para ahli yang mempunyai keahlian yang mendalam di dalam displin ilmu mereka untuk bekerjasama lintas disiplin dalam rangka menjawab permasalahan yang kompleks terkait One Health. Terdapat tujuh bab yang akan membantu membangun keahlian, pengetahuan, dan kemampuan para peserta kursus untuk dapat secara efektif mencari jawaban terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan masyarakat melebihi disiplin ilmunya, dan juga agar para peserta dapat berfungsi sebagai satu bagian yang menyatu dengan tim ahli yang bersifat multi-disiplin. Tujuh bab di dalam Buku Panduan Aplikasi SoftSkill One Health meliputi: Kolaborasi dan Kemitraan Komunikasi dan Informatika Budaya, Kepercayaan, Nilai and Etika Kepemimpinan Manajemen Kebijakan, Advokasi and Regulasi Systems Thinking Buku ini dirancang oleh tim penyusun yang terdiri dari 33 ahli dari berbagai disiplin ilmu mulai dari ilmu kedokteran hewan, kedokteran, kesehatan masyakarat, ekologi, rancangan instruksional, meliputi lima negara termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat, yang telah bekerjasama selama hampir satu tahun untuk menyusun modul-modul One Health ini, tim penyusun terdiri dari: Dr. Abu Tholib Aman Mr. Irwin Fernandez Chavez Dr. Jeein Chung Dr. Ede Surya Darmawan Dr. Stanley Fenwick Ms. Louise Flynn Dr. Karin Hamilton Dr. Latiffah Hassan Dr. Douglas L. Hatch Dr. Raymond R. Hyatt Ms. Kimberly Kennedy Dr. Nongyao Kasatpibal Dr. Sumalee Lirtmunlikaporn Dr. Roslaini Bin Abd. Majid Dr. Mohd Rizal Abdul Manaf Dr. Walasinee Moonarmart Dr. Saengduen Moonsom Ms. Pornthip Rujisatian Dr. Sarmin MP Dr. Pham Hong Ngan Dr. Felicia Nutter Dr. Mohd Sham Bin Othman Dr. Pham Duc Phuc Dr. Trioso Purnawarman Dr. Jennifer Steele Dr. Agik Suprayogi Ms. Roberta Talmage Dr. Metawee Thongdee Dr. Kriangkrai Thongkorn Mr. Luu Quoc Toan Dr. Ronald Morales Vargas Dr. Le Thi Huong Dr. Le Thi Thanh Xuan Buku ini berasal dari Modul One Health yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga mudah untuk diajarkan kepada mahasiswa kesehatan di Indonesia. Materi yang dirancang dalam buku ini telah dirancang agar anda dapat menyesuaikan isinya terhadap lokasi spesifik anda (universitas, wilayah, negara, dll.). Sebagai contoh, anda mungkin ingin menyesuaikan praktek di lapangan terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan atau satwa liar di wilayah anda; atau mungkin anda ingin memfokuskan perhatian anda pada penyakit-penyakit zoonotic yang prevalensinya paling tinggi di wilayah anda. Jika anda mengajar mahasiswa S2 dan bukan mahasiswa S1, maka anda mungkin ingin menambahkan pekerjaan akademis ke dalam tugas dan bahan bacaan mahasiswa anda. Anda mungkin dapat memasukkan beberapa aspek dari modul One Health ini di matakuliah mahasiswa S1, anda dapat menggunakan materi-materi di dalam modul untuk digunakan dalam workshop untuk para ahli, atau anda dapat memodifikasi materi-materi tersebut untuk disampaikan kepada para pemangku kepentingan di masyarakat. Setiap bab dan materi telah dirancang agar dapat menyesuaikan dan menyelaraskan dengan rencana pemakaiannya. Berkreasilah dan jadikanlah materi ini berguna untuk anda. Salam Koordinator INDOHUN iii

iv

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Pendahuluan One Health merupakan aktivitas global yang penting berdasarkan konsep bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan/ekosistem bersifat saling bergantung satu sama lain atau interdependen, dan tenaga profesional yang bekerja dalam area tersebut akan dapat memberikan pelayanan terbaik dengan saling berkolaborasi untuk mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai semua faktor yang terlibat dalam penyebaran penyakit, kesehatan ekosistem, serta kemunculan patogen baru dan agen zoonotik, juga kontaminan dan toksin lingkungan yag dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas substansial, serta berdampak pada pertumbuhan sosioekonomik, termasuk pada negara berkembang. Buku Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health dan Buku Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health dapat digunakan secara bersamaan ataupun individual oleh para pengajar. Buku ini terdiri dari masing-masing tujuh bab atau modul. Bab yang terdapat pada Buku Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health yaitu Konsep dan Pengetahuan tentang One Health; Dasar-dasar Penyakit Menular; Manajemen Penyakit Menular; Epidemiologi dan Analisis Risiko; Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat; Kesehatan Ekosistem; dan Perubahan Perilaku. Bab yang terdapat pada Buku Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health yaitu Kolaborasi dan Kemitraan; Komunikasi dan Informatika; Budaya, Kepercayaan, Nilai and Etika; Kepemimpinan; Manajemen; Kebijakan, Advokasi and Regulasi; dan Systems Thinking. Pemanfaatan buku ini disesuaikan dengan kebutuhan dari pengajar. Pemodifikasian susunan bab dapat dilakukan. Setiap bab memiliki bobot pengajaran yang berbeda, sehingga dapat diajarkan dalam beberapa sesi. Informasi lebih lanjut mengenai buku ini, hubungi: INDOHUN NCO Kampus Baru UI Depok Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Gedung G Lantai 3 Ruang 316 Depok, Jawa Barat 16424 Telp./Fax.: 021 2930 2084 E-mail: nco@indohun.org Website: www.indohun.org Adapun tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari buku ini adalah untuk: menambah pengetahuan dan meningkatkan kolaborasi lintas-sektor serta antarprofesi; memberikan strategi praktis yang bermanfaat untuk investigasi lapangan wabah penyakit sekaligus menjadi paparan realistis bagi mahapeserta dan fakultas mengenai kemunculan penyakit infeksi, temasuk agen infeksi zoonotik, agen infeksi yang baru diidentifikasi yang mampu menyebabkan ancaman pandemi, kampanye peningkatan kesadaran publik dan manajemen penyakit, serta kesehatan ekosistem dan lingkungan; dan meningkatkan kerja sama di kalangan petugas kesehatan pemerintah tingkat nasional, regional, serta kabupaten yang tertarik pada prinsip One Health, bersama dengan agen kesehatan multilateral (misalnya Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization [WHO], Badan Makanan dan Pertanian Persatuan Bangsa-Bangsa/Food and Agriculture Organization of the United Nations [FAO], serta Badan Kesehatan Satwa Dunia/World Organisation for Animal Health [OIE]), juga lembaga swadaya masyarakat (LSM)/nongovernmental organizations (NGOs) dan pihak swasta. Keterangan berikut wajib dicantumkan oleh siapa saja yang hendak menduplikasi bahan atau isi rangkaian modul One Health: Modul Pendidikan One Health, Southeast Asia One Health Network (SEAOHUN), 2014. 1

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Bab 2: Budaya, Kepercayaan, Nilai dan Etika Bab 2 Deskripsi Modul dan Hasil Pembelajaran Target Pelajar Modul ini betujuan memberikan mahasiswa pemahaman tentang budaya, keyakinan, nilai-nilai, dan etika di tingkat individu dan masyarakat, yang sangat penting ketika bekerja pada berbagai konteks dan disiplin ilmu untuk mencapai tujuan One Health. Outcome utama dari modul ini adalah untuk: Memahami, menganalisis, menghargai, dan menghormati keragaman sosial, agama, dan historis antara individu, dalam masyarakat, dan lintas budaya. Memahami bagaimana bekerja secara profesional dengan para pemangku kepentingan One Health dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda untuk mengembangkan dan menerapkan intervensi One Health. Mahasiswa sarjana dan pascasarjana; atau mitra, praktisi, dan profesional One Health Peta Pembelajaran 69

INDOHUN Kompetensi 1 Mengidentifikasi dan menginterpretasikan norma-norma, kearifan, dan budaya lokal tentang kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Kompetensi 2 Menciptakan kepercayaan dalam masyarakat terhadap intervensi One Health (OH). Kompetensi 3 Menunjukkan nilai-nilai, etika, dan profesionalisme dalam perencanaan dan pelaksanaan Intervensi One Health. Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health Tujuan Pembelajaran untuk Pengembangan Kompetensi Memahami dan membedakan berbagai jenis kebudayaan dan keyakinan tentang kesehatan manusia dan hewan serta pelayanan kesehatan dan lingkungan serta dampaknya terhadap inisiatif One Health, dengan cara: Menganalisis budaya lokal dan keyakinan masyarakat tentang penyakit, perawatan medis, dan kesehatan. Memahami peran penyedia layanan kesehatan, tabib/dukun, dan pemimpin dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan kesehatan pada konteks budaya tertentu. Mengidentifikasi norma-norma budaya umum dan spesifik (lokal/daerah) dan isu-isu sensitif sekitar kesehatan/ pelayanan kesehatan, hewan, dan lingkungan. Tujuan Pembelajaran untuk Pengembangan Kompetensi Memahami keyakinan pribadi tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan dan bagaimana Anda sebagai seorang praktisi One Health menyesuaikan intervensi One Health sehingga dapat berjalan efektif dalam budaya dan sistem kepercayaan lokal, dengan cara: Menyadari budaya dan keyakinan pribadi. Mennunjukkan keakraban dengan bahasa lokal dan/atau bekerja dengan penerjemah, pemimpin lokal dan/atau pemandu budaya. Memahami dan mempraktikkan keragaman gender. Menyesuaikan manajemen penyakit dengan budaya, keyakinan, dan praktik agar dapat secara efektif melibatkan berbagai kelompok etnis di daerah wabah. Menunjukkan pemahaman tentang norma-norma budaya. Menampilkan rasa hormat terhadap nilai-nilai budaya yang ada selama melaksanakan pekerjaan lapangan. Tujuan Pembelajaran untuk Pengembangan Kompetensi Mendefinisikan nilai-nilai pribadi, kode etik, dan respon terhadap situasi etis dalam membuat model profesionalisme One Health, dengan cara: Mengartikulasikan nilai-nilai pribadi. Mengkaji kode etik profesional untuk berbagai disiplin bidang Mengidentifikasi masalah etika yang terjadi dalam intervensi One Health serta menentukan dan mempraktikkan respon profesional yang sesuai. Memahami isu-isu etika dalam kaitannya dengan: perlindungan subyek manusia, partisipasi sukarela dalam studi/survei, kerahasiaan, privasi, dewan peninjau kelembagaan, dll. 70

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Ceritakan Pelajaran Waktu Topik Bahan 75 Menit Pengantar Budaya dan Keyakinan Kesehatan Modul PowerPoint Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Handouts Panduan Mahasiswa 90 Menit Dimensi dan Model Budaya Modul PowerPoint Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Panduan Mahasiswa 135 Menit Budaya dan Gender Modul PowerPoint Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Panduan Mahasiswa 30 Menit Budaya dan Hewan Modul PowerPoint Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Flipchart atau papan tulis dan spidol Artikel Panduan Mahasiswa 60 Menit Budaya dan Lingkungan Modul PowerPoint Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Flipcharts dengan kutipan Panduan Mahasiswa 600 Menit Menciptakan Kepercayaan Lintas Budaya - Observasi Lapangan 270 Menit Nilai-Nilai Pribadi dan Profesionalisme 60 Menit Perlindungan Subyek Manusia dalam Penelitian 60 Menit Perlindungan Subyek Manusia, Kerahasiaan, dan Partisipasi Sukarela Modul PowerPoint Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Akses Internet Panduan Mahasiswa Modul PowerPoint Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Panduan Mahasiswa Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Modul PowerPoint Panduan Mahasiswa Handout Panduan Mahasiswa 71

INDOHUN Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health Referensi bagi Fasilitator 1. Altman, I. and Chemers, M. M. (1984). Culture and Environment (Environment and Behavior). United States: CUP Archive. 2. Dolins, F. L. (1999). Attitudes to Animals: View on Animal Welfare. Ann Arbor: University of Michigan. 3. Hall, E. (1976). Beyond Culture. United States: Anchor Books. 4. Hofstede, G. (2010). Cultures and Organizations: Software of the Mind. United States: McGraw-Hill. 5. Trompenaars, F. and Hampden-Turned, C. (2011). Riding the Wave of Culture: Understanding Diversity in Global Business. United States: McGraw-Hill. 72

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Sub Bab: Pengantar Budaya dan Keyakinan Kesehatan Tujuan Pembelajaran: Tipe Pembelajaran: Waktu: Alat dan Bahan: Memahami dan membedakan berbagai jenis kebudayaan dan keyakinan tentang kesehatan manusia dan hewan serta pelayanan kesehatan dan lingkungan serta dampaknya terhadap inisiatif One Health, dengan cara: Menganalisis budaya lokal dan keyakinan masyarakat tentang penyakit, perawatan medis, dan kesehatan. Memahami peran penyedia layanan kesehatan, tabib/dukun, dan pemimpin dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan kesehatan dengan konteks budaya tertentu. Mengidentifikasi norma-norma budaya umum dan spesifik (lokal/daerah) dan isu-isu sensitif sekitar kesehatan/ pelayanan kesehatan, hewan, dan lingkungan. Kelompok Besar; Aktivitas Bermain Peran; Refleksi Individu 75 Menit Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Flipchart atau papan tulis dan spidol Modul Presentasi Handout Kartu Peran Minangkabau dan Praktisi One Health Panduan Mahasiswa Catatan untuk Fasilitator Ceramah 15 Menit Berikan gambaran singkat mengenai kompetensi dan aktivitas belajar pada modul. Kompetensi Inti Modul Budaya, Keyakinan, Nilai, dan Etik Mengidentifikasi dan menginterpretasikan norma-norma, kearifan, dan budaya lokal tentang kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Menciptakan kepercayaan dalam masyarakat terhadap intervensi One Health. Menunjukkan nilai-nilai, etika, dan profesionalisme dalam perencanaan dan pelaksanaan Intervensi One Health. Topik dan Aktivitas 75 Menit Pengantar Budaya dan Keyakinan Kesehatan 90 Menit Dimensi dan Model Budaya 135 Menit Budaya dan Gender 30 Menit Budaya dan Hewan 60 Menit Budaya dan Lingkungan 600 Menit Menciptakan Kepercayaan Lintas Budaya - Observasi Lapangan 270 Menit Nilai-Nilai Pribadi dan Profesionalisme 60 Menit Perlindungan Subyek Manusia, Kerahasiaan, dan Partisipasi Sukarela 60 Menit Refleksi Belajar dan Evaluasi 73

INDOHUN Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health Aktivitas Kelompok Besar 30 Menit Simulasi Budaya dan Keyakinan Perawatan Kesehatan Mulailah sesi ini dengan sebuah simulasi. Minta dan beri kesempatan pada mahasiswa untuk membaca informasi latar belakang simulasi Orangutan dan Masyarakat Minangkabau pada Panduan Mahasiswa. Informasi Latar Belakang Simulasi: Orangutan dan Masyarakat Minangkabau Masa depan orangutan (Pongo spp.) di Sumatera masih jauh dari aman meskipun telah mendapat sorotan dan perhatian media secara luas. Ancaman terhadap orangutan telah ada sejak lama dengan praktik pembukaan hutan yang terus meluas, tetapi konversi habitat lahan untuk perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis) semakin mempercepat kepunahan organgutan di alam liar. Situasi ini didorong oleh permintaan pasar global yang kuat terhadap kelapa sawit sebagai minyak nabati dan biofuel. Oleh karena itu, dalam menangani masalah konservasi ini, faktor ekonomi tidak dapat diabaikan. Signifikansinya adalah tingginya biaya peluang konservasi orangutan dan kegagalan pasar berkaitan dengan sifat barang publik dari habitat orangutan. Ahli konservasi harus mempertimbangkan kendala-kendala tersebut ketika merumuskan tindakan perbaikan. Saat ini telah diperoleh laporan bahwa masyarakat lokal di Kalimantan yang tinggal di sekitar perkebunan kelapa sawit menderita infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis. Meskipun beberapa individu percaya bahwa tuberkulosis (TB) ditularkan ke manusia dari orangutan yang dipelihara sebagai hewan peliharaan (karena menjadi yatim piatu akibat pembukaan hutan untuk perkebunan), penelitian tambahan diperlukan untuk menentukan apakah TB benar-benar berasal di antara manusia. Pemerintah Indonesia khawatir masyarakat Minangkabau di desa Saluang di Sumatera juga rentan terhadap zoonosis tersebut karena pajanan serupa. Pemerintah telah menetapkan sekelompok praktisi One Health untuk menilai situasi di desa Saluang. Tunjukkan sebuah video singkat tentang orangutan: Getting Up Close with Orang Utan, Semenggoh, Sarawak, Malaysia http://www.youtube.com/watch?v=l9irqqu5_-e Tugaskan dua-pertiga kelas untuk berperan sebagai masyarakat Minangkabau yang tinggal di desa Saluang dan sepertiga sisanya sebagai praktisi One Health. Buatlah sebagian ruang kelas sebagai latar belakang desa Saluang dan posisikan masyarakat Minangkabau di desa, bagikan kartu handout ketika mereka memasuki desa. Pastikan orang Minangkabau tidak memberitahukan informasi pada kartu mereka pada tim One Health. Kemudian siapkan suatu area (lebih baik di ruangan lain) sebagai Pusat Kendali Tim One Health dan posisikan praktisi One Health di area tersebut. Bagikan kartu handout pada praktisi One Health dan mintalah mereka memilih peran One Health yang spesifik (misalnya dokter hewan, pekerja kesehatan lapangan, ahli epidemiologi, ahli kesehatan lingkungan, ahli ekologi, ahli antropologi, atau ahli ekonomi). Mereka harus mempersiapkan sebuah tim yang dapat menghadapi tantangan sesuai dengan informasi terbatas yang telah disediakan. 74

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Diskusi Kelompok Besar 25 Menit Beri waktu selama 10 menit pada setiap kelompok untuk mempelajari peran mereka dan bagi praktisi One Health untuk mempersiapkan kunjungan mereka ke desa. Setelah itu, bawa tim One Health ke desa dan berikan waktu untuk berinteraksi selama 20 menit. Catatan: Meskipun mahasiswa, terutama praktisi One Health, mungkin akan meminta informasi tambahan tentang skenario atau apa yang harus mereka lakukan sebagai tim One Health, sangat penting untuk tidak meberikan tambahan informasi. Selama interaksi berlangsung, tulis catatan mengenai pengamatan Anda tentang interaksi dan pastikan untuk membicarakan halhal yang Anda tulis ketika diskusi. Kumpulkan kembali mahasiswa dalam kelas dan minta praktisi One Health merenungkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah Anda berhasil memperoleh izin untuk mewawancara setiap keluarga? (Catatan: Poin penting untuk didiskusikan apakah kelompok-kelompok berdiskusi dengan jelas, menggunakan bahasa lokal, tujuan aktivitas bagi kepala keluarga, bahwa partisipasi bersifat sukarela [wawancara dan skrining TB] dan bahwa setiap keluarga berhak menolak untuk berpartisipasi). Jika iya, bagaimana Anda mendekati anggota masyarakat dan apa yang membuat Anda berhasil? Jika tidak, menurut Anda apa yang menyebabkan kegagalan tersebut? Apa yang dapat Anda pelajari tentang kebudayaan desa Saluang? Siapa yang mengambil keputusan dan bagaimana cara pendekatan terhadap mereka? Bagaimana cara praktisi One Health yang berbeda (misal dokter hewan, pekerja kesehatan, ahli ekologi, dll.) dapat bekerja sama? Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut pada masyarakat desa Saluang: Bagaimana reaksi Anda terhadap tim One Health? Hal apa yang dilakukan oleh tim One Health yang membauat Anda mempercayai mereka? Apa yang dapat dilakukan oleh tim One Health untuk memperoleh kepercayaan Anda? Refleksi Individu Tanyakan seluruh kelas: Dari sudut pandang Anda sebagai praktisi One Health, apa yang dapat Anda pelajari tentang bekerja dengan orang-orang yang berasal dari budaya berbeda dari Anda? Bagaimana perbedaan yang akan terjadi jika simulasi yag sama dilakukan pada masyarakat yang menganut budaya patrilinial? Keterampilan/pengetahuan apa yang dibutuhkan sebelum bekerja dengan masyarakat lokal dan bagaimana Anda memperoleh informasi tersebut? 5 Menit Minta mahasiswa menulis refleksi pribadi mereka mengenai pertanyaanpertanyaan berikut pada Panduan Mahasiswa. Apa yang mengherankan Anda tentang perilaku Anda selama kegiatan? Apa yang mengherankan Anda tentang perilaku orang lain selama kegiatan? Pelajaran penting atau kesimpulan apa yang dapat Anda ambil selama kegiatan? Mengapa seseorang memelihara orangutan sebagai hewan peliharaan, dan/ atau apakah ada manfaat sosial ekonomi, risiko kesehatan yang dirasakan? 75

INDOHUN Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health Latihan untuk Peserta Tujuan Pembelajaran: Memahami dan membedakan berbagai jenis kebudayaan dan keyakinan tentang kesehatan manusia dan hewan serta pelayanan kesehatan dan lingkungan serta dampaknya terhadap inisiatif One Health, dengan cara: Menganalisis budaya lokal dan keyakinan masyarakat tentang penyakit, perawatan medis, dan kesehatan. Memahami peran penyedia layanan kesehatan, tabib/dukun, dan pemimpin dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan kesehatan dengan konteks budaya tertentu. Mengidentifikasi norma-norma budaya umum dan spesifik (lokal/daerah) dan isu-isu sensitif sekitar kesehatan/ pelayanan kesehatan, hewan, dan lingkungan. Catatan untuk Fasilitator Informasi Latar Belakang Simulasi: Orangutan dan Masyarakat Minangkabau Aktivitas Kelompok Besar Masa depan orangutan (Pongo spp.) di Sumatera masih jauh dari aman meskipun telah mendapat sorotan dan perhatian media secara luas. Ancaman terhadap orangutan telah ada sejak lama dengan praktik pembukaan hutan yang terus meluas, tetapi konversi habitat lahan untuk perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis) semakin mempercepat kepunahan organgutan di alam liar. Situasi ini didorong oleh permintaan pasar global yang kuat terhadap kelapa sawit sebagai minyak nabati dan biofuel. Oleh karena itu, dalam menangani masalah konservasi ini, faktor ekonomi tidak dapat diabaikan. Signifikansinya adalah tingginya biaya peluang konservasi orangutan dan kegagalan pasar berkaitan dengan sifat barang publik dari habitat orangutan. Ahli konservasi harus mempertimbangkan kendala-kendala tersebut ketika merumuskan tindakan perbaikan. Saat ini telah diperoleh laporan bahwa masyarakat lokal di Kalimantan yang tinggal di sekitar perkebunan kelapa sawit menderita infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis. Meskipun beberapa individu percaya bahwa tuberkulosis (TB) ditularkan ke manusia dari orangutan yang dipelihara sebagai hewan peliharaan (karena menjadi yatim piatu akibat pembukaan hutan untuk perkebunan), penelitian tambahan diperlukan untuk menentukan apakah TB benar-benar berasal di antara manusia. Pemerintah Indonesia khawatir masyarakat Minangkabau di desa Saluang di Sumatera juga rentan terhadap zoonosis tersebut karena pajanan serupa. Pemerintah telah menetapkan sekelompok praktisi One Health untuk menilai situasi di desa Saluang. Refleksi Individu: Apa yang mengherankan Anda tentang perilaku Anda selama kegiatan? Apa yang mengherankan Anda tentang perilaku orang lain selama kegiatan? Pelajaran penting atau kesimpulan apa yang dapat Anda ambil selama kegiatan? Mengapa seseorang memelihara orangutan sebagai hewan peliharaan, dan/atau apakah ada manfaat sosial ekonomi, risiko kesehatan yang dirasakan? 76

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Catatan: 77

INDOHUN Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health Sub Bab: Dimensi dan Model Budaya Tujuan Pembelajaran: Tipe Pembelajaran: Waktu: Alat dan Bahan: Tugas Sebelum Kelas Memahami dan membedakan berbagai jenis kebudayaan dan keyakinan tentang kesehatan manusia dan hewan, dan pelayanan kesehatan, dan lingkungan serta dampaknya terhadap inisiatif One Health, dengan cara: Menganalisis budaya lokal dan keyakinan mereka tentang penyakit, perawatan medis, dan kesehatan. Memahami peran penyedia layanan kesehatan, tabib/dukun, dan pemimpin dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan kesehatan pada konteks budaya tertentu. Mengidentifikasi norma-norma budaya umum dan spesifik (lokal/daerah) dan isu-isu sensitif sekitar kesehatan/ perawatan kesehatan, hewan, dan lingkungan. Ceramah; Diskusi Kelompok Kecil dan Kelompok Besar; Refleksi Individu 90 Menit Komputer, LCD proyektor, layar/dinding putih Modul PowerPoint Panduan Mahasiswa Baca Artikel, Cultural Health Attributions, Beliefs and Practices Baca Artikel, Indigenous Healers in Southeast Asian Refugee Communities Catatan untuk Fasilitator Pra-kerja Ceramah 30 Menit 30 Menit Tugaskan mahasiswa membaca artikel-artikel berikut sebelum kelas: Cultural Health Attributions, Beliefs, and Practices: Effects on Healthcare and Medical Education (Lisa M. Vaughn, Farrah Jacquez and Raymond C. Baker) Indigenous Healers in Southeast Asian Refugee Communities (Janey Egawa and Nathaniel Tashima) Memahami Budaya Buka sesi ini dengan mengajukan pertanyaan: Bagaimana Anda mendefinisikan budaya? Sampaikan ceramah singkat yang mencakup poin kunci berikut: Definisi Budaya Model Gunung Es Tiga model dalam memahami budaya - Hofstede, Trompenaars, Hall Lihat catatan singkat fasilitator pada sesi ini untuk bacaan latar belakang tentang artikel yang disebutkan di atas. 78

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN Diskusi Kelompok Besar Refleksi Individu Pengarahan Kelompok Kecil 30 Menit 15 Menit 15 Menit Setelah presentasi, pandu mahasiswa dalam diskusi kelompok dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut: Mungkinkah untuk benar-benar memahami kebudayaan di luar budaya Anda? Kenapa mungkin dan kenapa tidak mungkin? Dalam menentukan perilaku dan nilai-nilai suatu budaya, bagaimana Anda menghindari stereotyping? Bagaimana model-model kebudayaan dapat serupa? Atau berbeda? Menurut Anda apakah model ini dapat diaplikasikan untuk memperoleh wawasan budaya pada masyarakat Asia Tenggara? Bagaimana Anda dapat menerapkan model-model tersebut pada keyakinan mengenai kesehatan/pelayanan kesehatan, hewan, dan lingkungan? Gunung Es Saya Minta mahasiswa menggambar gunung es budaya mereka masing-masing pada Panduan Mahasiswa. Minta mereka mendeskripsikan sebanyak mungkin elemen yang berada di atas permukaan, tepat di bawah permukaan, dan pada bagian terdalam budaya mereka. Mereka harus berfokus pada elemen yang berpengaruh paling besar terhadap keyakinan individu tentang penyakit, kesejahteraan, pelayanan kesehatan, hewan, dan lingkungan. Pada kelompok kecil, minta mahasiswa untuk membagikan gunung es mereka, fokus pada keyakinan bersama tentang penyakit, kesejahteraan, pelayanan kesehatan, hewan, dan lingkungan. Minta mereka untuk membandingkan dan membedakan bagaimana mereka memandang budaya masing-masing. Definisi Budaya Budaya adalah kesatuan kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, tradisi, dan kemampuan serta kebiasaan lainnya yang diperoleh sebagai bagian dari suatu masyarakat. (Edward Taylor, 1871) Budaya adalah kemampuan untuk terus menerus mengembangkan jangkauan dan keakuratan persepsi seseorang terhadap makna. (John Dewey, 1916) Budaya terdiri dari pola-pola, eksplisit dan implisit, dari dan untuk perilaku yang diperoleh dan disebarkan dengan simbol-simbol, merupakan pencapaian khas kelompok manusia, termasuk perwujudannya dalam artefak; inti penting dari budaya terdiri dari ide-ide tradisional (yaitu berasal dan dipilih secara historikal) dan terutama nilai-nilai yang melekat padanya; sistem budaya, di satu sisi, dapat dianggap sebagai produk dari tindakan, di sisi lain sebagai elemen pengkondisian tindakan lanjutan. (Kroeber and Kluckhold, 1952) Budaya berarti keseluruhan kompleks perilaku tradisional yang telah dikembangkan oleh umat manusia dan dipelajari oleh setiap generasi. Suatu budaya tidak kaku. Hal ini dapat berarti bentuk perilaku tradisional yang merupakan karakteristik dari suatu masyarakat tertentu, atau kelompok masyarakat, atau ras tertentu, atau dari daerah tertentu, atau periode waktu tertentu. (Margaret Mead, 1973) Budaya adalah perangkat lunak pikiran. (Hofstede 1997) 79

INDOHUN Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health Budaya dan Perumpamaan Gunung Es Budaya permukaan yaitu yang berada di atas permukaan atau yang dapat diamati. Budaya dalam yaitu yang berada tepat di bawah permukaan dan termasuk aturan-aturan, perilaku, dan emosi yang tidak tersampaikan. Budaya paling dalam yaitu yang berdasarkan pada nilai dan bersifat emosional. Geert Hofstede Tiga Model Penelitian dan Pemikiran Pemimpin untuk Membantu Memahami Budaya Geert Hofstede adalah seorang ahli psikologi sosial, mantan karyawan IBM, dan Professor Emeritus di bidang Antropologi Organisasi dan Manajemen Internasional pada Universitas Maastricht di Belanda. Informasi lebih lanjut tersedia pada http://www.geerthofstede.nl/. Konsep yang diusulkan oleh Dr. Hofstede termasuk (lihat Topik no 1 5 pada halaman selanjutnya): 1. Power distance index (PDI)/Indeks Jarak Kekuasaan - Jarak kekuasaan merupakan sejauh mana anggota yang kurang kuat pada suatu organisasi dan lembaga (seperti keluarga) menerima dan berharap bahwa kekuasaan didistribusikan secara tidak merata. Budaya yang mendukung jarak kekuasaan rendah mengharapkan dan menerima hubungan kekuasaan yang lebih konsultatif atau demokratis. Hubungan antarindividu lebih berdasarkan atas kesetaraan terlepas dari kedudukan formal masing-masing orang. Bawahan lebih nyaman dan menuntut hak untuk berkontribusi dan mengkritik keputusan yang diambil oleh pihak yang berkuasa. Di negara-negara dengan jarak kekuasaan tinggi, anggota yang kurang kuat menerima hubungan kekuasaan yang lebih otokratis dan paternalistik. Bawahan mengakui kekuasaan orang lain berdasarkan posisi hierarkis resmi tertentu. Dengan demikian, indeks jarak kekuasaan Hofstede tidak mencerminkan perbedaan objektif dalam distribusi kekuasaan, melainkan cara orang memandang perbedaan kekuasaan tersebut. 2. Individualisme (IDV) vs. Kolektivisme Konsep ini mencirikan tingkatan di mana individu diintegrasikan ke dalam kelompok. Dalam masyarakat individualistis, penekanan terletak pada prestasi pribadi dan hak-hak individu. Orang-orang diharapkan untuk membela diri mereka sendiri dan keluarga inti mereka, dan untuk memilih afiliasi atau keanggotaan mereka dalam hubungan dengan orang lain. Sebaliknya, dalam masyarakat kolektivistis, individu bertindak terutama sebagai anggota kelompok atau organisasi yang berlangsung seumur hidup dan kohesif. (Catatan: Kata kolektivisme dalam pengertian ini tidak memiliki arti politik: mengacu pada kelompok, bukan negara. ) Orang-orang memiliki keluarga besar, yang digunakan sebagai perlindungan dengan imbalan berupa loyalitas mutlak. 3. Uncertainty avoidance index (UAI)/Indeks Penghindaran Ketidakpastian UAI menunjukkan toleransi masyarakat terhadap ketidakpastian dan ambiguitas. Hal ini mencerminkan sejauh mana anggota masyarakat berupaya untuk mengatasi kecemasan dengan meminimalkan ketidakpastian. Orang-orang pada budaya dengan penghindaran ketidakpastian yang tinggi cenderung lebih emosional. Mereka berusaha meminimalkan terjadinya keadaan yang tidak diketahui dan tidak biasa dan untuk melanjutkan dengan perubahan hati-hati yang dilakukan langkah-demi-langkah dengan menerapkan perencanaan dan aturan pelaksanaan, hukum, dan peraturan yang jelas. Sebaliknya, budaya penghindaran ketidakpastian rendah menerima dan merasa nyaman dalam situasi yang tidak terstruktur atau lingkungan berubah dan mencoba untuk memiliki aturan sesedikit mungkin. Orang-orang di budaya ini cenderung lebih pragmatis dan mereka lebih toleran terhadap perubahan. 80

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN 4. Maskulinitas (MAS) vs. femininitas Konsep ini menggambarkan distribusi peran emosional antargender. Budaya maskulin mengutamakan nilai-nilai seperti daya saing, ketegasan, materialisme, ambisi, dan kekuasaan, sedangkan budaya feminin menempatkan nilai lebih pada hubungan dan kualitas hidup. Dalam budaya maskulin, perbedaan antara peran gender terlihat lebih dramatis dan tidak dinamis daripada dalam budaya feminin di mana pria dan wanita memiliki nilai yang sama yang menekankan pada kesederhanaan dan kepedulian. Sebagai hasil dari tabu tentang seksualitas dalam banyak kebudayaan, terutama yang maskulin, dan karena generalisasi gender yang jelas tersirat oleh terminologi Hofstede, dimensi ini sering diubah oleh pihak-pihak yang menggunakan model Hofstede, misalnya, dengan Kuantitas Kehidupan vs Kualitas Hidup (Quantity of Life vs. Quality of Life). 5. Orientasi jangka panjang (LTO) vs orientasi jangka pendek konsep pertama juga disebut dinamisme Konfusius, model ini menggambarkan horizon waktu masyarakat. Masyarakat yang berorientasi jangka panjang lebih mementingkan masa depan. Mereka mendorong nilai-nilai pragmatis berorientasi pada imbalan, termasuk ketekunan, hemat, dan kapasitas adaptasi. Dalam masyarakat berorientasi jangka pendek, nilai-nilai yang dipromosikan terkait dengan masa lalu dan masa kini, termasuk kemantapan, menghormati tradisi, pelestarian reputasi seseorang, balas budi, dan memenuhi kewajiban sosial. Alfonsus (Fons) Trompenaars Fons Trompenaars (lahir: 1953) adalah seorang penulis, ahli teori organisasi, konsultan manajemen dan ahli dalam bidang komunikasi lintas budaya yang mengembangkan model perbedaan budaya nasional. Informasi tambahan tersedia online di: http://hbr.org/web/slideshows/the-50-most-influential-management-gurus/42-trompenaars Konsep Fons Trompenaars meliputi (lihat Topik 1-7 di bawah ini): 1. Universalisme vs. partikularisme (Apa yang lebih penting, aturan atau hubungan?) - Universalisme vs partikularisme menggambarkan bagaimana orang menilai perilaku orang lain. Orang-orang universalis sangat mementingkan ketaatan pada aturan. Perilaku mereka cenderung abstrak. Pada masyarakat universalis dan berbasis aturan, terdapat kemutlakan tertentu yang menyeluruh dan diaplikasikan pada keadaan atau situasi apapun. Apa yang benar selalu benar dalam setiap situasi dan untuk semua orang. Seorang universalis berupaya untuk menerapkan aturan yang sama dalam segala situasi. Untuk tetap adil, seorang universalis tidak akan memberi perlakuan yang berbeda antara orang-orang dari lingkungan yang sempit (seperti keluarga, teman atau anggota yang disebut ingroup ) dan masyarakat luas (seperti orang asing dan anggota outgroup ). Dimanapun dan kapanpun saat yang memungkinkan, universalis mengabaikan perasaan dan emosi pribadi dan lebih memilih untuk melihat secara obyektif pada situasi. Untuk tetap selalu adil, semua orang sama karena tidak ada perbedaan. Akhirnya, perilaku berbasis aturan mengacu pada kecenderungan bahwa pengecualian dalam aturan dapat menyebabkan kelemahan. Dikhawatirkan bahwa sekali pengecualian diakui, sistem bisa memburuk. Masyarakat partikularis selalu mempertimbangkan keadaan tertentu atau latar belakang pribadi dalam setiap situasi dan perilaku. Apa yang benar dalam satu situasi mungkin tidak tepat pada situasi lain. Orang-orang di masyarakat partikularis memberikan perlakuan terbaik kepada keluarga, teman-teman, dan anggota ingroup mereka di atas semua orang lain. Ingroup dan outgroup dibedakan dengan jelas. Seorang partikularis selalu melihat perbedaan antara individu. Tidak ada yang dilihat secara sama dan semua orang diperlakukan sebagai individu yang unik. Dalam praktiknya, kedua jenis penilaian ini digunakan. Beberapa yang dianggap sebagai masyarakat universalistik yaitu: Amerika Serikat, Australia, Jerman, Swiss, Swedia, Inggris, Belanda, Republik Ceko, Slovakia, Belgia, Prancis. Negara-negara yang dapat dilihat sebagai masyarakat partikularis yaitu: Brazil, Italia, Jepang, Argentina, Meksiko, dan Thailand. 2. Individualisme vs kolektivisme (komunitarianisme) - (Apakah kita berfungsi dalam kelompok atau sebagai individu?) Fons Trompenaars menggambarkan budaya individualistik sebagai karakteristik masyarakat modern, 81

INDOHUN Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health sementara komunitarianisme juga dapat diterapkan pada masyarakat modern ketika berbicara tentang kontrol media massa dan populisme. Kedua dimensi lebih saling melengkapi daripada bertentangan. Masing-masing dapat secara efektif didamaikan dengan proses integratif: suatu masyarakat komunitarian yang belajar tentang keterbatasannya dari kasus tertentu, dan oleh individual yang secara sukarela menangani kebutuhan kelompok yang lebih besar. Meskipun saling melengkapi, masih ada perbedaan di antara kedua konsep ini. Budaya individualis melihat individu sebagai akhir dan perbaikan pengaturan komunal sebagai sarana untuk mencapainya. Proses pengambilan keputusan dalam budaya individualistis biasanya sangat singkat. Seorang individualis dapat membuat keputusan dalam beberapa detik. Meskipun hal ini mungkin membuat pertimbangan lebih cepat, sering ditemukan, dalam beberapa waktu kemudian, bahwa organisasi bersekongkol untuk menentang keputusan tersebut. Penundaan karena masalah pelaksanaan diikuti oleh pengambilan keputusan yang dilakukan dalam waktu singkat. Untuk menempatkan semua orang yang terlibat dalam satu arah, individualis akan sering mengusulkan dilakukan pemungutan suara. Membuat kesalahan dalam budaya individualistik berarti bahwa satu individu dijatuhi hukuman dan oleh karena itu memungkinkannya menjadi anggota yang lebih baik. Budaya komunitarian melihat kelompok sebagai akhir dan perbaikan kapasitas individu sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Namun jika hubungan benar-benar melingkar, keputusan untuk menamai satu elemen sebagai tujuan dan satu elemen lainnya sebagai sarana terlihat sewenang-wenang. Berdasarkan definisinya, lingkaran tidak pernah berakhir. Setiap akhir juga merupakan sarana untuk tujuan lain. Selanjutnya, budaya komunitarian lebih memilih presentasi jamak. Ketika menerima tuntutan tak terduga, seorang komunitarian akan berupaya berunding dengan anggota dalam kelompoknya. Dalam rapat atau perundingan, komunitarian bertindak sebagai delegasi atau perwakilan yang terikat dengan keinginan orang-orang yang mereka wakili. Komunitarian membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengambilan keputusan daripada individualis karena adanya upaya berkelanjutan untuk meyakinkan setiap orang untuk mencapai kesepakatan bersama. Biasanya akan ada konsultasi terperinci. Kesepakatan akan tercapai karena adanya tekanan untuk menyetujui tujuan bersama. Dalam menghadapi kesalahan, logika komunitarian merupakan kebalikan dari individualistik. Mereka percaya bahwa melalui keanggotaan tim, mereka mendukung individu sehingga setiap orang menjadi pekerja yang lebih baik. Jika terjadi kesalahan, hanya kelompok yang perlu tahu. Rekonsiliasi terletak pada kenyataan bahwa kelompok telah mengurus kesalahan individu tersebut sehingga hukuman tambahan tidak diperlukan. Pada pengamatan lebih dekat, budaya komunitarian dan individualistis disesuaikan. Hal ini berdasarkan pada keyakinan bahwa individualis dapat menemukan pemenuhan dalam pelayanan kepada kelompok, sementara tujuan kelompok dapat berupa nilai nyata bagi individu hanya jika mereka ditanyai dan diikutsertakan dalam proses pengembangan mereka. Rekonsiliasi ini tidak mudah, tapi mungkin dilakukan. 3. Netral vs. emosional (Apakah kita menunjukkan emosi?) - Dimensi ketiga Trompenaars ini membahas pentingnya perasaan dan hubungan. Dalam budaya netral, orang tidak secara terbuka mengungkapkan perasaan mereka, tetapi secara hati-hati mengendalikan dan menguasainya. Perantaraan dan rasionalitas adalah tindakan di latar depan. Orang-orang pada budaya ini tidak berarti selalu dingin atau tidak berperasaan, mereka juga tidak terhalang atau tertekan secara emosional. Emosi yang mereka tunjukkan seringkali merupakan hasil dari konvensi. Dalam budaya netral, di mana emosi dikendalikan, sukacita atau kesedihan mendalam akan memberikan isyarat yang kuat. Dalam budaya emosional, emosi muncul secara tiba-tiba, terbuka, dan penuh gairah. Budaya ini cenderung memiliki jangkauan ekspresi wajah dan gerak tubuh yang lebih luas selama percakapan dan emosi dapat terdengar dengan jelas pada perubahan tekanan suara. Emosi cenderung muncul sebagai bagian kehidupan sehari-hari. 4. Spesifik vs. tersebar (Seberapa terpisah kehidupan pribadi dan pekerjaan kita) - Dimensi ini kadangkadang disebut sebagai dimensi perhatian/komitmen, yang ditunjukkan pada tingkat individu dan dipengaruhi oleh situasi atau tindakan tertentu. Dalam budaya berorientasi spesifik, bidang kehidupan seperti 82

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN pekerjaan dan keluarga diakui secara luas. Seorang anggota budaya berorientasi spesifik lebih terbuka di ruang publik, tapi sangat tertutup dalam ruang pribadi. Karakteristik lain dari orang-orang dalam budaya tersebut adalah keterusterangan, langsung ke inti, dan menjalin hubungan karena adanya tujuan. Seringkali terdapat prinsip-prinsip dan nilai moral yang konsisten yang terlepas dari orang yang sedang dihadapi. Dalam budaya berorientasi menyebar, bidang kehidupan seperti pekerjaan dan keluarga terkait erat. Seseorang yang berorientasi menyebar lebih tertutup di ruang publik, tetapi sangat terbuka di ruang pribadi. Berbeda dengan yang berorientasi spesifik, orang-orang berorientasi menyebar bersifat tidak langsung, berbelit-belit, dan terlihat tanpa tujuan ketika menjalin hubungan. Mereka memiliki moralitas situasional yang tinggi tergantung pada orang dan konteks yang dihadapi. 5. Pencapaian vs. anggapan (Apakah status diperoleh dengan membuktikan diri atau merupakan pemberian?) Dimensi ini mengacu pada pertanyaan apakah status seseorang diberikan berdasarkan agama, asal usul, atau usia, atau apakah status merupakan pengakuan terhadap kinerja individu yang telah terbukti. Dalam budaya yang berorientasi prestasi, gelar hanya digunakan bila kompetensi individu relevan dengan tugas. Menghormati manajer berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya. Pengambilan keputusan ditantang atas dasar teknis dan fungsional. Dalam dimensi ini, status individu mengacu terutama untuk kinerja pribadi. Dalam budaya berorientasi anggapan, gelar banyak digunakan untuk memperjelas posisi dalam suatu organisasi. Menghormati manajer didasarkan pada senioritas dan hirarki. Pengambilan keputusan ditantang oleh orang-orang dengan otoritas yang lebih tinggi. Dalam budaya berorientasi anggapan, status mengacu pada agama, asal usul, atau usia individu. 6. Sekuensial vs. sinkronik (Apakah kita melakukan hal-hal satu per satu atau beberapa hal sekaligus?) - Dimensi ini berurusan dengan pertanyaan tentang bagaimana orang-orang di budaya yang berbeda mengatur waktu. Trompenaars mendefinisikan dua cara: secara sekuensial dan secara sinkronis. Mengelola waktu secara sekuensial/berurutan berarti bahwa orang merasa waktu sebagai suatu rangkaian acara. Seseorang sekuensial mempersiapkan jalur atau rencana kerja sebelum melakukan kagiatan lengkap dengan jadwal waktu untuk setiap tahap. Orang-orang dengan pemahaman waktu seperti ini tidak suka jika mereka terpaksa tidak memenuhi jadwal atau agenda karena adanya kejadian tak terduga. Mereka cenderung menyusun jadwal dengan sangat ketat, dengan jeda tipis antara aktivitas. Bagi mereka, terlambat beberapa menit merupakan kesalahan fatal karena dapat mempengaruhi jadwal di hari tersebut. Waktu dipandang sebagai komoditas untuk digunakan. Keterlambatan dapat menghalangi seseorang untuk memperoleh manfaat dari waktu yang berharga, seperti ungkapan waktu adalah uang. Dalam manajemen waktu sinkronis, peristiwa memiliki masa lalu, sekarang, dan masa depan yang saling terkait, sehingga ide-ide tentang masa depan dan kenangan masa lalu membentuk tindakan saat ini. Orangorang yang mengadopsi metode ini mengikuti berbagai kegiatan secara paralel, seperti tukang akrobat yang melakukan atraksi lempar enam bola sekaligus. Melihat berbagai kegiatan, seseorang dalam budaya manajemen waktu sinkronis melihat aktivitas akhir sebagai tujuan dengan batu loncatan, yang dapat dibolak-balik untuk mencapai tujuan tersebut. Seseorang dapat melampaui batu-batu ini. Selain itu, orang yang sinkronis yang tidak disambut secara spontan, bahkan jika orang lain terlibat dalam suatu kegiatan lain (misalnya, berbicara di telepon), melihat hal ini sebagai kurangnya penghargaan. Orang dengan budaya ini menunjukkan perghargaan terhadap orang lain dengan memberikan waktu, bahkan jika mereka muncul tanpa membuat janji sebelumnya. 7. Kontrol internal vs. eksternal (apakah kita mengontrol lingkungan atau dikontrol oleh lingkungan?) - Orang-orang dengan budaya pengendalian internal cenderung untuk mengidentifikasi diri dengan mekanisme, yaitu, organisasi dipahami sebagai sebuah mesin yang mematuhi kehendak operatornya. Orang-orang di budaya kontrol eksternal cenderung melihat organisasi itu sendiri sebagai produk alam, yang berkembang karena adanya nutrisi dari lingkungannya dan keseimbangan ekologi yang menguntungkan. 83

INDOHUN Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health Edward T. Hall Edward T. Hall, Jr. (16 Mei 1914 20 Juli 2009) adalah seorang ahli antropologi dan peneliti lintas budaya. Ia diingat karena mengembangkan konsep Proxemiks, deskripsi tentang bagaimana orang berperilaku dan bereaksi dalam berbagai jenis ruang pribadi yang didefinisikan secara kultural. Informasi lengkap tersedia online di: http://www.edwardthall.com/. Konsep yang dikembangkan Hall termasuk (lihat Topik 1 3 berikut): 1. Konteks Konteks tinggi: Dalam budaya konteks tinggi, ada banyak unsur kontekstual yang membantu orang memahami aturan. Akibatnya, banyak hal diterima sebagai suatu kepatutan. Hal ini bisa sangat membingungkan bagi orang yang tidak memahami aturan tak tertulis budaya. Konteks rendah: Dalam budaya konteks rendah, sangat sedikit yang diterima sebagai kepatutan. Walaupun ini berarti bahwa diperlukan lebih banyak penjelasan, juga berarti lebih sedikit kesalahpahaman, terutama di antara pendatang. Perbedaan keduanya: Kontrak bisnis Perancis cenderung pendek (panjang secara fisik, bukan durasi waktu) karena banyak informasi yang tersedia berada dalam budaya konteks tinggi khas Perancis. Berbeda dengan di Amerika yang dianggap sebagai negara konteks rendah, di mana kontrak cenderung lebih lama untuk menjelaskan rincian yang diperlukan. Lingkungan yang sangat mobile di mana orang-orang datang dan pergi membutuhkan budaya konteks rendah. Meskipun demikian, dengan populasi yang stabil, budaya konteks tinggi dapat berkembang. Perhatikan kesamaan konsep konteks tinggi vs rendah yang dikemukakan Hall, masing-masing dengan konsep Trompenaars; partikularisme (konteks tinggi) dan Universalisme (konteks rendah). Faktor Budaya Konteks Tinggi Budaya Konteks Rendah Kejelasan Pesan Locus of Control dan Peletakan Kesalahan Penggunaan Komunikasi Nonverbal Banyak pesan tersembunyi dan implisit, dengan penggunaan perumpamaan dan arti tersirat Locus of control di dalam diri dan penerimaan pribadi terhadap kegagalan Banyak komunikasi nonverbal Banyak pesan yang jelas dan eksplisit yang maknanya sederhana dan jelas Locus of control di luar diri dan menyalahkan orang lain ketika gagal Lebih berfokus pada komunikasi verbal dan bahasa tubuh Ekspresi Reaksi Pendiam, reaksi ke dalam diri Reaksi terlihat, ke luar diri Kohesi dan Pemisahan Kelompok Ikatan Antarorang Tingkat Komitmen dalam Hubungan Fleksibilitas Waktu Perbedaan yang jelas antara dalamkelompok dan luar-kelompok; rasa kekeluargaan kuat Ikatan antarorang kuat dalam hubungan dengan keluarga dan masyarakat Komitmen yang tinggi terhadap hubungan jangka panjang; lebih penting daripada tuga/pekerjaan Waktu bersifat terbuka dan fleksibel; proses lebih penting daripada hasil Pola kelompok yang fleksibel dan terbuka, berubah jika diperlukan Ikatan antarorang lemah, dengan rasa kesetiaan yang rendah Komitmen dalam hubungan rendah; tugas/pekerjaan lebih penting daripada hubungan Waktu terorganisasi dengan ketat; hasil lebih penting daripada proses 84

Pedoman Aplikasi Soft Skill One Health INDOHUN 2. Waktu Waktu Monokronik: Waktu, sebagaimana menurut E.T. Hall, berarti melakukan satu hal pada suatu waktu. Ini mengasumsikan perencanaan yang matang dan penjadwalan dan merupakan pendekatan Barat yang sering muncul dalam disiplin ilmu seperti manajemen waktu. Orang yang monokronik cenderung juga memiliki budaya konteks rendah. Waktu Polikronik: Dalam budaya polikronik, interaksi manusia berdasarkan waktu dan materi, yang mengarah pada kurangnya perhatian untuk menyelesaikan sesuatu meskipun akhirnya dapat diselesaikan, namun lebih pada waktu yang tidak menentu. Masyarakat Aborigin dan penduduk asli Amerika memiliki budaya polikronik yang khas di mana suatu pertemuan bisa terus berlangsung selama masih ada yang berbicara. Orang polikronik cenderung juga memiliki budaya konteks tinggi. Membandingkan Konteks dan Waktu: Budaya Barat bervariasi dalam fokus mereka pada waktu monokronik atau polikronik. Orang Amerika cenderung sangat monokronik sementara Perancis memiliki kecenderungan polikronik jauh lebih besar; dengan demikian, orang Perancis datang terlambat ke suatu pertemuan tanpa merasa bersalah (sangat menyebalkan bagi rekan kerja Jerman atau Amerika). Perhatikan kesamaan konsep waktu monokronik vs polikronik E.T. Hall dibandingkan dengan konsep waktu sekuensial vs sinkronik Trompenaars (lihat tabel di bawah). Faktor Tindakan Monokronis Tindakan Polikronik Tindakan Fokus Perhatian terhadap waktu Melakukan satu kegiatan pada satu waktu Berkonsentrasi pada aktivitas yang sedang dilakukan Memikirkan kapan suatu tujuan harus tercapai Melakukan banyak kegiatan sekaligus Mudah terganggu Memikirkan tentang hal yang akan dicapai Prioritas Mengutamakan pekerjaan Mengutamakan hubungan Rasa hormat terhadap kepemilikan Jarang meminjam atau meminjamkan barang Sering dan mudah meminjam dan meminjamkan barang Perhitungan waktu Menekankan ketepatan Mendasarkan ketepatan pada faktor hubungan 3. Ruang Hall menaruh perhatian terhadap ruang pribadi dan hubungan kita di dalamnya. Dia menciptakan istilah Proxemics untuk menggambarkan perbedaan ruang pribadi yang didefinisikan secara kultural. Kita cenderung memperhatikan berbagai ruang dalam banyak situasi, dari ruang tubuh pribadi hingga ruang di kantor, tempat parkir, dan ruang di rumah. Kebutuhan terhadap ruang: Beberapa orang membutuhkan lebih banyak ruang pribadi di semua bidang. Orang-orang yang melanggar batas ruang pribadi dapat dianggap sebagai ancaman. Ruang pribadi adalah contoh dari bentuk wilayah yang mobile dan orang-orang membutuhkan jarak yang lebih sedikit atau lebih besar antara mereka dan orang lain, sebagian didasarkan pada budaya yang dianut. Orang Jepang yang mungkin perlu lebih sedikit ruang pribadi sehingga mungkin akan berdiri lebih dekat ke orang Amerika daripada yang diperkirakan dalam budaya itu, secara tidak sengaja berpotensi membuat orang Amerika merasa tidak nyaman. Konsep ruang pribadi mungkin berbeda secara luas berdasarkan jenis kelamin, budaya, dan/atau keyakinan agama. 85