PENGARUH JUMLAH PRODUKSI KARET, HARGA, DAN INVESTASI TERHADAP VOLUME EKSPOR KARET INDONESIA I Wayan Budi Wirawan I Gusti Bagus Indrajaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

ANALISIS PENGARUH JUMLAH PRODUKSI, HARGA, DAN INVESTASI TERHADAP VOLUME EKSPOR TEMBAGA INDONESIA TAHUN

Pengaruh Jumlah Produksi, Harga Ekspor, Dan Kurs Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Batu Bara Indonesia Tahun

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA TERHADAP EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

E-Jurnal EP Unud, 4 [5] : ISSN:

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA, DAN EKSPOR TERHADAP PDRB SEKTOR INDUSTRI DI KOTA SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH HARGA DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT SERMANI STEEL MAKASSAR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjelaskan karakteristik sampel terutama yang mencakup nilai rata-rata (mean),

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN oleh PT. Danareksa Investment Management yang pada saat itu mengeluarkan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tahun 2012 sampai dengan Data yang digunakan dalam penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio (CR)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang digunakan dengan menggunakan program SPSS versi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan

Nama : Nurmala Ekatami NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Bambang Darmadi, SE., MM.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

PENGARUH LABA BERSIH, ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS INVESTASI DAN ARUS KAS PENDANAAN TERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama : Suherman Pembimbing : Suryandari Sedyo Utami, SE., MM.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perhitungan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa ketiga sampel atau variabel tersebut adalah distribusi normal.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Data dan Deskripsi Variabel. Tabel 4.1 Deskripsi Variabel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH KURS MATA UANG ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (closing price) yang tercatat di indeks LQ 45 periode yang dinyatakan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. statistik Kolmogorov- Smirnov (uji K-S). Dasar untuk pengambilan

BAB 4 ANALISIS DATA. Statistika Deskriptif merupakan hal serangkaian teknik statistika yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

mempunyai nilai ekstrim telah dikeluarkan sehingga data diharapkan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui gambaran atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasan ditampilkan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini mengunakan alat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH FAKTOR - FAKTOR FUNDAMENTAL SAHAM PT. UNILEVER INDONESIA, TBK TAHUN : Faishal Febrian NPM :

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif. Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dengan jumlah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DEWI JUNIARTI HONDRO JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH)

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Penggunaan analisis statistik deskriptif untuk memberikan gambaran data yang akan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dengan rasio aktivitas, kita dapat mengetahui tingkat persediaan,

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ROA, ROE, DAN PER TERHADAP HARGA SAHAM PT MANDOM INDONESIA, Tbk.

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang

JUDUL SKRIPSI : Disusun oleh: : Olvia Andiyani Syafitri NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Dr. Dra. Peni Sawitri, MM.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

Transkripsi:

PENGARUH JUMLAH PRODUKSI KARET, HARGA, DAN INVESTASI TERHADAP VOLUME EKSPOR KARET INDONESIA 1996-2010 I Wayan Budi Wirawan I Gusti Bagus Indrajaya Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah produksi, harga, dan investasi terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010, baik secara serempak maupun parsial. Teknik analisis yang digunakan adalah regeresi linear berganda dengan menggunakan uji F dan uji t..hasil analisis data menunjukkan bahwa jumlah produksi, harga dan investasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Secara parsial hanya variabel jumlah produksi yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010 sedangkan variabel harga dan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet, Indonesia tahun 1996-2010. Kata kunci : ekspor karet, harga, investasi, jumlah produksi ABSTRACT This study aimed to determine the effect of the amount of production, prices, and investment to Indonesia rubber exports in 1996-2010, either simultaneously or partially. The analysis technique used is regeresi linear regression using the F test and t test.. The data analysis showed that the amount of production, prices and investment simultaneously significant effect on Indonesian rubber exports in 1996-2010. Partially only variable significant amount of production to Indonesia rubber exports in 1996-2010, while the price variable and the investment does not significantly influence the volume of rubber exports, Indonesia in 1996-2010. Keywords: rubber exports, prices, investment, production quantities PENDAHULUAN Arus globalisasi ekonomi dan proses liberalisasi perdagangan merupakan kenyataan yang saat ini semakin berkembang dari segi globalisasi produksi sampai dengan pemasaran barang dan jasa. Permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh banyak negara di dunia ditengarai bersumber dari keinginan (want) dan kelangkaan (scarcity). Oleh karena itu untuk dapat memenuhi kebutuhan masing-masing negara maka kegiatan perdagangan antar negara dilakukan, dimana terjadi pertukaran kebutuhan sehingga dapat saling melengkapi. Masing-masing negara memiliki ketergantungan dengan negara lainnya, karena untuk memenuhi kebutuhannya tidaklah cukup dengan mengandalkan sumber daya dari dalam negeri saja. Untuk itu maka negara tersebut akan mendatangkan barang dari negara lain atau melakukan kegiatan impor, sedangkan negara yang memasok komoditas tertentu dengan negara lain yang membutuhkan cenderung akan melakukan kegiatan ekspor. Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan. Meskipun kontribusi sub sektor perkebunan terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto belum terlalu besar yaitu sekitar 2,49 persen pada tahun 2004 atau merupakan urutan kedua di sektor pertanian setelah sub sektor tanaman bahan makanan namun sub sektor e-mail :budiwirawan66@yahoo.com 93

perkebunan khususnya karet merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja dan penghasil devisa (BPS Provinsi Bali, 2004). Secara umum perkembangan volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010 cukup berfluktuasi, dengan rata-rata perkembangan meningkat sebesar 12,65 persen per tahun. Volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 5.800.000 Ton atau naik 33,4 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah produksi karet dimana pada tahun tersebut terjadi perluasan areal perkebunan karet khususnya di daerah Sumatra Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat serta konsumsi akan karet dari negara pengimpor meningkat. Sedangkan penurunan volume ekspor karet terjadi pada tahun 2000 dimana volume ekspor perkembanganya mengalami penurunan sebesar 8,93 persen. Volume karet dipengaruhi oleh jumlah produksi dari karet itu sendiri. Perkembangan jumlah produksi karet yang terus meningkat ini karena telah dilakukan proyek pengembangan perluasan areal perkebunan karet serta melalui peremajaan areal tanaman karet tua dengan menggunakan klon unggul lateks kayu. Namun potensi ini akan dapat termanfaatkan dengan baik hanya jika langkah-langkah strategis penanganan operasionalnya dapat dikoordinasikan dengan baik. Tabel 1. Perkembangan Volume Ekspor Karet Indonesia Tahun 1996-2010 TAHUN Volume Ekspor ( Ton ) Perkembangan (%) 1996 1.434.300-1997 1.416.200 (1,26) 1998 1.641.200 15,89 1999 1.494.600 (8,93) 2000 1.379.600 (7,69) 2001 1.453.400 5,35 2002 1.496.000 2,93 2003 1.663.000 11,16 2004 1.874.300 12,71 2005 2.023.800 7,98 2006 3.009.000 48,68 2007 3.058.000 16,28 2008 4.132.000 35,12 2009 4.345.000 5,54 2010 5.800.000 33,4 Rata-rata perkembangan 12,65 Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 1996-2010 (data diolah) Keterangan : ( ) angka dalam kurung berarti minus Volume ekspor karet selain dipengaruhi oleh jumlah produksi karet juga dipengaruhi oleh harga karet itu sendiri, dimana harga yang berlaku adalah harga rata-rata karet di pasaran dunia. Sebagai salah satu komoditi ekspor, harga karet Indonesia sangat tergantung pada harga karet di pasar internasional yang sangat berfluktuasi. Menurunnya harga karet dunia sejak pertengahan tahun 1997 mendorong ketiga negara produsen utama karet alam dunia yakni Thailand, Indonesia dan Malaysia untuk melakukan kerjasama tripartite dibidang produksi dan pemasaran karet. Seiring dengan terbentuknya kerjasama tripartite antara tiga negara produsen karet dunia tersebut, harga karet di pasaran dunia memperlihatkan kecenderungan yang membaik. Setelah 94

masing-masing negara anggota melaksanakan AETS (Agreed Export Tonnage Scheme) dan SMS (Supply Management Scheme), harga merangkak naik. Rata-rata perkembangan harga karet Indonesia per tahun sebesar 11,79 persen. Perkembangan harga karet Indonesia tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 144,91 persen atau mengalami peningkatan dari U$D 12.980.000/ton pada tahun 2005 menjadi U$D 31.790.000/ton pada tahun 2006. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1997 dimana perkembangannya minus 55,50 persen yaitu sebesar U$D 5.784.000. Sedangkan harga karet tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar U$D 39.130.000/ton. Harga karet terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar U$D 5.473.000/ton. Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor karet adalah Investasi sektor perkebunan, baik investasi asing maupun investasi dalam negeri, dimana apabila investasi ditujukan untuk mendorong kegiatan ekspor, kinerja ekspor suatu negara akan meningkat, dengan meningkatnya ekspor suatu negara maka akan menyebabkan bertambahnya devisa suatu negara. Investasi total sektor perkebunan karena departemen perkebunan melihat salah satu permasalahan utama yang menimpa eksportir karet dalam negeri adalah masih banyaknya pencurian-pencurian kayu secara ilegal oleh karena itu perlu dilakukan investasi yang besar untuk melakukan revitalisasi agar hutan karet tetap aman, revitalisasi memerlukan investasi yang besar di sektor perkebunan (www.dkp.go.id/2009). Investasi total sektor perkebunan di Indonesia tahun 1996-2010 rata-rata perkembangannya sebesar 3,63 persen. Investasi terbesar sektor perkebunan terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 993,00 miliar rupiah dimana hal ini disebabkan oleh daerah-daerah produksi penghasil karet utama seperti Sumatra Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat sudah mulai tanggap dalam menggarap investor khususnya investor asing. Perkembangan investasi terbesar tejadi pada tahun 1999 sebesar 54,23 persen per tahun. Perkembangan investasi terkecil terjadi pada tahun 2006 sebesar minus 48,64 persen. Hal ini disebabkan karena para investor khususnya investor dalam negeri kurang tertarik untuk menanamkan modalnya di sektor perkebunan karena resiko yang sangat besar baik bencana alam maupun pembalakan liar. Meningkatnya pertumbuhan investasi di Indonesia dimulai dengan ditetapkannya Undang-Undang No.1 / tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 / tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN). Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selama proses pembangunan di Indonesia.Arus masuk modal asing (capital inflows) juga berperan dalam menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan. Selain itu, masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal (saving investment gap) bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan modernisasi. Akan tetapi apabila modal asing tersebut tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang besar terutama apabila terjadinya capital flows reversal (Zulkarnaen Djamin, 1996: 26). DATA DAN METODOLOGI Penelitian ini dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi seluruh wilayah Indonesia dan telah disesuaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) baik pengurangan dan penambahan provinsi di Indonesia. Alasan dipilihnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai lokasi dari penelitian ini dikarenakan semakin meningkatnya volume 95

ekspor karet Indonesia dari tahun ke tahun. Objek dari penelitian ini adalah Jumlah produksi karet, harga, Investasi dan volume ekspor karet, pada tahun 1996-2010. Dalam penelitian ini jenis data yang dipergunakan adalah berupa data sekunder yaitu data yang sudah jadi dalan bentuk laporan tahunan yang telah disusun dan diterbitkan oleh lembaga atau instansi terkait seperti data perkembangan Investasi, jumlah produksi karet, harga dan volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan metode observasi non prilaku yang diambil dari dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara membaca, menyalin dan mengolah dokumen dan catatan tertulis yang ada (Sugiyono, 2002 : 139). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda yang meliputi uji F dan uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis regresi linear berganda Berdasarkan hasil regresi data diperoleh persamaan : = -1.659 + 2.386X 1 2921,387 X 2-836,117 X 3 S b = (909187,649) (0.373) (2211,040) (885,558) T = (-1,825) (6,399) (-1,321) (-0,944) Sig= (0,95) (0,000) (0,213) (0,365) R 2 = 0,901 F = 33,397 Dw = 1,902 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas NPar Tests Tabel 1. Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual N 15 Normal Parameters a Mean.0000000 Std. Deviation 4.29904493E5 Most Extreme Differences Absolute.216 Positive.102 Negative -.216 Kolmogorov-Smirnov Z.836 Asymp. Sig. (2-tailed).487 a. Test distribution is Normal. Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig = 0,487 > α = 0,05. Ini berarti variabel jumlah produksi, harga dan investasi berdistribusi normal. Untuk mengujinya digunakan Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF), yaitu kecepatan peningkatan daripada varians dan kovarians. 96

Tabel 3. Model Jumlah produksi (X 1 ) Harga karet (X 2 ) investasi (X 3 ) Perhitungan Tolerance dan Variance Inflation Factor Collinearity Statistics Tolerance 0,311 0,262 0,363 VIF 3,213 3,821 1,573 Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah produksi, harga karet dan investasi di atas tolerance di atas 0,10 dan VIF-nya di bawah 10. Ini berarti tidak terjadi multikolinearitas antara jumlah produksi, harga karet dan investasi Autokorelasi dapat dilihat pada hasil Regression Analysis dengan bantuan program SPSS dimana didalamnya terdapat nilai yang menjadi tolok ukur autokorelasi. Dari hasil perhitungan diperoleh, bahwa du (1,75) < d-hitung (1,902) < 4-du (2,25). Berarti nilai d-hitung berada di daerah bebas autokorelasi. Maka dapat disimpulkan bahwa di dalam model regresi ini, bebas dari gejala autokorelasi. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel bebas. Tabel 4. Variabel Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Sig Jumlah Produksi(X 1 ) Harga Karet (X 2 ) Investasi Sektor Perkebunan (X 3 ) 0,180 0,310 0,619 Oleh karena nilai dari signifikan masing-masing variabel bebas melebihi nilai alpa (α = 0,05 < Signifikan t). Hal ini berarti variabel bebas yang diteliti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap (nilai absolute residual) pada α = 0,05, maka tidak ada heterokedastisitas. Berdasarkan hasil analisis uji F dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi, harga karet dan investasi sektor perkebunan Indonesia secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Hal ini dikarenakan jumlah produksi, harga dan investasi secara langsung berpengaruh terhadap volume ekspor. Artinya, antara jumlah produksi, harga dan investasi saling mempengaruhi dimana antara jumlah produksi tembaga, harga dan investasi memiliki hubungan positif terhadap volume ekspor karet itu sendiri. Uji t a. Menguji pengaruh jumlah produksi karet terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Berdasarkan hasil uji t jumlah produksi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Hal ini dikarenakan kenaikan volume ekspor tidaklah lepas dari peningkatan jumlah produksi yang dikarenakan semakin bertambahnya luas lahan perkebunan karet, peralatan yang maju serta meningkatnya kebutuhan akan produk itu sendiri. 97

b. Menguji pengaruh harga terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Harga rata-rata ekspor karet Indonesia secara parsial tidak berpengaruh terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Ini disebabkan karena persaingan harga dipasaran dunia yang semakin bersaing dan juga keadaan perekonomian yang belum stabil yang di akibatkan oleh krisis global sehingga negara-negara pengimpor karet enggan untuk membeli. c. Menguji pengaruh investasi terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Oleh karena t hitung (-0,944) < t tabel (1,796) maka Ho diterima, ini berarti investasi sektor perkebunan tidak berpengaruh secara parsial terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Ini di akibatkan oleh tidak di fokuskannya investasi terhadap komoditi karet namun fokus terhadap komoditi perkebunan lainnya selain itu kurangnya keamanan yang menjamin investasi yang dilakukan di dalam negeri sehingga investor lebih hati-hati dalam melakukan investasi di dalam negeri. Koefisien determinasi majemuk atau berganda (R 2 ) jumlah produksi, harga dan kurs dollar Amerika terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010 adalah sebesar 0,901. Hal ini menunjukkan variasi naik turunnya volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010 sebesar 90,1 persen dipengaruhi oleh variasi dari jumlah produksi, harga dan investasi, sedangkan sisanya sebesar 9,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1) Jumlah produksi, harga dan investasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. 2) Jumlah produksi berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap perkembangan volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. Sedangkan harga dan investasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap volume ekspor karet Indonesia tahun 1996-2010. SARAN Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1) Dalam usaha peningkatan produksi karet dibutuhkan teknologi untuk menciptakan bibit karet yang unggul yang dapat tumbuh dengan singkat untuk menggantikan produksi pohon karet yang sudah tua. 2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan bagi para pelaku usaha, penentu kebijakan dan stakeholders lainnya yang terkait, baik langsung ataupun tidak langsung dalam mendukung Pengembangan Agribisnis Karet Indonesia ke depan. REFRENSI Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2011. Statistik Indonesia 1995-2010.Denpasar. Boediono. 1993. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE. Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi makro. Jakarta: UI Press. http://dhia22.blogspot.com/2010/04/fungsi-produksi.htm Hutabarat, Roselyne. 1995. Transaksi Ekspor-Impor. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. 98

Sukirno, Sadono. 1996. Makro Ekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran. Cetakan I. Jakarta: LP-FEUI. Waluyo, Harry. 1995. Ekonomi Internasional. Edisi I. Jakarta: Bhineka Cipta www.dkp.go.id/2009). 99