PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 75/PMK.03/2010 TENTANG NILAI LAIN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN)

Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 180/PJ./2007 TANGGAL : 28 Desember 2007

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB II LANDASAN TEORI

SE-21/PJ.51/2000 PPN DAN PPn BM DALAM TATA NIAGA KENDARAAN BERMOTOR

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

Bab 10. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB II KRITERIA BARANG YANG BISA DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2009

KEP-540/PJ/2000 PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS KENDARA

PPN DAN PPn BM PENGUSAHA KENA PAJAK, DPP & TARIF, TEMPAT PAJAK TERUTANG, DAN FAKTUR PAJAK, NOTA RETUR

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

FAKTUR PAJAK STANDAR

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

Pjk Elearning-Modul #10

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

B. SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya pajak merupakan pungutan wajib oleh negara kepada

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB II LANDASAN TEORI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB II TELAAH PUSTAKA

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

AKUNTANSI PPN & PPnBM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya.

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

1 dari 4 11/07/ :43

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M.

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5),

Transkripsi:

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPN DAN PPnBM PAJAK ATAS NILAI TAMBAH PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa tanah, upah kerja dan laba perusahaan adalah merupakan unsur nilai tambah. Jadi nilai tambah dapat diperoleh dalam kegiatan industri maupun perdagangan, bukan diperoleh dari perubahan bentuk atau sifat barang. Nilai tambah dapat dirumuskan sebagai hasil penjumlahan unsur-unsur biaya dan laba dalam proses produksi atau distribusi barang atau jasa. Dalam dunia perdagangan nilai tambah dapat diketahui dari pengurangan harga jual dengan harga beli. Penyebab Lebih Bayar PPnBM Lebih bayar PPnBM bisa terjadi dalam hal PKP mengeskpor BKP Yang Tergolong Mewah, dimana atas perolehan BKP Yang Tergolong Mewah yang diekspor tersebut telah dibayar PPnBM. Contoh : PT. Arva membeli tas kulit buaya dari pabrikan tas kulit seharga Rp. 100 juta. PKP Arva membayar PPN Rp.10 juta dan PPnBM Rp. 40 juta. PT.Arva kemudian mengekspor tas kulit tersebut, maka dapat meminta kembali PPN dan PPnBM yang telah dibayarkan kepada pabrikan tas kulit. Lebih besar PPnBM terjadi karena kekeliruan pemungutan pajak yang dilakukan oleh PKP. Dalam hal ini yang berhak mengajukan restitusi adalah konsumen yang salah dipungut Pajak. Hal ini disebut kelebihan pembayaran pajak yang disebabkan oleh pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Contoh : PT Arva membeli makanan kaleng (bukan Barang Mewah) dari Pabrik X seharga Rp. 15 juta. Pabrik X menganggap makanan kaleng BKP Yang Tergolong Mewah yang terutang PPnBM 10%. Oleh karena itu Pabrik X memungut PPN dan PPnBM sebesar Rp. 3 juta. Padahal seharusnya Pabrik X hanya wajib memungut PPN saja. Dalam kasus ini Pabrik X wajib menyetorkan Pajak yang telah dipungutnya, sedang PT Arva berhak meminta kembali PPnBM sebesar Rp. 1,5 juta yang telah dibayarnya kepada Pabrik X. TARIF PPN Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen); Tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0% (nol persen). PPN tentang dihitung dengan mengalikan tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). PPN Terutang = Ta rif x DPP DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP) Jenis-jenis DPP dapat kita bedakan menjadi dua yaitu : a. Dasar Pengenaan Pajak Umum a) Harga Jual Harga Jual menurut UU PPN adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. b) Penggantian 76

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. c) Nilai Ekspor Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. d) Nilai Impor Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan prundang-undangan Pabean untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU ini. Nilai Impor = CIF + BM + BMT b. Dasar Pengenaan Pajak Khusus a) Nilai lain Adapun Nilai Lain yang dimaksud dalam KMK No.567/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 jo KMK-251/KMK.03/2002 tanggal 31 Mei 2002 tersebut sbb : a) pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau penggantian setelah laba kotor (identik dengan harga pokok BKP/JKP); b) pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor (identik dengan harga pokok BKP/JKP); c) penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata; d) penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film; e) persediaan BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan sepanjang PPN atas perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan adalah harga pasar wajar; f) aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar; g) kendaraaan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual (ketentuan baru dalam KMK-567/KMK.04/2000); h) penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih; i) jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih; j) jasa anjak pulang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service charge, provinsi, dan diskon; k) penyerahan BKP dan atau JKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP dan atau JKP antar cabang adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor (identik dengan harga pokok BKP/JKP); l) penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang adalah harga lelang. Pajak Masukan sehubungan dengan : Penyerahan kendaraan bermotor bekas; Penyerahan jasa yang dilakukan oleh pengusaha biro perjalanan dan pariwisata; Penyerahan jasa pengiriman paket; dan Penyerahan jasa anjak piutang, FAKTUR PAJAK Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP karena penyerahan BKP/JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Jenis Faktur Pajak Faktur Pajak terdiri dari 3 macam : 77

- Faktur Pajak Standar (Pasal 13 ayat 4, 5 dan 6 UU No. 18 Tahun 2000) - Faktur Pajak Gabungan (Pasal 13 ayat 2 UU No. 18 Tahun 2000) - Faktur Pajak Sederhana (Pasal 13 ayat 7 UU No. 18 Tahun 2000) PPN MEMBANGUN SENDIRI PPN dikenakan atas Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Subjeknya adalah orang pribadi atau badan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. (Pasal 16 C UU PPN) Latihan di Laboratorium Akuntansi 1) Arva adalah pengusaha Automotif di Jakarta membangun sebuah villa di Puncak seluas 1000 m 2 permanen. Kegiatan pembangunan villa ini dilakukan sendiri dengan cara membeli material, membayar buruh dan diawasi sendiri. 2) PT. HUAZAN sebuah perusahaan industri elektronik, membangun gudang seluas 1200 m 2 permanen. Kegiatan pembangunan gudang ini tidak diserahkan kepada perusahaan kontraktor, tetapi dilakukan sendiri dengan cara membeli material, membayar buruh dan diawasi sendiri. Untuk melindungi masyarakat yang berpenghasilan rendah dari pengenaan PPN atas kegiatan membangun sendiri, maka diatur batasan kegiatan membangun sendiri dengan Keputusan Menteri Keuangan. Suatu kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN apabila memenuhi syarat : a) Dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekejaannya. b) Yang dibangun adalah untuk tempat tinggal atau untuk tempat usaha. c) Luas bangunan 200 m 2 atau lebih. d) Bangunan bersifat permanen. Berdasarkan KMK No.554/KMK.04/2000 jo KMK No.320/KMK.03/2002 ditetapkan bahwa atas kegiatan membangun sendiri, a. Saat terutangnya pajak adalah saat mulai dilaksanakannya pembangunan. b. Tempat terutangnya pajak adalah di tempat bangunan didirikan. Berdasarkan KMK No.320/KMK.03/2002 yang mulai berlaku untuk kegiatan membangun sendiri yang dimulai sejak 1 Juli 2002 terutang PPN jika luas bangunannya adalah 200 m 2 atau lebih. Dasar Pengenaan Pajak atas Kegiatan membangun sendiri adalah 40% dari seluruh pengeluaran (termasuk PPN) pada bulan yang bersangkutan, sehingga PPN terutang adalah 4% dari seluruh pengeluaran (termasuk PPN) pada bulan yang bersangkutan. Mekanisme Penyetoran a. Wajib disetor ke kas negara melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. b. Penyetoran dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Setoran dilakukan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). 2. Kolom identitas diisi dengan identitas pihak yang melakukan kegiatan membangun sendiri. 3. Dalam hal pihak yang membangun sendiri tersebut tidak memiliki NPWP, kolom NPWP dalam SSP diisi dengan angka 0 pada sembilan digit pertama dan dengan kode Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang bersangkutan. 4. Pada kolom tanda tangan Wajib Pajak/Penyetor diisi oleh Pihak yang melakukan kegiatan membangun sendiri. Mekanisme Pelaporan 78

PPN yang disetor di atas dilaporkan di SPT Masa PPN Formulir 1107, dimana cara menyampaikannya dapat : 1. Manual dengan cara langsung ke KPP/KP-4 atau melalui kantor pos/ekspedisi/kurir 2. E-Filling yaitu SPT dalam bentuk media elektronik. Definisi SPT SPT adalah surat Pemberitahuan, yaitu 1. Bagi PKP yang menerbitkan tidak lebih dari 30 Faktur Pajak Standar dalam satu masa pajak adalah SPT Masa PPN baik dalam bentuk formulir kertas maupun dalam bentuk data elektronik 2. Bagi PKP yang menerbitkan lebih dari 30 Faktur Pajak Standar dalam satu masa pajak adalah SPT Masa PPN dalam bentuk data elektronik Bentuk SPT 1.Formulir Kertas 2.Data elektronik yang disampaikan a. Dalam bentuk media elektronik b. Melalui e-filling (Peraturan Dirjen Pajak Nomor KEP-05/PJ/2005) Dalam hal orang pribadi atau badan membangun sendiri bangunan untuk digunakan pihak lain sebagai tempat tinggal atau tempat usaha, maka orang pribadi atau badan tersebut wajib menyerahkan bukti setoran asli PPN atas kgiatan membangun sendiri kepada pihak lain yang menggunakan bangunan tersebut. Dalam hal orang pribadi atau badan membangun sendiri bangunan untuk digunakan pihak lain sebagai tempat tinggal atau tempat usaha, dan pihak lain tersebut tidak dapat menunjukkan bukti setoran asli PPN atas kegiatan membangun sendiri, maka pihak lain yang menggunakan bangunan tersebut bertanggungjawab secara renteng atas pembayaran PPN yang terutang. Contoh Soal PPN a. Pada bulan Agustus 2009 Pengusaha Kena Paja QQ melakukan penyerahan Barang kena pajak kepada pengusaha kena Pajak Icha senilai Rp. 75.000.000,- (Eksklusif Pajak apertambahan Nilai). Dalam bulan yang sama Pengusaha kena pajak QQ membeli barang kena pajak dari pengusaha Rizky senilai Rp. 50.000.000,- Diminta Hitung PPN-K dan PPN-M atas transaksi tersebut Jawab Bagi Pengusaha Kena Pajak QQ Pajak Keluaran 10% x Rp. 75.000.000,- = Rp. 7.500.000 sebagai Pajak Masukan bagi B Pajak Masukan : 10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000 b. Harga jual kendaraan bermotor Rp. 500.000.000 (termasuk PPN 10% dan PPnBm 20% Uang muka diterima tanggal 10 Agustus 2009 sebesar Rp. 200.000.000 Kendaraan akan diserahkan tanggal 20 Sepetember 2009 dengan kekurangan bayar sebesar Rp. 300.000.000 Jawab PPN dan PPnBM terutang dan harus dipungut : a. Pada saat diterima uang muka tanggal 10 Agustus 2009 PPN yang terutang = 10/130 x 200.000.000 = Rp. 14.000.000,- dan harus dilaporkan pada SPT Masa PPN bulan Agustus 2009. PPn BM yang terutang 20/130 x Rp 200.000.000,- = Rp. 30.000.000 dan harus dilaporkan pada SPT Masa PPnBM bulan Agustus 2009 Pada saat penyerahan kendaraan tanggal 20 September 2009. b. PPN yang terutang = 10/130 x Rp. 300.000.000 = Rp. 21.000.000,-. dan harus dilaporkan pada SPT Masa PPN bulan September 2009. PPnBM yang terutang 20/130 x Rp 300.000.000,- = Rp. 45.000.000 dan harus dilaporkan pada SPT Masa PPnBM bulan Agustus 2009 79

c. Dealer QQ membeli sasis kendaraan bermotor ( no rangka) dari Main Dealer Rizky seharga Rp. 150.000.000,- dengan potongan harga sebesar Rp. 1. 500.000 (Termasuk PPN) Dealer QQ menyuruh Karoseri Maitzaa mengubah sasis tersebut menjadi kendaraan bermotor angkutan orang dengan ongkos Rp. 15.000.000 dan PPN dipungut karoseri Maitzaa sebesar Rp. 1.500.000,- Dealer QQ kemudian menjual kendaraan hasil rakitan tersebut kepada pembeli dengan harga Rp. 200.000.000,- (termasuk PPN dan PPnBM) PPnBM terutang dan dipungut oleh Dealer QQ dengan Tarif 20% Diminta Hitung PPN dan PPnBM dari transaksi tersebut diatas apakah PPN lebih bayar ataukah kurang bayar Jawab Perhitungan dan pelaporan PPN oleh Dealer QQ Rp. 150.000.000,- Potongan Pembelian Rp 1.500.000,- Harga beli sasis (termasuk PPN) Rp. 135.000.000,- DPP PPN atas Pembelian sasis 100/110 x Rp 135.000.000 Rp. 121.500.000,- PPN atas Pembelian sasis 10% x Rp. 121.500.000,- Rp 12.150.000,- Biaya karoseri (tidak termasuk PPN) Rp. 15.000.000,- PPN atas biaya karoseri 10% x Rp. 15.000.000,- Rp 1.500.000,- Penjualan (off the road) Harga jual termasuk PPN 10% dan PPnBM 20% Rp. 200.000.000,- DPP PPN dan PPnBM 100/130 x Rp. 200.000.000,- Rp. 152.000.000,- PPN terutang 10% x Rp. 152.000.000 Rp 15.200.000,- PPnBM terutang 20% x Rp. 152.000.000,- Rp. 30.400.000,- Perhitungan PPN dan PPnBM atas transaksi tersebut PPN Keluaran 10% x Rp. 152.000.000,- Rp. 15.200.000,- Pajak Masukan : Pembelian sasis Rp. 12.150.000,- Jasa karoseri Rp. 1.500.000,- Jumlah Pajak Masukan Rp. 13.650.000,- PPN yang harus disetor Rp. 1.550.000,- PPnBM yang harus disetor 20% x Rp. 152.000.000,- Rp. 30.400.000,- Latihan di Laboratorium Akuntansi 1. Pada bulan Juli 2009 Pengusaha Kena Pajak Icha melakukan penyerahan Barang kena pajak kepada pengusaha kena Pajak QQ senilai Rp. 100.000.000,- (Eksklusif Pajak pertambahan Nilai). Dalam bulan yang sama Pengusaha kena pajak Rizky membeli barang kena pajak dari pengusaha QQ senilai Rp. 60.000.000,- Diminta Hitung PPN-K dan PPN-M atas transaksi tersebut 2. Harga jual kendaraan bermotor Rp. 400.000.000 (termasuk PPN 10% dan PPnBm 20% Uang muka diterima tanggal 10 agustus 2009 sebesar Rp. 150.000.000 Kendaraan akan diserahkan tanggal 20 Sepetember 2009 dengan kekurangan bayar sebesar Rp. 250.000.000 3. Dealer Doni membeli sasis kendaraan bermotor ( no rangka) dari Main Dealer Rizky seharga Rp. 200.000.000,- dengan potongan harga sebesar Rp. 1. 000.000 (Termasuk PPN) 80

Dealer Doni menyuruh Karoseri Maitzaa mengubah sasis tersebut menjadi kendaraan bermotor angkutan orang dengan ongkos Rp. 10.000.000 dan PPN dipungut karoseri Maitzaa sebesar Rp. 1.000.000,- Dealer Doni kemudian menjual kendaraan hasil rakitan tersebut kepada pembeli dengan harga Rp. 230.000.000,- (termasuk PPN dan PPnBM) PPnBM terutang dan dipungut oleh Dealer Doni dengan Tarif 20% Diminta Hitung PPN dan PPnBM dari transaksi tersebut diatas apakah PPN lebih bayar ataukah kurang bayar 81

82